Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN POST DATE

A. POST DATE
1.Pengertian
 Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu
lenggkap.Diagnosis usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari
perhitungan usia kehamilan,seperti rumus neagle.(Kapita selekta kedokteran jilid
1.2001 :275 )
 Kehamilan post matur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu,dihitung dari rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari. (Sinopsis
Obstetri jilid 2 .1998 :221 )
 Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu
belum terjadi persalinan. ( Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan ,1998 :222 )
2.Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui.Faktor yang dikemukakan adalah hormonal,yaitu
kadar progestron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan.Sehingga
kepekaan uterus terhadap oxytocin berkurang.Faktor lain adalah faktor herediter
karena post maturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu dan ada juga
yang disebabkan tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban,insufisiensi
plasenta dan kerentanan akan stress.
3.Tanda – tanda bayi post matur
Biasanya lebih berat dari bayi matur
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa dibadan kurang
Kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
4.Pengaruh terhadap ibu dan janin
 Terhadap ibu
Persalinan post matur dapat menyebabkan distosia karena :
1. Aksi uterus tadak terkoordinir
2. Janin besar
3. Moulage kepala kurang
Maka akan sering dijumpai pada partus lama,kesalahan letak,inersia
uteri,distosia bahu,dan perdarahan post patum.
 Terhadap janin
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu .Pengruh post maturitas pda janin bervariasi :BB
janin dpat bertambah besar ,tetap,ada yang berkurang.Sesudah kehamilan 42
minggu ada pula terjadi kematian janin dalam kandungan.
4.Penatalaksanaan
Bila keadaan janin baik :
 Tunda pengakhiran kehamilan slama satu minggu dengan menilai gerakan dan
tes tanpa tekanan 3 hari kemudian.bila hasil positif segera lakukan seksio
sesaria.
 Induksi persalinan
Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
 Metode stein
Sekalipun metode stein sudah ditinggalkan,tetapi untuk pengetahuan
bidan masih perlu diketahui.
Selama metode stein,kehamilan lewat waktu akan mendapatkan : 1,2 gr
gisulras kinine dan1,4 cc pituitrin injeksi.Persalinan dengan meode ini
diluar RS berbahaya karena dapat terjadi kontraksi uetrus yang kuat
sehingga dapat mengancam :
 Ketuban pecah satat pembukaan kecil
 Ruptur uteri membakat
 Gawat janin dalam rahim
 Persalinan anjuran dengan infus pituitrin ( sintosinon )
Persalinan anjuran dengan infus oxytocin , pituitrin / sintosinon 5 unit dalam
500 cc glukosa 5 % banyak dipergunakan.Teknik induksi dengan infus
glukosa lebih sederhana,dimulai dengan 8 tetes,dan maksimal 40
tetes.Kenaikan tetes tiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi
optimal tercapai.maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi
persalinan.Apabila terjadi kegagalan,ulangi persalinan anjuran dengan selang
waktu 24 – 48 jam.
 Memecah Ketuban
Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat
persalinan.Setelah ketuban pecah,ditunggu 4 sampai 6 jam dengan harapan
kontraksi otot – otot rahim akan berlangsung.Apabila belum berlangsung
kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa
yang mengandung 5 unit oxytocin.
 Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirangsang oleh
prostaglandin.Pemakaiannya dapat berupa infus intra vena (iv) (nalador) dan
pervaginam ( prostaglandin vagina suppositoria).

Penyilit Persalinan Anjuran ( Induksi Persalinan )


 Penyulit Ibu (maternal)
Kontraksi otot rahim berlebihan ,sehingga dapat menimbulkan ruptur uteri
berbakat.
Kontraksi otot rahim yang berlebihan mengganggu sikulasi darah sehingga
menyebabkan asfiksia janin.
Kelebihan cairan yang diberikan dapat menyebabkan :
1. Edema paru: sesak nafas dan sianosis
2. TD meningkat : terjadi perdarahan otak
3. Memecah ketuban : menimbulkan infeksi
 Penyakit janin
 Kontraksi otot rahim menimbulkan asfiksia janin dalam rahim.
 Ketuban pecah dan pembukaan kecil :
Persalinan berlangsung lebih dari 6 jam menyebabkan infeksi
Derasnya aliran air ketuban menimbulkan prolapsus tali
pusat,tangan,kaki sehingga menimbulkan penyulit teknik persalinan.
 Persalinan yang berlangsung lama menimbulkan kelelahan
ibu,dehidrasi,edema bag terendah dan bahaya infeksi.
Persiapan Persalinan Anjuran ( induksi )
Observasi Persalinan Anjuran (induksi) Meliputi :
1. His ( frekuensi,interval,lama,intensitas)
2. Denyut jantung Janin ( frekuensi,keteraturan,hubungannya dengan intensitas his)
3. Penurunan (bagaimana penurunan bagian terendah,hubungannya dengan bidang
hodge,terjadi edema bagian terendah,moulage tulang kepala)
4. Lingkar bandle (peningkatan batas bagian kontraktil otot rahim dengan bagian
segmen bawah rahim,penipisan segmen bawah rahim,rasa nyeri SBR)
5. Ketuban (apakah sudah pecah,jumlah air ketuban,warna air ketuban apakah
keruhatau berwarna hijau)
Dilakukan seksio sesarea apabila tergolong resti yaitu:
 Kehamilan lewat waktu dengan infertilitas
 Primipara tua dengan umur diatas 35 tahun
 Sejarah hamil dan persalinan buruk
 Disertai kelainan letak
 Terdapat asfiksia intrauteri
Pemeriksaan Penunjang
USG untuk menilai usia kehamilan,oligihidramnion,derajat maturitas plasenta.
Gerakan janin untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin yaiti secara subyektif
kurang dari 7x / 20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10x / 20
menit.
Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi.
B. Konsep nifas
Pengertian
1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari,2000:122).
2. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
3. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12
minggu. ( Ibrahim C, 1998:).

Tujuan Perawatan Masa Nifas


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul,2000:121)

Perubahan Masa Nifas


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti
sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang
sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser
kencing setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus
yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan
otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
1. Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Diameter
Involusi TFU Berat Bekas Melekat Keadaan
Uterus Plasenta Cervix
Setealh Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
pladsenta lahir
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2
symphisis jari
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
6 minggu Sebesar hamil 2 50 gr 2,5 cm Dapat
minggu dimasuki 1 jari
8 minggu Normal 30 gr
Sumber: Rustam muchtar, 1998
Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121 )
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri
harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post
partum ruggae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi
rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada
ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau
anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari
ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.( Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih
dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus
setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke
belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan
aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari
estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara
cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah
kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post
partum.( V Ruth B, 1996: 230)
Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas
tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi
HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum
dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi
pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996:
231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi
bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua
hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat
merangsang laktasi.Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8
%, garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post
partum. Suhu > 380 C
Suhu tubuh < 38 0 C Denyut nadi: > 100 X /
Denyut nadi: 60-100 X / menit
menit
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahapyaitu:
Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis
honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil
atau buang air besar.
Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: )
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-
5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum
meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan
dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki
variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi
infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat
gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI
lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4.Pemeriksaan Khusus
5. Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu


Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
6. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang
yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan.
Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi
involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak
menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air
besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau
setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi
betadin.Untuk cara merawat luka dapat dilihat pada lampiran 1
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum.
Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila
kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
( Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan
sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan
bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat
membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna
untuk kekebalan tubuh bayi.Cara perawatan payudara ada pada lampiran no.2
( Mac. Donald, 1991: 430)
Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat
indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)
A. Konsep section secarea
I. Definisi
Seksio sesaria adalah imana seorang ibu telah dilakukan tindakan pembedahan untuk
melahirkan/ mengeluarkan janinya dari rongga rahim dengan membuka dinding perut dan
dinding rahiom karena adanya ketidak seimbabngan ukuran antara kepala janin dan jalan
lahir (Disprporsi sevalopelvik)
Seksio sesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuk ainding perut
dan dinding rahim (Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 : 344)
Seksio sesaria adalah alternative dari kelahiran vagina bila keamanan ibu dan/ janin
terganggu (Marylin Doengoes)
II. Etiologi
a. disrpoporsi sevalopelvik
b. gawat janin
c. plasenta previa
d. pernah seksio sesaria sebelumnya
e. kelaninan letak
f. incorrdinate uterine action
g. ekalmsia
h. hipertensi

III. Patofisiologi
IV. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Diagnostik Hasil
1. Hasil darah lengkap, 1. mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan
Hemoglobin/ hematokrit mengevaluasi efek kehilangan darah pada
2. Urinalisis, vaginal, pembedahan
lokhea 2. pemeriksaan tambahan didasarkan pada
kebutuhan individual

V. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian focus data dasar klien
Tinjau ulang catatan klien pada prenatal dan intranatal adanya indikaasi untuk
kelahiran sesaria
2. Sirkulasi
Kehilangan darah selama pembedahan kira-kira 600-800 ml
3. Integritas Ego
 dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan, marah
 mungkin mengekspresikan ketiakmampuan menghadapi situasi baru
4. Eliminasi
Kateter mungkin masih terpotong : urine jernih pucat, bising usus tidak ada, samar
atau jelas
5. Makanan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
6. Neurosensori
Kersakan gerak dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural
7. Nyeri/ ketidaknyamanan
 mengeluh ketiddaknyamanan dari berbagai sumber misalnya trauma bedah/ insisi,
nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen efek-efek anastesi
 Mulut kering
8. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
9. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit nada atau kering dan utuh
10. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak umbilicus, aliran lokhia sedang dan bebas bekuan
berlebihan/ banyak

VI. Prioritas Keperawatan


1. Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan klien
2. mencegah/ meminimalkan komplikasi pasca operasi
3. memberikan informasi mengenai kebutuhan pasca partum
4. Meningkatkan respon positif pada pengalaman kelahiran dan peran orang tua

VII. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Nyeri akut/ ketidaknyamanan b/d trauma pembedahan, efek-efek anatesi, after pain
2. ansietas b/d kebutuhan tidur tidak terpenuhi , peningkatan ketegangan
3. cedera, resiko tinggi terhadap b/d fungsi biokomia/ regulasi (misalnya : HKK/ eklamsi,
hipotesi ortostatik) efek anastesi
4. Infeksi, resiko timggi terhadap b/d trauma jaringan akibat pembedahan prosedur
invasive
5. konstipasi b/d penurunan tonus otot
6. kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan perawatan diri
dan kebutuhan perawatan bayi b/d tidak mengenal sumber-sumber informasi
7. eliminasi urine, perubahan b/d efek-efek hormonal, efek-efek anastersi
8. Kurang perawatan diri b/d penurunan kekuatan otot dan ketahanan

VIII. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut/ ketidaknyamanan b/d trauma pembedahan, efek-
efek anastesi
Tujuan : Nyeri terkontrol/ berkurang, TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan nonverbal
seperti meringis kaku atau gerakan terbatas
Rasional : membedakan karakteristik nyeri pasca operasi dari terjadinya
komplikasi (missal : retensi kandung kemih, ileus)
2. Berikan infiormasi petunujuk antisipasi mengenai penyebab ketidakmampuan dan
intervensi yang tepat
Rasional : meningkatkan pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri
berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena ketidaktahuan dan memberikan
rasa control
3. Evaluasi tekanan darah dan andi : perhatikan perubahan perilaku (bedakan antara
gelisah karena kehilangan darah berlebih dan karena nyeri)
Rasional : pada banyak klien nyeri dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi
4. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan beri gosokan
punggung, anjurkan penggunaan teknik pernafasan dan relaksasi dan distraksi
Rasional : merilekskan otot dan mrngalihkan perhatian dan sensasi nyeri
5. Lakukan latihan nafas dalam dengan menggunakan prosedur pembebatan yang
benar
Rasional : nafas dalam meningkatkan upaya pernafasan menurunkan regangan dan
ketegangan area insisi dan mengurangi nyeri
b. Diagnosa keperawatan 2 : Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidur tidak
terpenuhi, ketegangan
Tujuan : menurunkan ansietas ke tingkat yang dapat diatasi
Intervensi :
1. Dorong keberadaan/ partisipasi dari pasangan
Rasional : memberikan dukungan emosional dapat mendorong pengungkapan
masalah
2. Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber dari masalah
Rasional : kelahiran sesaria mungkin dipandang sebagai suatu kegagalan dalam
hidup oleh klien/ pasangan
3. Bantu klien/ pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan
berkembang strategi koping baru jika dibutuhkan
Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif terhadap peran baru
mengurangi perasaan ansietas
4. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien dan bayi
Rasional : khayalan yang isebabkan oleh kurangnya informasi atau kesalah
pahaman dapat meningkatkan ansietas
c. Diagnosa Keperawatan 3 : Cedera, Resiko tinggi terhadap berhubungan dengan fungsi
biokimia/ regulasi (missal : HKK/ eklamsia, hipotensi ortostatik) efek anastesi
Tujuan : Klien bebas ari cedera atau komplikasi
Intervensi :
1. Tinjau ulang catatan pranatal dan intra partal terhadap factor-faktor yang
mempredisposisikan klien pada kmplikasi, catat kadar HB dan kehilangan darah
operatif
Rasional : adanya factor-faktor resiko seperti kelelahan distensi uterus berlebih,
tromboplebitis memungkinkan klien terhadap komplikasipasca operatif
2. Pantau tekanan darah, nadi, suhu, catat kulit dingim, basah, nadi lemah dan halus
perubahan perilaku dan sianosis
Rasional : tekanan darah yang tinggi dapat menandakan terjadinya hipertensi,
hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi dan hipovolemi
3. Inspeksi balutan terhadap perdarahan berlebihan, catat tanggal drainase pada
balutan
Rasional : Luka bedah dengan drain dapat membasahi balutan, namun rembesan
biasanya tidak terlihat dan dapat menunjukkan terjadinya komplikasi
4. Pantau masukan cairan dan haluaran urine. Perhatikan penampilan warna,
konsentrasi dan berat jenis urine
Rasional : Fungsi guinjal adalah kunci dari volume darah sirkulasi urine yang
mengandung darah menunjukkan kemungkinan trauma kandung kemih berkenaan
dengan intervensi pembedahan
5. Bantu klien pada ambulasi awal, berikan supervise yang adekuat dalam hal mandi
Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjai pada perubahan dari posisi terlentang ke
berdiri
6. Inspeksi insisi secara teratur. Perhatikan tanda perlambatan atau perubahan
pemyembuhan
Rasional : Meregangkan yang berlebihan pada insisi/ perlambatan penyembuhan
dapat meynyebabkan klien untuk cenderung terhadap pemisahan jaringan an
kemungkinan hemoragi
7. Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda trombiplebitis (kemerahan, hangat,
nyeri tekan )
Rasional : peningkatak produk lembaran fibrin, penurunan mobilitas, trauma
sepsis dan aktivasi pembekuan darah secara berlebihan setelah kelahiran membuat
klien cenderung terjadinya trombo emboli
DAFTAR PUSTAKA

________, 1994, Obstetri Phantom, Fakultas Kedokteran Airlangga, Surabaya


Bennet R. Brown Linda K, 1996, Myles Text Book For Mmidwives, Chrurcchill
Livingstone, Tokyo
Hamilton PM, 1995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta
Hariadi R, 1991, Obstetri Williams, Airlangga University Press, Surabaya
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga
Media Jakarta
Long C Barbara, 1996, Perawatan Medika Bedah, YIA Pendidikan Keperawatan
Pajajaran Bandung, Bandung
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, Pengurus Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
Santosa NI, 1995, Manajemen Kebidanan, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,
Jakarta
Sastrawinata Sullaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman, 1983, Obstetri Patologi, Elemen Banddung
Sweet BR, 1993, Mayes Midwifery A Text Book For Midwive, Bailiere Tindall, Tokyo
Wiknyosastro, H, 1991, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Hardjo, Jakarta
Wirjoatmojo. K, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab/UPF Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUD Dr. Soetomo, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai