PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil survey point prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Jakarta yang dilakukan
oleh Perdalin Jaya dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta
pada tahun 2003 didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (Infeksi Luka
Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi Saluan Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah
Primer) 26,4%, pneumonia 24,5% dan infeksi saluan napas lain 15,1% serta infeksi
lain 32,1% (Depkes RI, 2008).
1
pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan patient
safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi pada manajemen
fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui pengendalian infeksi dasar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi infeksi
b. Untuk mengetahui Pencegahan dan pengendalian infeksi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Infeksi
3
infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.Kejadian infeksi
di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai
penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan
infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam komponen rantai penularan infeksi,
yaitu:
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.
4
Gambar 1. Skema rantai penularan penyakit infeksi
3. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan atau “Healthcare-
Associated Infections” (HAIs) meliputi;
a. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama
rumah sakit mencakup:
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
b. Faktor Risiko HAIs meliputi:
1) Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita
dengan penyakit kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat
imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
a) Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih (ISK).
b) Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) atau
“surgical site infection” (SSI).
c) Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian
“Ventilator Associated Pneumonia” (VAP).
d) Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD
e) Luka bakar dan trauma.
4) Implantasi benda asing :
a) Pemakaian mesh pada operasi hernia.
b) Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung.
c) “cerebrospinal fluid shunts”.
5
d) “valvular / vascular prostheses”.
5) Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten
terhadap berbagai antimikroba (Permenkes, 2017).
B. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1. Kewaspadaan Standar
Menurut Permenkes (2017), kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang
utama, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah
didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah transmisi
silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil pemeriksaan
laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan seperti petugas
laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko
besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas
tersebut untuk juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi.
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan
melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga kebersihan
tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak
dengan klien atau melakukan tindakan untuk klien, selama melakukan
indakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah kontak atau
melakukan tindakan untuk klien. Secara garis besar, kebersihan tangan
dilakukan pada air mengalir, menggunakan sabun dan/atau larutan antiseptik,
dan diakhiri dengan mengeringkan tangan dengan kain yang bersih dan kering
(Kemenkes RI, 2011).
Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
a. Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor.
Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan
bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat:
1) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun telah memakai sarung tangan.
2) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
6
yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
a) Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan
infeksius.
b) Masker
8
Cara memakai gaun pelindung:
a) Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga
bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
d) Google dan perisai wajah
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah
dan mata. Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah adalah
melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh,sekresi
dan eksresi. Indikasi pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan
dan tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut,
pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen
terkontaminasidi laundry, di ruang dekontaminasi CSSD.
e) Sepatu Pelindung
f) Topi pelindung
9
2. Pertolongan dan tindakan persalinan
3. Tindakan insersi CVL
4. Intubasi Trachea
5. Penghisapan lendir massive
6. Pembersihan peralatan kesehatan
10
terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
3) Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip
pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk
alat yang dipakai berulang, jika akan dibuang.
4) Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan
dengan menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
5) Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi
menggunakan alkohol 70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau
disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus didisinfeksi dan
disterilisasi.
6) Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat
didekontaminasi permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
Alur Dekontamiasi Perlaatan Perawatan Pasien :
1) Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum di bersihkan(umpamanya
menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak
menghilangkan, jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
2) Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses
ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen
dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.
3) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek,dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan
kimiawi.
4) Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria,
virus, fungi dan parasit) termasuk endospora menggunakan uap
tekanan tinggi (otoklaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau
radiasi.
a) Sterilisator Uap Tekanan Tinggi (autoklaf):
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang efektif,
tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar.Pada umumnya
sterilisasi ini adalah metode pillihan untuk mensterilisasi instrumen dan
alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, maka instrumen-instrumen
11
tersebut dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap non-elektrik
dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai
sumber panas.Atur agar suhu harus berada pada 121°C; tekanan harus
berada pada 106 kPa; selama 20 menit untuk alat tidak terbungkus dan
30 menit untuk alat terbungkus. Biarkan semua peralatan kering
sebelum diambil dari sterilisator. Set tekanan kPa atau lbs/in² mungkin
berbeda tergantung pada jenis sterilisator yang digunakan. Ikuti
rekomendasi pabrik, jika mungkin.
b) Sterilisator Panas Kering (Oven):
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik yang
terus menerus, menyebabkan alat ini kurang praktis pada area terpencil
atau pedesaan. Selain itu sterilisasi panas kering yang membutuhkan
suhu lebih tinggi hanya dapat digunakan untuk benda-benda dari gelas
atau logam–karena akan melelehkan bahan lainnya. Letakkan
instrumen di oven, panaskan hingga 170°C, selama 1 (satu) jam dan
kemudian didinginkan selama 2-2,5 jam atau 160°C selama 2 (dua)
jam.Perlu diingat bahwa waktu paparan dimulai setelah suhu dalam
sterilisator telah mencapai suhu sasaran. Tidak boleh memberi
kelebihan beban pada sterilisator karena akan mengubah konveksi
panas. Sisakan ruang kurang lebih 7,5 cm antara bahan yang akan
disterilisasi dengan dinding sterilisator.
d. Pengendalian Lingkungan
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa
upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air, dan permukaan lingkungan, serta
desain dan konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi
mikroorganisme kepada pasien, petugas dan pengunjung.
1) Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan
udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk
terminal dekontaminasi ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan
melalui air borne. Diperlukan pembatasan jumlah personil di ruangan dan
ventilasi yang memadai. Tidak direkomendasikan melakukan kultur
permukaan lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau
renovasi/pembangunan gedung baru.
2) Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau,
rasa, warna dan susunan kimianya termasuk debitnya sesuai ketentuan
12
peraturan perundangan mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum dan mengenai persyaratan kualitas air minum.
Kehandalan penyaluran air bersih ke seluruh ruangan dan gedung perlu
memperhatikan :
3) Permukaan lingkungan
13
2. Pertimbangan faktor kelelahan bisa berakibat kelalaian.
3. Tingkat kesulitan pelayanan terhadap pasien berdasarkan tingkat risiko
jenis penyakit
b) Desain ruang rawat
1. Tersedia ruang rawat satu pasien (single room) untuk isolasi pasien
infeksius dan pasien dengan imunitas rendah.
2. Jarak antar tempat tidur adalah ≥1 meter. Bila memungkinkan 1,8 m.
3. Tiap kamar tersedia fasilitas Alcohol–Based Hand Rub (ABHR),
disarankan untuk ruang rawat intensif tersedia ABHR di setiap tempat
tidur.
4. Tersedia toilet yang dilengkapi shower di setiap kamar pasien.
1. Kontruksi dasar lantai harus kuat di atas tanah yang sudah stabil,
permukaan lantai harus kuat dan kokoh terhadap beban.
2. Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat,halus, kedap air mudah
dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, tidak bergelombang dan tidak
menimbulkan genangan air. Dianjurkan menggunakan vinyl dan tidak
dianjurkan menggunakan lantai keramik dengan nat di ruang rawat
intensif dan IGD karena akan dapat menyimpan mikroba.
3. Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan
secara rutin minimal 2 (dua) kali sehari atau kalau perlu dan tahan
14
terhadap gesekan dan tidak boleh dilapisi karpet.
4. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
6. Pada daerah dengan kemiringan kurang dari 7O, penutup lantai harus
dari lapisan permukaan yang tidak licin.
7. Pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan
yang tidak bersiku, tetapi melengkung untuk memudahkan
pembersihan lantai (hospital plint).
8. Memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus ke seluruh
ruangan pelayanan.
Komponen dinding meliputi:
1. Dinding harus mudah dibersihkan,tahan cuaca dan tidak mudah
berjamur.
2. Lapisan penutup dinding harus bersifat tidak berpori sehingga dinding
tidak menyimpan debu.
3. Warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
4. Pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak bersiku, tetapi
melengkung untuk memudahkan pembersihan dan mikroba tidak
terperangkap di tempat tersebut.
Komponen langit-langit meliputi:
1. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak
berjamur.
2. Memiliki lapisan penutup yang bersifat tidak berpori sehingga tidak
menyimpan debu.
3. Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan.
Air dan Listrik di RS harus tersedia terus menerus selama 24 jam. Air minum
harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, jadi harus
diperiksa secara teratur dan rutin setiap bulan sekali.Pengelolaan air yang
digunakan di unit khusus [kamar operasi, unit hemodialisis, ICU (pasien
dengan kebutuhan air khusus)] harus bisa mencegah perkembangan mikroba
lingkungan (Legionella sp, Pseudomonas, jamur dan lain-lain) dengan
metode Reverse Osmosis (di dalamnya terjadi proses penyaringan atau
desinfeksi menggunakan sinar ultraviolet atau bahan lainnya). Toilet dan
15
wastafel harus dibersihkan setiap hari.
16
fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Jenis Limbah
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi
limbah yaitu upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang
dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan
kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
17
plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius
bila bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien
dengan infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh
lainnya.
b) Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan
cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
f. Penatalaksanaan Linen
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen
terkontaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya,
termasuk juga benda tajam. Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan
harus dilakukan dengan hati-hati. Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan
perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur
sesuai pedoman kewaspadaan standar dengan prinsip-prinsip sebagai
18
berikut:
19
yang bersangkutan.
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang
dipakai setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang
jarum.
b. Melalui droplet
20
Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara. Dalam buku pedoman ini, akan
di bahas yang berkaitan dengan HAIs yaitu transmisi kontak, droplet dan airborne.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dn bersifat
sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup tentunya ingin bertahan hidup
dengan caa berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok dan mampu mencari
reservoir baru dengan cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba patogen ini
tentunya sangat merugikan bago irang-orang yang dalam kondisi sehat, dan lebih-
lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit ( penderita) (Darmadi,
2008).
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan
berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara (Permenkes, 2017).
B. Saran
Makalah ini disusun agar para pembacamemahami bagaimana pengendalian infeksi
dasar
22
Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO).2007. Interim guideline infection prevention and control
of epidemic and pandemic prone acute respiratory diseases in health care. Geneva: WHO
23
Lampiran
Pengertian : Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air
(handwash) atau handrub berbasi alkohol yang bertujuan mengurangi atau mencegah
berkembangnya microorganism editangan (WHO,2009).
Peralatan
No Langkah-langkah Rasional
1 Inspeksi permukaan tangan Sayatan atau luka terbuka dapat mengandung
terhadap adanya robekan atau konsentrasi mikroorganisme yang tinggi, kebijakan
sayatan pada kulit atau fasilitas atau agen pelayanan kesehatan sering
kutikula. Tutup lesi pada kulit mencegah perawat dari meraawat klien yang
dengan perban sebelum beresiko tinggi jika memiliki luka terbuka pada
memberikan pelayanan, jika tangan.
lesi terlalu besar untuk
ditutup. Anda mungkin
dibatasi untuk melakukan
perawatan klien secara
langsung (CDC,2002b).
2 Inspeksi tangan terhadap Jika tangan kelihatan kotor, gunakan sabun dan air
adanya kotoran sampai kotoran hilang
3 Inspeksi keadaan kuku. Daerah sublingual tangan mengandung konsentrasi
Kepala kuku harus ⅟4 inci dari bakteri yang tinggi, kuku yang panjang dan tidak
rata atau pewarna kuku yang lama meningkatkan
ujung kuku dan tidak tajam.
jumlah bakteri yang tinggal pada tangan, aplikasi
JANGAN
buatan meningkatkan kandungan mikroba pada
MENGGUNAKAN kuku
tangan.
palsu atau tambahan
4 Dorong jam tangan dan Memberikan akses ke jari, tangan dan pergelangan
lengan baju operasi diatas tangan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pergelangan tangan, hindari kulit dibawah cincin lebih banyak mengandung
penggunaan cincin koloni. Bacilius gram dan staphylococcus aureus
lebih sering ditemukan dibawah cincin.
1 Ambil secukupnya produk Produk dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk
pada salah satu telapak tangan menutupi tangan secara keseluruhan.
2 Gosok kedua tangan, tutupi Menutupi semua aspek dari tangan akan
semua permukaan tangan dan membunuh bakteri yang dapat ditularkan ke klien.
jari-jari dengan antiseptic.
3 Gosok beberapa tangan Daerah yang kering menjamin efek antiseptic dapat
beberapa detik sampai alcohol bekerja penuh.
kering. Biarkan tangan kering
sebelum memakai sarung
tangan
1 Berdiri didepan wastafel, jaga Bagian dalam wastafel adalah daerah yang
tangan dan baju operasi jauh terkontaminasi. Menyilang wastafel meningkatkan
dari permukaan wastafel. (jika resiko meyentuh bagian tepinya, yang merupakan
tangan menyentuh wastafel daerah terkontaminasi.
selama mencuci tangan,
ulangi).
2 Nyalakan air. Buka keran atau Tombol untuk lutut dalam ruangan operasi dan
atau dorong lutut kepedal daerah pengibatan ditunjukkan untuk mencegah
dengan kaki untuk mengatur kotak tangan dengan keran. Gagang keran
aliran dan suhu. cenderung terkontaminasi dengan debris organic
dan mikroorganisme.
3 Hindari percikan air terhadap Mikroorganisme beredar dan tumbuh pada daerah
baju operasi. lembab.
4 Atur aliran air sehingga suhu Air hangat menghilangkan lebih sedikit minyak
menjadi hangat pelindung dibanding air panas.
5 Basahi tangan dan Tangan adalah bagian yang banyak terkontaminasi
pergelangan tangan secara yang perlu dibersihkan, air mengalir dari daerah
menyeluruh di bawah air yang sedikit terkontaminasi dari daerah yang banyak
mengalir. Jaga tangan dan terkontaminasi, mendorong mikroorganisme
lengan agar berasa lebih kedalam wastafel.
rendah dari siku selama
mencuci.
6 Gunakan 3-5 ml sabun Yakinkan bahwa seluruh daerah permukaan tangan
antiseptic, dan gosok kedua dan jari telah dibersihkan
tangan dengan penuh
semangat, sabuni secara
keseluruhan. Butiran halus
sabun dan lembaran
persiapannya mungkin
diperlukan.
7 Cuci tangan menggunakan Sabun membersihkan dengan
banyak sabun dan gosok mengemuldifikasikan lemak dan minyak serta
selama paling sedikit 15 detik. menurunkan tegangan permukaan menggosok
Silangkan jari dan gosok secara mekanik menghilangkan dan memindahkan
telapak tangan dan punggung kotoran dan bakteri transien. Menyilangkan jari
tangan dengan pergerakan dan ibu jari meyakinkan bahwa semua permukaan
berputar paling sedikit lima telah dibersihkan. Waktu yang cukup diperlukan
detik setiap bagiannya. Jaga untuk membiarkan seluruh permukaan terpapar
agar ujung jari menghadap agen antrimikroba.
kebawah untuk memfasilitasi
perpindahan mikroorganisme.
Pengertian: tindakan pengendalian infeksi yang paling mendasar dan penting, namun sering
diabaikan karena hasil yang tampak dan mikroorganisme tidak dapat terlihat oleh mata
telanjang.
Tujuan: untuk menghilangkan sejumlah organisme normal pada tubuh manusia hingga ke tingkat
yang aman.
Peralatan:
1. Paket berisi sarung tangan steril dengan ukuran yang sesuai (bebas lateks
jika perawat atau klien memiliki alergi atau sensitive dengan lateks
2. Sarung tangan yang sesuai (pemasangan sarung tangan metode terbuka)
3. Permukaan yang bersih, datar dan kering.
No Langkah-langkah Rasional
1 Sarung tangan Sarung tangan metode tertutup
metode tertutup
a. Dengan tangan a. Tangan tetap bersih. Pinggir gaun steril
yang tertutup oleh akan menyentuh permukaan sarung tangan
lengan gaun, buka steril.
paket sarung
tangan steril
bagian dalam
b. Dengan tangan
dominan yang b. Gaun steril menyentuh sarung tangan steril
berada dalam
lengan gaun,
ambil sarung
tangan untuk
tangan non-
dominan dengan
memegang bagian
pergelangan yang
terlipat.
c. Dorong lengan c. Posisikan sarung tangan untuk dipasangkan
atas dengan pada tangan, jaga agar sarung tangan tetap
telapak tangan steril .
menghadap keatas
dan tempatkan
bagian telapak
sarung tangan
pada telapak dari
tangan non-
dominan. Jari
sarung tangan
akan berada
searah dengan
siku.
d. Pegang bagian d. Penutup yang dibuat dari bagian
belakang ujung pergelangan sarung tangan yang berada
sarung tangan diatas lengan gaun mencegah keluarnya
dengan tangan mikroorganisme ke daerah steril operasi.
dominan yang
tertutup, dan
balikkan ujung
tepi sarung tangan
dari dan lengan
gaun dari tangan
non dominan.
e. Pegang bagian e. Streril menyentuh steril.
atas sarung tangan
dan lengan baju
panjang yang
mendasarinya
dengan tangan
yang dominan
yang tertutup.
Dengan perlahan
masukkan jari
kedalam sarung
tangan, yakinkan
bagian
pergelangan
sarung tangan
menutupi bagian
lengan gaun.
f. Sarungkan tangan f. Pastikan bahwa perawat tetap tangkas pada
dominan dengan saat menggunakan sarung tangan.
cara yang sama
dengan tangan
yang berlawanan.
Gunakan tangan
non-dominan yang
telah memakai
sarung tangan
untuk menarik
sarung tangan.
Jaga tangan agar
tetap berada di
dalam lengan
gaun.
g. Yakinkan seluruh g. Bagian depan gaun adaalah steril
jari telah masuk
kedalam sarung
tangan.
Sumber: (Perry & Patricia.2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Salemba Medika).
SOP PEMAKAIAN MASKER