Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO BUNUH DIRI

Oleh :

Ika Maya Rizqi Putri


NIM :2016.04.100

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2017
A. MASALAH UTAMA
Resiko bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup
atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
 Sedih
 Marah
 Putus asa
 Tidak berdaya
 Memeberikan isyarat verbal maupun non verbal
2. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan masalah.
Terbagi menjadi:
1) Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu yang menjadi
kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang
pernah melakukan upaya bunuh diri.
 Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
2) Faktor Biologis lain:
 Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
 Stroke
 Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
 DiabetesPenyakit arteri koronaria
 Kanker
 HIV / AIDS
3) Faktor Psikososial & Lingkungan:
 Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa kehilangan objek
berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan negatif thd diri, dan terakhir
depresi.
 Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri
 Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan, kurangnya sistem
pendukung sosial

3. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
 Keputusasaan
 Menyalahkan diri sendiri
 Perasaan gagal dan tidak berharga
 Perasaan tertekan
 Insomnia yang menetap
 Penurunan berat badan
 Berbicara lamban, keletihan
 Menarik diri dari lingkungan social
 Pikiran dan rencana bunuh diri
 Percobaan atau ancaman verbal

C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
 Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
 Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
 Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan
masalah.
 Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
 Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai,
pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
 Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
 Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko
mengalami perilaku bunuh diri.
2. Masalah keperawatan
 Resiko Perilaku bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
 Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan.
DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Resiko bunuh diri
2. Tujuan umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
3. Tujuan khusus :
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 Perkenalkan diri dengan klien
 Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
 Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
 Bersifat hangat dan bersahabat.
 Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.

 Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri


Tindakan :
 Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau, silet,
gunting, tali, kaca, dan lain lain).
 Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
 Awasi klien secara ketat setiap saat.
 Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
 Dengarkan keluhan yang dirasakan.
 Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
 Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
 Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian,
dan lain lain.
 Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
 Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
 Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
 Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
 Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
 Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku favorit,
menulis surat dll.)
 Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
 Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif

F. RENCANA TINDAKAN KPERAWATAN


a. Ancaman atau percobaan bunuh diri
1. Intervensi pada pasien
a) Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat.
b) Tindakan keperawatan
Melindubgi pasien dengan cara:
 Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke tempat
yang aman
 Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas, dan
tali pinggang)
 Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika pasien
mendapatkan obatnya.
 Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI

Pertemuan :I
Hari/tanggal :.............
Nama Klien :.............
Ruangan :.............

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri
O : Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah, klien tampak
murung
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan :
1). Membina hubungan saling percaya
2). Mengajarkan pengendalian dorongan bunuh diri pada klien
4. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi terapeutik.
- SP 1 :
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
3) Melakukan kontrak treatment
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“ Selamat pagi, nama saya Devi, saya mahasiswa Stikes Banyuwangi yang bertugas di
ruang ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi – 2 siang, namanya siapa pak ? senang
dipanggil apa ?
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang bapak rasakan
hari ini ?”
Tempat : Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini saja?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 15 menit ?”

2. Fase Kerja
”Bagaimana perasaan bapak setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini bapak paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah bapak pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah bapak merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah bapak merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah bapak sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah bapak berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap bapak mati? Apakah bapak pernah mencoba
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang bapak rasakan?”
”Baiklah, tampaknya bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar bapak ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan bapak)”
”Karena bapak tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup
bapak, saya tidak akan membiarkan bapak sendiri”
”Apa yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya bapak harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk.
Jadi bapak jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika
ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
”Saya percaya bapak dapat mengatasi masalah.”

3. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak… setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
b. Evaluasi Obyektif
“ Coba bapak sebutkan lagi cara tersebut!”
c. Rencana Tindak lanjut
“ Nahhh..karena waktu sudah habis kita akhiri saja ya pak pertemuan kali ini, besog kita
bertemu lagi ya pak.”
d. Kontrak
 Topik : “Besok kita akan belajar bagaimana caranya berpikiran positif.”
 Tempat : Mau dimana kita diskusi ? bagaimana kalau di ruang tamu ? mau pak
ya?
 Waktu : “Besog jam 9 pagi ya pak.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI

Pertemuan : II
Hari/tanggal :.............
Nama Klien :.............
Ruangan :.............

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri
O : Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah, klien tampak
murung
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan :
1). Mengidentifikasi aspek positif klien

4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
- SP II :
1. Identifikasi aspek positif pasien
2. Dorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
3. Dorong pasien untuk menhargai diri sebagai individu yang berharga

B. Strategi Komunikasi
a. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?” Ya betul sekali. Baik, sesuai janji kita
kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang
masih bapak miliki.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan?
b. Kontrak
Topik : “Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita akan membahas tentang cara
berpikir positif.”
Tempat : Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini saja?”
Waktu : “Mau berapa lama pak ? bagaimana kalau 20 menit ?”

