Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan Kesehatan

a. Pengertian

Pendidikan Kesehatan merupakan suatu upaya atau bentuk

kegiatan untuk menciptakan suatu perilaku masyarakat yang kondusif

untuk kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan penting untuk

masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatan mereka(11).

Pendidikan kesehatan yaitu upaya memberdayakan seseorang,

kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan serta ikut

melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan

dan kemampuan yang mengembangkan iklim yang mendukung serta

dilakukan oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor budaya

setempat. Tujuan dicapai melalui pendekatan ini yaitu meningkatkan

kesadaran, kemauan serta keterampilan berperilaku hidup sehat (12).

13
14

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan diadakan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan

dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Tercapainya perubahan perilaku dari individu, keluarga maupun

masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat serta berperan aktif untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat dari keluarga, individu, kelompok

maupun masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik

fisik mental maupun sosial masyarakat sehingga dapat

menurunkan angka kematian.

3) Dapat merubah perilaku seseorang serta masyarakat dalam bidang

kesehatan(13).

c. Ruang Lingkup dalam Pendidikan Kesehatan

Pada ruang lingkup pendidikan kesehatan dibagi menjadi

lingkup sasaran, materi dan metode. Berikut merupakan penjelasan

dari ketiga lingkup tersebut :

1) Sasaran

Sasaran pendidikan kesehatan yaitu individu, keluarga,

kelompok maupun masyarakat yang berupa subyek serta obyek

dalam perubahan perilaku, sehingga dapat diharapkan mereka

dapat memahami, menghayati, dan mengimplementasikan


15

bagaimana hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Faktor yang

harus diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan keshatan yaitu

tingkat pendidikan, sosial ekonomi, kepercayaan, adat istiadat dan

ketersediaan waktu dari masyarakat(11).

2) Materi

Materi yang disampaikan kepada individu, keluarga,

kelompok maupun masyarakat harus sesuai dengan kebutuhan

kesehatan serta keperawatan yang diperlukan. Sehingga

manfaatnya dapat dirasakan secara langsung dan materi yang

disampaikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat, menggunakan alat peraga dan

merupakan kebutuhan dari sasaran (14).

3) Metode

Metode yang digunakan baiknya menggunakan metode yang

dapat mengembangkan komunikasi antara yang memberi

pendidikan dan menerima pesan, sehingga dari yang menerima

pesan dapat paham dan mengerti yang disampaikan oleh pemberi

pendidikan kesehatan. Metode yang digunakan dikelompok

menjadi 2 metode, yaitu didaktif dan sokratik (14).

d. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Faktor yang mempengaruhi terjadinya keberhasilan dalam

suatu pendidikan kesehatan itu dapat dilihat dari seseorang yang


16

memberikan pendidikan, sasaran atau proses dalam pendidikan

kesehatan itu sendiri (13).

1) Faktor Pemberi Penyuluhan

a) Kurangnya persiapan dari pemberi penyuluhan.

b) Kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan.

c) Penampilan yang kurang membuat yakin untuk sasaran

penyuluhan.

d) Suara yang kurang dapat didengar oleh sasaran.

e) Penyampaian materi yang monoton dari pemberi penyuluhan

dapat memberikan efek bosan pada sasaran (13).

2) Faktor sasaran

a) Faktor pendidikan yang rendah mengakibatkan sulit untuk

menerima informasi yang telah disampaikan dari tenaga

kesehatan.

b) Faktor tingkat sosial ekonomi yang rendah sehingga mereka

lebih mementingkan kebutuhan yang mendesak dari pada

memperhatikan ateri yang disampaikan.

c) Faktor kepercayaan, adat dan budaya yang sudah tertanam

sehingga sulit dirubah.

d) Faktor lingkungan yant tidak memungkinkan terjadi perubahan

dalam perilaku (13).


17

3) Faktor Proses dalam Pendidikan

a) Faktor waktu pemberian pendidikan kesehatan tidak sesuai

dengan waktu yang diingikan oleh sasaran.

b) Faktor tempat dilaksanakan pendidikan kesehatan yang dekat

keramaian sehingga dapat mengganggu proses pendidikan

kesehatan.

c) Jumlah sasaran yang terlalu banyak sehingga sulit untuk

menarik perhatian dalam memberikan pendidikan kesehatan.

d) Alat peraga yang kurang ditunjang dari alat peraga yang mudah

dipemahami oleh sasaran.

e) Metode yang digunakan kurang tepat dapat mengurangi

emahaman sasaran (13).

e. Media dalam Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan merupakan alat bantu pendidikan.

Berdasarkan dari fungsinya sebagai penyalur pesan – pesan mengenai

kesehatan. Media kesehatan dapat disebut juga alat peraga karena

fungsinya membantu dan memperagakan sesuatu didalam proses

pendidikan atau pengajaran kepada sasaran. Media pendidikan

kesehatan ada 3 yaitu media cetak, media papan dan media elektronik.

Berikut macam dari media tersebut : (15).


18

1) Media cetak

Media cetak merupakan alat bantu untuk menyampaikan

pesan – pesan kesehatan yang sangat bervariasi, antara lain :

a) Booklet : suatu media penyampaian informasi kesehatan

berbentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.

b) Leaflet : suatu media penyampaian pesan kesehatan dalam

bentuk lembaran yang dilipat. Isi dari informasinya dapat

berbentuk kalimat maupun gambar ataupun kombinasi tulisan

dengan gambar.

c) Flyer atau selembaran : suatu mendia penyampaian pesan

kesehatan berpentuk seperti leaflet tetapi tidak berlipat.

d) Flif chart atau lembar balik(15).

2) Media Papan

Papan (billboard) yang dipaang ditempat – tempat umum

yang sering dilewati orang serta pengguna jalan lain yang berisi

tentang informasi ataupun pesan mengenai kesehatan(15).

3) Media Elektronik

Media elektronik merupakan salah satu sarana untuk

menyampaikan pesan atau informasi kesehatan dengan berbeda –

beda jenisnya, antara lain:


19

a) Telivisi

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam

melalui media telivisi yang berbentuk sandiwara, sinetron,

forum diskusi atau tanya jawab mengenai masalah kesehatan,

pidato, TV sport, kuis atau cerdas cemat dan lain sebagainya

(15).

b) Radio

Penyampaian informasi kesehatan melalui media radio

dapat bermacam – macam bentuknya, yaitu obrolan,

sandiwara, ceramah, kabar sport dan lain sebagainya(15).

c) Video

Penyampaian informasi kesehatan dapat melalui media

video berupa video motivasi untuk hidup sehat, membuang

sampah ditempat yang telah disediakan serta budaya hidup

sehat dengan mengecek kesehatan secara rutin di fasilitas

kesehatan yang sering ditayangkan di tempat-tempat umum

dan fasilitas kesehatan(15).

2. Media Audio Visual

Media audio visual merupakan media intruksional modern yang

sesuai dengan perkembangan zaman dengan kemajuan IPTEK meliputi


20

media yang dapat dilihat dan didengar. Media audio visual mempunyai

kemampuan lebih baik karena meliputi dua jenis media yaitu media audio

serta media visual. Karakteristik media ini selain untuk hiburan dan

komunikasi juga digunakan sebagai media edukasi yang mudah dipahami

masyarakat dari kalangan anak – anak hingga dewasa asalkan dengan

bahasa yang dapat dipahami oleh semua golongan dan usia(16).

Jenis media audio visual ada dua antara lain audio visual murni

dan audio visual tak murni. Audio visual murni memiliki unsur suara

maupun gambar yang berasal dari satu sumber, sedangkan media audio

visual tak murni memiliki suara dan gambarnya berasal dari sumber

berbeda. Selain itu media audio visual mempunyai banyak manfaat antara

lain :(16).

a. Memberikan dasar – dasar yang konkrit untuk berpikir.

b. Membuat media pembelajaran menarik.

c. Memungkinkan untuk hasil pembelajaran yang tahan lama.

d. Memberikan suatu pengalaman yang nyata.

e. Mengembangkan suatu keteraturan dan kontiunitas berpikir.

f. Memberikan pengalam yang tidak diperbolehkan dengan cara lain

membuat belajar lebih mendalam, efiseien dan beranekaragam.

g. Dapat digunakan secara berulang-ulang(16).


21

3. Konsep Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan suatu informasi dan penemuan yang

merupakan suatu penemuan kreatifitas untuk mempertahankan

pengetahuan baru. Pengetahuan baru dapat diperoleh jika perawat

melakukan penelitian, tetapi di Indoneisa untuk penelitian

keperawatan masih sedikit bila dibandingkan dengan ilmu – ilmu yang

lain(17).

Pengetahuan merupakan dari hasil tahu, dan hasil tersebut akan

diperoleh seseorang setelah melakukan pancainderaan manusia, yaitu

indera pengelihatan, penciuman rasa, dan indera peraba. Sebagian

pengetahuan manusia didapat menggunakan mata dan telinga.

Semakin banyak informasi yang didapat sehingga mempengaruhi,

menambah pengetahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan

akhirnya seseorang akan merubah perilakunya dari pengetahuan yang

didapat atau dimilikinya(17).

Pengetahuan itu dapat dipengaruhi oleh pendidikan formal.

Pengetahuan ada hubungannya mengenai pendidikan dimana dengan

diharapkan pendidikan orang tersebut tinggi maka dapat dikatakan

orang tersebut berpengetahuan luas. Akan tetapi perlu digaris bawahi,

bukan berarti orang berpendidikan rendah atau mutlak itu

berpengetahuan renda. Bahwa orang yang yang mendapatkan


22

pendidikan non formal juga dapat mempengaruhi peningkatan

pengetahuan(17).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yaitu domain penting dalam terbentuknya

seseorang untuk bertindak. Tindakan atau perilaku yang dilandasi

dengan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

berlandaskan pengetahuan(18).

Tingkatan pengetahuan seseorang secara rinei dikelompokkan

menjadi enam tingkatan yaitu :

1) Tahu

Tahu dapat diartikan sebagai pengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini termasuk dalam

tingkat ini yaitu mengingat kembali (recall) yang merupakan

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari ataupun dirangsang

yang seseuai dengan yang diterima. Jadi tahu adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah(18).

