Anda di halaman 1dari 17

FISIOLOGI MENSTRUASI

A. Pendahuluan
Menstruasi merupakan suatu proses alamiah yang biasa dialami perempuan.
Setiap wanita usia produktif yang sehat memiliki siklus periode menstruasi disetiap
bulannya. Sebelum memasuki usia produktif, seorang wanita akan melalui masa pubertas.
Pada masa pubertas akan terjadi kematangan kerangka dan seksual secara pesat. Pada
remaja putri yang memasuki masa pubertas, tanda-tanda kelamin primer muncul dengan
adanya perkembangan rahim dan saluran telur, vagina, bibir kemaluan dan Klitoris.
Kematangan sel telur dan produksi hormon esterogen akan menyebabkan munculnya
menstruasi pada periode pertama yang biasa disebut menarche. Hal tersebut menandakan
bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan telah berfungsi matang. Masa ini
merupakan masa yang sangat penting sebagai proses persiapan untuk menjadi calon ibu.1
Menstruasi pertama atau menarche pada wanita biasanya dialami pada usia antara
10-15 tahun, dengan rata-rata usia 12 tahun. Siklus menstruasi yang terjadi pada setiap
bulannya melibatkan banyak organ dimulai dari hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
uterus khususnya bagian endometrium pars superfisialis. Pada hari keempat belas setelah
masa ovulasi, jika konsepsi dan implantasi tridak terjadi, maka lapisan jaringan
endometrium pars superfisialis tersebut akan meluruh dan keluar bersama mukus (hasil
sekresi kelenjar disekitar endometrium) dan darah dari pembuluh darah disekitar
endometrium melalui jalan lahir. 2,3

B. Anatomi
1. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh peritoneum
atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng di bagian depan dan
belakang. Ukurannya seperti telur ayam dan mempunyai rongga. Lapisan otot polos
uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar berbentuk longitudinal.
Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Uterus
wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di
anterior dan rectum posterior. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm,lebar ditempat
yang paling lebar 5,25cm dan tebal 2,5cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologioa
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri).2
Uterus terdiri dari (1) fundus uteri, (2) korpus uteri, dan (3) serviks uteri.
Bagian atas uterus disebut fundus uteri, Di situ tuba fallopi kanan dan kiri masuk ke
uterus. Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar
melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks
yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri),
sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri.
Antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut ismus uteri.2
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas; (1) endometrium di
korpus uteri dan endoserviks di servix uteri; (2) Otot-otot polos; (3) lapisan serosa,
yakni peritoneum viserale. Endometrium merupakan selaput lender yang kaya akan
kelenjar yang melapisis kavum uteri. Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik,
kelenjar-kelenjar, dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
Di korpus uteri endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-
kelenjar itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium sangat dipengaruhi oleh hormone steroid ovarium. Endometrium yang
melapisi leuruh kavum uteri mempunyai peran penting dalam siklus haid perempuan
yang dalam masa reproduksi. Dalam masa haid, endometrium sebagian dilepaskan,
untuk kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya akan diikuti
dengan masa sekretorik (kelenjar-kelenjar telah berlekuk-lekuk dan telah terisi getah).
Masa-masa ini dapat diperiksa dengan melakukan biopsy endometrium.2
Gambar 1. Bentuk dan lapisan otot uterus4

Fungsi uterus sangat berat, khususnya untuk “prokreasi” dengan jangka waktu
yang panjang, anatara 280-288 hari. Berat uterus hamil sekiatr 9-12 kilogram. Oleh
karena itu uterus harus disanggah dengan kuat sehingga tidak banyak bergeser dan
tetap pada posisinya. Kehamilan dapar berulang 2 sampai 3 kali sehingga uterus pun
harus disanggah dengan kuat.5
Gambar 2. Potongan sagital uterus4

