Anda di halaman 1dari 26

1

Karsinoma Endometrium
Lidya Hardiyanti Yamin, Albertus Varera

A. Pendahuluan
Penyakit Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di
seluruh dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh
kanker. Kanker payudara, kolorektal, serviks, paru, dan korpus uteri adalah
penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. (1)
Karsinoma Endometrium berasal dari endometrium, karena berasal dari
korpus uteri, juga disebut karsinoma korpus uteri. Berdasarkan keganasan
ginekologik, karsinoma endometrium menempati 20-30% bersama karsinoma
serviks uteri , karsinoma ovarium merupakan 3 jenis keganasan ginekologik
yang paling sering ditemukan. Karsinoma endometrium adalah tumor ganas
epitel primer di endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan
berpotensi mengenai miometrium . Kebanyakan kasus karsinoma endometrium
sering dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara
kronis. Karsinoma endometrium sering memperlihatkan beragam jenis
diferensiasi, termasuk diferensiasi musinosa, tubal (bersilia), dan gepeng
(kadang-kadang adenoskuamosa) di epitel neoplastiknya. Tumor ini berasal
dari mukosa, kemudian menyebar ke miometrium dan masuk ke rongga
vaskuler, disertai metastasis ke kelenjar getah bening regional. (2,3)
B. Insidens dan Epidemiologi
Karsinoma Endometrium adalah kanker ginekologi yang paling umum di
negara-negara maju. Jumlah kasus baru yang telah terdiagnosa di Eropa hampir
100.000 pada tahun 2012, dengan Age Specific Incidence Rate (ACR) 13,6 per
100.000 perempuan. Kumulatif risiko untuk diagnosis karsinoma endometrium
sebesar 1,71%. Lebih dari 90% kasus karsinoma endometrium terjadi pada usia
> 50 tahun, dengan usia rata-rata di diagnosis 63 tahun. Namun, 4% dari dari
wanita dengan karsinoma endometrium yang berusia lebih muda dari 40 tahun,
banyak dari mereka masih ingin mempertahankan kesuburannya. Sebagian
besar pengidap karsinoma endometrium yang terdiagnosis dini (80% pada
tahap I), memiliki tingkat kelangsungan hidup 5 tahun lebih dari 95%. Namun,
2

tingkat kelangsungan hidup lebih rendah jika ada penyebaran regional atau
metastasis (masing-masing 68% dan 17%). (2, 3).
Insiden karsinoma endometrium berdasarkan data dari Office of National
Statistic di Asia Tenggara, insiden karsinoma endometrium mencapai 4,8 %
dari 670.587 kasus kanker pada wanita. Penelitian terakhir di RSCM Jakarta
didapatkan prevalensi karsinoma endometrium mencapai 7,2 kasus pertahun.
Karsinoma endometrium merupakan kanker ginekologik pada wanita yang
terjadi pada usia pertengahan dengan insidens puncak pada kelompok usia 55-
65.5 Data dari RSCM Jakarta, kejadian karsinoma endometrium jarang
dijumpai pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Sekitar 70% dari semua
wanita yang didiagnosa karsinoma endometrium adalah pascamenopause.(4)
C. Etiologi dan Pathofisiologi
Etiologi dari karsinoma endometrium masih belum jelas meskipun di
sebagian besar kasus diduga berkembang melalui fase premaligna neoplasia
intraendometrial. Berdasarkan patofisiologinya Karsinoma endometrium
terbagi menjadi dua tipe, tipe I dan tipe II.(2,3,4,5,6)
a. Karsinoma Endometrium Tipe I
Tipe I (80%) muncul karena efek dari unopposed hyperestregonism
dan endometrial hyperplasia. Hal ini sebagian besar terlihat pada wanita
antara usia 55 sampai 65 tahun dan progresi tumor relatif lambat dan
prognosis yang lebih baik. Mutasi gen PTEN terjadi pada 30-80% kasus,
Faktor risiko yang dapat meningkatkan paparan estrogen:(5)
1) Terapi penggantian estrogen
2) Polikistik ovarium sindrom dan anovulasi siklus
3) Tamoxifen
4) Obesitas
5) Menarche awal atau akhir menopause
6) Nulliparity
7) Estrogen memproduksi tumor ovarium,misalnya granulosa sel kanker
8) Diabetes mellitus
3