2) Memahami (Comprehension)

Memahami merupakan sebagai suatu objek kemampuan

menjelaskan secara benar mengenai objek yang sudah diketahui

serta dapat menginterpretasikan materi yang sudah didapat tersebut

dengan benar(18).
23

3) Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan dalam menjelaskan

materi atau suatu objek kedalam suatu komponen – komponen,

tetapi masuk dalam struktur organisasi dan tidak ada hubungan

dengan satu sama lain(18).

4) Sintesis (Synthesis)

Sintesis memperlihatkan kepada suatu kemampuan untuk

menghubungkan atau meletakkan bagian – bagian ke dalam suatu

bentuk untuk menjadi keseluruhan yang baru. Jadi sintetis

merupakan suatu kaemampuan untuk menyusun atau membentuk

formulasi baru dari beberapa formulasi yang ada (18).

5) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan

penilaian atau justifikasi terhadap suatu objek atau materi.

Penilaian – penilaian itu didasarkan dengan suatu kriteria yang

dapat ditentukan sendiri atau bisa menggunakan kriteria – kriteria

yang sudah ada(18).

c. Manfaat Pengetahuan

Pengetahuan yang biasa disebut kognitif yaitu domain terpenting

dalam terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari

pengalaman dan beberapa penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari dengan pengetahuan maka perilaku itu langgeng dari pada


24

perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Seseorang dapat

mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang terdapat proses

berurutan yaitu :(18).

1) Kesadaran (awarenes) dimana seseorang tersebut menyadari dalam

suatu dirinya untuk mengetahui lebih awal terhadap stimulus

(objek).

2) Merasa tertarik (interest) tedapat stimulus atau rangsangan objek

tersebut. Disini sikap seseorang sudah mulai timbul.

3) Menimbang – nimbang (evaluation) terhadap baik atau buruknya

stimulus pada dirinya. Pada hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4) Trial sikap dimana suatu subjek mulai mencoba melakukan

sesuatu dengan yang dikehendaki oleh stimulus atau objek yang

telah diberikan.

5) Adaptasi dimana subjek yang telah berperilaku sesuai dengan yang

sudah didapatkan dari pengetahuan, kesadaran serta sikapnya

terhadap stimulus. Apabila subjek berperilaku baru atau diadposi,

dimana didasari dengan berlandaskan pengetahuan, kesadaran dan

sikap positif, maka perilaku tersebut dapat bersifat langgeng atau

bertahan lama(18).
25

d. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

yaitu:(17).

1) Umur

Umur merupakan usia seseorang yang terhitung mulai dari

dilahirkan sampai dengan sekarang. Semakin cukup umur maka

tingkat kematangan serta kekuatan pada seseorang akan lebih

matang dalam berpikir serta bekerja maka dapat dilihat dari segi

kepercayaan yang ada di masyarakat yang lebih dewasa dengan

lebih dipercaya dari pada orang cukup tinggi kedewasaannya.

Dengan hal tersebut sebagai akibat pengalaman jiwa(17).

2) Integelensi

Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan dalam

berlajar maupun berpikir abstrak guna untuk menyesuaikan diri

individu secara mental dalam situasi baru. Intelegensi yaitu salah

satu faktor yang dapat berpengaruh dari hasil proses belajar. Dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan intelegasi dari seseorang dapat

berpengaruh dalam tingkat pengetahuan (18).

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

lingkungan individu. Lingkungan dapat memberikan pengaruh

pertama untuk seseorang dapat belajar dari hal – hal yang baik dan
26

hal – hal yang buruk tergantung dari sifat kelompoknya. Dalam

lingkungan seseorang mendapatkan pengalaman yang dapat

berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang(18).

4) Sosial Budaya

Sosial budaya dapat mempengaruhi pengetahuan individu.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya

dengan orang lain, dengan hubungan ini seseorang mengalami

suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan(18).

5) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan kepada

individu untuk perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-

cita tertentu. Pendidikan yang tinggi maka seseorang itu akan

cenderung untuk mencari informasi, baik dari orang lain maupun

dari media masa maupun sebaliknya dengan tingkat pendidikan

kurang dapat menghambat untuk berkembang dan sikap seseorang

pada nilai – nilai yang telah diperkenalkan. Ketidaktahuan dapat

disebebkan karena pendidikan yang sangat rendah, individu yang

tingkat pendidikan yang rendah akan sulit untuk menerima pesan,

informasi dan mencerna pesan yang telah disampaikan(17).

6) Informasi

Informasi diberikan pada pengetahuan seseorang. Meskipun

seseorang yang memiliki pendidikan rendah walaupun orang itu


27

diberikan informasi yang baik dari berbagai cara dan salah satunya

media akan meningkatkan pengetahuan seseorang(18).

7) Pengalaman

Pengalaman dapat menghasilkan suatu pemahaman yang

berbeda untuk setiap individunya, dari pengalaman mempunyai

kaitannya dengan pengetahuan. Seseorang yang punya banyak

pengalaman dapat menambah pengetahuan(19).

e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang ditetapkan sebagai berikut :

1) Bobot I : masuk ke tahap tahu atau hanya sebatas paham saja.

2) Bobot II : masuk ke tahap tahu, pemahaman, pengaplikasian dan

menganalisis.

3) Bobot III : masuk ke tahap tahu, pemahanan, pengaplikasian,

menganalisis dan mengevaluasi.