2. Tuba falloppii
Tuba Falloppii terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di
dinding uterus; (2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya; (3) pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak
lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang
terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi tuba
untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk
infundibulum seperti anemone (sejenis binatang laut).2
Gambar 3. Potongan sagital ovarium dan tuba falloppii4
3. Ovarium
Perempuan umumnya mempunyai 2 buah ovarium atau indung telur yang
terletak disisi kiri dan kanan uterus. Ovarium terletak di bagian belakang fosaa
avarika. Ovarium berkaitan dengan uterus melalui ligamentum ovarii properium di
bagian belakang ligamentum latum, sistem pembuluh darah berasal dari ramus
ovarika– arteri ovarika dan ramus ovarika—arteri uterina asenden. Mesovarium
adalah bagian dari ligamentum latum yang menghubungkan ovarium dengan
ligamentum latum.2,5
Bagian ovarium yang mengarah ke peritenium tertutup oleh lapisan epitel
kubik atau selindris disebut “epitelium germinativum”. Ukuran ovarium 1,5x3x2,5cm
dengan berat 4-6 gram. Struktur ovarium terdiri atas (1) korteks, bagian luar diliputi
oleh epithelium germinativum berbentuk kubik dan didalamnya terdiri atas stroma
serta folikel-folikel primordial; dan (2) medulla, bagian di sebelah dalam korteks
terdapat tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-
serabut saraf, dan sedikit otot polos. Pada korteks, terdapat folikel dengan berbagai
kematangan yang setiap bulan siap untuk terjadi ovulasi. Folikel-folikel tersebut
merupakan bagian terpenting dari ovarium yang dapat dilihat dikorteks ovarii dalam
letak yang beraneka ragam dan dan pula dalam tingkat-tingkat perkembangan yang
berbeda-beda, yaitu dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja
sampai menjadi folikel de Graaf yang matang yang terisi oleh likuor follikuli,
mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi. Jumlah folikel sekitar ribuan, namun
yang mampu dalam siklus primordial sampai graaf folikel, hanya sekitar 600 buah
jika wanita tersebut tidak kawin.1,5

Gambar 4. Potongan sagital ovarium4


C. Siklus Haid
1. Mekanisme Hormonal
Kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang berhubungan antara
sistem saraf pusat dengan pancaindra, sistem hormonal, perubahan pada ovarium dan
uterus, serta rangsangan estrogen dan progesterone yang berakibat pada system
perubahan emosi. Emosi yang berhubungan dengan tingkat kecemasan dan stress
mempengaruhi system kerja hipotalamus. Hipotalamus bersama hipofisis dan
ovarium akan membentuk sebuah aksis yaitu Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
(HPO) yang akan bekerja sama untuk memungkinkan prokreasi melalui produksi
siklik hormon gonadotropik dan steroid. Hormon steroid nantinya akan diproduksi di
ovarium yang akan digunakan untuk pengembangan maturitas fosit secara kasar. 2,6,7
Awalnya Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan menyekresi
gonadotropin-relasing-hormone (GnRH) suatu deka-peptide yang disekresi secara
pulsatil oleh hipotalamus. Biasanya, GnRH dilepaskan dalam mode pulsasi pada
interval reguler 1 jam untuk menginduksi pelepasan fisiologis FSH (follicle-
stimulating hormone) dan LH (luteinizing-hormone). Pelepasan GnRH dalam mode
kontinu, atau dalam pulsasi dengan interval yang lebih lama atau kurang dari dari 1
jam, tidak menghasilkan LH dan FSH normal. Ada tiga pola sekresi gonadotrofin
yang berbeda: (1) bulanan, ditandai dengan fluktuasi tingkat rendah dalam sekresi LH
dan FSH yang terjadi setiap 30 hari selama siklus menstruasi normal; (2) harian,
ditandai oleh pelepasan LH dan FSH intermiten, dengan semburan yang lebih besar
saat tidur; (3) per jam, ditandai dengan pelepasan LH dan FSH secara pulsasi.2,8
FSH adalah hormone glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama
fase folikular dari siklus. FSH juga membantu LH untuk memacu sekresi hormone
steroid di ovarium, terutama estrogen oleh sel granulose dari folikel matang. LH juga
merupakan hormone glikoprotein yang ikut berperan aktif dalam steroidogenesis
dalam folikel dan berperan penting dalam ovulasi yang tergantung pada mid-cycle
surge dari LH. Produksi hormone steroid lain yakni progesterone oleh korpus luteum
juga dipengaruhi oleh LH.2,8
FSH dan LH, dan dua hormone glikoprotein yang lainnya yaitu tiroid-
stimulating hormone (TSH) dan human chorionic gonadotropin (hCG), dibentuk oleh
dua subunit protein rantai alfa dan beta. Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus
ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara ovarium,
hipotalamus, dan hipofisis. Pelepasan FSH dan LH dimodulasi secara positif atau
negatif oleh estrogen dan progesteron, tergantung pada konsentrasi dan periode
paparan hipofisis terhadap steroid ini. Umpan balik negatif dari jumlah estrogen yang
tinggi akan memberikan efek positif pada sekresi GnRH dari hipotalamus dan yang
nantinya juga akan berpengaruh pada pelepasan FSH dan LH dari hipofisis.
Peningkatan kadar esterogen penting untuk produksi puncak LH yang diperlukan
untuk induksi ovulasi. Progesteron pada konsentrasi tinggi akan menghambat
pelepasan FSH dan LH. Pada tingkat yang rendah, progesteron dapat merangsang
sekresi LH, tetapi hanya setelah paparan hipofisis terhadap estrogen yang tinggi
dalam waktu lama.1,6

Gambar 5. Aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium9

2. Fase Ovarium
Fase Follicular
Fase follicular dimulai ketika estrogen turun dan hipotalamus mengeluarkan
GnRH. Ini menandakan hipofisis untuk melepaskan FSH, yang bertanggung jawab
untuk inisiasi pertumbuhan folikel di ovarium. Perubahan hormone ditandai dengan
adanya peningkatan produksi hormone estrogen yang progresif khususnya estradiol
oleh sel granulose dari folikel yang berkembang. Karena kadar estrogen yang
meningkat maka pelepasan gonadotropin ditekan, hal tersebut merupakan umpan
balik negative yang berguna untuk mencegah hiperstimulasi dari ovarium dan
pematangan banyak folikel. 2,10
- Hari ke 1-8
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relative tinggi dan memacu perkembangan
10-20 folikel dengan satu folikel dominan. Folikel dominan tersebut tampak pada
fase mid-follicular, sisa folikel mengalami atresia. Kadar FSH dan LH yang tinggi
merupakan trigger turunnya estrogen dan progesterone pada akhir siklus. Selama
dan segera setelah terjadinya haid kadar estrogen relative rendah tapi mulai
meningkat karena terjadinya perkembangan folikel.2
- Hari ke 9 – 14
Pada saat ukuran folikel meningkat lokalisasi akumulasi cairan tampak sekitar sel
granulose dan menjadi konfluen, memberikan peningkatan pengisian cairan di
ruang sentral yang disebut antrumyang merupakan transformasi folikel primer
menjadi sebuah folikel graaf dimana oosit menempati posisi eksentrik, dikelilingi
oleh 2 sampai 3 lapis sel granulose yang disebut cumulus ooforus.2

Fase Ovulasi
Ovulasi dimulai pada hari ke 14. Ovulasi merupakan pembesaran folikel
secara cepat yang diikuti dengan protrusi dari permukaan korteks ovarium dan
pecahnya folikel dengan ekstrusinya oosit yang ditempeli oleh cumulus ooforus. Pada
beberapa perempuan saat ovulasi dapat dirasakan dengan adanya nyeri di fossa iliaka.
Pemeriksaan USG menunjukan adanya rasa sakit yang terjadi sebelum folikel pecah.2
Pada masa sebelum ovulasi, terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan
peningkatan produksi progesterone, sehingga dapat menghambat produksi LH.
Namun pada saat ovulasi kadar estrogen yang meningkat akibat fase folikular, dapat
meningkatkan sekresi LH (melalui aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium) yang
kemudian mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan estrogen (umpan
balik positif). Ovulasi terjadi selama 8 jam dari mid-cycle surge LH.2
Fase Luteal
Fase ini dimulai dari hari ke 15-28. Sisa folikel tertahan dalam ovarium
kemudian dipenitrasi oleh kapiler dan fibroblast dari teka. Sel granulose mengalami
luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormone
steroid seks, estrogen dan progesterone disekresi oleh ovarium pada fase pasca
ovulasi. Korpus luteum meningkatkan produksi progesterone dan estradiol. Kedua
hormone tersebut diproduksi dari precursor yang sama.2
Selama fase luteal kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi fase regresi
korpus luteum yang terjadi pada hari ke 26-28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi,
korpus luteum tidak mengalamio regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin
yang dihasilkan oleh trofoblast. Namun jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi,
maka korpus luteum akan mengalami regresi dan kemudian terjadilah haid. Setelah
kadar hormone steroid turun, maka kadar gonadotropin akan mengalami peningkatan
untuk mempersiapkan inisiasi siklus selanjutnya.2

Gambar 6. Sintesis hormone steroid2

3. Fase Uterus
Hormon steroid yang diproduksi oleh ovarium secara siklik akan menginduksi
perubahan penting pada uterus yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks.
Endometrium terdiri atas dua lapis, yaitu lapisan superficial yang akan mengelupas
saat haid dan lapisan basal yang tidak ikut meluruh dalam proses haid, tetapi berperan
dalam proses regenerasi lapisan superfsial untuk siklus menstruasi periode
selanjutnya. Batas antara 2 lapis tersebut ditandai dengan perubahan dalam
karateristik arteriola yang memasok endometrium. Bagian basal endometrium yang
kuat akan berubah menjadi berlekuk karena pengaruh hormone. Hormon steroid yang
diproduksi oleh ovarium akan mempengaruhi a. spiralis untuk berkembang.2

Fase Proliferasi
Selama fase folikular di ovarium, endometrium di bawah pengaruh estrogen.
Pada akhir haid proses regenerasi berjalan dengan cepat. Saat ini disebut fase
proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun rapi sejajar dengan sedikit sekresi.2

Gambar 7. Endometrium Fase Proliferasi2

Fase Sekretoris
Fase sekretori merupakan fase yang ditandai dengan adanya struktur sekretori
yang berkembang di endometrium. Setelah ovulasi, produksi progesterone
meninduksi perubahan sekresi endometrium, yang menyebabkan perubahan struktur
kelenjar dan pembuluh darah. Tampak sekretori dari vacuole dalam epitel kelenjar di
bawah nucleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi berkelok-
kelok.2,10
Gambar 8. Endometrium fase sekresi2

Fase Haid
LH sebagian bertanggung jawab untuk mempertahankan fungsi normal corpus
luteum, tetapi peningkatan kadar progesteron menyebabkan produksi LH yang terus
menurun. Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Jika pembuahan tidak
terjadi, corpus luteum mengalami kemunduran setelah sekitar empat belas hari,
karena aktivitas prostaglandin yang menyebabkan menurunnya produksi estrogen dan
progesterone ovarium. Penurunan ini diikuti oleh kontraksi spasmodic yang intens
dari bagian a. spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi
pengelupasan lapisan superficial endometrium dan terjadilah perdarahan.
Vasospasmus terjadi karena adanya produksi local prostaglansin. Prostaglandin juga
meningkatkan kontraksi uterus bersamaan dengan aliran darah haid yang tidak
membeku karena adanya aktivitas fibrinolitik local dalam pembuluh darah
endometrium yang mencapai puncaknya saat haid. Ketika tingkat estrogen mencapai
titik yang cukup rendah, hipotalamus melepaskan GnRH dan siklus dimulai lagi.2,10
Gambar 9. Perubahan hormone, siklus ovarium dan siklus endometrum2

D. Definisi
Mestruasi merupakan suatu periode peluruhan endometrium yang teratur yang
terjadi setiap bulan bagi kebanyakan wanita. Saat menstruasi tubuh mengeluarkan
gumpalan yang terdiri dari darah dan jaringan lain yang disekresikan dari dalam rahim
dan dikeluarkan melalui jalan lahir. Darah yang dikeluarkan berasal dari kapiler yang
berada di sekitar dinding otot rahim. Mukus atau lendir hasil sekresi berasal dari sel-sel
kelenjar yang ditemukan di endometrium. Unsur-unsur ini semuanya ditumpahkan
selama menstruasi. Jika kehamilan tidak terjadi, menstruasi akan dimulai, dengan
implikasi bahwa kehamilan adalah peristiwa normal dan yang diharapkan dan bahwa
menstruasi adalah peristiwa abnormal. Menstruasi terjadi secara fisiologis, tetapi banyak
wanita di masyarakat kita tidak menganggap menstruasi sebagai kesempatan yang
terlewat untuk hamil, tetapi lebih sebagai kelegaan karena mereka tahu mereka tidak
hamil.10

E. Perubahan Siklik
Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium selain berpengaruh pada alat
genital dapat juga berpengaruh pada organ lain. Hormon tersebut ikut sirkulasi darah dan
disebarkan keseluruh tubuh dan memberikan dampak perubahan siklik pada organ-organ
lain.2
1. Mukus Serviks
Pada perempuan ada kontinuitas yang langsung antara alat genital bagian
bawah dengan kavum peritonium. Kontinuitas ini sangat penting untuk akses
spermatozoon menuju ke ovum, fertilisasi terjadi dalam tuba falopii. Ada risiko
infeksi yang asendens, tetapi secara alami risiko tersebut dicegah dengan adanya
mukus serviks sebagai bariier yang permeabilitasnya bervariasi selama siklus haid.2
a. Awal fase folikular mukus serviks viskus dan impermeable.
b. Akhir fase folikular kadar estrogen meningkat memacu perubahan dan komposisi
mukus, kadar airnya meningkat secara progresif. Sebelum ovulasi terjadi, mukus
serviks banyak mengandung air dan mudah dipenetrasi oleh spermatozoon.
Perubahan ini dikenal dengan istilah "spinnbarkheit".
c. Setelah ovulasi progesteron diproduksi oleh korpus luteum yang efeknya
berlawanan dengan estrogen, dan mukus serviks menjadi impermeabel lagi,
orifisium uteri eksternum kontraksi.
Perubahan-perubahan ini dapat dimonitor oleh perempuan sendiri jika ingin
terjadi konsepsi atau dia ingin menggunakan "rhythm method" kontrasepsi. Dalam
klinik perubahan ini dapat dimonitor dengan memeriksa mukus serviks di bawah
mikroskop tampak gambaran seperti daun pakis atau fern-like pattern yang paralel
dengan kadar estrogen sirkulasi, maksimum padasaat sebelum ovulasi, setelah itu
perlahan-lahan hilang.2
2. Suhu Badan Basal
Kenaikan suhu badan basal sekitar 1 derajat Farenheit atau 0,5 derajat Celcius
terjadi pada saat ovulasi dan terus bertahan sampai terjadi haid. Hal ini disebabkan
oleh efek termogenik prgesteron pada tingkat hipotalamus. Bila terjadi konsepsi
kenaikan suhu badan basal akan dipertahankan selama kehamilan. Efek yang sama
jika diinduksi dengan pemberian progesterone.2

