PENDAHULUAN
1
1.2.2 Bagaimana prinsip etik dalam pengambilan keputusan pada penyakit
kronis anak?
1.2.3 Bagaimana konsep system perkemihan dalam tubuh?
1.2.4 Bagaimana konsep gagal ginjal kronispada anak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep pengambilan kepurutas pada penyakit kronis
anak
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip etik dalam oengambilan keputusan pada
penyakit kronis anak
1.3.3 Untuk mengetahui konsep system perkemihan dalam tubuh
1.3.4 Untuk mengetahui konsep gagal ginjal kronis pada anak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Menurut Schiffman & Kanuk (2008), keputusan adalah seleksi terhadap
dua atau lebih alternative pilihan. Dengan kata lain, untuk membuat keputusan
harus terdapat alternative pilihan.
Menurut Davis, keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti
terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan
tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dalam perencanaan.
Keputusan dapat berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang menyimpang
dari rencana semula (Hasan, 2002 : 9).
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-fakta dan data,
menentukan alternatif yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang
tepat.
Menurut Beach & Connolly, pengambilan keputusan merupakan bagian
dari suatu peristiwa yang meliputi diagnose, seleksi tindakan, dan
implementasi (Moordiningsih & Faturochman, 2006).
Sweeney dan Farlin mengartikan pengambilan keputusan sebagai proses
dalam mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil
terbaik yang diharapkan (Sarwono, 2009).
Moorhead dan Griffing (2010), berpendapat bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pengambilan pilihan dari sejumlah
alternative yang didalamnya terdapat elemen-elemen informasi, tujuan,
pilihan tindakan, kemungkinan tindakan hingga hasil, nilai yang berhubungan
dengan tujuan setiap hasil dan salah satu pilihan tindakan.
2.1.2 Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Kemdal dan Montgomery, factor-faktor yang mempengaruhi
dalam proses pengambilan keputusan antara lain :
a. Circumstances : keadaan sekitar
b. Preferences : berkaitan dengan harapan, tujuan, dan keinginan yang bervariasi
pada setiap individu
c. Emotions : reaksi positif atau negative terhadap situasi, orang lain, dan
alternative-alteratif yang berbeda
d. Actions : interaksi individu terhadap lingkungan
e. Beliefs : pembuktian dari apa yang diyakini atau dijadikan acuan
3
2.1.3 Definisi Etik
Etik adalah suatu norma yang mengatur seseorang untuk berperilaku
secara baik dan buruk. (Pasturscalia, 1971).
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana
seharusnya manusia hidup di masyarakat yang mengatur seseorang dalam
berperilaku.
2.1.4 Tipe-Tipe Etika
a. Bioetik
Adalah ilmu mempelajari tentang permasalahan etik yang berhubungan
dengan masalah biologi dan pengobatan. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau
bahkan membahayakan kemampuan organism terhadap perasaan takut dann
yeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan
biologi.
b. Clinical ethics/ Etik klinik
Merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh: adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis
yang kurang bermanfaat.
c. Nursing ethics/ Etik Perawatan
Merupakan suatu landasan yang dipakai dalam pelaksanaan praktik
keperawatan, mengarah pada tanggung jawab dan moral. (k2-nurse, 2009).
2.1.5 Dilema etik
Adalah situasi yang dihadapi seseorang untuk membuat suatu keputusan
mengenai perilaku yang layak harus dibuat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77).
Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilemma
etika tersebut. Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang
menghadapi dilemma tersebut, yaitu:
4
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
a. Mengkaji situasi
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
5
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
f. Membuat keputusan
g. Memberi keputusan
i. Analisa situasi hingga hasil actual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
6
c. Mengidentifikasi isu etik
Melakukan sesuatu yang baik dan memberikan manfaat bagi klien dan pasien.
c. Keadilan (Justice)
e. Kejujuran (Veracity)
7
Dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seorang
perawat untuk mempertahankan komitmen ynag dibuatnya kepada pasien.
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorang
pun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diizinkan oleh klien
dengan bukti persetujuan. (Geoffry hunt. 1994).
8
a) Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan
sejumlah cairan ke dalam urin dan melepaskan eritopoitein, serta
melepas renin.
Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi ekskresi.
Organ ini memproduksi urin yang berisikan air, ion- ion, dan senyawa-
senyawa solute yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal dan melewati
sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih,
selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan miksi, terjadi ketika
adanya kontraksi dari otot-otot kandung kemih menekan urin untuk keluar
melewati uretra dan keluar dari tubuh (Muttaqin & Sari, 2014).
9
a. Ginjal
10
mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, dengan
menyesuaikan jumlah air dan berbagai konstituen plasma yang
dipertahankan di tubuh atau dikeluarkan di urin dalam kisaran yang
sangat sempit yang memungkinkan kehidupan, meskipun pemasukan
dan penge luaran konstituen-konstituen ini melalui saluran lainsangat
bervariasi. Organ ginjal melakukan tugasnya mempertahankan
homeostasis sehingga komposisi urin dapat bervariasi. Ginjal
mempunyai fungsi yang sebagian besar membantu mempertahankan
stabilitas lingkungan cairan internal antara lain: pengaturan
keseimbangan air dan elektrolit di tubuh, pengaturan keseimbangan
asam basa tubuh, pengaturan volume plasma, mengeluarkan (
mengekskresikan ) produk- produk akhir (sisa) metabolism tubuh,
mengeluarkan banyak senyawa asing, meghasilkan eritropoietin dan
rennin (Sherwood,2009).
11
Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh, kelebihan air dalam
tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang encer
dalam jumlah besar.
b. Ureter
12
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Setiap
ureter pada orang dewasa memiliki panjang kurang lebih 20 cm,
memiliki dinding yang terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel
transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat
melakukan gerakan peristaltic (berkontraksi) untuk mengeluarkan urin
ke kandung kemih (Muttaqin & Sari, 2014).
c. Kandung kemih
Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis
otot destrusor yang saling beranyaman. Dinding kandung kemih
terdapat dua bagian besar yakni ruangan yang berdinding otot polos
yang terdiri dar i badan (korpus) yang merupakan bagian utama
dimana urin berkumpul dan leher (kolum) yang merupakan lanjutan
dari badan yang berbentuk corong. Kandung kemih berfungsi
menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui
uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Kandung kemih
mempunyai kapasitas maksimal dalam menampung urin, dimana pada
orang dewasa besarnya adalah ± 300-450 ml. Kadung kemih pada saat
kosong terletak di belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada
di atas simfisis sehingga dapat di palpasi dan diperkusi (Muttaqin
&Sari,2014)
d. Uretra
13
uretrainternaterdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatetik sehingga pada saat kandung kemih penuh, sfingter ini
terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang
dipersarafi oleh sistem somatik. Panjang uretra pada pria dewasa
antara 23-25 cm yang berfungsi sebagai saluranreproduksi sedangkan
panjang uretra pada wanita antara 3-5 cm. Perbedaan panjang inilah
yang memyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urin lebih sering
terjadi pada pria (Purnomo, 2014).
2.4.1 Definisi
14
menyebabkan uremia/ retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer & Bare, 2001).
2.4.2 Etiologi
2.4.3 Klasifikasi
15
Klasifikasi PGK tersebut digunakan untuk anak di atas dua tahun
sehubungan dengan proses pematangan ginjal yang masih berlangsung.
Nilai LFG digunakan sebagai fokus utama dalam pedoman ini karena LFG
dapat menggambarkan fungsi ginjal secara menyeluruh.
2.4.4 Manifestasi Klinis
16
hipertensif, gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan
herediter, penyakit metabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik
(penyalahgunaan analgesik), nefropati obstruktif(saluran kemih bagian atas
dan saluran kemih bagian bawah).
17
Sehingga menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan
penurunan metabolisme aktif vitamin D karena terjadi perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon sehingga menyebabkan
osteodistrofi (penyakit tulang uremik).
Penurunan cadangan Insuf renal (BUN, creat Gagal ginjal stadium akhir
ginjal (asimptomatik) meningkat, nokturia, (90% massa nefron hancur,
poliuri) BUN, creat meningkat, oliguri)
a. Gangguan Pertumbuhan
Derajat gagal tumbuh berhubungan dengan usia awitan penyakit
denganpenyebab multifaktorial, di antaranya faktor anoreksia,asidosis
metabolik kronik, terapi steroid, nutrisi yangtidak adekuat, kurangnya
insulin-like growth factor-I(IGF-I), testosteron dan estrogen selama
masa pubertastidak adekuat, dan penyakit tulang.
b. Malnutrisi
Malnutrisi pada gagal ginjal kronis terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu
malnutrisi tipe 1 dan malnutrisi tipe 2. Pada malnutrisi tipe 1 umumnya
terjadi karena asupan kalori dan protein yang kurang. Penurunan
albumin hanya sedikit sehingga pemberian nutrisi yangadekuat serta
dialisis akan menunjukkan perbaikan status nutrisi. Malnutrisi tipe 2
terkait dengan inflamasi, sering disebut sebagai malnutrition
inflamation atheroclerosis (MIA). Pada kondisi ini, selain pemberian
nutrisi dandialisis, penting memperhatikan penyakit lain yang
menyertai serta respon inflamasikronis.
c. Anemia
19
Anemia menyebabkan kelemahan, penurunan aktivitas dan kognitif,
serta berkurangnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penurunan
kualitas hidup. Anemia berat dapat meningkatkan beban jantung,
menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan kardiomiopati maladaptif,
sehingga meningkatkan risiko kematian karena gagal jantung maupun
penyakitjantung iskemia. Anemia pada PGK(Penyakit Ginjal Kronik)
paling seringdisebabkan oleh defisiensi eritropoetin dan zat
besi.Penyebab lain adalah inflamasi, kehilangan darah kronik,
hiperparatiroid, keracunan alumuniun,defisiensi vitamin B12 dan asam
folat, hemolisis,serta efek samping obat imunosupresif dan
angiotensinconverting enzyme (ACE) inhibitor.
d. Hipertensi
e. Gangguan Elektrolit
20
disebabkan berbagai factor seperti hiperfosfatemia, absorbsi yang
tidak adekuatdalam saluran cerna, dan resistensi tulang
terhadaphormon paratiroid. Hipokalsemia menyebabkanspasme
karpopedal, tetani, laringospasme, dan kejang.Hiperfosfatemia
disebabkan absorbsi fosfor daridiet yang tidak teratur, ekskresi fosfat
melalui ginjalmenurun, dan hipokalsemia. Akibat hiperfosfatemiaakan
terjadi hipokalsemia dan kalsifikasi sistemik sepertikalsifikasi
pulmonal yang menimbulkan hipoksia sertanefrokalsinosis.
f. Osteodistrofi Renal
1) Urine
a. Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada.
21
f. Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
2) Darah
3) Pemeriksaan Radiologi
22
d. Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa,
kista, obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
e. Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis hostologis.
f. Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis
ginjal (keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
g. Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
h. Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat
menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.
i. Pielogramintravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi
ginjal, ukuran dan bentuk ginjal.
j. CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti
penyebararn tumor).
k. Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal,
luasnya lesi invasive ginjal
2.4.9 Penatalaksanaan
23
diberikan dalamkeadaan perut kosong dan tidak diberikan
bersamaandengan pengikat fosfat.
f. Tata laksana hipertensi meliputi terapi non farmakologis dan
farmakologis. Meskipun sering diberikan antihipertensi multipel,
dianjurkan dimulai dengan obat tunggal dengan dosis rendah kemudian
ditingkatkan secara perlahan sampai tekanan darah terkontrol, kecuali
pada pasien dengan hipertensi emergensi dan urgensi yang membutuhkan
penurunan tekanan darah dengan segera. Target tekanan darahyang ingin
dicapai adalah di bawah persentil 90 atau<130/80 mmHg.
g. Hiperfosfatemia ditata laksana dengan diet rendah fosfat, obat pengikat
fosfat, mengontrol kadarhormon paratiroid, bila perlu dilakukan dialisis.
Dietrendah fosfat sulit dilakukan, sementara hemodialisis tiga kali/minggu
hanya mampu mengekskresi 900 mgfosfat, sehingga obat pengikat fosfat
paling banyakdigunakan seperti kalsium karbonat, kalsium asetat,atau
sevelamer.
h. Tujuan terapi osteodistrofi renal pada PGK adalah mencegah deformitas
tulang dan normalisasi kecepatanpertumbuhan dengan intervensi diet
rendah fosfatdan terapi farmakologi berupa pengikat fosfat danvitamin D.
24
BAB 3
3.1 Peran
3.2 Kasus
Tn. F dan Ny. I pada hari minggu datang membawa anaknya An.G (14 th)
ke RSUD dengan keadaan mengkhawatirkan. Ny. I mengatakan bahwa anaknya
pada saat berkemih keluar kencing berwarna merah secara terus-menerus.
Keadaan ini sudah sering dialami oleh An. G. Sebelumnya An.B memang
mempunyai riwayat penyakit batu ginjal. Setelah dirawat dan mnedapatkan
25
pemeriksaan lebih lanjut An.G didiagnosa mengalami komplikasi yaitu gagal
ginjal kronis di kedua ginjal. Tidak hanya itu An. G juga mengalami CA ginjal
kiri, dimana ginjal An. G harus dilakukan pengangkatan sehingga CA tidak
melebar ke area yang lebih luas. Pada saaat itu tindakan ini adalah satu-satunya
tindakan yang dapat dilakukan dengan segera untuk menyelamatkan nyawa An.
G. Tetapi, permasalahannya tidak hanya pada pengangkatan ginjal. Yang menjadi
masalah adalah An. G juga mengalami gagal ginjal kanan dan kiri sehingga CA
ginjal An. G diangkat dan teratasi akan percuma karena ginjal sebelah kanan
telah mengalami kegagalan sehingga sangat tidak memungkinkan bagi An. G
bisa melanjutkan hidup hanya dengan satu ginjal. Selain terapi hemodialisa, yang
rutin dua kali setiap minggu, karena kondisi ginjal sebelah kanan yang juga
mengalami penurunan fungsi. Disaat yang bersamaan ada klien lain yang
meninggal dunia dan sebelum meninggal klien tersebut bersedian mendonorkan
kedua ginjalnya kepada An. G. Pihak keluarga tersebut bersedia untuk
mengizinkan anggota keluarganya mendonorkan ginjalnya kepada An. G.
Kedua orang tua An. G sangat berterimakasih kepada klien dan keluarga
yang bersedia mendonorkan ginjalnya tersebut kepada anak mereka. Tetapi, Ny. I
tidak bersedia menerima donor ginjal tersebut karena Ny I adalah seorang
muslim yang fanatik dimana meyakini bahwa menerima donor organ terlebih lagi
dari orang yang telah meninggal dunia adalah perbuatan dosa. Ny I mengatakan
hal tersebut sama saja melanggar kehormatan dan penganiyaan terhadap jenazah.
Sesuai sabda Rasulullah SAW : “memecahkan tulang mayat itu, sama saja
dengan memecahkan tulang orang hidup.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu
Hibban)
3.3 Dialog
Perawat 1 : Selamat pagi dek Gita. Perkenalkan saya Ners Elyn yang bertugas
26
pada hari ini. Bagaimana keadaannya?
Pasien : Lemes dan nyeri ners.
Perawat 1 : Ya sudah, Ners periksa dulu ya (sambil melakakukan pemeriksaan
ttv)
Ibu : Bagaimana perkembangan anak saya ners?
Perawat 1 : Hasil pemeriksaan tensinya 120/80 bu. Suhunya 37.5 C. Nadi 102
x/mnt. Pernfasannya 28x/mnt masih sesak. Dan kondisinya sangat
lemah bu. Saya juga ingin menyampaikan terkait tindakan lebih
lanjut adek Gita. Jadi, dokter menyarankan adek Gita dilakukan
tindakan transplantasi ginjal secepatnya karena kondisinya yang
semakin melemah.
Ibu : Saya kurang setuju ners dengan tindakan itu karena sesuai sabda
Rasulullah SAW : “memecahkan tulang mayat itu, sama saja
dengan memecahkan tulang orang hidup.” (H.R. Ahmad, Abu
Dawud, dan Ibnu Hibban). Saya tidak mau berbuat dosa itu sama
saja melanggar kehormatan dan menganiaya jenazah.
Ayah : Iya benar apa yang dikatakan istri saya Ners.
Perawat 1 : Iya bapak saya mengerti dan paham. Tetapi kemarin bapak dan ibu
sudah mendengar sendiri serta mengetahui jika pendonor sebelum
meninggal bersedia mendonorkan ginjalnya, dari pihak keluarganya
pun juga sudah menyetujui dan ikhlas, karena mereka juga merasa
iba kepada adek Gita yang kondisinya semakin lemah.