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan mengunakan

wawancara atau menggunakan kuesioner yang menanyakan isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan

nilai presentase, yaitu :

1) Tingkat pengetahuan kategori baik, jika nilai ≥ 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori cukup, jika nilai 56 – 74%

3) Tingkat pengetahuan kategori kurang, jika nilai < 55%


28

4. Teori Keperawatan “Health Promotion” Nola J. Pender

Pender mengemukakan health promotion model atau disebut HPM

yang merupakan konsep yang didasarkan pada upaya memberdayakan

kemampuan seseorang dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Model

promosi kesehatan menggabungkan dua teori yaitu salah satunya teori

nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial (social cognitive

theory) yang isinya memandang pentingnya promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit dengan suatu yang ekonomis dan logis(20).

Berikut model health promotion model atau HPM menurut Pender

dapat dilihat pada bagan berikut :


29

Gambar 2.1 Model Promosi Kesehatan Pender,(20).


Faktor Persepsi Kognitif Faktor Modifikasi Partisipasi dalam Perilaku
Peningkatan Kesehatan
Pentingnya Kesehatan Karakteristik Demografi

Persepsi Kontrol Kesehatan


Karakteristik Biologi
Persepsi Efektifitas Diri
Interpersonal
Definisi Kesehatan Menetapkan
Perilaku Promosi
Faktor Situasi
Persepsi Status Kesehatan Kesehatan

Faktor Perilaku
Persepsi manfaat perilaku Syarat untuk
Promosi Kesehatan Bertindak

Persepsi Hambatan terhadap


perilaku Promosi Kesehatan

Adapun kompinen elemen pada teori ini yaitu sebagai berikut :


a. Teori nilai harapan (expactany-value theory)

Pada teori nilai harapan atau expactany-value theory, perilaku

sehat yang bersifat rasional dan seseorang akan mulai bertindak serta

perilakunya akan tetap didalam dirinya, sedangkan teori ini ada dua hal

pokok yaitu:(20).

1) Hasil tindakan yang bernilai positif.

2) Pengambalian tindakan untuk dapat menyempurnakan hasil yang

diharapkan.
30

b. Teori kognitif sosial (social cognitive theory)

Model teori interaksi ini meliputi lingkungan, manusia dan perilaku

yang saling mempengaruhi. Teori ini juga menekankan pada pengarahan

diri (self direction), pengaturan diri(self regulation) dan persepsi

terhadap keyakunan pada diri (self efficacy)(20).

Pada teori ini disebutkan bahwa manusia mempunyai kemampuan

dasar yaitu:(20).

1) Simbolisasi adalah proses dan transformasi atau perubahan

pengalaman sebagai petunjuk untuk melakukan tindakan yang

mendatang atau yang akan datang.

2) Pikiran kedepan adalah mengantisipasi kejadian yang mungkin akan

muncul serta merencanakan suatu tindakan untuk mencapai tujuan

yang baik.

3) Belajar dari pengalaman orang lain adalah menetapkan peraturan

untuk generasi serta mengatur perilaku dari observasi tanpa adanya

melakukan percobaan (trial) dan kesalahan (error).

4) Pengaturan diri sendiri menggunakan cara standar internal dan reaksi

evaluasi diri sendiri untuk memotivasi dan mengatur perilaku,

mengatur lingkungan yaitu eksternal untuk menciptakan perubahan

dalam bertindak.

5) Refleksi diri adalah berpikir tentang proses pikir seseorang dan

secara aktif untuk memodifikasi dengan sendirinya.


31

Pada teori kognitif, kepercayaan diri dapat dibentuk dengan

observasi dan refleksi diri. Kepercayaan diri meliputi : pengenalan diri

(self atribut), evaluasi diri (self evaluation) dan keyakinan diri (self

efficacy)(20).

Dari uraian teori diatas dapat disimpulkan seorang akan bertindak

dan tetap berperilaku jika hasil tindakan bernilai positif. Teori itu juga

menekankan pada persepsi pasien tentang keyakinan diri. Berdasarkan

hal tersebut konsep ini bisa digunakan perawat untuk membetuk perilaku

yang positif untuk pasien TB Paru dengan meningkatkan self efficacy

pasien agar dapat mempunyai motivasi yang tinggi untuk mencapai

kesembuhannya(20).

Pada perkembangan selanjutnya pender melakukan revisi pada

kerangka konseptual pada model promosi kesehatan dari model yang

sebelumya, sebagai berikut : (20).


32

Karakteristik Aspek kongisi dan afeksi Perilaku yang Dan


pengalaman individu perilaku khusus diharapkan

Manfaat uang
dipersepsikan
terhadap suatu
tindakan

Perilaku
sebelumnya Hambatan yang
yang terkait Kebutuhan yang
dipersepsikan
mendesak (kendali
terhadap suatu
rendah) dan berbagai
tindakan
pilihan (kendali tinggi)

Persepsi terhadap
keyakinan diri
Faktorpersonal
biologis,
psikologis, dan Komitmen
sosial budaya Pengaruh yang untuk Perilaku
ditimbulkan oleh merencanakan promosi
suatu aktivitas suatu masalah kesehatana

Pengaruh
Interpersonal
(keluarga, kelompok,
penyedia layanan
kesehatan ) norma ,
dukungan , modal

Pengaruh situasional :
pilihan yang tersedia,
kebutuhan,
karakteristik dan
estetika

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Model


Promosi Kesehatan (20).
33

Teori keperawatan Health Promotion yang dikemukakan Pender dapat

diaplikasikan dilingkup keperawatan medikal bedah, tentunya dalam hal

ini penting sekali melibatkan pasien dan keluarga khususnya pengawas

menelan obat sebagai orang yang terdekat yang mendukung serta memberi

motivasi kepada pasien TB Paru untuk cepat sembuh dalam

pengobatannya. Health Promotion Model (HPM) merupakan konsep

model yang berdasarkan upaya untuk pemberdayaan terhadap kemampuan

individu maupun keluarga itu sendiri dalam meningkatkan derajat

kesehatannya(20).

5. Tuberkulosis Paru

a. Definisi

Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan penyakit menular


langsung disebabkan oleh kuman yang bernama Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini sebagian besar menyerang bagian paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman TB Paru menyerupai
batang yang memiliki sifat khusus yaitu tahan asam pewarnaan yang
biasa disebut Basil Tahan Asam(BTA)(21).
b. Etiologi

Penyakit TB Paru disebabkan oleh virus Mycobaterium

tuberculosis. Virus ini berbentuk batang yang mempunyai sifat tahan

asam pewarnaan oleh karena itu disebut Basil Tahan Asam (BTA).

Virus ini dapat mati saat terkena sinar matahari langsung, akan tetapi
34

virus ini dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang lembab dan

gelap(21).

Sumber penularan dari penyakit TB Paru yaitu penderita TB Paru

BTA positif. Pada saat bersin atau batuk, penderita mengeluarkan

virus melalui udara yang berbentuk droplet atau percikan dahak.

Droplet yang mengandung Mycobaterium tuberculosis dapat bertahan

hidup diudara dengan suhu kamar dengan waktu beberapa jam. Orang

dapat terinfeksi langsung kalau droplet tersebut terhirup dan masuk

kedalam saluran pernapasan. Virus tersebut menyebar dari bagian paru

dan menyebar kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,

sitem saluran limfe, atau menyebar langsung ke sistem kebagian –

bagian tubuh lainnya(21).

Daya penularan pada penderita ditentukan dari banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari dalam parunya. Makin tinggi derajat

positif dari hasil dahak pemeriksaannya, maka makin menularlah

penderita tersebut. Bila dari hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak

terlihat virus), maka penderita dianggap tidak menular. Berikut

merupakan faktor yang menyebabkan sesorang terinfeksi oleh TB

Paru:(21).

1) Herditer : Resisten terhadap infeksi yang diturunkan secara genetik.

2) Jenis kelamin : pada saat akhir masa kanak – kanak dan remaja.

3) Usia : masa bayi yang kemungkinan terinfeksinya sangat tinggi.


35

4) Pada saat masa pubertas dan masa remaja dimana pada saat itu

pertumbuhan yang cepat yang memungkinkan infeksi cukup tinggi

diakibatkan diit yang tidak adekuat.

5) Stress : situasi stress yang tinggi (injury atau penyakit, kurangnya

asupan nutrisi, kelelahan yang kronik, stress emosional).

6) Meningkatnya sekresi steroid adrenal mengakibatkan penekanan

sekresi inflamasi dan memudahkan yntuk memperluas infeksi.

7) Anak yang sedang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan

lebih mudah terinfeksi.

8) Infeksi berulang : penyakit HIV, Measles, pertussis(21).

c. Patofisiologi

Seorang yang terinfeksi melalui dorlet nuclei melalui pasien

TB Paru ketika pasien tertawa, batuk, bersin. Droplet nuclei

mengandung basil TB yang ukurannya kurang lebih 5 mikron yang

berterbangan melalui udara. Partikel dengan sekecil itu akan

berterbangan beberapa jam di udara ditransfer sebagai aerosol melalui

aliran udara dalam ruang dengan jarak lebih dari 2 meter(21).

Saat Microbacterium tubercolosa telah menginfeksi paru-paru,

maka akan segera tumbuh bakteri yang berbentuk seperti globular.

Sebelum menjadi globular akan melalui rangkaian reaksi imunologis

bakteri TB Paru akan menghambat melalui pembentukan dinding

disekeliling bakteri itu oleh sel-sel yang ada diparu. Mekanisme dari
36

pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi parut

dan bakteri tuberkulosis akan menjadi dormant atau istirahat. Bentuk

dormant biasanya terlihat saat pemeriksaan foto rotgen(21).

Sistem imun tubuh merspon dengan melakukan sistem reaksi

inflamasi. Fagosit (Makrofag dan Neutrofil) merusak banyak bakteri

seperti bakteri limpospesifik-tuberculosa menghancurkan basil serta

jaringan normal. Reaksi pada jaringan ini mengakibatkan terjadinya

penumpukan eksudat yang ada pada alveoli dan mengakibatkan

bronkopneumonia serta infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah

pajanan(21).

Massa jaringan paru yang biasa disebut granulomas adalah

basil yang menggumpal dan masih hidup. Granulomas berubah

menjadi massa jaringan fibrosa, bagian sentral dari granulomas

bernama tuberkel ghon dan menjadi nekrotik yang berbentuk seperti

keju. Pada terjadinya ini dapat mengalami klasifikasi serta membentuk

skar kolagenosa (21).

Setelah terjadi pemajanan serta terjadi infeksi awal, individu

dapat mengalami penyakit aktif yang dikarenakan gangguan atau

respon yang tidak inadekuat dari sistem imun. Penyakit juga dapat

aktif kembali dengan aktifnya ulang serta aktivasi dorman. Pada kasus

ini tuberkel ghon memecahkan dan melepaskan bahan berbentuk

seperti keju dalam bronki yang berterbangan diudara, serta


37

menyebabkan penyebaran kuman lebih jauh. Paru yang terinfeksi akan

menjadi lebih lebih bengkak dan akan menjadi bronkopneumonia lebih

lanjut(21).

d. Penularan

1) Cara Penularan

Sumber penularan yang diakibatkan TB Paru adalah pasien

yang mengandung bakteri mycobacterium tuberculosis didalam

tubuhnya. Penyebaran tuberkulosis melalui droplet yang terjadi pada

saat pasien bersin dan batuk. Seseorang dapat tertular serta mengalami

infeksi apabila sudah terhirup droplet yang mengandung kuman yang

berisi mycobacterium tuberculosis sebanyak 0-3500 bakteri.

Sementara saat bersin sebanyak 4500-1.000.000 bakteri(22).

2) Faktor Resiko

Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko penyebaran

tuberkulosis, diantaranaya kepadatan penduduk, ventilasi rumah yang

buruk, kepercayaan, kebudayaan dan karakteristik individu dalam

upaya pengendalian penyakit kepada dirinya sendiri (22).

Wabah penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat

dipengaruhi oleh tingkat perkembangan suatu negara, yaitu negara

maju atau berkembang. Ekonomi yang kurang baik seperti

kemiskinan, dan pelayanan kesehatan yang buruk serta meningkatnya


38

pasien HIV-AIDS, risestensi obat, populasi lanjut usia, terpaparnya

dengan tenaga kesehatan dilingkungan kerja dapat meingkatkan resiko

penyebaran penyakit tuberkulosis (21).

e. Manifestasi Klinis

Pasien TB Paru akan sering mengalami gangguan pada

kesehatannya, seperti batuk berdahak kronik, berkeringat tanpa sebab

dimalam hari, demam, nyeri dada, sesak napas, serta penurunan nafsu

makan. Menurut yang dijelaskan dapat terjadi penurunan pada

produktivitas penderita dan sampai kematian. Pasien dengan TB Paru

juga dapat dijumpai dengan konjungtiva mata atau kulit yang pucat yang

disebabkan anemia, berat badan kurang dan berat badan menurun(23).

Gejala utama pada pasien TB Paru yang sering dijumpai antara lain :

1) Batuk

Batuk berdahak yang terjadi lebih dan selama 2 minggu

kadang disertai dengan batuk darah. Pada pasien yang terkena HIV

positif, batuk yang sering bukan masalah terjadinya TB Paru yang

khas, tetapi gejala batuk tidak harus selama 2 minggu lebih untuk

pasien HIV positif(23).


39

2) Demam

Demam yang terjadi pada pasien dengan TB Paru biasanya

menyerupai demam pada saat influenza. Suhu tubuh dapat mencapai

40-41 derajat celcius serta tidak menetap dan hilang timbul(23).

3) Sesak Napas pada TB Paru

Pada penyakit TB Paru ringan atau baru tumbuh belum

dirasakan sesak napas. Munculnya sesak napas terjadi pada saat

penyakit sudah lanjut dengan infiltrasinya sudah menyebar setengah

bagian paru-paru (23).

4) Nyeri Dada

Gejala nyeri jarang ditemukan muncul saat ketika inflitrasinya

radang sudah sampai ke bagian pleura sehingga terjadinya pleuritis.

Muncul gerakan kedua pleura pada saat pasien menarik atau melepas

napasnya(24)(25).

f. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit TB Paru dibuat agar pencatatan serta

pelaporan kasus menjadi akurat dan penetapan pengobatan yang lebih

tepat. Adapun klasifikasinya sebagai berikut : (26).

1) Klasisfikasi berdasarkan letak anatomi dari penyakit :

a) TB Paru

TB Paru merupakan tuberkulosis yang terletak dijaringan

(parenkim) paru. Apabila pasien menderita tuberkulosis paru dan


40

tuberkulosis ekstraparu sekaligus, maka akan dikalsifikasikan

dalam tuberkulosis paru(26).

b) Tuberkulosis Ekstra paru

TB ekstra paru merupakan penyakit TB yang terjadi pada

organ salain paru, misalnya : central nervous system (Meningitis),

lymphatics (Scrofula of the neck), Pleura (tuberkulosis pleuritis),

Disseminated (Tuberkulosis Milier), Bones and joints of spine

(Poll’s disease), Genital and urinary (Tuberkulosis urogenital).

Penegakan diagnosis pada tuberkulosis ekstra paru dapat melalui

pemeriksaan klinis atau bakteriologis(26).