c. Fase Kerja

” Apa saja dalam hidup bapak yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan
rugi kalau bapak meninggal. Coba bapak ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan
bapak. Keadaan yang bagaimana yang membuat bapak merasa puas? Bagus. Ternyata
kehidupan bapak masih ada yang baik yang patut bapak syukuri. Coba bapak sebutkan
kegiatan apa yang masih dapat bapak lakukan selama ini. Bagaimana kalau bapak
mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”

d. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
2) Evaluasi Obyektif
:Bisa sebutkan kembali apa-apa saja yang bapak patut syukuri dalam hidup bapak? Ingat
dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan bapak jika terjadi dorongan mengakhiri
kehidupan. Bagus bapak. Coba bapak ingat lagi hal-hal lain yang masih bapak miliki
dan perlu di syukuri!
3) Rencana Tindak lanjut
“Waktu sudah habis kita akhiri saja ya pak pertemuan kali ini, nanti kita bertemu lagi
ya, bagaimana pak?”
4) Kontrak
 Topik : “Nanti kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.”
 Tempat : “Tempatnya dimana? Baiklah”
 Waktu : “Nanti jam 2 siang ya pak?”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI

Pertemuan : III
Hari/tanggal :.............
Nama Klien :.............
Ruangan :.............

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya tidak tenang dan ingin bunuh diri
O : Klien tampak tidak kooperatif dengan perawat, klien tampak gelisah, klien tampak
murung
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan :
1) Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
- SP III :
1) Identifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien
2) Nilai pola koping yang biasa dilakukan
3) Identifikasi pola koping yang konstruktif
4) Dorong pasien memilih pola koping yang konstruktif
5) Anjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi :
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri?”
c. Kontrak
Topik : “Sesuai janji kita, sekarang kita akan membahas tentang cara mengatasi
masalah dengan baik.”
Tempat : Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau di teras depan?”
Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 20 menit ?”

2. Fase Kerja

” Coba ceritakan situasi yang membuat bapak ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya pak. Nah, sekarang coba kita diskusikan
tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih
cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut bapak cara yang mana?
Ya saya juga setuju dengan pilihan bapak. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk
mengatasi perasaan bapak ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.
3. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
2) Evaluasi Obyektif
”Coba bapak sebutkan lagi cara mengatasi masalah yang sudah bapak sebutkan tadi!”
3) Rencana Tindak lanjut
“Karena waktunya sudah habis, bagaimana kalau kita akhiri pertemuan hari ini dan kita
lanjutkan lagi besog y pak?”
4) Kontrak
 Topik : “Besok kita akan membuat rencana masa depan untuk bapak.”
 Tempat : “Tempatnya dimana? Disini ya pak?”
 Waktu : “Jam berapa besog pak? Bagaimana kalau jam 10 pagi?”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI

Pertemuan : IV
Hari/tanggal :.............
Nama Klien :.............
Ruangan :.............

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan perasaannya sudah tenang dan tidak ingin bunuh diri lagi
O : Klien tampak kooperatif dengan perawat, klien tampak tenang, klien tidak murung
lagi
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan Keperawatan :
1) Mengidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis untuk klien
4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien.
- SP IV :
1) Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
2) Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
3) Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik :
“Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimna perasaan bapak hari ini? Masih adakah terpikirkan oleh bapak untuk bunuh
diri lagi? Alhamdulilah bapak tidak ada berpikiran seperti itu lagi”
c. Kontrak

Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita berdiskusi tentang rencana masa depan bapak
dan cara mencapainya?”
Tempat : Dimana kita akan bicara pak? Bagaimana kalau disini?”
Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 20 menit ?”

2. Fase Kerja

“Nah, sekarang coba bapak ceritakan apa rencana bapak dimasa depan setelah keluar dari
sini nanti. “
“Wah....bagus!!. Ternyata kakak mempunyai rencana yang luar biasa bagus serta menarik
dan masih mempunyai semangat hidup yang besar.”
“Nah, sekarang coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing rencana
tersebut dan bagaimana cara mencapai masa depan yang bapak inginkan.” “Mari kita
pilih cara yang paling baik dan realistis!, kalau menurut bapak yang mana?” “Ya, saya
setuju dengan bapak!“
“Nah...untuk meraih masa depan dengan cara tersebut tentu ada beberapa hal atau
kegiatan yang harus dilakukan, menurut bapak apa saja itu?”
“Yup..benar sekali pak. Saya yakin kakak mampu melakukannya dan dapat meraih
impian bapak. Jika bapak terus bersemangat dan tidak mudah putus asa, insya Allah
rencana masa depan bapak itu akan dapat menjadi kenyataan. Bagaimana, pak?”
“Saya senang sekali bapak bersemangat seperti ini”

3. Fase Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan membuat rencana
masa depan bapak tadi?”
2) Evaluasi Obyektif
”Coba kakak sebutkan lagi apa saja rencana masa depan bapak dan bagaimana cara
mencapainya. Ya...benar sekali, pak”
3) Rencana Tindak lanjut
“ Coba mulai sekarang, bapak melakukan kegiatan/rencana tersebut dengan cara yang
kakak pilih tadi. Bagaimana kalau kita buat rencana kegiatan dan memasukkannya
kedalam jadwal kegiatan harian bapak agar semua masa depan yang bapak rencanakan
tadi dapat tercapai.”
4) Kontrak
 Topik : “Besok kita bertemu lagi untuk membahas bagaimana pengalaman
bapak menggunakan cara yang bapak pilih.”
 Tempat : “Mau dimana kita bertemu?”
 Waktu : “Jam berapa besog pak?”

Anda mungkin juga menyukai