Anda di halaman 1dari 40

CLINICAL SCIENCE SESSION

KEGAWATDARURATAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)
PADA P3D BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD AL - IHSAN BANDUNG

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD REZALUL ARISMA
FARAH SAUFIKA IRIANTO
AFIFAH YUSDIANTY

PRESEPTOR :
DR. MAYARANI, SP.M

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


RSUD AL - IHSAN BANDUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Kegawatdaruratan dalam ilmu penyakit mata secara umum
dapat terbagi menjadi dua, yaitu kegawatdaruratan trauma
dan non trauma.
Kegawatdaruratan mata karena trauma contohnya trauma
kimia (basa/alkali dan asam), trauma radiasi
(solar/matahari, ultraviolet), trauma jaringan ekstra okular
(palpebra, sistem lakrimal), trauma tumpul bola mata, dan
trauma tajam bola mata (laserasi dan trauma tembus).
Adapun yang bersifat non trauma antara lain, glaukoma
sudut tertutup akut, neuropati optik toksik (obat atau
alkohol), infeksi (konjungtivitis GO endoftalmitis. selulitis
orbita), dan ablasi retina akut.
BERDASARKAN TINGKAT KEGAWATDARURATANNYA

1. SANGAT GAWAT
2. GAWAT
3. SEMI GAWAT
SANGAT GAWAT
Yang dimaksud dengan keadaan "sangat gawat"
adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan
tindakan yang harus sudah diberikan dalam waktu
beberapa menit. Terlambat sebentar saja dapat
mengakibatkan kebutaan.Adapun keadaan atau
kondisi pasien yang termasuk di dalam kategori ini
adalah: luka bakar kimia (luka bakar kerena
alkali/basa dan luka bakar asam).
GAWAT Konjungtivitis gonorhoe
Abrasi Kornea
Benda asing di kornea
Tukak kornea
Yang dimaksud dengan Hifema
keadaan "gawat" adalah Uveitis Anterior
keadaan atau kondisi pasien Endoftalmitis
memerlukanpenegakan Glaukoma kongestif
diagnosis dan pengobatan Glaukoma sekunder
yang harus sudah diberikan Ablasi retina (retinal detachment )
dalam waktu satu atau Selulitis orbita
beberapa jam. Trauma tembus mata
Trauma radiasi
Adapun keadaan atau kondisi
pasien yang termasuk di dalam
kategori ini adalah :
SEMI GAWAT Trakoma yang disertai dengan
entropion.
Katarak kongenital
Glaukoma kongenital
Yang dimaksud dengan keadaan
"semi gawat" adalah keadaan atau Glaukoma simpleks
kondisi pasien memerlukan
pengobatan yang harus sudah Neuritis optika / papilitis
diberikan dalam waktu beberapa Tumor intraorbita
hari atau minggu.Adapun keadaan
atau kondisi pasien yang termasuk di
dalam kategori ini adalah:
LUKA BAKAR (TRAUMA) KIMIA
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola
mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau
basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi
dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia,
pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta
paparan bahan kimia dari alat-alat rumah tangga.
Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH < 7 dan
dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.
TRAUMA ASAM
Molekul hidrogen merusak
permukaan okular dengan
mengubah pH, sementara anion
merusak dengan cara denaturasi
protein, presipitasi dan koagulasi.
Koagulasi protein umumnya
mencegah penetrasi yang lebih
lanjut dari zat asam, dan
menyebabkan tampilan ground
glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam.
Trauma pada mata yang disebabkan
oleh zat kimia asam cenderung lebih
ringan daripada trauma yang
diakibatkan oleh zat kimia
TRAUMA BASA
Bahan-bahan basa memiliki dua sifat
yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana
dapat secara cepat untuk penetrasi sel
membran dan masuk ke bilik mata
depan, bahkan sampai retina.
Trauma basa akan memberikan iritasi
ringan pada mata apabila dilihat dari
luar.
Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan
cepat, sehingga berakhir dengan
kebutaan. Pada trauma basa akan
terjadi penghancuran jaringan kolagen
kornea.
DERAJAT TRAUMA KIMIA
Derajat 1: kornea jernih dan tidak
ada iskemik limbus (prognosis
sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat
dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik
limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total,
stroma berkabut dengan gambaran
iris tidak jelas dan sudah terdapat ½
iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk)
PENATALAKSAAN EMERGENSI
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin.
Gunakan larutan normal saline (atau yang setara) untuk mengirigasi mata selama
15-30 menit sampai pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya
dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Jika perlu
dapat diberikan anastesi topikal,larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotic.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata. Hal ini juga bermanfaat untuk menghindarkan
terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan
konjungtiva forniks
KONJUNGTIVITIS GO
Konjungtivitis gonore disebabkan
oleh kuman diplokokkus gram
negative aerob Neiseria
Gonorhoeae.
Pada neonatus, infeksi konjungtiva
terjadi pada saat berada pada jalan
kelahiran (oftalmia neonatorum),
sedang pada bayi, penyakit ini juga
ditularkan oleh ibu yang sedang
menderita penyakit (konjungtivitis
gonore infatum).
Pada orang dewasa, penularan
penyakit melalui hubungan seksual (
konjungtivitis gonore adultorum).
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan sediaan apus konjungtiva,
terdapat bakteri diplokokkus.
Penanganan penyakit ini dilakukan irigasi setiap 15 menit,
pemberian antibiotic baik sistemik dan topical (penicillin G disertai
sectinomisin atau tetrasiklin).
Penisilin G topical diberikan dengan dosis 10.000-20.000 unit/ml
setiap 30 menit.
Pengobatan dihentikan bila setelah tiga kali pemeriksaan
laboratorium berturut-turut memberikan hasil negative.
ABRASI KORNEA
Merupakan kehilangan epitel kornea
Dapat dilihat dengan tes fluorescence.
Gejala :
Rasa nyeri sewaktu mata dan palpebra
digerakkan
Blefarospasme
Lakrimasi
Visus menurun atau normal
Tindakan :
Midriasil 1%, salep mata antibiotika,
mata ditutup dengan perban.
CORPUS ALIENUM (BENDA ASING PADA
MATA)
Dapat diakibatkan karena masuknya
serbuk gelas, kayu, besi, dll
Dapat menyebabkan penurunan visus,
dan muncul injeksi.
Tindakan :
Pakai anetesi lokal loidokain 2% untuk
mengeluarkan benda asing pada
kornea (jarum steril)
Setelah keluar, teteskan midriasil 1%,
salep mata antibiotika, mata ditutup
dengan perban
Kontrol : setiap hari untuk mencari
tanda-tanda infeksi sampai luka
sembuh sempurna.
ULKUS KORNEA
Merupakan defek pada epitel dan
telah mencapai bagian stroma. Ulkus
tersebut dapat menyebabkan
pembentukan parut yang menjadi
penyebab kebutaan dan gangguan
penglihatan.
Faktor pencetus :
Luka kornea
Infeksi kornea
dll
Gejala Subjektif :
Mata merah
Penglihatan menurun
Sakit mata (ringan-berat)
Fotofobia
Kadang kotor
Gejala objektif :
Infiltrat kornea, disertai hilangnya sebagian jaringan (tes fluoresence +)
Keruh pada kornea
Injeksi siliar
Pengobatan :
Hilangkan faktor pencetusnya
Obati ulkus
a. Tetes mata atropin 0,5-1% atau skopolamin
b. Antibiotik yang sesuai (tetes/salep)
Kompres hangat selama setengah jam (beberapa kali sehari)
Jika ulkus bersih + superfisial = diperban
Jika ulkus sekret banyak dan purulen + tidak diperban
HIFEMA
Adalah timbunan darah di dalam
bilik mata depan (COA)
Terjadi akibat trauma tumpul
yangmerobek pembuluh darah iris
atau badan siliar.
Gejala :
Sakit mata, disertai epifora dan
blefarospasme
Penglihatan sangat menurun
Pengobatan :
Pasien dirawat dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30o pada bag.kepala
Beri koagulasi
Beri steroid tetes
Mata ditutup
Biasanya hifema akan hilang sempurna (7 hari)
UVEITIS ANTERIOR
Uveitis anterior merupakan
peradangan tunika vaskulosa bagian
depan meliputi iris dan bagian
badan siliar (pars plicata), kadang-
kadang menyertai peradangan
bagian belakang bola mata, kornea
dan sklera.
