Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic lebih besar dari 90 mmHg berdasarkan rata-rata
pengukuran tekanan darah yang dilakukan beberapa kali oleh penyedia pelayanan
kesehatan (Brunner & Suddarth, 2014)
Hipertensi tekanan darah tinggi ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastolic
atau sistolik. Pada hipertensi tekanan darah yang meningkat tajam merusak lapisan
dalam pembuluh darah kecil sehingga mengakibatkan akumulasi fibrin (protein
berwarna putih) di dalam pembuluh darah, edema local (pembengkakan), dan
kemungkinan pembuluh darah intravascular (Corwin, 2009)
2. Klasifikasi
Kategori Hipertensi dan Tekanan Darah pada Orang Dewasa (18 tahun keatas).
Kategori Sistolik (angka tertinggi Diastolik (angka terendah
dalam mmHg) dalam mmHg)
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160 atau lebih 100 atau lebih
(Tabel 2,1)

Hipertensi diklasifikasikan menurut etiologinya menjadi hipertensi primer dan


hipertensi sekunder. Penjelasan yang lebih jelas mengenai klasifikasi hipertensi :

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)


Hipertensi primer adalah tekanan darah tinggi yang belum diketahui
penyebabnya. Beberapa factor yang dianggap berpengaruh dalam terjadinya
hipertensi primer adalah factor genetic, stress, obesitas, kurang olahraga, dan diet
(Arumi, 2011, Wijaya & Putri, 2013)
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh penyakit,
seperti gagal ginjal, diabetes, hipertiroidisme, kelainan adrenal dan pemakaian
obat-obatan (Arumi, 2011, Wijaya & Putri, 2013, Tiyanto, 2014)
3. Etiologi
Menurut Agoez, dkk (2011) terdapat beberapa factor yang berperan dalam
menimbulkan hipertensi :
a. Kepekaan tubuh terhadap garam (NaCl)
Sekitar 60% pengidap hipertensi esensial sensitif terhadap asupan garam. Hal ini
terjadi karena jumlah garam yang meningkat dalam darah akan menyebabkan
pengeluaran air dari sel ke darah untuk menyeimbangkan kadar antar sel dan
aliran darah sehingga tekanan darah meningkat.
b. Peran renin
Renin merupakan enzim yang dihasilkan macula densa dan memiliki mekanisme
kerja yang berlawanan dengan aldosteron.
c. Genetic
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling kompleks dengan pola
pewarisan berdasar genetic mencapai 30%.
d. Umur
Akibat pertambahan umur dan proses penuaan, serabut kolagen di pembuluh
darah dan dinding arteriol bertambah sehingga dinding pembuluh darah tersebut
mengeras. Dengan berkurangnya elastisitas ini daerah yang dipengaruhi tekanan
sistolik akan menyempit, sehingga tekanan darah rata-rata meningkat.

e. Kegemukan dan obesitas


Orang gemuk (penambahan berat badan karena peningkatan volume otot, tulang,
lemak dan air) dan pengidap obesitas (pertambahan berat badan karena lemak),
dapat mengalami prahipertensi.
4. Tanda dan Gejala
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Gejala yang mudah dipahami antara lain gejala ringan seperti pusing, nyeri
kepala bagian belakang, sering gelisah, wajah merah, mudah marah, telinga
berdengung, napas pendek, kelelahan, nyeri dada, mual, muntah, mimisan (Arumi,
2011, NANDA, 2015, Puspitorini, 2009)
5. Patofisiologi
Proses terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh meningkatnya aktivitas system
saraf simpatik terkait dengan disfungsi system saraf otonom; meningkatnya
penyerapan ginjal terhadap natrium, klorida dan air yang berhubungan dengan variasi
genetic dalam jalur dimana ginjal menangani natrium; peningkatan aktivitas dari
system renin-angiotensin-aldosteron, dihasilkan oleh ekspansi volume cairan
ekstraseluler dan peningkatan resistensi sistemik pembuluh darah, penurunan
vasodilatasi dari arteriol berhubungan dengan disfungsi dari resistensi endothelium
pembuluh darah; resistensi insulin, mungkin terjadi factor umum yang
menghubungkan hipertensi dengan diabetes tipe 2, hipertigliseridemia, obesitas dan
intoleransi glukosa; aktivitas komponen bawaan dan komponen adaptif dari respon
imun yang berkontribusi dalam peradangan ginjal dan disfungsi ginjal.
Perubahan structural dan fungsional pada hati, pembuluh darah, dan ginjal
berkontribusi untuk meningkatkan tekanan darah pada lansia. Perubahan ini termasuk
akumulasi dari plak atherosclerosis, fragmentasi elastisitas arteri, meningkatkan
deposito kolagen, gangguan vasodilatasi, dan disfungsi ginjal hasil dari perubahan ini
terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah dan peningkatan volume. Akibatnya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan tekanan sistolik meningkat tanpa
mengubah tekanan diastolic.
Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuluh darah di seluruh
tubuh, khususnya organ seperti hati, ginjal, otak dan mata. Akibat dari tidak
terkontrolnya hipertensi yang berkepanjangan adalah infak miokard, gagal jantung,
gagal ginjal, stroke dan gangguan penglihatan. Hipertrofi dari ventrikel kirijantung
dapat terjadi karena jantung bekerja untuk memompa darah melawan tekanan tinggi
(Brunner & Suddarth, 2014).
6. Penatalaksanaan
a. Non Farmakologis
1) Olahraga
Olahraga yang teratur akan mengurangi stress secara aktif sehingga
memperbaiki tekanan darah dan membantu mengurangi frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah (Agoez, dkk, 2011, Nurrahmi, 2012)
2) Menurunkan berat badan
Obesitas memicu timbuknya pernyakit coroner yang dapat menyebabkan
kematian. Semakin gemuk seseorang, semakin tinggi tekanan darahnya.
Sebaliknya, semakin besar penurunan berat badan pada orang obesitas,
semakin terkendali tekanan darah mereka (Nurrahmi, 2012)
3) Penghentian konsumsi alcohol dan rokok
Merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien hipertensi
sehingga perlu dihindari, sedangkan mengkonsumsi alcohol mempunyai risiko
mengalami hipertensi empat kali lebih besar daripada orang yang tidak
mengkonsumsi alcohol. Penghentian mengkonsumsi rokok dan alcohol
terbukti dapat menurunkan tekanan darah.
4) Menghindari stress
Terapi relaksasi seperti meditasi, menghindari bunyi yang terlalu keras dan
cahaya berintensitas terang merupakan cara tambahan untuk menurunkan
tekanan darah (Agoez, dkk, 2011)
B. KONSEP DASAR KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Menurut Friedman, 1998 (dalam Achjar, 2010) keluarga adalah sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan
bersama.
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain (Mubarak, 2012)
Keluarga adalah kumpulan dari dua individu atau lebih yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu sama
lain, dan bertujuan untuk mempertahankan budaya (Achjar, 2010; Mubarak, 2012,).
2. Tipe Keluarga
Menurut Alender Dab Spradley, 2001 (Achjar, 2010) membagi tipe keluarga
berdasarkan :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak kandung atau anak angkat.
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi.
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak.
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orangtua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri berusia
lanjut.
b. Keluarga Non Tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orangtua (ayah atau ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3) Homoseksual yaitu individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat
beberapa fungsi keluarga menurut Achjar,(2010); Friedman, (2010); Mubarak,
(2012), yaitu :
a. Fungsi afektif
Merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun keberlanjutan unit
keluarga itu sendiri. Fungsi fektif bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi yaitu melakukan pembinaan sosialisasi pada anak membentuk
nilai dan norma yang diyakini anak sesuai tingkat perkembangan anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh apda anak, meneruskan
nilai-nilai budaya. Fungsi ini bertujuan agar anak dapat bersosialisasi di
masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan merupakan fungsi keluarga dalam melindungi
keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga. Fungsi perawatan kesehatan
bukan hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang mengemban
focus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan keluarga dalam pemenuhan sumber dana yang cukup
(sandang, pangan, papan) serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan.
e. Fungsi biologis
Fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi dan memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Fungsi ini juga
membentuk anggota baru dalam masyarakat.

f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa
aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, memberikan kedewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkat kepribadiannya.
4. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (dalam Mubarak, dkk, 2012) menggambarkan sebagai berikut :
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi,konflik selesai da nada hirarki kekuatan. Komunikasi keluarga
bagi pengirim yakni mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta
meminta dan menerima umpan balik. Penerima mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik dan valid.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi social
yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Setruktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau mengubah perilaku oranglain.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah system ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan social tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga.
5. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang diberkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Lima tugas
keluarga menurut Achjar, 2010:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan
gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. Bagaimana masalah dirasakan oleh
keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah
rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan anggota
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, seperti bagaimana
keluarga mengenai keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan perawatan yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga
terhadap sakitnya.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga,
upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keuarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan, seperti kepercayaan
keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan,
keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh
keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
6. Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahapan perkembangan keluarga menurut Duvall dan Miller (1985), Carter dan Mc
Goldrick (1988) dalam Achjar (2010); Mubarak (2012), mempunyai tugas
perkembangan yang berbeda seperti :
a. Tahap I, keluarga sebagai pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang
harmonis dan kepuasan bersama, dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan oranglain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri sebagai orang tua.
b. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak
Tugas perkembangan tahap II yaitu membentuk keluarga muda sebagai unit yang
mantap, rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan
kebutuhan keluarga, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar masing-masing pasangan.
c. Tahap III, keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangan keluarga tahap III yaitu memenuhi kebutuhan keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenal kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangan keluarga tahap IV yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V, keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan keluarga tahap V yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggungjawab, mempertahankan komunikasi dua arah.

f. Tahap VI, keluarga melepas anak usia dewasa muda


Tugas perkembangan keluarga tahap VI yaitu memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak,
melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orangtua
yang lanjut usia dan sakit-sakitan, membantu anak mandiri, mempertahankan
komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orangtua dengan menantu,
menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
g. Tahap VII, orangtua usia pertengahan
Tahap perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arti, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan dating, tetap menjaga komunikasi dengan
anak-anak.
h. Tahap VIII, keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu mempertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, merencanakan
kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan selama 2 hari pada tanggal 14 dan 15 agustus 2019 pukul 12.45
sampai 14.00 dan pukul 10.00 sampai 12.00 di rumah Tn. R
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama KK : Tn. P
Umur KK : 46 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Bandongan
b. Komposisi keluarga
Hub.
Nama Umur L/P Dengan Agama Pendidikan Pekerjaan
KK
Tn. R 46 tahun L KK Islam SMA Wiraswasta
Ny. S 40 tahun P Istri Islam SMP Wiraswasta
Nn. F 20 tahun P Anak Islam SMA Mahasiswa
kandung
Nn.N 12 tahun P Anak Islam SMP Pelajar
Kandung
c. Genogram

Keterangan :

: perempuan Atau : meninggal

: laki-laki : Klien

d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. P merupakan keluarga inti yang berjumlah 4 orang anggota yaitu,
Ibu dan 2 orang anak.
e. Suku bangsa
Suku bangsa anggota keluarga Tn. P yaitu Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-
hari adalah bahasa Jawa. Tidak ada kepercayaan atau kebudayaan yang
bertentangan dengan kesehatan.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. P beragama Islam dan selalu menjalankan
kewajibannya untuk beribadah sebagai seorang muslim. Ny. S rajin mengikuti
kegiatan keagamaan seperti pengajian dan yasinan di kampungnya.
g. Status sosial ekonomi
Pendapatan keluarga Tn. P diperoleh dari penghasilan Tn. P dan Ny. S
Penghasilan tersebut cukup untuk membiayai pendidikan anaknya dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
h. Aktivitas rekreasi dan keluarga
Keluarga Tn. P terkadang berpergian ke tempat wisata dengan anggota keluarga
yang lain.
i. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. P berada dalam tahap perkembangan anak dalam masa
remaja. Tn P mendidik kedua anaknya agar lebih giat dalam belajar dan
mampu untuk hidup mandiri.
b. Riwayat kesehatan keluarga Inti
1) Tn. P (kepala keluarga)
Tn. P saat ini menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Jika
tekanan darahnya tinggi, klien mengeluh pusing dan merasa pegal di
daerah tenguk leher. Klien tidak pernah mau memeriksakan
kesehatannya dan tidak menjalani pengobatan apapun untuk
hipertensinya.
2) Ny. S (istri)
Ny. S tidak memiliki keluhan penyakit tertentu, hanya badannya terasa
pegal-pegal karena kelelahan bekerja dan mengerjakan pekerjaan
rumah dan memiliki tenan darah rendah.
3) Nn. F (anak kandung)
Nn. F tidak memiliki keluhan penyakit tertentu.
4) Nn. N (anak kandung)
Nn. N tidak memiliki keluhan penyakit tertentu.

c. Sumber pelayanan kesehatan


Ketika salah satu anggota keluarga Tn.P sakit biasanya dibawa ke klinik
terdekat, apabila sakitnya ringan cukup dengan istirahat. Namun, bila tidak
mampu menangani sendiri atau tidak sembuh ketika diobati di klinik,
langsung dibawa ke rumah sakit. Keluarga Tn. P mempunyai keyakinan
bahwa dengan adanya pelayanan kesehatan akan membantu dalam
mencapai kondisi sehat.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. P mengatakan bahwa anggota keluarganya belum pernah menjalani
rawat inap di rumah sakit.
2. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
1) Rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn. P adalah rumah pribadi. Tipe
rumah permanen dengan dinding tembok. Terdiri dari 8 ruangan yakni
3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang dapur, 1 ruang makan, dan 2
kamar mandi disertai jamban. Lantai rumah terbuat dari keramik.
2) Ventilasi dan penerangan
Sirkulasi udara cukup baik. Namun jarang ada ventilasi di setiap
ruangan sehingga pintu biasanya dibuka untuk sirkulasi udara. Sinar
matahari yang masuk ke ruangan dapat menerangi ruangan dalam
rumah pada siang hari. Penerangan yang digunakan pada malam hari
adalah lsitrik.
3) Pembuangan sampah
Keluarga membuang sampah di penampungan sementara berupa
keranjang sampah yang terbuat dari plastik. Biasanya dibuang sehari
sekali ke kebun belakang rumahnya. Disana terdapat galian khusus
berbentuk persegi yang memang digunakan untuk membuang sampah.
4) Pembuangan limbah
Pembuangan limbah melalui selokan.
5) Air bersih
Sumber air bersih yang digunakan keluarga untuk minum, mandi dan
kebutuhan sehari-hari lainnya dari sumur (sanyo). Air jernih, tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak berbau.
6) Lingkungan rumah
Keadaan rumah cukup rapi. Samping kanan rumah klien berdekatan
dengan rumah sebelahnya. Bagian depan adalah rumah milik saudara
Tn P. Bagian Kanan dan kiri adalah rumah milik tetangga Tn P.
Denah rumah

U U
8 5
7
6

1 2
3

Keterangan :

: pintu 6, 7, dan 8 : kamar tidur

: jendela 3 : dapur

1 : ruang tamu 4 dan 5 : kamar mandi

2 : ruang makan

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. P tinggal di daerah dimana jarak antar rumah yang satu dengan yang
lainnya cukup dekat. Lingkungan di sekitar keluarga Tn. P merupakan kelompok
social menengah ke bawah. Keluarga Tn. P memiliki hubungan baik dengan
tetangga. Tetangga keluarga Tn. P ramah dan saling menghormati serta saling
membantu.
c. Mobilitas geografis keluarga
Tn. P adalah penduduk asli daerah tersebut. Jika berpergian, keluarga Tn. P
menggunakan sepeda motor.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain. Tn. P dan Ny. S juga
sering memberikan nasihat kepada anaknya. Keluarga Tn. P melakukan
komunikasi yang baik di masyarakat. Mereka juga aktif dalam kegiatan di desa
seperti gotong-royong, arisan desa, pengajian serta anaknya juga mengikuti
kegiatan karang taruna.
e. Sistem pendukung keluarga
Di dalam keluarga Tn. P, apabila ada anggota keluarga ang sakit maka anggota
keluarga yang lain memberikan dorongan untuk berobat ke pelayanan kesehatan.
Di rumah, fasilitas-fasilitas kesehatan yang dimiliki adalah tempat tidur, air
bersih, sarana hiburan (televisi, radio). Pelayanan kesehatan yang sering
digunakan keluarga Tn. P adalah klinik karena jaraknya mudah dijangkau.
3. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. P menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan anggota
keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga diterapkan untuk selalu terbuka, jika
ada permasalahan selalu dibicarakan dan diselesaikan bersama melalui
musyawarah.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn. P, keputusan didominasi oleh Tn. P. Jika ada permasalahan
dilakukan musyawarah bersama guna mencari jalan keluar yang terbaik.
c. Struktur peran
Tn. P berperan sebagai seorang ayah dan kepala keluarga, Ny. S sebagai seorang
ibu, Nn. F dan Nn. N sebagai anak.
d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn. P hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa dimana dalam satu
keluarga harus saling menghormati dan tidak mempunyai nilai atau norma yang
bertentangan dengan kesehatan.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Di dalam anggota keluarga, semua anggota saling memberikan perhatian dan
kasih sayang. Keluarga menerapkan system musyawarah untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan anggota keluarga dan masyarakat baik dan harmonis. Masing-masing
anggota keluarga saling menghormati serta saling menerapkan sopan santun
dalam berperilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah mengetahui bahwa Tn. P menderita hipertensi. Tn P
mengatakan elum megetahui tentang hoipertensis secara lebih rinci.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga Tn. P sudah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi dan sangat percaya
terhadap tenaga kesehatan. Apabila ada keluarga yang sakit langsung
dibawa ke klinik atau rumah sakit.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn. P sudah mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
Apabila merasa pusing, Tn. P meminta anaknya untuk mengukur
tekanan darahnya. Penggunaan garam dalam masakan juga sudah
dikurangi untuk mencegah kekambuhan.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
Keluarga Tn. P sudah mampu memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat. Ny. S selalu membersihkan lingkungan rumah, membuka pintu
dan jendela setiap pagi dan menutupnya saat sore hari.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. P menggunakan jasa pelayanan klinik dan rumah sakit
sebagai fasilitas kesehatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan. Tempat tinggal keluarga Tn.
P lumayan dekat dengan Klinik Nailu Syifa sehingga terjangkau untuk
berobat.
d. Fungsi reproduksi
Tn. P memiliki 2 orang anak. Kedua anaknya belum menikah dan tinggal serumah
dengan Tn. P.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. P mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilan yang
diperolehnya dan istrinya. Selain itu, keluarga juga memperhatikan kesehatan
sebagai upaya untuk menjaga status kesehatan.
5. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1) Stress jangka pdendek : keluarga Tn. P merasa khawatir ketika ada anggota
keluarga yang sakit
2) Stress jangka panjang : Tn. P berharap agar anggota keluarganya selalu sehat
dan bahagia dan berharap anaknya sukses terutama untuk Nn. F dan Nn. N agar
lancar dalam menempuh pendidikan.
b. Kemampuan keluarga bersepon terhadap situasi/stressor
1) Stress jangka pendek : keluarga berusaha untuk menangani masalah keluhan
kesehatan baik dengan penanganan mandiri maupun dengan layanan kesehatan.
2) Stress jangka panjang : keluarga hanya bisa berserah dan pasrah kepada Tuhan
Yang Maha Esa
c. Stratergi koping yang digunakan
Apabila keluarga ada masalah diselesaikan secara musyawarah dan diskusi untuk
mencari jalan keluar yang terbaik serta tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
d. Strategi adaptasi fungsional
Dalam keluarga Tn. R pengendalian masalah diselesaikan bersama dan
pengambilan keputusan ditentukan oleh kepala keluarga.
6. Harapan Keluarga
a. Harapan keluarga terhadap perawat
Keluarga berharap perawat dapat memberikan atau membantu menyelesaikan
masalah kesehatan yang dihadapi.
b. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga ingin mendapatkan berbagai informasi kesehatan demi menjaga
kesehatan keluarga. Selain itu untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di
keluarga.
7. Data Tambahan
a. Nutrisi
Kebutuhan nutrisi dan gizi keluarga sudah terpenuhi.
b. Eliminasi
Dalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan eliminasi.
c. Istirahat tidur
Anggota keluarga tidak mengalami keluhan istirahat tidurAktivitas sehari-hari
d. Aktivitas
Keluarga melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan perannya masing-masing.
8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Tn. P Ny. S Nn. F Nn. N


KU Baik Baik Baik Baik
TD 160/100 mmHg 100/70 mmHg 100/80 mmHg 90/70
Nadi 88x/menit 80x/menit 92x/menit 85x/menit
Suhu 37°C 36,8°C 36,5°C 36.5°C
RR 23x/menit 21x/menit 21x/menit 22x/menit
BB 85 kg 64 kg 50 kg 45 kg
TB 172 cm 155 cm 156 cm 153 cm
Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal
Rambut Tidak ada lesi dan Tidak ada lesi dan Tidak ada lesi dan Tidak ada lesi dan
benjolan, kulit benjolan, kulit benjolan, kulit benjolan, kulit
kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih, kepala bersih,
rambut hitam, rambut hitam dan rambut hitam, rambut hitam,
pendek, lurus, sedikit panjang, panjang, lurus panjang, dan lurus
distribusi merata
Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
pendengaran baik, pendengaran baik, pendengaran baik,
pendengaran baik,
tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada pengeluaran pengeluaran pengeluaran
serumen serumen serumen
pengeluaran
serumen
Mata Simetris, sclera Simetris, sclera Simetris, sclera Simetris, sclera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis, pupil anemis, pupil anemis, pupil anemis, pupil
isokhor isokhor isokhor isokhor
Hidung Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
pembesaran polip, pembesaran polip, pembesaran polip, pembesaran polip,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pengeluaran lendir pengeluaran lendir pengeluaran lendir pengeluaran lendir
Mulut dan Gigi Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
lembab, gusi lembab, gusi lembab, gusi lembab, gusi
berwarna merah berwarna merah berwarna merah berwarna merah
muda, gigi tidak muda, gigi tidak muda, gigi tidak muda, gigi tidak
karies karies karies karies
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Ketiak Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
Dada : Paru-paru I : simetris I : simetris I : simetris I : simetris
P : vocal vremitus P : vocal vremitus P : vocal vremitus P : vocal vremitus
teraba kanan dan teraba kanan dan teraba kanan dan teraba kanan dan
kiri sama kiri sama kiri sama kiri sama
P : sonor P : sonor P : sonor P : sonor
A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler A : vesikuler
Jantung I : tidak terlihat I : tidak terlihat I : tidak terlihat I : tidak terlihat
adanya pembesaran adanya pembesaran adanya pembesaran adanya pembesaran
jantung jantung jantung jantung
P : ictus cordis P : ictus cordis P : ictus cordis P : ictus cordis
teraba intercosta teraba intercosta teraba intercosta teraba intercosta
4,5 4,5 4,5 4,5
P : pekak P : pekak P : pekak P : pekak
A : reguler A : reguler A : reguler A : reguler
Abdomen I : buncit, tidak ada I : datar, tidak ada I : datar, tidak ada I : datar, tidak ada
bekas luka bekas luka bekas luka bekas luka
A : bising usus A : bising usus A : bising usus A : bising usus
8x/menit 10x/menit 7x/menit 7x/menit
P : tympani P : tympani P : tympani P : tympani
P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri P : tidak ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Ekstremitas Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada edema, Tidak ada edema,
tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak tidak ada lesi, tidak
ada kelemahan ada kelemahan ada kelemahan ada kelemahan
Integumen Sawo matang, Sawo matang, Sawo matang, Sawo matang,
bersih bersih bersih bersih

B. Analisa Data
No Tanggal/jam Data Penyebab Masalah
1 29 Juli 2017 DS : Tn. P mengatakan nyeri Berhubungan Nyeri
pada dengan factor
P: Hipertensi biologis
Q: badan pegal, tengkuk leher
terasa sakit dan pusing
R: dipukul-pukul
S: 4 (0-5)
T: terus menerus
DO : TD = 160/100 mmHg, N
= 88x/menit, S = 37°C, RR =
23x/menit
Ekspresi wajah menyeringai,
tangan memegangi dan memijat
tengkuk leher
2 DS : Tn. P mengatakan bahwa Kurang Defisiensi
ia tahu tekanan darahnya tinggi informasi Pengetahuan
namun tidak mau memeriksakan
keadaannya ke pelayanan
kesehatan karena merasa belum
terlalu mengganggu, klien juga
mengatakan belum mengetahui
hipertensi seara lebih rinci.
DO : pada pemeriksaan fisik
ditemukan tekanan darah klien
tinggi yaitu 160/100 mmHg

C. Skala Prioritas
1. Nyeri berhubungan dengan factor biologis
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : 3⁄ x 1 1 Nyeri kepala yang dirasa
3
Tidak / kurang sehat karena peningkatan
tekanan vaskuler serebral
2. Kemungkinan masalah 2⁄ x 2 1 Dengan control teratur
2
dapat diubah sebagian dapat menurunkan
tekanan darah
3. Potensial masalah 2⁄ x 1 2⁄ Rasa nyeri dapat
3 3
untuk dicegah cukup dikurangi melalui
pengobatan dan perawatan
yang tepat
4. Menonjolnya masalah- 2⁄ x 1 1 Keluarga Tn. R menyadari
2
masalah berat harus mempunyai masalah
segera ditangani dampak dari hipertensi
maka segera mengatasi
masalah tersebut
Jumlah 3 2⁄3

2. Potensial peningkatan status kesehatan


No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah : 2⁄ x 1 2⁄ Tn. R mengatakan
3 3
Tidak / kurang sehat tidak perlu dibawa ke
pelayanan kesehatan
karena beranggapan
belum parah. Jika
sudah menganggu
baru dibawa ke
pelayanan kesehatan
2. Kemungkinan masalah 2⁄ x 2 1 Belum sadarnya Tn.
2
dapat diubah sebagian R jika hipertensinya
tidak ditangani
segera mungkin
maka akan terjadi
komplikasi yang
parah
3. Potensial masalah 2⁄ x 1 2⁄ Keluarga Tn. R
3 3
untuk dicegah cukup sudah mengetahui
penyakitnya namun
Tn. R tidak mau
memeriksakan ke
pelayanan kesehatan
4. Menonjolnya masalah- 2⁄ x 1 1 Tn. R mengatakan
2
masalah berat harus tidak perlu dibawa ke
segera ditangani pelayanan kesehatan
karena dengan
istirahat keadaannya
membaik
Jumlah 3 1⁄3

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan factor biologis
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
E. Intervensi
No. Tujuan umum Tujuan Khusu Kriteria hasil Intervensi
Dx
1 Setelah Setelah Nyeri dapat teratasi 1. Monitor TTV
dilakukan dilakukan dengan kriteria hasil 2. Anjurkan keluarga
kunjungan kunjungan  Nyeri dapat dan klien untuk
rumah selama rumah selama berkurang mengatur jadwal
2x24 jam 2x24 jam  Ekspresi wajah tidur
diharapkan diharapkan rileks 3. Ajarkan kepada
nyeri dapat keluarga dapat keluarga tentang
teratasi memberikan teknik mengurangi
asuhan nyeri dengan nafas
keperawatan dalam
pada Tn. P
dengan nyeri
sekunder
hipertensi

2 Setelah Setelah Defisiensi pengetahuan 1. Jelaskan kepada


dilakukan dilakukan dapat teratasi dengan keluarga tentang
kunjungan kunjungan kriteria hasil : informasi terkait
rumah selama rumah selama  Keluarga hipertensi
2x24 jam 2x24 jam mengetahui 2. Pantau status
diharapkan diharapkan tentang kesehatan keluarga
potensial keluarga mampu Tn. P
informasi
peningkatan mempertahankan
hipertensi
status dan
 Mampu
kesehatan meningkatkan
dapat derjat
menerapkan

meningkat kesembuhannya pola hidup


sehat

F. Implementasi
Tanggal/jam Diagnosa keperawatan Implementasi
29 Juli 2017 Nyeri berhubungan - Memonitor TTV
dengan factor biologis - Mengkaji nyeri PQRST
- Menganjurkan keluarga dan klien untuk mengatur
jadwal tidur
- Mengajarkan kepada keluarga tentang teknik
mengurangi nyeri dengan nafas dalam
Defisiensi pengetahuan - Menjelaskan kepada keluarga tentang informasi
berhubungan dengan terkait dengan hipertensi
kurang informasi - Memantau status kesehatan keluarga Tn. R

30 Juli 2017 Nyeri berhubungan - Memonitor TTV


dengan factor biologis - Menganjurkan keluarga dan klien untuk mengatur
jadwal tidur
- Mengajarkan kepada keluarga tentang teknik
mengurangi nyeri dengan nafas dalam
Defisiensi pengetahuan - Memantau status kesehatan keluarga Tn. R
berhubungan dengan
kurang informasi

G. Evaluasi
No. Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi
1 29 Juli 2017 - Memonitor TTV S = klien mengatakan sudah
- Menganjurkan keluarga dan memahami bagaimana teknik
klien untuk mengatur jadwal nafas dalam untuk mengatasi
tidur
nyeri. Klien mengatakan merasa
- Mengajarkan kepada keluarga
lebih tenang dan nyeri sedikit
tentang teknik mengurangi nyeri
berkurang setelah dilakukan
dengan nafas dalam
nafas dalam
O = klien mampu mempraktikkan
teknik nafas dalam, wajah
tampak rileks
TD :180/100 mmHg
N : 88x/menit
S : 37°C
RR : 23x/menit
A = Tujuan tercapai
P = Pertahankan intervensi
1. Monitor TTV
2. Anjurkan keluarga dank lien
untuk mengatur jadwal tidur
3. Ajarkan kepada keluarga
tentang teknik mengurangi
nyeri dengan nafas dalam

2 29 Juli 2017 - Menjelaskan kepada keluarga S = keluarga mengatakan paham


tentang informasi terkait dengan dengan apa yang telah disampaikan.
hipertensi O = keluarga dapat menjelaskan
- Memantau status kesehatan kembali informasi tentang hipertensi
keluarga Tn. R A = tujuan tercapai sebagian
P = lanjutkan intervensi
-pantau status kesehatan keluarga
Tn. R
1 30 Juli 2017 - Memonitor TTV S = klien mengatakan sudah tidak
- Menganjurkan keluarga dan merasakan nyeri
klien untuk mengatur jadwal O = klien sudah tampak rileks dan
tidur beraktivitas seperti biasanya
- Mengajarkan kepada keluarga TD : 150/90 mmHg
tentang teknik mengurangi nyeri N : 84x/menit
dengan nafas dalam RR : 22x/menit
S =:36,8°C
A= tujuan tercapai
P = pertahankan intervensi
- Monitor TTV
2 30 Juli 2017 - Pantau status kesehatan S = Keluarga Tn. R mengatakan
keluarga Tn. R merasa sehat dan tidak ada keluhan
mengenai kesehatan
O = saat dilakukan pemeriksaan
fisik tidak ada masalah namun TD
Tn. R masih sedikit tinggi yaitu
150/90 mmHg. Keluarga mampu
menerapkan pola hidup sehat
A = tujuan tercapai
P = pertahankan intervensi
- pantau status kesehatan keluarga
Tn. R

Anda mungkin juga menyukai