Gambar 10. Perubahan suhu basal siklus menstruasi10


3. Perubahan pada Mammae
Kelenjar mammae manusia sangat sensitif terhadap pengaruh estrogen dan
progesteron. Pembesaran mammae merupakan tanda pertama pubertas, merupakan
respons peningkatan esterogen ovarium. Estrogen dan progesteron berefek sinergis
pada mammae selama siklus pembesaran mammea pada fase luteal sebagai respons
kenaikan progesteron. Pembesaran mammae disebabkan oleh perubahan vaskular,
bukan karena perubahan kelenjar.2

4. Efek Psikologis
Pada beberapa perempuan ada perubahan mood selama siklus haid, pada fase
luteal akhir ada peningkatan labilitas emosi. Perubahan ini langsung karena
penurunan progesteron. Meskipun demikian, perubahan mood tidak sinkron dengan
fluktuasi hormon.2

F. Edukasi
Adanya gangguan menstruasi akan dapat menjadi hal yang serius. Dampak
emosional dapat berupa emosi yang tidak terkontrol, gelisah, lekas marah, mudah panik
dan pada akhirnya akan mudah menangis. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan menstruasi diantaranya gangguan hormonal, pertumbuhan organ reproduksi,
status gizi, stress, usia dan penyakit metabolik. Kebutuhan gizi sangat erat kaitannya
dengan masa pertumbuhan, jika asupan gizi dapat terpenuhi maka pertumbuhan juga akan
optimal. Seorang wanita harus mempertahankan status gizi yang baik dengan cara
mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat mentruasi.
Asupan gizi yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan gizi tidak baik
sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus menstruasi. Hal tersebut akan
membaik bila asupan nutrisinya baik. Zat gizi yang harus dipenuhi diantaranya zat gizi
makro seperti karbohidrat, lemak dan protein. Asupan karbohidrat dapat berpengaruh
terhadap pemenuhan kalori selama fase luteal, asupan protein berpengaruh terhadap
panjang fase folikuler dan asupan lemak berpengaruh terhadap hormon reproduksi.1
Selain zat gizi makro, tubuh seseorang yang mengalami menstruasi juga
membutuhkan zat gizi mikro, seperti zat besi (Fe). Kebutuhan zat besi pada remaja baik
perempuan maupun lelaki meningkat sejalan dengan cepatnya pertumbuhan dan
bertambahnya massa otot dan volume darah. Pada remaja perempuan kebutuhan lebih
banyak dengan adanya menstruasi. Kebutuhan pada remaja lelaki 10-12 mg/hari dan
perempuan 15 mg/hari. Besi dalam bentuk heme yang terdapat pada sumber hewani lebih
mudah diserap dibanding besi non-heme yang terdapat pada biji-bijian atau sayuran.
Selain perbaikan pola makan diperlukan juga pemberian vitamin tambahan guna
mencukupi kebutuhan zat besi bagi wanita pada saat masa menstruasi. WHO
merekomendasikan pemberian zat besi seminggu sekali selama 12 minggu sedangkan
Iron supplementation Committee merekomendasikan pemberian tablet zat besi sekali
dalam seminggu selama 16 minggu untuk semua wanita usia subur (15 hingga 49). 1,3,11
Selain nutrisi, edukasi pada wanita yang sedang menstruasi perlu difokuskan
pada personal hygine. Pada saat menstruasi, seseorang perlu memperhatikan
kebersihan diri lebih biasanya karena terjadi beberapa perubahan pada tubuhnya.
Perawatan diri yang baik seperti penggunaan pembalut yang tepat, intensitas
penggantian pembalut, penggunaan air bersih, serta cara membersihkan area genital
secara adekuat merupakan hal mendasar dan sangat penting untuk diperhatikan.3

Anda mungkin juga menyukai