Ayah : Apa tidak ada tindakan lain Ners?
Perawat 1 : Mohon maaf bapak satu-satunya tindakan yang perlu segera
dilakukan yaitu transplantasi ginjal tersebut karena ginjal yang
sebelah kiri sudah diangkat sedangkan yang kanan ini sudah
mengalami penurunan/ kegagalan fungsi.
Ibu : Selama ini juga sudah dilakukan cuci darah bahkan 2 kali dalam
seminggu. Apa itu tidak membantu Ners?
Perawat 1 : Itu membantu bu tetapi tidak sepenuhnya. Perlu adanya tindakan
lebih lanjut mengingat kondisi anak ibu yang seperti ini. Semua
tindakan yang disarankan dokter itu juga ditentukan berdasarkan
perkembangan kondisi anak ibu saat ini. Tetapi semua keputusan
ada pada bapak dan ibu selaku orang tua pasien.
27
Ibu : Saya tetap tidak setuju Ners
Perawat 1 : Iya sudah bu besok dokter Ulfa visite untuk melihat kondisi adek
Gita. Dan menjelaskan lebih lanjut mengenai tindakan ini. Saya
permisi dulu ibu bapak.
Ayah + ibu : Iya Ners, terimakasih.
Keesokan harinya dokter Ulfa visite menuju ruang An. Gita untuk melakukan
pemeriksaan.
28
yang didonorkan akan tetapi dapat dibantu dengan rutin minum obat
imunosupresan. Dan jika tidak dilakukan tindakan ini kondisi anak
ibu akan semakin memburuk dan dapat menyebabkan kematian. Jadi
mungkin ibu dan bapak perlu mempertimbangkan semua ini karena
keputusan tetap ada pada bapak dan ibu.
Ayah : Sudahlah bu kita setuju saja demi anak kita.
Ibu : Bapak kan sudah tahu sendiri hukumnya, dan anak kita juga
kemungkinan bisa menolak tubuhnya. Tidak 100% sembuh.
Dokter : Begini pak bu saya menyarankan untuk mendatangkan pemuka
agama untuk menjelaskan hukum mengenai tindakan ini dan sharing
ilmu juga sesuai keyakinan bapak dan ibu.
Ayah : Yasudah dok besok saya datangkan Ustadzah Devi tetangga saya
yang biasanya juga pengajian bersama istri saya dok. Bagaimana
bu?
Ibu : Iya sudah pak datangkan saja.
Tidak beberapa lama setelah dokter keluar ruangan pak Fafa menelfon ustadzah
Devi untuk datang ke RS mengingat kondisi anaknya yang semakin melemah. Dan
ustadzah Devi datang tepat saat Ners Anisa melakukan pemeriksaan TTV.
29
memburuk. Dan memang tindakan ini tidak 100% langsung
menyembuhkan pasien tetapi setidaknya kami sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan tindakan yang terbaik
untuk adek Gita.
Ustadzah : Baik saya paham Ners. Begini bu Ishomatul dan pak Fafa memang
mendonorkan organ tubuh dari manusia yang sudah meninggal
hukumnya haram seperti hadist yang bu Ishoma paparkan tadi.
Tubuh manusia tidak boleh diperlakukan sebagai benda material
semata, transplantasi dilakukan dengan memotong organ tubuh
seseorang untuk diletakkan atau di cangkokkan pada tubuh orang
lain, padahal tubuh manusia bukanlah benda material semata yang
dapat di potong dan dipindah-pindahkan.
Ibu : Tuh kan ners, hukumnya haram
Ustadzah : Sebentar bu, terdapat dalil kedua yang hukumnya memperbolehkan.
Transplantasi merupakan salah satu jenis pengobatan, sedangkan
pengobatan merupakan hal yang disuruh dan di syari’atkan dalam
islam. Terdapat dua kemaslahatan yaitu antara maslahah menjaga
kesucian mayat dan maslahah menyelamatkan nyawa manusia yang
sakit. Ada pendapat yang memperbolehkan transplantasi organ
mayat ini jika memiliki syarata-syarat :
1. Ada persetujuan/izin dari pemilik organ asli (wasiat) atau ahli
warisnya, tanpa paksaan
2. Si penerima donor telah mengetahui segala implikasi
pencangkokkan
3. Pencangkokkan dilakukan oleh yang ahli dalam ilmu tersebut.
Organ tidak diperbolehkan melalui proses transaksi jual beli
4. Seorang muslim hanya boleh menerima organ dari muslim
lainnya kecuali dalam keadaan mendesak.
Beberapa lembaga fatwa Islam saat ini lebih dominan berpandangan
mendukung transplantasi organ tubuh. Seperti contohnya Fiqh Islam
(Lembaga dibawah liga Islam dunia di Arab Saudi)
Ibu : Jadi boleh ya Ustadzah jika ini untuk menyelamatkan nyawa orang
30
lain?
Ustadzah : Iya boleh bu
Ayah : Terimakasih Ustadzah sudah datang kemari dan memberi penjelasan
tadi. Kalau begitu Ners saya dan istri saya setuju untuk dilakukan
tindakan ini.
Perawat 2 : Baik bapak silahkan menuju Nurse Station untuk menandatangani
surat persetujuan tindakan.
Ayah : Baik Ners.
Di nurse station
BAB 4
ANALISA KASUS
31
Sesuai langkah-langkah kerangka pemecahan etik yang dikemukakan oleh
Murphy dan Murphy:
Pada kasus di atas dapat disimpulkan bahwa ginjal An. G tersisa satu
sebelah kanan dan juga tidak berfungsi dengan baik sehingga perlu dilakukan
transplantasi ginjal.Pada An. G yang telah memiliki riwayat GGK
sebelumnya, sudah rutin melakukan hemodialysis smeinggu dua kali.
Tahapan Transplantasi:
Pra-operatif
Obat-obat imunosupresi
32
Untuk mencegah terjadinya rejeksi kepada pasien yang mengalami
transplantasi ginjal diberikan obat-obat imunosupresi. Ada beberapa macam
obat imunosupresi yang tersedia pada umumnya dikelompokkan menjadi:
Obat imunosupresi konvensional: siklosporin-A, kortikosteroid,
azatioprin, antibody monoclonal OKT-3, antibody poliklonal ALG (Anti
Lymphocyte Globulin), ATG (Anti Thympocyte Globulin).
Obat imunosupresi baru yaitu tacrolimus dan mycophenolate mofetil.
Efek samping tacrolimus hamper sama dengan siklosporin, infeksi yang
timbul biasanya CMV (Cytomegali Virus), ATG (Anti Thympocyte
Globulin), ALG (Anti Lympocyte Globulin), MMF (micophinolatemofetil).
Pasca Transplantasi
33
kortikosteroid (prednisole), siklosporin, dan OKT-3 (antibody
monoclonal) dapat diberikan secara bertahap selama beberapa minggu.
b) Rejeksi tandur, rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi dalam
waktu 24 jam (hiperakut), dalam 3 sampai 14 hari (akut), atau setelah
beberapa tahun pertama setelah transplantasi. Ultrasound dapat digunakan
untuk mendeteksi pembesaran ginjal, sedangkan biopsy renal dan tekni
radiografik digunakan untuk mengevaluasi rejeksi transplan, jika
transplan ditolak maka pasien akan kembali menjadi dialysis. Ginjal yang
ditolak tersebut dapat diangkat kembali atau tidak bergantung kapan
penolakan tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal dibiarkan di
tempat.
Usia 13 – 60 tahun
Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan
harus patuh minum obat
34
Kontraindikasi Transplantasi Ginjal
Pasien yang berumur lebih dari 70 tahun. Karena pada usia tersebut sudah
sering ditemukan gangguan-gangguan pada organ-organ lain yang akan
mempengaruhi proses pembedahan, karena pada usia tersebut ginjal
sudah mengalami penurunan fungsi.
Obesitas
Ginjal kanan
35
An. G (Perlu dilibatkan tentang kondisi medis dan tindakan medis yang akan
dilakukan untuk memutuskan tindakan medis selanjutnya)
Sesuai kasus diatas peran perawat adalah sebagai fasilitator antara klien
sebagai penerima layanan kesehatan dan dokter sebagai pemberi layanan
kesehatan agar terjadi kesepahaman antara klien dan dokter.Bisa juga perawat
dalam kasus diatas yang berhubungan dengan keyakinan, memfasilitasi
klien/keluarga untuk berkonsultasi dengan orang yang lebih berkompeten.
36
Kekurangan transplantasi ginjal:
Butuh proses pembedahan besar.
Proses untuk mendapatkan ginjal lebih lama atau sulit.
Tubuh bisa menolak ginjal yang didonorkan.
Penderita harus rutin minum obat imunosupresan yang mempunyai banyak
efek samping
Jika tidak dilaukan Transplantasi ginjal:
Harapan hidup berkurang.
Keadaan pasien akan semakin memburuk.
Kelebihan hemodialisis :
Tidak ada nyeri atau sakit selama prosedur
Dapat dilaksanakan dengan bersantai
Dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan memperpanjang usia
Dapat menghambat progresivitas penyakit
Dapat dilakukan pada pasien gagal ginjal akut maupun kronik
Kekurangan hemodialisis :
Fungsi ginjal yang tersisa cepat menurun
Pembatasan asupan cairan dan diet lebih ketat
Kadar hemoglobin lebih rendah, sehingga kebutuhan akan eritropoietin
meningkat
f. Mempertimbangkan Besar Kecilnya Konsekuensi Untuk Setiap
Alternatif Keputusan
Sekitar 90% ginjal hasil transplantasi tetap berfungsi setelah satu
tahun, dan sekitar 3% sampai 5% ginjal hasil transplantasi tidak lagi
berfungsi setelah satu tahun. Transplantasi ginjal selal memiliki risiko
penolakan oleh tubuh, seingga sangat penting bagi pasien yang menerima
donor ginjal untuk mengonsumsi semua obat-obatan yang diberikan dokter
untuk mengendalikannya.Secara keseluruhan, ginjal yang didapat dari donor
hidup memiliki tingkat keberlangsungan hidup yang lebih baik daripada
ginjal yang diperoleh dari donor jenazah.
37
Efek samping Transplantasi:
Perdarahan dan infeksi.
Terjadi penolakan organ transplantasi namun dapat diatasi dengan konsumsi
obat-obatan tertentu.
Meningkatkan risiko terkena hipertensi.
Kemungkinan lemas dan tidak bisa beraktifitas berat
Apabila tidak dilakukan transplantasi ginjal, maka pada akhirnya akan
memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian.
g. Pemberian Keputusan
Tn. F sebagai kepala keluarga adalah pengambil keputusan dalam kasus
An.G.diatas
h. Mempertimbangkan Bagaimana Keputusan Tersebut Hingga Sesuai
Dengan Falsafah Umum Untuk Perawatan Klien.
Falsafah Keperawatan menurut Jean Watson (Caring).Caring adalah
suatu ilmu pengetahuan yang mencakup suatu hal berperikemanusiaan,
orientasi ilmu pengetahuan manusia ke proses kepedulian pada manusia,
peristiwa, dan pengalaman. Ilmu pengetahuan caring meliputi seni dan umat
manusia seperti halnya ilmu pengetahuan. Perilaku Caring meliputi
mendengarkan penuh perhatian, penghiburan, kejujuran,kesabaran, tanggung
jawab, menyediakan informasi sehingga pasien dapat membuat suatu
keputusan.
Sesuai teori diatas perawat berusaha agar klien dapat mengambil
keputusan dengan tepat, melalui tukar pendapat yang baik dan tidak
memaksakan pendapat.Memberi masukan dan pengertian sesuai dengan ilmu
keperawatan.Memfasilitasi klien untuk bertukar pikiran dengan orang yang
ahli dibidangnya sehingga klien dapat memutuskan pilihan pengobatan
dengan tepat.
i. Analisa Situasi Hingga Hasil Aktual dari Keputusan Telah Tampak dan
Menggunakan Informasi Tersebut untuk Membantu Membuat
Keputusan Berikutnya.
38
Pada kasus diatas Tn.F dan Ny.I selaku orangtua dari An.G memiliki
keyakinan yang bertolak belakang dengan keputusan medis yang diusulkan
oleh dokter sehingga diperlukan sharing ilmu dan pendapat oleh ahli
keagamaan sesuai dengan keyakinan orangtua An.G . Sesuai sabda Rasulullah
SAW: “Memecahkan tulang mayat itu sama saja dengan memecahkan tulang
orang hidup.” (H.R. Ahmad, Abu Dawud, san Ibnu Hibban).
Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang sudah meninggal
Pendapat pertama, Hukumnya Haram
Dalil pendapat pertama:
Kesucian tubuh manusia; setiap bentuk agresi atas tubuh manusia
merupakan hal yang terlarang, karena ada beberapa perintah Al-Qur’an dan
Hadist yang melarang.Di antara hadist yang terkenal “Mematahkan tulang
mayat sesorang sama berdosanya dan melanggarnya dengan mematahkan
tulang orang tersebut ketika ia masih hidup”.
Tubuh manusia adalah amanah; hidup, diri dan tubuh manusia pada
dasarnya bukanlah milik manusia tapi merupakan amanah dari Allah yang
harus dijaga, karena itu manusia tidak memiliki hak untuk mendonorkannya
kepada orang lain.
Tubuh manusia tidak boleh diperlakukan sebagai benda matrial
semata; transplantasi dilakukan dengan memotong organ tubuh seseorang
untuk diletakkan (dicangkokkan) pada tubuh orang lain, padahal tubuh
manusia bukanlah benda material semata yang dapat dipotong dan dipindah-
pindahkan.
Pendapat Kedua, Hukumnya Boleh
Dalil pendapat kedua:
Transplantasi merupaka salah satu jenis pengobatan, sedangkan
pengobatan merupakan hal yang disuruh dan disyariatkan dalam Islam.
Terdapat dua hal yang mudharat dalam masalah ini yaitu antar
memotong bagian tubuh yang suci dan dijaga dan antara menyelamatkan
kehidupan yang membutuhkan kepada organ tubuh mayat tersebut.Namun
39
kemudharatan yang terbesar adalah kemudharatan untuk menyelamatkan
kehidupan manusia.Maka dipilihlah sesuatu yang kemudharatannya terbesar
untuk dihilangkan yaitu memotong organ mayat untuk menyelamatkan
kehidupan manusia.
Qiyas atas maslahat membuka perut mayat wanita yang hamil yang
lewat 6 bulan yang disangka kuat hidup anaknya. Qiyas atas boleh membuka
perut mayat jika di dalam perutnya terdapat harta orang lain.
Terdapat dua hal kemaslahatan yaitu antara maslahah menjaga
kesucian mayat dan antara maslahah menyelamatkan nyawa manusia yang
sakit dengan transplantasi organ mayat tersebut.
Namun pendapat yang membolehkan transplantasi organ mayat ini
memiliki syarat-syarat yaitu:
1. Ada persetujuan/izin dari pemilik organ asli (atau wasiat) atau dari ahli
warisnya (sesuai tingkatan ahli waris), tanpa paksaan.
40
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
41
Pada saat ini, telah dimungkinkan pengelolaan GGK pada anak yang sangat
muda, pengelolaan ditujukan untuk mempertahankan kemampuan fungsional
nefron yang tersisa selama mungkin dan memacu pertumbuhan fisik yang
maksimal, sebelum dilakukannya dialisis atau transplantasi.
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Leni Ervina, Dahler Bahrun, Hertanti Indah Lestari. 2015. Tatalaksana Penyakit
Ginjal Kronik pada Anak. E-Journal UNSRI : MKS, Th. 47, No. 2, April
2015. https://ejournal.unsri.ac.id. Diakses pada 9 Oktober 2018
Salwani, D. (2016). Malnurtisi Pada Gagal Ginjal Kronik.
42
Banyumas Jawa Tengah”. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. http://repository.ump.ac.id (Diakses pada 9 Oktober 2018)
Jaya, Hendri Tanu., Sudung Pardede. (2014). “Nutrisi pada Anak dengan Penyakit
Gagal Ginjal Kronik”. CDK-213. Volume 41 No. 2. Diakses di
http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_213Nutrisi%20pada%20Anak
%20dengan%20Penyakit%20Ginjal%20Kronik.pdf pada 10 Oktober 2018
Pardede, Sudung., Swanty Chunnaedy. (2009). “Penyakit Ginjal Kronik Pada Anak”.
Sari Pediatric. Vol 11 No.3
Krisnana, Ilya., dkk. (2018). “Buku Ajar Keperawatan Anak 2”. Surabaya : Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
43