b. Karsinoma Endometrium Tipe II


Tipe II (20%) muncul dalam pengaturan atrofi endometrium, pada
wanita antara usia 65 sampai 75 tahun, dan endometrium
intraepitelkarsinoma. Adanya mutasi P53 terjadi sampai dengan 50%. Jenis
ini cenderung kurang terdiferensiasi dan bermetastasis melalui limfe atau
melalui saluran tuba falopi hingga ke dalam peritoneum, maka hal ini terkait
dengan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan tipe I lesi.(5)
Penjelasan dari pengaruh estrogen terhadap pertumbuhan sel
endometrium dimulai dari perangsangan estrogen berlebihan yang berikatan
dengan reseptornya akan menginduksi pertumbuhan sel-sel endometrium.
Estrogen merupakan molekul yang sangat kecil dengan berat molekul 300
dalton sehingga dapat berdifusi dengan mudah kedalam sel. Agar estrogen
mempunyai efek didalam sel, estrogen harus berikatan dengan RE yang
merupakan makromolekul yang diproduksi dan terdapat dalam sitoplasma.
Setelah terbentuk ikatan kompleks antara estrogen dengan RE maka ikatan
ini akan masuk ke dalam inti sel dan akan berikatan menjadi satu bagian
ikatan pada dua tempat dalam kromosom yaitu:
a. Acceptor sites, merupakan kompleks estrogen-RE dan berikatan dengan
kompleks estrogen-RE dengan afinitas yang tinggi
b. Non-Acceptor sites merupakan tempat kedua pada kromatin yang dapat
berikatan kompleks estrogen-RE dengan afinitas yang rendah.
Setelah kompleks estrogen - RE berikatan pada acceptor sites,
selanjutnya akan berlangsung proses transkripsi yang melibatkan enzim
RNA polimerase pada gene sites. Peningkatan RNA seluler dan sintetis
protein terjadi melalui proses translasi dari pesan-pesan ribosom. Keadaan
tidak terkendali ini akan mengakibatkan hipertopi dan proliferasi organ
target spesifik yang berakibat perubahan ke arah keganasan. terdapat juga
teori mengenai hormon steroid yang dapat berperan sebagai conditional
carcinogen, yang dilakukan dengan mengatur ekspresi gen. Hormon steroid
yang berlebihan sering menyebabkan perubahan abnormal dari suatu gen
sehingga terjadi mutasi dan dapat dikatakan hormon tersebut berperan
sebagai karsinogen.(2)
4

D. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5, dan tebal
dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks
uteri).(7, 8, 9)

Gambar 1. Anatomi Uterus


(Rizzo, Donald .C.2001. Delmar Fundamentals of Anatomy and Physiology.
Delmar. US. Hal. 413)
Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fundus
uteri adalah bagian uterus proksimal, disana kedua tuba fallopi masuk ke
uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri
berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan
fundus uteri. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar. Pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim). serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri yang
5

dinamakan porsio, pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks


yang berada di atas vagina.(7, 8, 9)
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis,
berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini
dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks berbentuk sel-sel torak bersilia dan
berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium
uteri eksternum. Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas
endometrium di korpus uteri dan endoserviks, otot-otot polos dan lapisan
serosa, yakni peritonium viserale.(7, 8, 9)

Gambar 2. Anatomi Tuba falopi, ovarium, uterus, dan vagina


(Rizzo, Donald .C.2001. Delmar Fundamentals of Anatomy and Physiology.
Delmar. US. Hal. 413)

Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga rahim.


Permukaannya terdiri atas selapis sel kolumnar yang bersilia dengan
kelenjar sekresi mukosa rahim yang berbentuk invaginasi ke dalam stroma
selular. Kelenjar dan stroma mengalami perubahan yang siklik, bergantian
antara pengelupasan dan pertumbuhan baru setiap sekitar 28 hari.(7, 8, 9)
Ada dua lapisan yaitu lapisan fungsional letaknya superficial yang
akan mengelupas setiap bulan dan lapisan basal tempat lapisan fungsional
berasal yang tidak ikut mengelupas. Epitel lapisan fungsional menunjukkan
perubahan proliferasi yang aktif setelah periode haid sampai terjadi ovulasi,
kemudian kelenjar endometrium mengalami fase sekresi. kerusakan yang
6

permanen lapisan basal akan menyebabkan amenore. Kejadian ini dipakai


sebagai dasar teknik ablasi endometrium untuk pengobatan menorragi.(7, 8, 9)
Perubahan normal dalam histologi endometrium selama siklus haid
ditandai dengan perubahan sekresi dari hormon steroid ovarium. Jika
endometrium terus terpapar oleh stimulasi estrogen, endogen, atau eksogen
akan menyebabkan hiperplasi. Hiperplasi yang benigna bisa berubah
menjadi maligna.(4,5, 6)

Gambar 3. Fase menstruasi


(Scanlon, Valerie C. Sanders, Tina. 2007. Essensial of Anatomy and Physiology.
F. A. Davis Company. Philadelphia. Hal. 469)
7

