Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia
lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula
pada semua sistem tubuh termasuk sistem muskuloskeletal. Salah satu golongan
penyakit yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah reumatoid artritis. Kejadian penyakit tersebut
akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (2002), artritis reumatoid merupakan
penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan kausanya multifaktor.
Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling
sering di tangan. Selain menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku,
kaki, pergelangan kaki dan lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang
menyerang satu sendi atau lebih, dikenal dengan artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang timbul
berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul sering terdapat di
ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid, yang merupakan
manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini terjadi bukan pada sendi, seperti
bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya dinamakan reumatoid ektraarikuler.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan
golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut
kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai
keluhan atau tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan dan kelemahan, serta adanya tiga tanda
utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto,
2000). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Pucak dari reumatoid artritis
terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali
lebih sering dari pada laki- laki.
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal mengenai
reumatoid artritis sangat dibutuhkan mahasiswa keperawatan ataupun seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara kompherensif. Oleh Karena
itu kami akan membahas lebih lanjut tentang asuhan keperawatan reumatoid
artritis.
DEFINISI ARTHRITIS REUMATOID
1. Definisi
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang
biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang
melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi
disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya,
ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih,
aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada
inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal sehingga
menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon
inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi
yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan
inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang
dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).
8. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan
diagnosis :
a. Pemeriksaan cairan sinovial
1) Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3) Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
b. Pemeriksaan darah tepi
1) Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
2) Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi
1) Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
2) Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.
d. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
e. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
f. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
9. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid
a. Tujuan Utama Terapi Adalah :
1) Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2) Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
3) Mencegah atau memperbaiki deformitas
b. Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1) Istirahat
2) Latihan fisk
3) Pengobatan : Aspirin dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar
salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml.
Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat dan Obat anti malaria (hidroksiklorokuin,
klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari mengatasi keluhan sendi,
memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan
steroid yang diperlukan.
4) Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
5) Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu,
untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah
timbulnya kembali inflamasi.
Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan
pergelangan tangan.
Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali
dataran pada persendian.
ASUHAN KEPERAWATAN REUMATOID ARTRITIS
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala
: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda
: Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari
sebelum warna kembali normal).
c. Integritas Ego
Gejala Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ). Ancaman
pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
d. Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan.
e. Makanan/ Cairan
Gejala Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah
Tanda Penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
f. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
h. Keamanan
Gejala Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap
Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
3. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik.
Implementasi dilakukan pada klien dengan rematoid artritis adalah dengan
tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini
diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim
kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan mampu
berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi mandiri.
4. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri
b. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
c. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
d. Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
e. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit
degeneratif jangka panjang.
f. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi.
Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Gordon, 2002).
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,
diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi. Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan pada
penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
sangat bervariasi. Nyeri,persendian Bengkak (Reumatoid nodule), Kekakuan pada
sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari, Terbatasnya pergerakan Sendi-
sendi.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah