PENYAKIT HIRSCHPRUNG
Disusun oleh:
Farah Saufika Iriyanto 12100118059
Afifah Nur Yusdianti 12100118167
Tsaniya Fadhila 12100118444
Preseptor:
Amry Junus., dr., SpB.
Puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan referat dengan judul penyakit
Hirschprung.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan ini, preceptor dan rekan-rekan kelompok kami atas
kerjasamanya sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami sadar dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kami dengan kerendahan hati meminta maaf. Kritik dan saran sangat
kami harapkan. Semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi
dalam pembahasan ilmiah.
2
DAFTAR PUSTAKA
Cover…………………………………………………………………………….1
Kata pengantar……………………………………………………………….…..2
Daftar pustaka……………………………………………………………………3
Anatomi usus besar………………………………………………………………4
Embriologi…………………………………………………………………….….7
Penyakit Hirscprung …………………………………………………………….12
Definisi…………………………………………………………………..12
Etiologi…………………………………………………………………..13
Pathogenesis……………………………………………………………..15
Patofisiologi……………………………………………………………..15
Manifestasi klinis………………………………………………………..18
Klasifikasi………………………………………………………………..18
Manifestasi……………………………………………………………….19
Diagnosis………………………………………………………………...20
Treatment………………………………………………………………...24
Diagnosis banding………………………………………………………..26
Komplikasi……………………………………………………………….28
Prognosis…………………………………………………………………29
Daftar pustaka……………………………………………………………………30
3
1. Anatomi Usus Besar
Tempat dimana air di absorpsi dari liquid chyme lalu diubah menjadi feses
semisolid yang disimpan dan diakumulasikan sampai defekasi terjadi. Panjang : 1,5 m
dan diameternya : 6,5 cm. Ileum dengan large intestine di hubungkan oleh katup
illiocecal dimana fungsinya untuk mengalirkan material dari small intestine ke large
intestine dan mencegah backflow dari kolon ke ileum dimana dipengaruhi oleh inervasi
dari simpatik cecum.
4
terminal ileum. Meso-appendiks menempel pada caecum dan bagian
posterior dari appendiks. Posisi dari appendiks bervariasi, tetapi biasanya
retrocaecal.
2. Colon
Ascending colon
Menaik di bagian kanan abdomen dan mencapai permukaan inferior dari liver,
kemudian berkelok ke sebelah kiri membentuk right colic (hepatic) flexure.
- Arteri : Cabang dari superior mesenteric artery, ileocolic dan right colic artery
yang beranastomosis satu sama lain dan right branch of middle colic artery.
- Vena : Didrainase ke SMV, Ileocolic dan right colic vein.
- Limfatik : Melalui epicolic dan paracolic lymph node kemudian ke ileocolic dan
right colic lymph node membentuk superior mesenteric lymph node
- Inervasi : Superior mesenteric nerve plexus
Transverse colon
Colon berlanjut menyebrangi abdomen ke bagian sisi kiri sebagai transverse colon
dan membentuk left colic (splenic) flexure yang berada di sisi kiri abdomen inferior
dari spleen. Posisinya bervariasi biasanya di setinggi umbilikus L3 vertebrae.
- Arteri : Cabang dari SMA, utamanya dari middle colic artery dan anastomosis
dari right dan left colic artery
- Vena : Di drainase melalui SMV
- Limfatik :Middle colic lymph node kemudian ke superior mesenteric lymph
node
- Inervasi : Superior mesenteric nerve plexus
Descending colon
Colon menurun melewati inferior illiac crest sebagai descending colon.
- Arteri : Left colic dan sigmoid artery yang merupakan cabang dari inferior
mesenteric artery, superior sigmoid artery beranastomosis dengan left colic
artery membentuk marginal artery.
5
- Vena : Di drainase ke inferior mesenteric vein kemudian ke splenic vein dan ke
portal vein
- Limfatik : Melalui epicolic dan paracolic lymph node kemudian ke intermediate
colic lymph node melewati inferior mesenteric lymph node
Sigmoid colon
Descending colon berlanjut menjadi sigmoid colon berbentuk seperti huruf S yang
menghubungkan descending colon dengan rectum, memanjang dari illiac fossa
sampai ke S3 vertebrae.