E. Diagnosis
1. Gambaran Klinik
Pasien karsinoma endometrium stadium dini dapat tidak memiliki
gejala yang jelas, namun sejalan progresi penyakit, dapat timbul gejala
berikut:(2, 10, 11, 12, 13, 14)
a. Perdarahan abnormal pervaginam
Perdarahan abnormal pervaginam adalah gejala paling utama dari
karsinoma endometrium. Manifestasi dapat berupa perdarahan
pervaginam pasca menopause, kekacauan siklus haid pada wanita usia
reproduksi, masa hadi memanjang, menoragia bahkan perdarahan masif.
b. Sekresi abnormal pervaginam
Manifestasi berupa sekresi sanguineus atau seperti air, ini
disebabkan lelehan atau perdarahan dari tumor, bila disertai infeksi dapat
timbul sekret purulen dan berbau busuk. Gejala ini timbul lebih awal dari
perdarahan per vaginam, umumnya pada pasien pasca menopause,
sedangkan pada pasien premenopause gejala ini jarang ditemukan.
c. Nyeri
Pasien stadium dini tidak merasakan nyeri atau hanya sakit ringan
dan terabaikan, dengan progresi penyakit, dapat timbul nyeri tegang
abdomen bawah atau nyeri intermitten, umumnya berkaitan dengan
retensi darah atau pus dalam kavum uteri atau infeksi sekunder. Nyeri
dapat disebabkan dari pertumbuhan tumor, uterus membesar jelas, atau
beradhesi dan terfiksasi dengan organ pelvis, mendesak pleksus saraf
sakral, hingga timbul nyeri tungkai bawah atau lumbosakral, dan
biasanya timbul pada stadium lanjut.
d. Manifestasi metastasi kanker
Tumor yang bermetastasis sistemik, seperti ke paru, hati, ginjal,
otak, vagina segmen bawah, dapat timbul gejala yang sesuai, seperti
batuk-batuk darah, nyeri area hati, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, dll.
8

Klasifikasi stadium karsinoma endometrium dapat ditetapkan


berdasarkan FIGO nomenclature dan staging AJC, Tabel 1.
Klasifikasi stadium pada Tabel 1. masih berpedoman pada klasifikasi
FIGO 1988, pada saat ini telah ada klasifikasi yang diterbitkan oleh
International Jurnal of Obstetry and Gynecology yaitu klasifikasi stadium
karsinoma FIGO 2012 Tabel 2.(3, 19)
Tabel 1. Perbandingan klasifikasi stadium karsinoma endometrium antara FIGO
dan AJC
FIGO Situs AJC

Stadium 0 in situ Tis

Stadium I Terbatas pada Corpus T1N0M0


A. terbatas endometrium
B. <50% miometrium
C. > 50% miometrium

Stadium II Ekstensi leher rahim T2N0M0


A. Endoserviks kelenjar
B. Stroma

Stadium III Perpanjangan luar rahim / pelvis T3N1M0


A. Serosa / adrexa / + sitologi
B. vagina metastase
C. panggul / paraaortic node

Stadium Perpanjangan ke mukosa kandung kemih / T4N0M0


IV A rektum / luar pelvis minor

Stadium Distant metastasis TsetiapNsetiapM1


IV B

T = Tumor
N = simpul
M = metastasis
FIGO = International Federaton Ginekologi danObstetri
AJC = Amerika Komite Bersamapada Staging Kanker
(Rubin, Philip. 1993. Clinical Oncology. W. B. Saunders Company. Philadephia.)
9

Gambar 4. Gambaran klasifikasi stadium FIGO dan AJC


(Rubin, Philip. 1993. Clinical Oncology. W. B. Saunders Company. Philadephia.)

Tabel 2. Klasifikasi stadium karsinoma endometrium FIGO 2012(15)


10

2. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan USG dapat dijadikan pemeriksaan citra pertama untuk
karsinoma endometrium. permeriksaan CT-Scan dapat digunakan untuk
melihat metastasis dan MRI dapat melihat sejauh mana invasi pada otot
sehingga dapat dijadikan standar untuk menentukan stadium. (16, 17, 18, 19, 20)
a. Diagnosis USG
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dari atas dinding perut
(transabdominal) dan melalui vagina (transvaginal). Dari pemeriksaan
USG, ketebalan endometrium dapat dilihat. Tebal endometrium lebih
dari 5 mm pada perempuan pasca menopause perlu mendapat perhatian
dan evaluasi lebih lanjut. USG transvaginal adalah pilihan pertama untuk
pemeriksaan pencitraan pasien dengan gejala berdarah
pascamenopause.(16, 17)

Gambar 5. Uterus normal pada pemeriksaan USG


(E. Brant, William. A. Helms, Clyde. 2007. Fundamental of Diagnostic
Radiology. Lippincott Williams & Wilkins. Virginia)

Foto Ultrasonografi diatas menggambarkan uterus normal yang


dimana menujukkan A. Gambaran sagittal transabdominal sepanjang
kandung kemih yang terisi urin. (B) Gambaran kontur halus dan bentuk
buah pear dari uterus normal. Endometrium diantara tanda panah terlihat
11

lebih echogenic dibandingkan sekelilingnya yaitu miometrium. (U)


Gambar ini menampilkan 3 lapisan dari fase proliferasi endometrium. (C)
Serviks pada bagian atas vagina. B. Gambaran sagital Ultrasonografi
transvaginal dari uterus, dengan menggunakan teknik ini dapat
meningkatkan resolusi gambar. Endometrium diantara dua panah lebih
terlihat dan myometrium lebih mudah dievaluasi. Foto ini
menggambarkan echogenic yang menampilkan fase sekretorik
endometrium. (16)

Gambar 6. Karsinoma Endometrium (Ultrasonografi transvaginal)


(E. Brant, William. A. Helms, Clyde. 2007. Fundamental of Diagnostic
Radiology. Lippincott Williams & Wilkins. Virginia)

Gambar diatas adalah Ultrasonografi transvaginal yang


memperlihatkan penebalan endometrium sebesar 14 mm pada wanita
menopause dengan perdarahan vagina dan hasil biopsi
mengkonfirmasikan karsinoma endometrium.(16)
Pada Stadium dini karsinoma endometrium, USG dapat tidak
menunjukan kelainan yang jelas. Bila penyakit progresi lebih lanjut,
tumor dapat membentuk masa tidak beraturan dalam kavum uteri,
endometrium dapat tampak menebal jelas dan tidak beraturan. Bila tumor
menginvasi lapisan otot, USG dapat menunjukkan lapisan otot menipis
atau berubah bentuk. Bila tumor menginvasi leher rahim, dapat tampak
leher rahim bertambah lebar, echo membentuk gumpalan terang tidak
12

beraturan. Data menunjukkan, lesi endometrium dapat diketahui dengan


USG hingga 89,6%. Invasi otot lapisan dalam dapat diketahui sampai
71%. Selain itu, pemeriksaan USG dapat menemukan ada tidaknya lesi
metastasis di hati, limpa, kelenjar limfe retroperineal dan organ di luar
kavum pelvis lainnya.(17, 18, 19, 20)
a. Pemeriksaan CT-scan
Gambaran uterus normal pada CT-scan dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 7. Uterus normal pada pemeriksaan CT-scan


Gambar diatas merupakan potongan axial pelvis. U adalah uterus
dan O adalah ovarium, dalam kasus karsinoma Endometrium CT
memiliki peran dalam menilai untuk metastasis jauh meskipun tidak
umum digunakan untuk diagnosis awal atau stadium lokal, karsinoma
endometrium dapat ditemui pada
1) CT noncontrast: sulit untuk membedakan dari rahim normal (terutama
pada penyakit lokal)
2) memasukkan kontras CT: dapat menunjukkan penebalan difus atau
massa dalam rongga endometrium(21)
CT scan dengan kontras menunjukkan peningkatan gambaran
nodul tumor (tanda panah) dan terlihat (H) adanya hemorragic di rongga
uterus. Invasi tumor sulit dinilai karena tumor isointense dengan
myometrium.(16)
13

Gambar 8. CT Scan post contrast, Karsinoma Endometrium stadium IB


(E. Brant, William. A. Helms, Clyde. 2007. Fundamental of Diagnostic
Radiology. Lippincott Williams & Wilkins. Virginia)
b. Pemeriksaan MRI
MRI dapat secara lebih akurat membedakan leher rahim dan badan
rahim, endometrium dan lapisan otot, juga dapat secara lebih akurat
membedakan derajat invasi ke lapisan otot dan situasi metastasis ke
kelenjar limfe. Dengan demikian dapat secara lebih jelas menentukan
stadium klinis tumor. MRI dalam menunjukkan invasi ke lapisan otot
uterus dan serviks uteri lebih baik dari CT, akurasinya 80%. (21, 22)
Gambaran MRI uterus normal dapat dilihat pada gambar berikut,
terlihat uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng. Letak
uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
14

Gambar 9. Uterus normal pada pemeriksaan MRI


Pada gambar (B) menunjukkan vesika urinaria, (e) menunjukkan
high-signal-intensity endometrium, tanda panah vertikal merupakan low-
signal-intencity Junctional Zone, (m) merupakan intermediate-signal-
intensity pada myometrium, (c) adalah serviks, vagina ditunjukkan oleh
tanda panah horizontal, dan R adalah rektum.

(A)
Gambar 8. Karsinoma Endometrium stadium IA
(Beddy, peter.dkk. 2012. FIGO staging system for Endometrial Cancer:
Added Benefits of MR Imaging. Department of Clinical Radiology,
University of Cambridge and Cambridge University Hospitals)
Karsinoma Endometrium Tahap IA pada wanita 35 tahun. (A)
Sagittal T2-weighted image MR menunjukkan distensi rongga
15

endometrium oleh tumor (*). (B) Aksial miring T2-weighted MR gambar


menunjukkan tumor di dalam rongga endometrium hyperintense. Zona
junctional baik digambarkan, dengan tidak ada bukti invasi. (C) Pada
gambar dinamis miring axial MR kontras ditingkatkan diperoleh 4 menit
setelah injeksi intravena media kontras, tumor (panah) adalah
hypoenhancing relatif terhadap miometrium hyperenhancing. (2)

(B) (C)
Gambar 9. Karsinoma Endometrium stadium IA

Gambar 10. Karsinoma Endometrium stadium II A (kiri) dan IIB (kanan)


16

Gambar 11. Karsinoma Endometrium stadium IIIB

Gambar 12. Karsinoma Endometrium stadium IVA


(Beddy, peter.dkk. 2012. FIGO staging system for Endometrial Cancer:
Added Benefits of MR Imaging. Department of Clinical Radiology,
University of Cambridge and Cambridge University Hospitals)

3. Pemeriksaan Laboratorium dan PA


Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, fungsi liver, elektrolit)
untuk menyingkirkan metastasis yang tersembunyi atau occult dan
penyakit medis lainnya. (2, 3)
Dilatasi dan kuretase (D&C) merupakan gold standar untuk diagnosis
karsinoma endometrium, namun pada saat ini biopsi endometrium memiliki
akurasi 90%-98% tanpa harus memerlukan anestesi dan operasi, selaini itu
tumor marker atau zat petanda tumor yang dapat digunakan ialah CA-125,
17

menurut data, pada pasien karsinoma endometrium, sekitar 20% pasien


stadium klinis I, 80% pasien stadium lanjut memiliki nilai CA-125 tinggi.
Menurut pola pertumbuhan tumor, dapat dibagi menjadi 2 jenis:(2, 11, 12)
a. Tipe difus : tumor tumbuh meluas menelusuri endometrium, dapat
mengenai sebagian besar atau bahkan seluruh endometrium kavum uteri,
bila ekstensi ke inferior ke kanalis servikalis bahkan ke ostium eksterna.
Selain itu tumor dapat menginvasi lapisan otot uteri atau tumbuh
menonjol ke dalam kavum uteri, tumor jenis ini relatif dini menimbulkan
gejala.
b. Tipe lokalisasi: tumor tumbuh lokalisasi dalam endometrium. Pada fase
dini lesi kecil dan dangkal, dapat terkuret keluar waktu kuretasi
diagnostik , sedangkan pada spesimen uterus pasca operasi tidak
menemukan lesi. pada stadium lanjut tumor menginvasi lapisan otot
dalam uteri, tumor jenis ini reltif lambat timbul gejala
Klasifikasi patologik karsinoma endometrium menurut tipe histologi
tumor berdasarkan The Internasional Society of Gynecological pathologist
(IGSP) adalah: (2,
1) Endometroid (75%) (secretory, ciliated, papilary or villoglandular
2) Adenocarcinoma with squamous differentiation
3) Adenoacanthoma (benign squamous component
4) Adenosquamous (malignant squamous component
5) Uterine papillary serous (5 %-10%)
6) Clear cell (1%-5%)
7) Malignant mixed Mullerian tumours or carcinomas (1%-2%)
8) Uterine sarcomas (leiomyosarcoma, endometrial stromal sarcoma,
undifferentiated (3%)
9) Mucinous (1%)
18

F. Differential Diagnosis
1. Polip Endometrium

Gambar 11. Polip Endometrial. Penampang sagital dari uterus,


menunjukan focal echogenic penebalan dari garis endometrium.
Penelusuran Doppler menunjukkan single feeding vessel pada lesi.(21)
Teknik yang paling dapat diandalkan untuk membedakan citra
Ultrasonografi polip endometrium dengan penebalan endometrium lainnya
antara lain dengan sonohisteroskopi, di mana kateter dimasukkanke kanal
endometrium, dan sekitar 5 mL saline yang dimasukkan ke dalam rongga
endometrium selama endovaginal Ultrasonografi. Polip endometrium adalah
massa focal endocavitary yang paling sering muncul homogen dan
echogenic di tekstur, tetapi mungkin mengandung kista internal dan
memiliki penampang sempit atau berbasis luas untuk endometrium.Pada
pemeriksaan Doppler, temuan yang paling spesifik polip endometrium
adalah feeding vessel masuk dari endometrium. (21)
2. Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia Endometrium pada pemeriksaan doppler relatif
hypovascular, berbeda dengan kanker yang biasanya hypervascular.
Sonohysterography membantu mengkonfirmasi sifat difus penebalan yang
dapat diperkuat kembali dengan biopsi atau dilatasi dan kuretase (D&C).(21)
G. Komplikasi
Sedikit referensi yang menjelaskan komplikasi dari karsinoma
endometrium, namun karsinoma endometrium dapat menyebabkan metastasis
atau penyebaran sel kanker dan anemia karena perdarahan.
19

