Anda di halaman 1dari 11

Clinical Science Session

KELAINAN REFRAKSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) SMF Ilmu
Penyakit Mata

Disusun oleh :
Bella Aldama Mukti 12100118086
Chrisan Bimo Prayuda 12100118086
Khania Amanda Werikati 12100118089

Preseptor :
dr. Mayarani, Sp.M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD AL-IHSAN BANDUNG
2019
Refraksi

Adalah proses pembiasan cahaya yang dari suatu media refraksi ke media refraksi lainya yang
memiliki kerapatan yang berbeda.
 Harus memiliki indeks bias.
 Dan memiliki kerapatan udara.

Media refraksi
1. Kornea
2. Aqueous humor
3. Lensa
4. Vitreous humor

Kornea

Definisi: lapisan pertama bola mata, yaitu lapisan fibrosa yang terletak di bagian anterior
Bentuk: cembung (concav)
Melapisi 1/6 bagian anterior bola mata
Lapisannya transparan, avascular, tidak berwarna, jernih
Diameter: 11 mm (vertikal), 12 mm (horizontal)
Tebal: 0.52 mm pada central, 0,67 mm pada perifer
Indeks refraktif kornea = 1,37
 Fungsi:
- melindungi media refraksi
- melindungi bagian intraocular
 Innervasi: Cranial nerve N 5.1 (ophthalmicus-sensori)

Sumber nutrisi:
a. Pembuluh darah ciliary anterior yang berada di bagian perifer kornea (limbus).
b. Oxygen dari udara atmosfer diperoleh melalui air mata.
c. Aqueous humor : menyuplai glukosa untuk proses difusi sederhana atau transport aktif.

Struktur
 Terdiri atas 5 Lapisan:
◦ Epitel
◦ Membran bowman
◦ Stroma
◦ Membran descement
◦ Endotel

1. Epitel : epitel gepeng bertingkat berisi sel basal kolumnar.


2. Membran bowman : terbentuk dari fibril kolagen.
3. Stroma : membentuk 90% ketebalan dari kornea. Terdiri dari keratosit dan fibril kolagen.
4. Membran desement : membran elastis homogen yang tipis dan kuat.
5. Endotel : lapisan tunggal sel hexagonal.

Aqueous humor

Cairan jernih yang dihasilkan oleh processus ciliary


Komposisi sama dengan plasma
Aliran : processus ciliary -> Camera oculli posterio -> melalui pupil -> camera occuli anterior ->
aliran bersikulasi dengan 2 cara:
◦ Jalur konvensional (90%)
yaitu trabecula meshwork (sudut antara iris dan kornea) -> kanal schlemm -> vena
aqueous -> Vena anterior cilliary -> sinus cavernosus
◦ Jalur non konvensional (10%) yaitu (uveous – sclem pathway)
badan siliary -> ruang suprachoroid -> sirkulasi vena badan siliary, koroid dan sklera.
Lensa

Struktur transparant yang mentransmisikan atau memfokuskan cahaya yang masuk ke mata
Bentuk biconvex, avascular, tranparant, jernih
Lokasi: belakang iris depan vitreous humor
Digantung oleh ligament suspensory lensa yaitu zanula zinii yang melekat pada badan ciliary
dan lensa
Kekuatan akomodasi bergantung pda usia, 7-8 dioptri (pada usia 25 tahun), 1-2 dioptri pada usia
50 tahun.
Ukuran : diameter: 9-10 mm, tebal : 5 mm, berat 250 mg
Komposisi: air (65%), protein (35%) lipid 1%, dan karbohidrat.
Memiliki indeks refraksi yaitu 1.39
Diameter = 9-10 mm
Ketebalan = 4 mm.

Fungsi lensa :
 Untuk mempertahankan lensa agara tetap kejernihan dan tranparan.
 Untuk memberikan daya refraksi ke sistem optik mata.
 Untuk akomodasi penglihatan.

