TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Rosyidi, 2013).
rumah.
Tujuan dari discharge planning menurut Jipp dan Siras adalah sebagai
sebagai penerima pelayanan dengan perawat mulai dari pertama kali klien
setiap tim saling bekerja sama; 4) Sesuai dengan sumber daya dan
dilakukan
pasien pada teman sekamar perawat dokter dan tenaga kesehatan lainnya,
obatan yang masih di konsumsi klien seperti dosis, cara pemberian, waktu
yang tepat untuk minum obat dan efek samping yang muncul; 3)
surat keterangan masuk rumah sakit, surat control, surat rujukan dan lain
lain.
2.1.6 Tindakan Keperawatan dalam Discharge Planning
team yang terlibat adalah perawat, dokter ataupun tim kesehatan lainnya.
pasien dirawat sampai pasien keluar. Hal tersebut harus di lakukan secara
yang baik dan terarah sehinga apa yang di sampaikan dapat disampaikan
Adapun alur discharge planning dimulai dari pasien masuk rumah sakit,
rumah. Tidak hanya itu perawat juga harus membantu pasien untuk
mengurus surat surat yang terkait proses pemulangan pasien. Semua alur
KEGIATAN CATATAN
KTIFITAS
IET
Anjuran pola makan
sakit
Lain-lain
ENCANA PEMULANGAN
Tanggal Pemulangan
Pendamping
Kelengkapan Administrasi
Lain-lain
2.3 Hospitalisasi
2.3.1 Defenisi Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang terencana atau
(Wong, 2008).
Meskipun secara umum anak usia sekolah lebih mampu melakukan koping
terhadap perpisahan, stres dan seringkali disertai regresi akibat penyakit atau
bimbingan orangtua. Hal ini terutama terjadi pada anak usia sekolah yang
masih kecil. Anak-anak usia sekolah pertengahan dan akhir dapat lebih
bereaksi terhadap perpisahan dengan aktifitas mereka yang biasa dan teman
umum terjadi. Reaksi-reaksi semacam itu terjadi lebih sebagai akibat dari
penting bagi mereka, maka mereka enggan untuk meminta bantuan langsung
muncul dengan cara yang lain, seperti iritabilitas dan agresi terhadap orangtua,
menarik diri dari petugas rumah sakit, tidak mampu berhubungan dengan
b) Kehilangan kendali
untuk menghadapi stres sesuai harapan budaya yang ada dapat menyebabkan
kehilangan kendali.
bantuan mandi di tempat tidur, atau berpindah dengan kursi roda atau brankar
dapat menjadi ancaman langsung bagi rasa aman mereka. Selain lingkungan
rumah sakit penyakit juga bisa menyebabkan kehilangan kendali. Salah satu
mereka untuk merawat diri sendiri atau untuk terlibat dalam aktivitas yang di
Penekanan area kendali dan pemanfaatan aktivitas tenang, terutama hobi dapat
Ketakutan mendasar terhadap sifat fisik dari penyakit muncul pada saat ini.
Anak biasanya sangat berminat secara aktif terhadap kesehatan atau penyakit
mereka. Pencarian informasi cenderung menjadi salah satu cara koping atau
mempertahankan rasa kendali walau stres dan kondisinya yang tidak pasti.
sekolah ingin tahu untuk apa prosedur itu, bagaimana prosedur tersebut dapat
membuat anak lebih baik, dan cedera atau bahaya apa yang dapat terjadi.
Anak usia sekolah merasa takut terhadap apa yang akan terjadi pada saat
mereka tidur, apakah mereka akan bangun kembali, dan apakah mereka akan
mati. Anak praremaja juga merasa khawatir tentang prosedur itu sendiri,
yang dapat dilihat. Kekhawatiran terhadap privasi lebih nyata dan signifikan.
Anak usia 9 atau 10 tahun secara umum telah mempelajari metode koping
Wong (2008) mengatakan reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap
semakin muda anak maka akan semakin sukar baginya untuk menyesuaikan diri
mereka tentang pengalaman dirumah sakit; pengalaman rawat inap dirumah sakit
dirawat inap akan menyebabkan anak takut dan trauma, dan sebaliknya apabila
saat dirawat inap anak mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan
maka anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter, dukungan keluarga:
dalam menangani stresor pada anak baik dalam menerima keadaan bahwa anak
harus dirawat inap, maka akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani
yang dideritanya. Perilaku ini menjadi salah satucara yang dikembangkan anak
1. Penolakan (avoidance)
tertekan. Anak berusaha menolak treatment yang diberikan, seperti tidak mau
disuntik, tidak mau dipasang infus, menolak minum obat, bersikap tidak
2. Mengalihkan perhatian
cerita saat di rumah sakit, menonton televisi (TV) saat dipasang infus, atau
Anak berusaha mencari jalan keluar dengan melakukan sesuatu secara aktif.
kepada tenaga medis atau orang tuanya, bersikap kooperatif terhadap petugas
medis, minum obat teratur, beristirahat sesuai dengan peraturan yang diberikan.
Anak mencari dukungan dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat
penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta dukungan kepada orang
Pemahaman pada kelompok usia yang lebih muda, penyakit terjadi akibat
kontak fisik atau karena anak tersebut terlibat dalam tindakan yang
diri sendiri dan rasa bersalah dapat berkaitan dengan alasan menjadi sakit (Wong,
2008).
ketakutan, kecemasan, bagi anak. Dampak rawat inap yang dialami bagi anak dan
orangtua akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Efek dan jumlah stres
tergantung pada persepsi anak dan orangtua terhadap diagnosa penyakit dan
kecemasan. Pada anak usia 6 sampai 10 tahun, kecemasan akan lebih mudah
terlihat. Kecemasan dapat membuat anak terganggu dan teralihkan tanpa adanya
penyebab tertentu. Sampai beberapa tahun terakhir, para pakar psikologi biasanya
Anak sering menganggap sakit adalah hukuman untuk perilaku buruk, hal ini
bermain dengan teman sebayanya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga
mereka harus ke rumah sakit dan harus mengalami rawat inap. Reaksi anak
anak, sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai akan terhambat (Wong,
2008).