H. Penatalaksanaan
Metode terapi karsinoma endometrium adalah operasi, radioterapi,
kemoterapi. Metode yang paling sering digunakan adalah operasi dan
radioterapi.(2, 3, 23, 24)
Tabel 3. Standar Terapi Karsinoma Endometrium dan Level of Evidence(23)
Stadium Standar Terapi Level of Evidence/
Rekomendasi
I-II 1. Tindakan bedah (TAH-BSO, selektif IIA/B
limfadenektomi pelvis dan paraaorta)
2. Tindakan bedah+radiasi pelvis
3. Tindakan bedah+adjuvan kemoterapi
4. Terapi bedah+adjuvan radiasi
III 1. Tindakan bedah (TAH-BSO, selektif
limfadenektomi pelvis dan paraaorta
serta reseksi semua tumor)
2. Tindakan bedah+radiasi pelvis
3. Tindakan bedah+adjuvan kemoterapi
IV Kemoterapi
Rekuren 1. Kemoterapi
2. Radiasi eksterna (mengurangi keluhan)
Keterangan: Tindakan bedah yang dilakukan total abdominal hysterektomi
(TAH), bisalpingo-oophorectomy (BSO), dan selektif limfadenektomi pelvis
dan paraaorta
1. Terapi Operasi
Terapi bedah karsinoma endometrium terutama terdiri atas 3 teknik
operasi berikut;
a. Histerosalpingektomi total atau histerosalpingektomi diperluas: yaitu atas
dasar histerektomi total ditambah eksisi segmen atas vagina ≤ 2 cm,
untuk mencegah rekurensi pada vagina residual.
b. Histerektomi ekstensif: Operasi ini mengangkat termasuk: ligasi tinggi
ligamen infundibulum pelvis, eksisi semua jaringan parametrium didalam
ligamentum latum, dekat dinding pelvis eksisi sebagian besar
20

ligamentum teres, sebagian ligamen sakrouterina dan ligamentum


kardinal serta tidak kurang dari 2 cm segmen atas vagina.
c. Histerektomi total ekstensif + eksisi limfatik iliopelvik bilateral/eksisi
limfatik para-aorta abdominal atau biopsi.
Pemilihan ketiga teknik operasi tersebut diatas harus didasarkan atas
stadium klinis tumor, jenis patologik, tingkat diferensiasi sel dan kondisi
fisik pasien secara individual. Tapi penentuan stadium karsinoma
endometrium secara akurat adalah secara operasi, harus mengangkat uterus
lebih dahulu untuk memastikan kedalaman invasi ke otot uterus. Jadi, untuk
pasien stadium klinis I, bila jenis patologik bukan termasuk tingkat
keganasan tinggi yaitu adenokarsinoma serosa, karsinoma sel jernih, dll.
atau bila diferensisasi sel tumor bukan G3, kesemuanya dapat dilakukan
histerosalpingektomi total atau histerosalpingektomi diperluas, saat operasi
segera membedah uterus. Jika ditemukan tumor menginvasi otot lapisan
dalam uterus atau ke kanalis servikalis, atau eksplorasi operatif menemukan
limfadenopati pelvis/ para-aorta abdominal, harus segera dilakukan
limfadenektomi pelvis bilateral atau pengangkatan limfatik para-aorta atau
biopsi. Sedangkan yang telah dipastikan secara klinis stadium II atau lebih,
jenis patologik dengan tingkat keganasan tinggi, diferensiasi sel buruk,
maka dilakukan histerektomi total ekstensif ditambah pengangkatan limfatik
pelvis/para-aorta abdominal atau biopsi.(2, 3, 23, 24)
2. Radioterapi
Radioterapi memiliki posisi penting dalam terapi karsinoma
endometrium. Ia dapat menjadi cara terapi satu-satunya, juga dapat menjadi
terapi penunjang bagi terapi bedah, kemoterapi, hormon terapi. Tujuannya
dapat untuk kuratif, kadang kala hanya berefek mengurangi simtom,
memperbaiki kualitas kehidupan, memperpanjang usia, maka ia merupakan
cara terapi yang penting.(2, 3, 23, 24)
a. Radioterapi radikal
Terhadap pasien dengan hipertensi, diabetes melitus, obesitas berat
tidak tahan operasi atau stadium sudah lanjut diperkirakan tak dapat
dieksisi lagi, dapat diradioterapi dengan efek kuratif. termasuk terapi
21