- Arteri : Left colic dan sigmoid artery yang merupakan cabang dari inferior
mesenteric artery, superior sigmoid artery beranastomosis dengan left colic
artery membentuk marginal artery.
- Drainage Vena : Di drainase ke inferior mesenteric vein kemudian ke splenic
vein dan ke portal vein
- Limfatik : Melalui epicolic dan paracolic lymph node kemudian ke intermediate
colic lymph node melewati inferior mesenteric lymph node
Arterial Supply
Dari arteri mesenterik inferior menuju arteri rektal superior, menyuplai bagian proksimal
rektum. Dari arteri vesikal inferior menuju arteri rektal medial kanan dan kiri,
menyuplai bagian medial dan inferior rektum. Dan dari arteri pudendal internal menuju
arteri rektal inferior, menyuplai anorectal junction dan anal kanal. Anastomose antara
arteri rektal superior, middle, dan inferior akan membentuk sirkulasi kolateral.
7
Aliran Balik Vena
Aliran balik dari rektum yaitu menuju vena rektalis superior, middle, dan inferior. Dari
vena rektalis superior akan masuk ke sistem vena porta, dan dari vena rektalis middle
dan inferior akan masuk ke sistemik. Anastomose terjadi antara vena porta dan sistemik
pada dinding anal kanal.
Dari submucosal rectal venous plexus akan mengalir disekitar rektum dan berhubungan
dengan vesical venous plexus pada pria, dan uterovaginal venous plexus pada wanita.
Rectal venous plexus terdiri dari dua bagian yaitu internal rectal venous plexus yang
mengalir ke bagian dalam mukosa dari anorectal junction, dan subcutaneous external
rectal venous plexus yang mengalir pada bagian eksternal dinding otot pada rektum.
Aliran Limfatik
Dari setengah superior rektum mengalir ke pararectal lymph nodes yang terletak pada
lapisan otot rektum. Kemudian naik ke inferior mesenteric lymph nodes, baik melalui
sacral lymph nodes ataupun secara langsung masuk ke nodus di sepanjang pembuluh
rektal superior. Aliran ini akan masuk ke lumbar (caval / aortic) lymph node.
Dari setengah inferior rektum mengalir ke sacral lymph nodes khususnya dari
ampula distal, kemudian mengalir mengikuti middle rectal vessels menuju internal iliac
lymph node.
8
Inervasi
Persarafan pada rektum terdiri dari simpatetik dan parasimpatetik. Untuk saraf
simpatetik berasal dari lumbar spinal cord yang dibawa via lumbar splanchnic nerve dan
hypogastric / pelvic plexuses melalui parietal plexus dari arteri mesenterik inferior dan
rektal superior. Untuk saraf parasimpatetik, berasal dari S2 – S4 spinal cord melalui
pelvic splanchnic nerve dan pleksus hipogastrik inferior kanan dan kiri menuju pelvic
pain line. Seluruh serat aferen viseral mengikuti serat parasimpatis ke ganglia sensoris
saraf spinal S2-S4.
2. Embriologi
Colon / Large Intestine berasal dari distal part of midgut dan juga hind gut.
Dimulai dari minggu ke-5 midgut mulai menggantung dari dorsal abdominal wall oleh
short mesentery dan mulai berkomunikasi dengan yolk sac melalui vitelline duct.
Midgut nantinya akan mulai berdiferensiasi menjadi distal part of bile duct, duodenum,
jejenum, ileum, cecum, ascending colon, 2/3 proximal transverse colon. Sedangkan
hindgut akan berdiferensiasi menjadi 1/3 distal transverse colon, descending colon,
rectum, hingga anal.
1. Midgut
- Pada minggu ke-6 midgut akan di perdarahi oleh superior mesentery
arteri.
- Cephalic limb (duodenum) dan caudal limb (colon) mulai memanjang
mendesak gut untuk keluar dari abdomen membentuk herniasi.
9
- Pada minggu ke-10 didalam herniasi terbentuklah primary loop yang di-
axis-kan oleh mesenteric artery. Dimana di bagian ileum ini terbentuk
hubungan dengan yolk sac melalui vitelline duct.
- Di mana pada loop ini akan terjadi rotasi 270 berlawanan dengan jarum
jam. Pada large intestine, coiling terjadi 90 di herniasi sedangkan sisa 180
terjadi di rongga abdomen.
- Setelah kembali ke abdomen, cecal bud akan tertarik lebih inferior dan
akan membentuk appendix.
- Pemanjangan intestine akan terus memacu coiling small intestine
10
2. Hindgut
- Membentuk 1/3 distal dari transverse colon, descending colon, sigmoid,
anorectal.
11
Migrasi sel neural crest ke neuron :
Sel neuroenteric bermigrasi dari neural crest ke bagian atas saluran pencernaan
dan kemudian diteruskan ke bagian distal (cephalocaudal migration). Pada minggu ke 5
First nerve cell mempersarafi bagian esophagus. Pada minggu ke 7 nerve cell
mempersarafi bagian midgut dan proses ini berakhir pada minggu ke 12. Migrasi ini di
arahkan oleh glikoprotein seperti fibronektin dan asam hyaluronat yang menciptakan
jalan untuk sel saraf bermigrasi.
Usus besar dipersarafi oleh system saraf otonom. Menghantarkan impulsnya
melalui preganglionic motor neuron yang bermyelin dan post ganglionic motor neuron
yang tidak bermyelin. Pre ganglionic motor neuron dan post ganglionic motor neuron
mersinaps di autonomic ganglion. Selain dipersarafi oleh saraf ototnom usus besar juga
dipersarafi ole serabut saraf intrinsik yaitu serabut NANC (non adrenergic-
noncholinergic). Saraf simpatis memiliki ganglion diantara preganglionic motor neuron
dan post ganglionic motor neuron. Dua ganglion utama saraf simpatis adalah
paravertebral ganglion atau sympathetic trunk ganglia dan prevertebral (collateral)
ganglia. Ganglion saraf parasimpatis berada sangat dekat dengan organ effektor atau
disebut juga terminal (intramural) ganglia. Inervasi saraf parasimpatis usus besar berasal
dari pelvic splanic nerve, sedangkan inervasi saraf simpatic berasal dari lumbar part of
sympathetic trunk and superior hypogastric plexus.
Efek dari stimulas saraf simpatis di usus besar adalah penurunan motilitas dan
tonus usus serta kontraksi dari sphincter, sedangkan efek dari stimulasi saraf
parasimpatis adalah peningkatan motilitas dan tonus usus serta relaksasi dari sphincter.
12
Kelainan bawaan (megakolon kongenital) :
13
Megakolon kongenital (penyakit hisprung) disebabkan oleh kegagalan
terbentuknya ganglion parasimpatis di dinding sebagian atau seluruh kolon dan rektum
akibat sel krista neuralis gagal bermigrasi. Sebagian besar kasus familial penyakit ini
disebabkan oleh mutasi pada gen RET, yang menjadi reseptor tirosin kinase pada
membran sel. gen ini pada kromosom 10q11 penting untuk migrasi sel krista neuralis.
Ligan untuk reseptor adalah faktor pertumbuhan neurotropik yang berasal dari sel glia
yang disekresi oleh sel-sel mesenkim, yang dilalui oleh migrasi sel krista neuralis.
Interaksi reseptor ligan kemudian mengatur migrasi sel krista, akibatnya, jika terdapat
kelainan pada reseptor, migrasi menjadi terhambat dan tidak terbentuk ganglion
parasimpatis di area yang terkena. Rektum terkena hampir diseluruh kasus, rektum dan
sigmoid terkena 80% bayi dengan kelainan ini.
14
3. Penyakit hirscprung
Insidensi:
Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggi
terjadinya Penyakit hirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat
keluarga Penyakit hirschprung dan pada pasien penderita Down
Syndrome.1,4
Rectosigmoid paling sering terkena sekitar 75% kasus, flexura lienalis atau
15
Etiologi
Penyakit Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf
parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu
tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal.
16
yang mempersarafi colon. Mutasi pada gen ini paling sering ditmukan
non familial dan short-segment. Endothelial 3 gene baru baru ini
telah diajukan sebagai gen yang rentan juga. Defek dari mutasi
genetic ini adalah mengganggu atau menghambat pensinyalan yang
penting untuk perkembangan normal dari sistem saraf enteric. Mutasi
pada proto- oncogene RET adalah diwariskan dengan pola dominan
autosom dengan 50-70% penetrasi dan ditemukan dalam sekitar 50%
kasus familial dan pada hanya 15-20% kasus spordis. Mutasi pada gen
EDNRB diwariskan dengan pola pseudodominan dan ditemukan hanya
pada 5% dari kasus, biasanya yang sporadis.7,8,9
17
1. Sindrom Down
2. Sindrom Neurocristopathy
3. Sindrom Waardenburg-Shah
4. Sindrom buta-tuli Yemenite
5. Piebaldism
6. Sindrom Goldberg-Shprintzen
7. Neoplasia endokrin multiple tipe II
8. Sindroma hypoventilasi congenital terpusat
9. Cartilage-hair hypoplasia
10. Sindrom hypoventilasi entral primer (Ondine’s curse)
11. Penyakit Chagas, pada penyakit ini tripanosoma menginvasi
langsung dinding usus dan menghancurkan pleksus.
Patogenesis
• Kegagalan migasi neural crest enteric menyebabkan aganglionosis plexus
auerbach dan meisnerr
• Segmen aganglionik kehilangan fungsi propulsi dan reflex relaksasi
disegmen usus besar bagian distal dikarenakan disfungsi inervasi
cholinergic (propulsive) bersamaan dengan sinyal inhibisi adrenergic dan
non-adrenergic
• Internal sphincter aganglionik dan tidak memiliki reflex relaksasi normal
sehingga menyebabkan distensi rectum.
• Keadaan disfungsi propulsi segmen distal usus besar bersamaan dengan
hilangnya reflex relaksasi dari rectum menyebabkan obstruksi/obstipasi.
• Segmen normal dari kolon akan mengalami dilatasi pada bagian
proksimal.
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan spasme pada distal colon
dan sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Maka dari itu bagian
18
yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga
bagian yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian
aganglionik selalu terdapat dibagian distal rectum.
Dasar patofisiologi dari HD adalah tidak adanya gelombang propulsive dan
abnormalitas atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang
disebabkan aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus besar.
Hipoganglionosi
Pada proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis.
Area tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah
keadaan dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal
dan kerapatan sel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada colon inervasi
jumlah plexus myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis
kadang mengenai sebagian panjang colon namun ada pula yang mengenai
seluruh colon.
19
ganglion diketahui dipengaruhi oleh reaksi succinyldehydrogenase (SDH).
Aktivitas enzim ini rendah pada minggu pertama kehidupan. Pematangan dari sel
ganglion ditentukan oleh reaksi SDH yang memerlukan waktu pematangan penuh
selama 2 sampai 4 tahun. Hipogenesis adalah hubungan antara imaturitas dan
hipoganglionosis.
Patofisiologi
• Hirschsprung’s disease
↓
• Colon tidak mampu berelaksasi saat terjadinya peristaltik
↓
20
• Sehingga tetap berkontraksi Dimana normalnya fase relaksasi dikontrol
oleh neuroenteric ganglion cell yang ada dilapisan submukosa intestine,
Dalam HD ganglion tersebut tidak ada
↓
• Fase relaksasi tidak sampai ke bagian distal
↓
• daerah distal yang terkena tidak dapat relaksasi
↓
• Functional distal bowel obstruction
Klasifikasi
A. Ultra short segment : tidak terdapat ganglion pada bagian kecil dari rectum
B. Short segment : tidak terdapat gaglion pada sebagian besar rectum dan
sebagian kecil kolon.
C. Long segment : tidak terdapat ganglion pada rectum dan sebagian besar
kolon.
D. Very long segment : tidak terdapat ganglion pada rectum, kolon dan
sebagian kecil usus halus.
21
Manifestasi klinis
22
Diagnosis
a. Foto polos abdomen
b. Barium enema
23
2). Bahan kontras yang digunakan larutan barium enema dengan pengenceran
30% dengan cairan NaCl fisiologis. Kontras dimasukkan melalui kateter dengan
menggunakan spuit 5-10 ml.
3). Pada posisi pronasi kontras barium dimasukkan dengan kontrol fluoroskopi,
kemudian posisi pasien dirubah menjadi lateral atau oblique. Bila rectosigmoid
terisi kontras dan zona transitional telah terlihat, maka larutan barium jangan
ditambahkan lagi.
penegakan diagnosis penyakit hirscprung dibuat sistem skoring dari 8 tanda
radiologi pada pemeriksaan Barium enema, yaitu:
1. zona transisional.
2. kontraksi irregular
3. index rectosigmoid ( lebar maximum rectum dibagi lebar maximum sigmoid ;
abnormal jika kurang dari 1.
4.spasmus.
5. adanya gambaran cobble stone mukosa pada WSCE (Water Soluble Contrast
Enema).
6. mukosa irregular.
7. mukosa yang bergerigi
8. retensi kontras (evakuasi lambat setelah 24 jam).
Penilaian sistem skoring dalam menentukan diagnostik penyekit hirspruc adalah:
1). Nilai 1-3 : kemungkinan HD 40% dengan kriteria penilaian rendah;
2). Nilai 4-5 : kemungkinan HD 66% dengan kriteria penilaian sedang;
3).Nilai 6-8 : kemungkinan HD 100% dengan kriteria penilaian tinggi.
24
c. Anorektalmanometri
25
Pada individu normal, distensi pada ampula rectum menyebabkan relaksasi
sfingter internal anal. Efek ini dipicu oleh saraf intrinsic pada jaringan rectal,
absensi/kelainan pada saraf internal ini ditemukan pada pasien yang terdiagnosis
penyakit Hirschsprung. Proses relaksasi ini bisa diduplikasi ke dalam
laboratorium motilitas dengan menggunakan metode yang disebut anorectal
manometry. Selama anorektal manometri, balon fleksibel didekatkan pada sfingter
anal. Normalnya pada saat balon dari posisi kembang didekatkan pada sfingter
anal, tekanan dari balon akan menyebabkan sfingter anal relaksasi, mirip seperti
distensi pada ampula rectum manusia. Namun pada pasien dengan penyakit
Hirschsprung sfingter anal tidak bereaksi terhadap tekanan pada balon. Pada bayi
baru lahir, keakuratan anorektal manometri dapat mencapai 100%
d. Biopsi
2. Kolonostomi
Pada anak baru lahir dilakukan kolonostomi untuk menunggu anak siap
yaitu berusia cukup biasanya 6-12 bulan, hingga berat badan anak cukup lebih
27
dari 9 kilogram, diagnosis yang terlambat, pasien dengan enterokolitis dan
keadaan umum buruk. Colostomy adalah memotong usus besar, proksimal
dari usus besar yang aganglion dan dibuat lubang melalui dinding abdomen,
sehingga terdapat sebagian kecil usus yang menonjol disebut stoma. feses
akan keluar dan dibuang melalui lubang tersebut, pada dinding abdomen
dibuatkan kantung khusus sebagai penampungan feses.
28
a. Prosedur Duhamel membiarkan rectum pada tempatnya dan
mengambil atau membawa ganglionic bowel kedalam retrorectal
space.
b. Prosedur Swenson memotong lalu menghubungkan bagian dari bowel
yang normal ke anus.
c. Prosedur soave dilakukan dengan oleh endorectal dissection dan
removal mukosa dari aganglionic distal segment dan membawa
ganglionic bowel turun ke anus dalam seromusculsr tunnel.
Diganosis Banding
Beberapa kondisi harus dipertimbangkan ketika bayi sedang dievaluasi
untuk penyakit Hirschsprung. Atresia kolon memberikan temuan yang serupa
dengan penyakit Hirschsprung, tetapi mudah dikecualikan dengan barium enema
yang menunjukkan obstruksi mekanis lengkap. Atresia usus halus distal
menunjukkan distensi kotor dari loop usus segera proksimal terhadap obstruksi
dengan tingkat cairan terlebar di dalamnya. Namun, penyakit Hirschsprung
terkadang dapat mensimulasikan meconium ileus.
Sumbat mekonium yang menyumbat usus besar dapat muncul sebagai
penyakit Hirschsprung dengan riwayat sugestif kuat dan film polos. Sindrom
kolon kiri kecil dengan distensi yang nyata proksimal hingga kolon desendens
29
yang menyipit juga mensimulasikan penyakit Hirschsprung pada fleksura kolon
kiri (Gambar 46.8).
30
Komplikasi
Komplikasi awal (early) pasca operasi yang dapat terjadi setelah semua
jenis operasi pull-through termasuk: infeksi luka, kebocoran anastomosis, striktur
anastomosis, retraksi atau nekrosis neorectum, perlengketan usus, dan ileus.
Komplikasi lanjut termasuk: sembelit, enterokolitis, inkontinensia, masalah
anastomosis, obstruksi usus adhesif dan komplikasi urogenital.
a. Kebocoran Anastomosis
Komplikasi awal pasca operasi yang paling berbahaya setelah
prosedur pullthrough abdominoperineal yang pasti adalah kebocoran pada
garis jahitan anastomosis. Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk
kebocoran anastomosis meliputi iskemia ujung distal dari segmen kolon
pull-through, ketegangan pada anastomosis, garis jahitan anastomosis yang
tidak lengkap dan manipulasi dubur yang tidak disengaja. Jika kebocoran
diketahui pada pasien tanpa kolostomi, sangat penting untuk segera
melakukan kolostomi, untuk memberikan antibiotik intravena dan
mengairi rektum dengan larutan antibiotik beberapa kali sehari.
Keterlambatan dalam menetapkan pengalihan tinja cenderung
menghasilkan abses panggul yang luas yang mungkin memerlukan
laparotomi dan drainase transabdominal.
b. Retraction of Pullthrough
31
Eksoriasi perianal terjadi pada hampir setengah dari pasien yang
menjalani prosedur pull-through, tetapi umumnya sembuh dalam 3 bulan
dengan terapi lokal dan resolusi diare. Sangat membantu untuk mulai
menempatkan krim penghalang pada kulit perianal segera setelah operasi
dan untuk melanjutkan setiap gerakan selama beberapa minggu pertama.
Penyelesaian diare seringkali akan mempercepat pembersihan iritasi kulit
perianal.
d. Enterokolitis
Enterocolitis terkait Hirschsprung (HAEC) adalah komplikasi HD
yang signifikan baik pada periode pra dan pasca operasi. HAEC dapat
terjadi kapan saja mulai dari periode neonatal hingga dewasa dan dapat
terlepas dari manajemen medis dan prosedur bedah yang dilakukan.
Insidensi enterokolitis berkisar antara 20% hingga 58%. Untungnya angka
kematian telah menurun selama 30 tahun terakhir dari 30% menjadi 1%.
e. Konstipasi
Sembelit biasa terjadi setelah perbaikan defisiensi penyakit
Hirschsprung dan dapat disebabkan oleh aganglionosis residual dan nada
anal yang tinggi. Pada beberapa pasien mungkin diperlukan miektomi
sfingter internal. Pada pasien dengan jaringan parut, striktur atau displasia
neuron usus proksimal ke segmen aganglionik, pengobatan terdiri dari
penyebab mendasar.
Prognosis
HD adalah gangguan seumur hidup dan harus dipikirkan dengan matang
dijelaskan kepada keluarga sebelum prosedur operasi. Mekanisme untuk
perawatan tindak lanjut jangka panjang yang memadai harus ada pada saat
pemulangan pasca operasi.
Prognosis baik jika gejala obstruksi segera di atasi. Penyulit pascabedah
seperti kebocoran anastomosis atau striktur anastomosis umumnya dapat diatasi.
32
DAFTAR PUSTAKA
33