2) Klasifikasi berdasakan riwayat dengan pengobatan sebelumnya :

a) Pasien baru TB Paru

Pasien baru penyakit TB Paru merupakan pasien yang

sebelum tidak pernah meminum OAT atau sudah pernah

meminum OAT tetapi belum ada 1 bulan, kurang dari 28

dosis(26).

b) Pasien yang pernah menjalani pengobatan TB Paru

Pasien yang pernah menjalani pengobatan TB merupakan

pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan

lebih dari 28 dosis. Pasien ini selanjutnya akan diklasifikasikan

kedalam hasil pengobatan tuberkulosis terakhir, yaitu :(26).


41

(1) Pasien kambuh yaitu pasien yang sebelumnya pernah

dinyatakan sembuh atau pengobatannya lengkap dan saat ini

dinyatakan terkena tuberkulosis berdasarkan hasil

pemeriksaan klinis ataupun bakteriologis, baik karena kambuh

atau terinfeksi kembali(26).

(2) Pasien yang diobati kembali setelah gagal merupakan pasien

TB Paru yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada saat

pengobatan terakhir(26).

(3) Pasien yang diobati kembali dikarenakan putus berobat (lost

of follow-up) merupakan pasien yang sudah diberikan

pengobatan dan dinyatakan lost of follow-up. Klasifikasi

sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pada pasien setelah

putus berobat (default)(26).

(4) Lain-lain : merupakan pasien tuberkulosis yang sebelumnya

pernah diobati namun hasil akhir dari pengobatan sebelumnya

belum diketahui(26).

3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan pada uji kepekaan obat.

Pengelompokan pada pasien berdasarkan hasil uji kepekaan dengan

contoh uji Mycobactrium tuberkulosis terhadap OAT dan dapat

berupa:(26).

(1) Mono resistan (TB-MR) : bakteri dari TB Paru mengalami

resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.


42

(2) Poli resistan (TB-PR) : bakteri dari TB Paru resisten dengan lebih

dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid(H) dan

Rifampisin(R) dengan bersamaan.

(3) Multi Drug Resistan (TB-MDR) : bakteri dari TB Paru resistan

terhadap Isoniazid(H) dan Rifampisin(R) secara bersamaan,

dengan atau tanpa diikuti resistan OAT lini pertama lainnya.

(4) Extensive drug resistan (TB-XDR) ; merupakan penyakit TB

MDR yang sekaligus resistan terhadap salah satu OAT golongan

fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis

menggunakan suntikan yaitu, Kapreomisin, Kanamisin dan

Amikasin secara bersamaan.

(5) Resistan Rifampisin (TB-RR): bakteri TB Paru yang resistan pada

Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lainnya

yang terdeteksi menggunakan metode genotip biasa disebut Tes

Cepat Molekuler atau menggunakan metode fenotip biasa disebut

konvensional.

4) Klasifikasi pasien TB Paru berdasarkan status HIV(26).

(a) Pasien tuberkulosis dengan HIV positif (pasien infeksi HIV-

AIDS)

(b) Pasien TB Paru dengan HIV negative


43

(c) Pasien tuberkulosis tanpa diketahui status HIV karena tidak

memiliki pendukung berupa alat hasil tes HIV pada saat

didiagnosis tuberkulosis ditetapkan.

g. Pengobatan

Berdasarakn tujuan dari pengobatan TB Paru adalah untuk

menyembuhkan pasein, mencegah komplikasi dan kematian akibat TB

Paru serta penyebaran kuman Mycrobacterium tuberculosis. Program

pengobatan di Indonesia sendiri sejalan dengan rekomendasi dengan

WHO yang meliputi pengobatan TB Paru lini pertama, lini kedua dan

tuberkulosis resistan. Pengobatan tuberkulosis yang ada difasilitas

pelayanan kesehatan tingkat dasar yang ditunjuk adalah menggunakan

OAT tuberkulosis lini pertama(26).

Tabel 2.1 Obat Anti Tuberkulosis(OAT) Lini pertama

Dosis yang direkomendasikan


Jenis OAT Sifat (mg/kg)
Harian 3 x seminggu
5 10
Isoniasid (H) Bakterisid (4-6) (8-12)
10 10
Rifampisin (R) Bakterisid (8-12) (8-12)
25 35
Pirazinamid (Z) Bakterisid (20-30) (30-40)
15
Streptomisin (S) Bakterisid (12-18)
15 30
Etambutol (E) Bakterisid (15-20) (20-35)
44

Pemberian OAT lini pertama pada pasien TB Paru negara

Indonesia dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Kategori pertama

Kategori pertama terdiri dari aatas : 2(HRZE)/4(HR)3 atau

2(HRZE)/4(HR) diperuntukan untuk pasien tuberkulosis paru

terkonfirmasi bakteriologis, pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi

klinis dan pasien tuberkulosis ekstra paru. Diberikan selama 6 bulan,

yang meliputi 2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap lanjutan dapat

berupa OAT kombinasi dosis tetap (KDT) dan obat lepas (kompibak)

(26).

Tabel 2.2 Dosis paduan pada Obat Anti Tuberkulosis KDT kategori 1 :
2(HRZE)/4(HR)3
Tahap Awal tiap hari selama Tahap lanjutakn 3 kali
56 hari RHZE seminggu selama 16 minggu
Berat Badan
(150/75/400/275) RH(150/150)

30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT


Tahap Awal setiap hari selama Tahap lanjutakn 3x1 minggu
Berat Badan 56 hari RHZE selama 16 minggu
(150/75/400/275) RH(150/150)

38-54 kg 3 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT

55-69 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT

≥70 kg 5 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT


45

Tabel 2.3 Dosis panduan OAT kompbipak kategori 1: 2HRZE / 4H3R3

Dosis perhari / kali


Tahap
Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet
Pengobatan
Pengobatan Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol
@300 mg @450 mg @500 mg @250 mg
Awal 2 bulan 1 1 3 3

Lanjutan 4 bulan 2 1 - -

2) Kategori kedua

Paduan OAT kategori 2 yaitu 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3 atau

2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)E diberikan pada pasien kambuh, pasien

gagal pengobatan kategori 1 dan pasien pengobatan setelah putus

berobat(lost to follow-up) yang diberikan selama 8 bulan dimana 3

bulan awal dan 5 bulan tahap lanjutan. OAT dengan kategori 2 dapat

berbentuk kombinasi dosis tetap atau KDT dan obat lepas (kombipak)

(26).

Tabel 2.4 Dosis Panduan OAT menggunakan Kombipak Kategori 2 : 2HRZES/


5H3R3E3
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Streptom
pengobatan Pengob Isonias Rifampis Pirazin Tablet Tablet isin
atan id in @450 amid @250 @400 Injeksi
@300 mg @500 mg mg
mg mg
Tahap 2 1 1 3 3 - 0,75
awal (dosis Bulan 1 1 3 3 - -
harian) 1 bulan
Tahap 5 bulan 2 1 - 1 2 -
lanjutan
(dosis 3x
seminggu)
46

h. Efek samping Pengobatan

Pengobatan TB Paru menggunakan prinsip sebagai berikut:(26).

1) Obat Anti TB harus diberikan dalam bentuk kombinasi dalam

beberapa jenis obat dengan jumlah cukup dan dosis tepat dengan

kategori pengobatan.

2) Untuk menjamin kepatuhan pasien dalam menelan obat, dapat

dilakukan pengawasan langsung oleh pengawas menelan Obat(PMO).

3) Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap, yaitu berupa tahap

awal (intensif) dan lanjutan.

4) Pengobatan tuberkulosis paru dalam jangka waktu tertentu dapat

meminimalkan efek samping yaitu baik bersifat ringan maupun berat.


47

Tabel 2.5 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis(OAT)


Efek samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada mual, sakit H,R,Z OAT ditelan pada saat
perut, dan nafsu makan malam hari sebelum tidur
atau diminum bersamaan
dengan makanan jika
keluhan semakin hebat
disertai muntah segera
dirujuk ke dokter
Nyeri sendi Z Berikan aspirin,
paracetamol atau berupa
obat anti radang non
steroid
Kesemutan atau rasa H Berikan vitamin B6
terbakar ditelapak kaki (pieidoxin) 50-75 mg per
atau tangan hari
Warna kemerahan pada R Tidak membahayakan
urin dantidak perlu diberikan
obat, tetapi perlu diberi
penjelasan kepada pasien
Flu sindrom (demam, R dosis intermiten Pemberian R dirubah dari
lemas, sakit kepala, interminten menjadi
menggigil, nyeri pada setiap hari pemberian.
tulang)
48

B. KERANGKA TEORI

Faktor Resiko TB TB Paru Diagnosis TB Paru :


Paru :
1. Gejala Klinis
1. Kuman Penyebab 2. Pemeriksaan
TB Paru Jasmani
(Mycobacterium 3. Pemeriksaan
tuberculosis). Bakteriologik
2. Faktor Individu (BTA)
a. Faktor Usia dan 4. Pemeriksaan
Jenis Kelamin Radiologi
b. Daya Tahan 5. Pemeriksaan
Tubuh Penunjang
c. Perilaku
3. Faktor Lingkungan

Pendidikan Kesehatan : Pengobatan Konsep Pengetahuan :


1. Pengertian 1. Intensif 1. Pengertian
2. Tujuan 2. Lanjutan 2. Tingkat
3. Ruang Lingkup Pengetahuan
4. Faktor – Faktor 3. Manfaat
yang Mempengaruhi Pengetahuan
5. Media Pendidikan Kepatuhan 4. Faktor – Faktor
Kesehatan Minum Obat yang
Mempengaruhi
Pengetahuan

Kesembuhan

Kesembuhan
Konversi BTA Tidak Sembuh
Negatif

Gambar 2.3 Kerangka Teori (23),(24),(25),(26),(27),(28)


49

C. KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pendidikan Kesehatan Tingkat Pengetahuan


tentang Tuberkulosis

Tingkat Pendidikan

Variabel Pengganggu

Keterangan :

Yang diteliti :

Yang tidak diteliti :

Gambar 2.4 Kerangka Konsep


50

D. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara mungkin benar

mungkin juga salah yang digunakan pada penelitian. Sehingga masih dapat

dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka

dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu 𝐻∝ : ada pengaruh

pendidikan kesehatan menggunakan media audio visual terhadap tingkat.

Anda mungkin juga menyukai