intrakavital ditambah iradiasi eksternal 9lihat radioterapi untuk


karsinoma serviks uteri). (2, 3, 23, 24)
b. Radioterapi dikombinasi operasi
1) Radioterapi preoperasi
Radioterapi preoperasi dapat mengurangi aktivitas sel tumor,
menghindari penyebaran metastasis sel kanker saat operasi akibat
stimulasi operatif. Selain itu radioterapi preoperasi dapat memperkecil
volume tumor, meningkatkan ketuntasan operasi, indikasinya adalah :
a) Pemeriksaan Klinis menemukan volume tumor terlalu besar hingga
diperkirakan sulit dieksisi, dapat diberikan iradiasi eksternal atau
radioterapi intra-uterina, agar tumor mengecil kemudian dioperasi
b) Tumor menginvasi serviks uteri atau segmen atas vagina dapat
diberikan radioterapi intravaginal.
2) Radioterapi pasca operasi
Indikasi radioterapi pasca operasi adalah:
a) Stadium operatif patologik Ic ke atas (mencakup stadium Ic), atau
jenis patologik tingkat keganasan tinggi atau diferensiasi sel G3
sedangkan saat operasi belum dilakukan pengangkatan limfatik,
atau meskipun telah dilakukan pengangkatan limfatik tapi hasil
patologik menunjukan metastasis kelenjar limfe, maka pasca
operasi harus dilakukan iradiasi eksternal kavum pelvis/para-aorta
abdominal.
b) Terdapat tumor pada vagina residual atau insisi vagia berjarak
kurang cm dari tumor, pasca operasi harus dilakukan radioterapi
intravaginal.
c) tumor stadium lanjut tidak dapat dieksisi tuntas atau diperkirakan
terdapat tumor residif, harus dilakukan iradiasi eksternal area
tersebut. (2, 23, 24)
3. Terapi Medikamentosa
a. Terapi dengan hormon progestin
Dosis tinggi progestin efektif terhadap karsinoma endometrium,
dapat menyebabkan endometrium bertransformasi ke arah normal,
22

tampak dari berkurangnya mitosis, granul sitoplasma bertambah, bahkan


timbul vakuol sekretorik, akhirnya tumor digantikan oleh endometrium
hipertrofik atau atrofik. Tapi tidak semua karsinoma endometrium efektif
dengan terapi progestin. Yang berdiferensiasi baik reseptor estrogen dan
progesteron positif, merupakan indikasi bagi terapi progestin. Dapat
dijadikan terapi adjuvan pasca operasi atau radioterapi pada pasien
demikian. Selain itu, juga dapat menjadi bagian terapi kombinasi
terhadap pasien stadium lanjut atau rekurensi. Efeknya dapat berupa
pengecilan tumor, meredakan nyeri, mengurangi perdarahan, juga dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap radioterapi. (2, 3, 23, 24)
b. Terapi anti estrogen
Tamoksifen merupakan senyawa trifenil heksene, tergolong
hormon nosteroid, memiliki efek ganda yaitu anti-estrogrn dan
estrogenik. Obat tersebut berikatan dengan reseptor estrogen pada sel dan
dalam sitoplasma, sehinggan kadar reseptor estrogen berkurang dan
mengurangi reaksi normal jaringan terhadap estrogen, sehingga secara
efektif menghambat pertumbuhan tumor. Tamoksifen dapat merangsang
sintesis reseptor progestin intrasel tumor, sehingga berefek sinergi
dengan efek antitumor progestin, meningkatkan kepekaan dan efektivitas
jangka panjang terapi progestin. (2, 3, 23, 24)
c. Terapi dengan obat anti tumor
Kemoterapi karsinoma endometrium belakangan ini mendapat
perhatian serius, namun karena metode terapi klasik dan efektif terhadap
karsinoma endometrium adalah operasi dan radioterapi, posisi
kemoterapi hanya sebagai adjuvan. Indikasi kemoterapi adalah:
1) Kemoterapi adjuvan pasca operasi terhadap kasus stadium dini yang
memiliki faktor risiko tinggi tertentu. Misalnya jenis patologik
bertingkat keganasan tinggi, diferensiasi sel buruk, reseptor estrogen
negatif
2) Kasus stadium lanjut dapat dilakukan operasi radikal atau radioterapi
dengan kemoterapi adjuvan
23

3) Saat operasi terdapat tumor residif atau pasien rekuren dengan


metastasis.
Obat antitumor yang serinf digunakan adalah obat golongan
platinum, ADR, %FU, CTX, Act-D, taksol, dll. Jalur pemberian obat
selain kemoterapi sisitemik konvensioanal, berdasarkan lokasi tumor
juga dapat diberikan kemoterapi intervensioanal, intraperitonial, dll. (2,
3, 23, 24)