Reaksi akut < 6 minggu
Reaksi kronis > 6 minggu bahkan
sampai berbulan-bulan
atau bertahun-tahun, seringkali onset
tidak jelas dan bersifat asimtomatik.
Etiologi
Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain
dari luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,
mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya infeksi
tuberkulosis, herper simpleks.
Manifestasi
Pasien dengan uveitis anterior memiliki manifestasi mata sakit, mata merah,
fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair.
Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat terjadi akibat ikut
meradangnya otot-otot akomodasi.
Terapi
Midriatika yang sering digunakan adalah atropine sulfas, digunakan karena
bekerjanya cepat dan DOA nya lama. +/- 2 minggu. Efeknya adalah :
Mengurangi kongesti pada tempat peradangan
Menyebabkan midriasis, sehingga mencegah sinekia posterior
Menyebabkan relaksasi otot sfingter pupil dan otot siliar, sehingga mengistirahatkan mata
Steroid
Antibiotic
Mata ditutup
endoftalmitis
Merupakan peradangan berat
di dalam bola mata, biasanya
akibat infeksi setelah
trauma/bedah dan endogen
akibat bacteriemia/sepsis.
Endoftalmitis dapat berbentuk
radang supuratif dalam bola
mata, sehingga akan
membentuk abses di badan
kaca (vitreous body)
Terdapat 2 tipe endoftalmitis, diantaranya sebagai berikut:
Endoftalmitis endogen diakibatkan penyebaran bakteri
dari tempat lain di tubuh kita melalui aliran darah.
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus
atau infeksi pada tindakan pembedahan yang membuka
bola mata. Endoftalmitis endogen sangat jarang, hanya 2-
15% dari seluruh endoftalmitis.
GLAUKOMA
Suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokular yang berpotensi
progresif yang dapat menyebabkan optic neuropathy dan gangguan penglihatan.
Klasifikasi
Glaukoma primer, dimana penyebabnya timbul glaukoma tidak diketahui, yang dibagi atas 2
bentuk : glaucoma sudut terbuka/glaukoma simpleks dan glaukoma sudut tertutup/glaukoma
sudut sempit.
Glaukoma sekunder, dimana glaukoma timbul akibat kelainan didalam bola mata, yang dapat
disebabkan (kelainan lensa, katarak immature, hipermatur dan dislokasi lensa; kelainan uvea,
uveitis anterior; trauma, hifema, inkarserasi iris; pasca bedah, blokade pupil, goniosinekia)
Glaukoma Kongenital, terbagi menjadi kongenital primer (dengan kelainan kongenital lain)
dan infantil (tanpa kelainan kongenital lain).
Glaukoma Absolut Glaukoma asolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka)
dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut.
MANIFESTASI GLAUKOMA
Peningkatan TIO
Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Nyeri
Penyempitan lapang pandang
Perubahan pada diskus optic
Oklusi vena
Kesulitan melihat benda dekat
Penglihatan buram mendadak atau intermitten
Kesulitan melihat objek bergerak
Adaptasi gelap-terang buruk
Pembesaran mata
Tatalaksana
Prinsip terapi menurunkan TIO dengan obat atau operasi untuk mempertahankan
kondisi yang ada
Carbonic anhydrase inhibitor
acetazolamide 250 mg 4xsehari p.o,
dorzolamide eye drop 3x sehari
Beta-adrenergic antagonist:
beta-blocker (timolol maleat 0.25-0.5%) 2x/hr
betaxolol 0.25% - 0.5% 2x/hr.
Adrenergic agonist:depefeprine0.5% - 2% 2x/hr.
Antiglaukoma lainnya
Parasympathomimetic agents:
pilocarpin eye drop 2-4%, 2-6 x / hari
carbachol 0.75% digunakan setelah ops katarak operation
Latanoprost: meningkatkan aliran uvea sklera
Hyperosmotic fluid
glycerol 50% 1-2 ml/kg bb, diminum sekaligus
manitol 20% perinfus pre operasi, 1.5-3 ml/kg bb.
ABLASIO RETINA
Ablasio retina ( retinal detachment)
adalah suatu keadaan terpisahnya sel
kerucut dan batang dengan sel epitel
pigmen retina.
Manifestasi ablasio retina :
Melihat kilatan cahaya
Mata merah
Gatal
Bengkak
Melihat bintik kecil atau benang
Pengelihatan kabur
Melihat bayangan atau seperti tirai
yang mempengaruhi bagian apa saja
dari pengelihatan.
Dikenal 3 bentuk ablasi retina :
Ablasi retina regmatogenosa
Ablasi retina eksudatif
Ablasi retina traksi.
Terapi yang dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa dan ablasi retina
eksudatif adalah dengan operatif, sedangkan pada Ablasi retina traksi berdasar
etiologinya.
NEURITIS OPTIK
Neuritis optik adalah istilah umum yang menandakan peradangan
atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam penyakit.
Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan
penglihatan unilateral pada orang dewasa.
Neuritis optikus berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan
oftamoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar.
Papilitis mengarah kepada lesi anterior yang mana diskus menjadi
membengkak dan hiperemis, sedangkan neuritis retrobulbar
menunjuk kepada lesi saraf yang akut dan tidak ditemukan adanya
gambaran fundus yang abnormal.
ETIOLOGI NEURITIS OPTIK
Idiopatik
Multiple sklerosis
Penyakit demielinisasi (Sklerosis multiple, Sindrom demielinisasi jarang lainnya
seperti neuromielitis optikus)
Infeksi virus
Neuritis optikus virus (morbili, mumps, cacar air, influenza)
Ensefalomyelitis pascainfeksi
polirad Poliradikuloneuronitis (sindrom Guellain Barre)
Mononukleosis infeksiosa
Herpes zoster
Perluas penyakit peradangan
Sinusitis
Penyakit intrakranium : meningitis, ensefalitis.
Penyakit orbita : selulitis, vaskulitis
Penyakit intraokular : korioretinitis, endoftalmitis, iridoksiklitis
Infeksi dan peradangan sistemik
Sifilis
Tuberculosis
Criptococcusis
Coccicarditis infektif
Endocarditis infekstif
Sarcoidosis
Nutrisi dan metabolic (DM)
Toksik (etambutol, isoniazid, streptomisin, disulfiram, digitalis, kloramfenikol, klorokuin.
Air keras=Metanol)
Logam berat: arsen, timbal, talium.
Atrofi difus herediter (Atrofi optikus dominan (juvenilis), Atrofi optikus resesif
(infantil),Anomali saraf optikus)
Penyakit vascular (Arteritis temporalis, Arterioskeloris (neuropati optikus iskemik
anterior): diabetes mellitus, hipertensi, Poliarteritis nodusa)
Penyakit neoplastik
Infiltrasi langsung saraf optikus, leukemik, atau maligna.
Neuropati tekanan: tumor, penyakit mata tiroid
Sindrom paraneoplastik
Trauma
Terapi radiasi
Gejala :
Hilangnya penglihatan pada satu atau dua mata lebih dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Hilangnya penglihatan dapat dideteksi dengan :
visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥ 20 / 60), dan berat (≥ 20 / 70)
hilangnya penglihatan warna
berkuranagnya persepsi dari intensitas sinar
pandangan berkabut atau visus yang kabur
kesulitan membaca
adanya bintik buta
fenomena pulfrich (gangguan persepsi objek yang bergerak)
Unthoff’s syndrome merupakan hilangnya visus sementara waktu yang terjadi
secara intermiten yang terjadi di skeloris multipel dan neuropati optik. Sindroma
ini juga dapat dicetuskan oleh stres emosional, perubahan cuaca, menstruasi,
cahaya, makanan, merokok. Patofisiologi dari Unthoff’s syndrome belum diketahui,
walaupun adanya hambatan hantaran hingga peningkatan pada suhu tubuh atau
perubahan pada kadar elektrolit darah dapat dipercaya memegang peranan
penting.
TRAKOMA
Trakoma adalah penyakit mata yang
dapat menular dan merupakan salah
satu penyebab kebutaan.
Trakoma disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis dengan lalat
sebagai perantaranya.
TRAKOMA
Trakoma ditandai dengan mata yang
merah, berair, dan terasa gatal.
Jika dibiarkan, maka kelopak mata
juga akan terlipat ke dalam (trikiasis)
sehingga bulu mata bergesekan
langsung dengan bola mata.
Keadaan ini menyebabkan bola mata
mengalami luka atau bahkan radang
pada kornea (keratitis).
Infeksi yang berulang-ulang akan
berujung pada pembentukan parut
kornea dan kebutaan.
Bila sudah terinfeksi, maka penderita
trakoma harus menjalani pengobatan
antibiotic topikal menggunakan
tetrasiklin atau eritromisin.
Pengobatan termasuk tindakan
bedah jika manifestasi sudah sangat
berat.

Anda mungkin juga menyukai