Kelainan refraksi

Keadaan dimana sejajar yang dibiaskan oleh media refraksi oleh mata yang
berakomodasi yang difokuskan tidak tepat di retina, dapat didepan atau dibelakang retina.
Emetropia
Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan
benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat
jauh.1,2

Ametropia

Ametropia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga, difokuskan tidak tepat diretina, dengan akomodasi saat istirahat.1

Etiologi
 Axial ametropia (panjang bola mata yang abnormal)
Too long : myopia
Too short : hypermetropia
 Curvature amtetropia (kelengkungan dari permukaan kornea dan lensa yang abnormal)
Too strong : myopia
Too weak : hypermetropia
 Index ametropia (abnormalitas dari index media refraksi)
Too high : myopia
Too low : hypermetropia
 Abnormalitaas posisi bola mata
Forward displacement : myopia
Backward displacement : hypermetropia

Miopia
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan didepan retina.
Pada miopia didapatkan bayangan kabur pada penglihatan jauh sedangkan penglihatan dekat
lebih jelas dan penderita menjadi melihat terlalu dekat.1,2,3
Etiologi
 Axial
Jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang, dapat merupakan kelainan kongenital
maupun didapat, juga ada faktor herediter.
 Curvature
Peningkatan kelengkungan permukaan refraktif mata, terutama kornea,
 Index
Peningkatan index refraksi dari nucleus, contoh : senile nuclear cataract
 Perpindahan lensa ke depan.
Misalnya seperti dislokasi anterior lensa.

Klasifikasi miopia berdasarkan klinis :


 Miopia stasioner :
Miopi stasioner sering terjadi pada usia muda, dan menetap setelah dewasa.

 Miopia progresif :
miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata. 2
 Miopia maligna
Miopia yang berjalan progresif, yang dapatr mengakibatkan ablasia retina dan kebutaan.
Miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli. 2

Gejala Klinis
Gejala pada miopi dapat dibedakan menjadi berdasarkan gejala subjektif dan gejala objektif :
Gejala subjektif terdiri dari :
 Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat karena
membutuhkan akomodasi yang lebih kecil daripada emetrop.
 Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (merupakan gejala asthenophia).
 Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pin-hole.
Gejala objektif terdiri dari :
 Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.
 Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
 Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
 Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut fundus tigroid.

Klasifikasi miopi berdasarkan tingkatan tinggi dioptri :


 Miopi sangat ringan = >1
 Miopi riangan = 1-3 dioptri
 Miopi sedang = 3-6 dioptri
 Miopi berat = 6-10 dioptri
 Miopi sangat berat = > 10 dioptri

Tatalaksana
 Penggunaan correcting spherical concave lenses
 Hygiene of eyes (posisi yang sesuai, pencahayaan yang baik, dan jarak sekitar 25 cm saat
membaca buku)
 Operative
- Radial keratotomy
Keratotomi radial dilakukan sayatan radier pada permukaan kornea sehingga berbentuk
jari-jari roda. Bagian sentral kornea tidak disayat. Bagian kornea yang disayat akan menonjol
sehingga bagian tengah kornea menjadi rata. Ratanya kornea bagian tengah akan memberikan
suatu pengurangan indeks bias kornea sehingga dapat mengganti lensa kacamata negatif.
- LASIK merupakan suatu gabungan antara teknologi lama dan baru, yang pada dasarnya
menggunakan prinsip keratomileusis dan automated lamellar keratektomi (ALK).
- Laser eximer untuk membentuk kembali dan meratakan bagian tengah kornea.

Hipermetropia

Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak
tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi difokuskan dibelakang
retina. 1

Etiologi

 Hipermetrop aksial
merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang
pendek.
 Hipermetropia kuravtur
dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan
dibelakang retina.
 Hipermetropia refraktif
Dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata.2

Klasifikasi

Klasifikasi hipermetropi berdasarkan klinis :


1.Hipermetropi manifes
Ditentukan dengan lensa sferis positif terbesar yang menghasilkan visus sebaik-baiknya.
Pemeriksaan dilakukan tanpa siklopegi. Dibedakan menjadi hipetmetropi manifest absolut dan
fakultatif, dimana hipetmetropi manifest absolut merupakan hipetropi yang tak dapat diatasi
dengan akomodasi, sedangkan hipermetropi manifest fakultatif masih dapat diatasi dengan
akomodasi
2.Hipetmetropi total
Merupakan seluruh derajat hipermetropi yang didapatkan setelah akomodasi dilenyapkan
misalnya setelah pemberian siklopegi
3.Hipermetropi laten
Merupakan selisih antara hipetropi total dan manifes, menunjukkan kekuatan tonus dari
siliaris muscle

Gejala klinis
Gejala pada hipermetropi dapat dibedakan menjadi berdasarkan gejala subjektif dan gejala
objektif :
 Gejala subjektif terdiri dari :
- Penglihatan dekat cepat buram
- Nyeri kepala yang dipicu oleh melihat dekat dengan jangka waktu yang panjang
- Sensitive terhadap cahaya

 Gejala objektif terdiri dari :


- Bilik mata depan dangkal karena akomodasi terus menerus sehingga menimbulkan hipertrofi
otot siliaris yang disertai terdorongnya iris ke depan
- Pupil miosis karena berakomodasi.

Tatalaksana

Terapi dilakukan dengan koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar yang memberikan
visus terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan. Secara umum tidak diperlukan lensa
spheris positif pada hipermetropi ringan, tidak ada astenopia akomodatif, dan tidak ada
strabismus.

Astigmatisma
Astigmatisma merupakan suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang
tidak difokuskan pada satu titik tunggal.1
Etiologi

Disebabkan karena kelengkungan dan kekuatan refraksi permukaan kornea dan atau lensa
berbeda beda diantara berbagai meridian, sehimgga terdapat > 1 titik fokus

Klasifikasi

Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma terbagi atas:


 Astigmatisma reguler
Terdapat 2 meridian utama yang saling tegak lurus.
- Astigmatisma with the rule : kekuatan refraksi yang lebih besar berada pada meridian vertical
korneal. Biasanya terjadi pada anak
- Astigmatisma against the rule : kekuatan refraksi yang lebih besar pada median horizontal
korneal. Biasannya pada dewasa
 Astigmatisma irreguler
Orientasi meridian – meridian utama serta besar astigmatisme berubah – ubah di sepanjang
bukanya pupil.

Astigmatisma reguler berdasarkan letak pembiasan dibagi atas :

 Astigmatisma miopia simpleks


Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain emetropia
 Astigmatisma miopia compositium
Kedua meridian berupa miopia
 Astigmatisma hipermetropia simpleks
Satu meridian berupa hipermetropia, sedangkn meridian yang lain emetropia
 Astigmatisma Hipermetropia compositium
Kedua meridian berupa hipermetropia
 Astigmatisma mixtus
Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain hipermetropia.
Gejala klinis
 Penglihatan buram
 Head tilting
 Pasien sering menyipitkan mata untuk melihat jelas
 Bahan bacaan didekatkan agar terlihat jelas

Tatalaksana
 Kacamata
Lensa silinder mempunyai tambahan kekuatan pembiasan pada meridian tertentu. Dapat
digabungkan dengan kelainan refraksi lainnya. Untuk mengurangi distorsi biasanya diberikan
lensa silinder negatif.
 Lensa kontak
 Tindakan bedah (LASIK)

Akomodasi

Kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar.
Benda pada jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina. Daya pembiasan lensa
bertambah kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat
benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). 2

Presbiopi

Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :


 Kelemahan otot akomodasi
 Lensa mata berkurang elasitasnya akibat sklerosis lensa.

Etilogi

Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya daya
kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur secara sempurna.
Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata elastisitasnya berkurang pada usia lanjut
akibat proses sklerosis yang terjadi pada lensa mata.

Gejala klinik

Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi pada pasien berusia di atas 40 tahun ini
adalah keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur dan membaca harus dibantu
dengan penerangan yang lebih kuat (pupil mengecil), serta mata menjadi cepat lelah.(1)
Daftar pustaka

1. Renu Jogi. Basic Ophthalmology. Fourth Edi. India: Jitendar P Vij; 2009.
2. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.2013.
3. Vaughan D.G, Asbury T, Eva P.R. Oftalmologi Umum.Edisi 14. Jakarta. Arcan-
Hipokrates.1996.
4. Bradford C. Basic ophthalmology. 8th Edition. San Fransisco- American Academy of
Ophthalmology. 2004.
5. Edward. Lasiks. Last updated 5 September 2005. (Diambil tanggal: 25 April 2006). Tersedia
di: http://www.emedicine.com/
6. Merck Manual Home Edition. Refractive Disorders. (Diambil tanggal:25 April 2006).
Tersedia di: http://www.emedicine.com/
7. Bashour M, Benchimol. Myopia, radial keratotomy. Last updated 10 june 2005. (Diambil
tanggal: 25 April 2006). Tersedia di: http://www.emedicine.com/
8. Myopia. (Diambil tanggal: 25 April 2006). Tersedia di: http://www.eyecenter.com/

Anda mungkin juga menyukai