I. Prognosis
Stadium klinis memegang peranan penting dala penentuan prognosis.
Semakin lanjut stadium, prognosis semakin buruk. Oleh karena itu, tingkatkan
kewaspadaan terhadap keganasan ini, agar dapat didiagnosis dini dan diterapi
secepatnya secara tepat, itulah tindakan utama untuk meningkatkan survival
pasien karsinoma endometrium dan memperbaiki prognosisnya. Hal-Hal yang
berkaitan dengan prognosis yang rendah pada kanker endometrium adalah: (2, 3,
23, 24)

1. Stadium operasi yang lanjut


2. Usia yang lebih tua
3. Tipe histologi: UPSC (Uterine papillary serous carcinoma) atau
adenokarsinoma clear cell.
4. Stadium tumor yang lanjut
5. Adanya invasi miometrium
6. Adanya invasi ruang limfe-vaskuler
7. Sitologi peritoneum yang positif untuk sel-sel kanker
8. peningkatan ukuran tumor
9. kadar ekspresi reseptor estrogen dan reseptor progesteron tumor yang tinggi
Stadium FIGO merupakan indikator prognosis yang paling penting.
Angka ketahanan hidup 5 Tahun adalah sebagai berikut:
1. Stadium I : 86%
2. Stadium II : 66%
3. Stadium III: 44%
4. Stadium IV : 16%
24

Secara umum, prognosis karsinoma endometrium tergantung dari faktor


berikut:
1. Faktor yang menguntungkan adalah grade, stadium yang rendah, tumor
berdiferensiasi baik, optimal debulking, status umum baik, dan usia lebih
muda
2. Fakor prognosis buruk mencakup tipe histologis yang clear cell dan serosa,
stadium lanjut, adanya asites, suboptimal debulking, grade yang tinggi, dan
usia yang lebih tua.

.
25

Daftar Pustaka

1. Infodatin. 2105. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf (diakses pada tanggal 26 Juli 2016)
2. Fujin, Chen.dkk. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
3. Colombo, Nicoletta.dkk. 2016. ESMO-ESGO-ESTRO Consensus Conference
on Endometrial Cancer Diagnosis, Treatmen and Follow up. International
Journal of Gynecological Cancer & Volume 26, Number 1, January 2016
4. Effendi, Angelina. dkk. 2013. Profil Penderita Karsinoma Endometrium di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode 2008-2013. Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad
5. Port, Matson. Matfin, Glenn. 2009. Pathophysiology Concept of Altered Health
States. Wolters Kluwer Health | Lippincott Williams & Wilkins.
6. Mcpee, Stephen J. Hammer, Gary D. 2006. Pathophysiology of Disease. The
McGraw-Hill Companies.
7. Rizzo, Donald .C.2001. Delmar Fundamentals of Anatomy and Physiology.
Delmar. US.
8. Scanlon, Valerie C. Sanders, Tina. 2007. Essensial of Anatomy and Physiology.
F. A. Davis Company. Philadelphia.
9. Despoupolos, Agamemnon. Silbernagi, Stefan. 2003. Color Atlas of
Physiology. Thieme. Germany
10. Smith, J. Richard. dkk. 2001. An Atlas of Gynecology Oncology Investigation
and Surger. Martin Duniz Ltd. United Kingdom
11. Callahan, Tamara L. dkk. 2004. Blueprints Obstetric & Gynecology 3rd
Edition. Blackwell Publishing.
12. Smith, Roger. 2008. Netter's Obstetrics And Gynecology And Gynecology.
Saunders Elsevier. Philadelphia
13. Cruickshank, Maggie. Shetty, Ashalata. 2009. Obstetrics and Gynecology
Clinical Case Uncovered. Wiley-Blackwell. UK.
26

14. Cunningham. dkk. 2010. 23rd Edition William Obstetric.Mcgraw-Hill


Medical.
15. Amant, frederic, dkk. 2012. Cancer of the Corpus Uteri. International journal
of Gynecology and Obstetric 19S2 (2012) S110-S117
16. E. Brant, William. A. Helms, Clyde. 2007. Fundamental of Diagnostic
Radiology. Lippincott Williams & Wilkins. Virginia
17. Sutton, David. 1998. Textbook of Radiology and Imaging 7th Edition.
Churchill Livingstone. London
18. Sutton, David. Young, Jeremy. 1995. A Concise Textbook of Clinical
Imaging. Mosby. US
19. Rubin, Philip. 1993. Clinical Oncology. W. B. Saunders Company.
Philadephia.
20. Meschan, Isadore. 1984. Roentgen sign in diagnostic imaging. Saunders
company, Germany
21. Pretorius, E. Scoot. A Solomon, Jefrey. Radiology Secret. Mosby Elsevier.
Philadelphia.
22. Beddy, peter.dkk. 2012. FIGO staging system for Endometrial Cancer:
Added Benefits of MR Imaging. Department of Clinical Radiology,
University of Cambridge and Cambridge University Hospitals
23. Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. EGC.
Jakarta.
24. Rasjidi, Imam.2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita.
Sagung Seto. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai