Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,listrik dan radiasi.
(Smeltzer, suzanna, 2002)
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar di klasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan
keseriusan luka yakni, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan komia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (Frost Bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
b. Luka bakar derajat II
1) Derajat II dangkal (Superficial)
2) Derajat II dalam (deep)
c. Luka bakar derajat III
3. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan
beberapa metode yaitu :
a. Rule of nine
1) Kepala - leher : 9%
2) Dada : 9 %
3) Perut : 9 %
4) Tangan kanan : 9 %
5) Tangan kiri : 9 %
6) Paha kaki kiri : 9 %
7) Paha kaki kanan: 9 %
8) Betis kaki kiri: 9 %
9) Betis kaki kanan: 9 %
10) Punggung : 9 %
11) Bokong : 9 %
12) Genetalia/perineum: 1
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaankaki lebih
kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil

berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Metode Lund dan Browder :
1) Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa
tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi
besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel
tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan
‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
2) Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%.
Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
3) Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik berdasarkan perjalanan penyakitnya luka
bakar dibagi menjadi 3 fase yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas
karena adanya inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat
sistemik
2. Fase subakut
Fase ini berlangsung setelah sub berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) akan menimbulkan masalah inflamasi,
sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas / energy.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofi, kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Manifestasi Klinik
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terjadi pada lapiran epidermis
2) Kulit kering, hiperemi berupa eritema
3) Tidak dijumpai bullae
4) Nyeri karena ujung-ujung sarafsensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai eksudasi
2) Di jumpai bullae
3) Nyeri pada ujung saraf teriritasi
4) Dasar luka berwarma merah, pucat, sering terletak lebih tinggi di atas
kulit normal
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebaseasebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
2) Derajat II Dalam (deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh lapisan bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bullae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena letaknya lebih
rendah di banding kulit sekitar
5) Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan lebih
dari 20 % pada anak-anak
2) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum
3) Terdapat trauma inhalasidan multiple injury tanpa memperhitungkan
derajat dan luas luka.
4) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi
b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25 % pada orang dewasa dan 10-20% pada
anak-anak
2) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10 % pada anak-anak
2) Luka bakar fullthicknes kurang dari 2%
3) Luka tidak sirkumfer
4) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
D. Patofisiologi
Luka bakar (Combustion) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis
dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler
ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera
setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi
sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel
darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme
E. Penyembuhan Luka Bakar
Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka
yang dapat dibagi dalam 3 fase:
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka
bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah
luka mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul
epitelisasi.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase
proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan
mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri
atau gatal.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
G. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran
gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya
pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan
haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena
sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.
5. Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang
tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektisi dalam urine.
H. PerhitunganLuas Luka Bakar Dan Tetesan Cairan Luka Bakar
1. Rumus Tetesan Cairan Luka Bakar
- Dewasa: 4 cc x BB x Luas Luka Bakar %

24 jam
Di bagi 2: 8 jam I dan 16 jam ke II
- Anak: 2 cc x BB x Luas Luka bakar+ kebutuhan faal
24 Jam
Di bagi 2: 8 jam I dan 16 jam ke II
2. Kebutuhan Faal pada anak :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
½ diberi 8 jam pertama
½ diberi 16 jam ke dua
3. Contoh perhitungan luas luka bakar
Tangan kanan :9%
Tangan kiri :6%
Kaki kanan :9%
Dada :4%
Punggung atas :3%
Jumlah : 31%
(Mikro 60, Makro 20)
Dewasa
= 4x73x31= 9.052=4.526
24 2
Makro 20
8 Jam I = 4.526 x20 = 90.520= 188 tetes/8 jam
8x 60 480
16 jam II = 4.526x20 =90.520 = 94 tetes/16 jam
16x60 960

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tnggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi
selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka
bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun
memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen
K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi
terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat
dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(P,Q,R,S,T). sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami
luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak,
pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase
: fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48
jam pertama beberapa hari/bulan), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar.
5. Aktifitas/istirahat :
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
6. Sirkulasi :
Tanda : (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
7. Integritas ego :
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
8. Eliminasi :
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
9. Neurosensori :
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
10. Nyeri/kenyamanan :
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri;
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(Efaporasi akibat luka bakar)
2. Nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka,kesembuham luka dan
penanganan luka bakar
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme, dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada penampilan tubuh
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan berhubungan - Fluid balance 1. Monitor vital sign
dengan kehilangan - Hydration 2. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
cairan aktif - Nutritional status (food & fluid) intake kalori harian
(Efaporasi akibat - intake 3. Monitor status nutrisi
luka bakar) Kriteria hasil : 4. Anjurkan makan makanan yang berserat (jus
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia buah/buah segar)
b. Vital sign dalam batas normal 5. Monitor status cairan termasuk intake dan output
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Elastilitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab
2 Nyeri Akut NOC : NIC :
berhubungan - Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengansaraf yang - Pain control termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
terbuka, kesembuhan - Comfort level kualitas dan faktor presipitasi
luka dan penanganan Kriteria Hasil : 2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
luka bakar a. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang. nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
b. Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol kebisingan
nyeri 3. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
c. Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi intervensi
d. Klien dapat menerapkan metode non farmakologik 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
untuk mengontrol nyeri dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
3 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Nutritional status : food and fluid, nutrient intake, weight 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh control 2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
berhubungan dengan Kriteria hasil : vitamin C
hipermetabolisme, a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 3. Monitor kulit kering dan adanya pigmentasi
dan kebutuhan bagi b. Mampu mnegidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Monitor turgor kulit
kesembuhan luka c. Tidak ada tanda-tanda malnitrisi 5. Monitor mual dan muntah
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti 6. Kolaborasikan dengan ahli giziuntuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan klien
4 Kerusakan integritas Mencegah terjadinya cedera berulang / luka lebih lanjut NIC :
kulit berhubungan pada kulit Pressure Management
denganluka bakar NOC : 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
terbuka Tissue integrity : Skin and mucous longgar
- Membranes 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Hemodyalis akses 3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
Kriteria Hasil : 4. Monitar aktifitas dan mobilisasi pasien
a. Dapat mempertahankan integritas kulit yang baik. 5. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
b. Perfusi jaringan baik.
c. Dapat melindungi dan mempertahankan kelembapan
kulit
5 Gangguan citra tubuh NOC : NIC :
berhubungan dengan Kriteria hasil : 1. Berikan kesempatan pada klien untuk
perubahan pada a. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan perhatian mengungkapkan perasaan.
penampilan tubuh perhatian 2. Dengarkan dengan penuh perhatian
b. Menggunakan keterampilan koping yang positif dalam 3. Bersama-sama klien mencari alternatif koping
mengatasi perubahan citra. yang positif.
4. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan
antara klien keluarga dan teman serta berikan
aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahan body image
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, H. A. Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA, NIC-NOC jilid 3 edisi 5. Jogjakarta ; Mediaction Jogja

Anda mungkin juga menyukai