Anda di halaman 1dari 276

VERONICA DESIDES TO DIE.

pdf 1 5/8/18 4:02 AM

PAULO COELHO

PAULO COELHO
Veronika yang berumur 24 tahun seakan memiliki
kehidupan sempurna––muda dan cantik, punya
kekasih, keluarga yang menyayanginya, pekerjaan
yang disukainya. Namun ada sesuatu yang hilang
dalam hidupnya. Maka, pada suatu pagi bulan
November yang dingin, Veronika menenggak

Veronika
segenggam pil tidur dan berharap tidak akan bangun
lagi. Tapi dia terbangun––di rumah sakit jiwa, dan
diberitahu hidupnya tinggal beberapa hari lagi.

Memutuskan

Veronika Memutuskan Mati


Terinspirasi dari peristiwa-peristiwa dalam

Mati
kehidupan Coelho sendiri, Veronika Memutuskan Mati
mempertanyakan arti kegilaan dan merayakan
individu-individu yang dianggap tidak normal
berdasarkan standar yang berlaku di masyarakat.
Berani dan mencerahkan, kisah ini menggambarkan
wanita muda yang berada di persimpangan, antara
putus asa dan keinginan untuk bebas, serta apresiasi
atas setiap hari yang membawa harapan baru. www.facebook.com/indonesiapustaka

NOVEL 17+
978-602-03-8528-0 DIGITAL

Harga P. Jawa Rp68.000


www.facebook.com/indonesiapustaka
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 1 4/13/2018 10:08:14 AM


Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta

1. Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagai­mana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan
atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3. Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf
www.facebook.com/indonesiapustaka

g, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara


paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 2 4/13/2018 10:08:14 AM


Alih bahasa:
Lina Jusuf
www.facebook.com/indonesiapustaka

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama


Jakarta

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 3 4/13/2018 10:08:15 AM


VERONIKA DECIDE MORRER
by Paulo Coelho
Copyright © 1998 by Paulo Coelho
This edition was published by arrangements with
Sant Jordi Asociados Agencia Literaria S.L.U., Barcelona, Spain
All rights reserved.
www.paulocoelhoblog.com

Veronika Memutuskan Mati


oleh Paulo Coelho

618186006

Hak cipta terjemahan Indonesia:


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Alih bahasa: Lina Jusuf


Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Diterbitkan pertama kali oleh


Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI, Jakarta, 2018

www.gpu.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ISBN 9786020385273
Digital 9786020385280
www.facebook.com/indonesiapustaka

272 hlm; 20 cm

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 4 4/13/2018 10:08:15 AM


Pada 11 November 1997 Veronika memutuskan saatnya bunuh
diri telah tiba—akhirnya! Dengan cermat ia rapikan kamar sewa­
nya di lingkungan biara itu, mematikan penghangat ruangan,
menggosok gigi, dan berbaring.

D empat bungkus pil tidur dari meja di sisi


iraihnya

ranjangnya. Ia putuskan menelan pil-pil itu butir


demi butir ketimbang menggerus dan mencampurnya de­
ngan air, karena selalu ada jarak antara niat dan tindakan,
dan ia ingin merasa bebas bila hendak mengurungkan
niatnya di tengah jalan. Tetapi dengan menelan tiap butir
www.facebook.com/indonesiapustaka

pil, ia justru semakin yakin: Setelah lima menit seluruh isi


bungkus itu akan ludes.
Lantaran tidak tahu berapa lama pil tidur itu akan
membuatnya pingsan, ditaruhnya di ranjang terbitan ter­
baru majalah bulanan berbahasa Prancis, Homme, yang

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 5 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

baru saja tiba di perpustakaan tempatnya bekerja. Ia tidak


tertarik secara khusus pada ilmu komputer, tetapi ketika
membalik-balik majalah tersebut, dijumpainya satu artikel
tentang permainan komputer (satu di antara beberapa
CD-ROM) ciptaan Paulo Coelho, penulis Brazil yang
pernah ditemuinya dalam satu ceramah di Grand Union
Hotel. Mereka bertegur sapa, dan sebelum berpisah ia
diundang makan malam oleh penerbit karya-karya penulis
itu. Sayang, waktu itu banyak yang hadir sehingga mereka
tidak sempat berbincang lebih jauh.
Bahwa ia pernah bertemu dengan penulis itu mem­
buat Veronika merasa lelaki tersebut menjadi bagian
dunianya, dan membaca artikel tentang karyanya kiranya
dapat membantu melewatkan waktu. Sambil menanti
datangnya ajal, Veronika mulai mempelajari ilmu kom­
puter, bidang yang secuil pun ia tidak tertarik. Tetapi itulah
yang sejalan dengan kebiasaannya, selalu mencari pilihan
termudah, apa saja yang gampang diraih. Seperti majalah
yang dibacanya itu, misalnya.
Namun, yang mengejutkannya, kalimat pertama
artikel tersebut mengirai sifat acuh-tak-acuhnya (obat
www.facebook.com/indonesiapustaka

penenang belum lagi larut di perutnya, tetapi Veronika


pada dasarnya memang acuh-tak-acuh), dan, untuk per­
tama kali dalam hidupnya, artikel itu membuat ia me­
renungkan kebenaran ujar-ujar yang lazim di kalangan

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 6 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

teman-temannya: ”Tak ada di dunia ini yang terjadi secara


kebetulan.”
Mengapa baris pertama itu yang tertulis, tepat di saat
ia hendak menemui ajalnya? Apa pesan yang tersembunyi,
sekiranya benar ada pesan tersembunyi dan bukan
kebetulan semata?
Dalam penjelasan mengenai permainan komputer
tersebut, si wartawan memulai tulisannya dengan bertanya:
”Di manakah Slovenia?”

Jujur saja, batin Veronika, tidak seorang pun tahu di mana letak
Slovenia.
Namun Slovenia benar-benar ada, di luar, di dalam, di
gunung yang mengelilinginya, dan di alun-alun yang te­
ngah ia pandangi: Slovenia adalah negerinya.
Ia singkirkan majalah itu; sekarang ini, tidak ada guna­
nya marah kepada dunia yang sama sekali tak mengenal
bangsa Slovenia; kehormatan bangsanya tak lagi menjadi
perhatiannya. Inilah saatnya berbangga kepada diri sendiri,
bahwa ia akhirnya berani meninggalkan kehidupan ini:
www.facebook.com/indonesiapustaka

Betapa membahagiakan! Ia pun melakukannya sesuai de­


ngan yang selalu diimpikannya—menelan pil tidur agar
tidak berbekas.
Hampir enam bulan lamanya Veronika berusaha
memperoleh pil tidur itu. Mengira tidak akan pernah ber­

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 7 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

hasil mendapatkan pil, ia sebelumnya bahkan memper­


timbangkan untuk menyayat pergelangan tangannya. Tak
jadi soal kamarnya akan berlumuran darah, dan para biara­
wati bakal kebingungan dan kelabakan, karena bunuh diri
menuntut orang untuk pertama-tama memikirkan diri sen­
diri, baru orang lain. Ia mempersiapkan segalanya sebaik
mungkin agar kematiannya tidak terlalu merepotkan. Na­
mun jika menyayat pergelangan tangan merupakan satu-
satunya pilihan, maka itu berarti tidak ada jalan lain buat
dia—dan para biarawati bisa membersihkan kamar itu lalu
secepatnya melupakan seluruh cerita yang ada. Jika tidak,
mereka akan susah menyewakan kamar itu lagi. Kita me­
mang hidup di akhir abad ke-20, tetapi orang masih
percaya hantu.
Sebenarnya bisa saja Veronika terjun dari salah satu
gedung tinggi di Ljubljana, yang jumlahnya tidak seberapa,
namun bagaimana dengan penderitaan orangtuanya di
kemudian hari bila ia mati dengan cara demikian? Selain
terkejut mendengar berita putrinya tewas, mereka tentu
juga harus mengidentifikasi mayatnya yang berantakan;
tidak, itu penyelesaian yang lebih buruk daripada pen­
www.facebook.com/indonesiapustaka

darahan menuju kematian, karena mati dengan cara terjun


dari ketinggian akan membekas pada orangtuanya, yang
selama ini menginginkan hanya yang terbaik untuknya.
Mungkin mereka pada akhirnya dapat menerima kematian

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 8 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

putri mereka, namun mustahil melupakan tengkorak yang ber­


keping-keping.
Menembak diri, terjun dari ketinggian, menggantung
diri, semuanya bukan pilihan yang cocok dengan sifat
femininnya. Perempuan bila bunuh diri cenderung
memilih cara yang jauh lebih romantis—seperti menyayat
pergelangan tangan atau menelan pil tidur secara over­
dosis. Para putri yang tersingkir dan artis-artis Hollywood
memberikan banyak contoh tentang hal ini.
Veronika tahu hidup hanyalah masalah menunggu
saat yang tepat untuk bertindak. Dan memang demikian
adanya. Menanggapi keluhan Veronika yang sulit tidur
nyenyak di malam hari, dua temannya memberinya obat
tidur dosis tinggi, obat yang umum digunakan oleh musisi
lokal di klub malam. Veronika menaruh keempat bungkus
pil tidur tersebut di meja di samping ranjangnya selama
seminggu, siap menyambut kematian dan mengucapkan
selamat tinggal—sama sekali tanpa kesedihan—kepada
apa yang disebut orang sebagai kehidupan.
Kini dengan lega ia telah menelan seluruh pil tidur
itu, namun jemu karena tak tahu apa yang mesti dilakukan
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan waktu yang tersisa.


Ia memikirkan kembali pertanyaan aneh yang baru
saja dibacanya. Bagaimana bisa artikel tentang ilmu kom­
puter dibuka dengan kalimat tolol seperti itu: ”Di mana­
kah Slovenia?”

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 9 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Tidak ada yang lebih menarik untuk dikerjakan, ia


pun memutuskan membaca seluruh artikel itu, dan ia baru
tahu bahwa permainan komputer tersebut dibuat di
Slovenia—negeri asing yang barangkali tidak seorang pun
dapat menunjukkan lokasinya, kecuali mereka yang tinggal
di sana—karena upah buruhnya murah. Beberapa bulan
lalu, ketika produk tersebut diluncurkan, perusahaan
Prancis yang memproduksinya mengadakan pesta bagi
wartawan dari seluruh dunia di sebuah kastel di Vled.
Veronika ingat, ia pernah membaca satu tulisan me­
ngenai pesta itu, peristiwa yang menghebohkan kotanya,
bukan hanya karena kastel tersebut dipermak agar semirip
mungkin dengan suasana Abad Pertengahan seperti pada
CD-ROM, melainkan juga karena kontroversi yang timbul
di kalangan pers lokal: Wartawan dari Jerman, Prancis,
Italia, dan Spanyol diundang, tetapi tidak seorang pun
wartawan asal Slovenia.
Koresponden majalah Homme—yang baru pertama
kali mengunjungi Slovenia dan yakin semua pengeluaran­
nya dibayar, sehingga memutuskan menghabiskan waktu
kunjungannya dengan berbincang-bincang dengan warta­
www.facebook.com/indonesiapustaka

wan lain, dan menduga mendapat berbagai komentar me­


narik serta menikmati hidangan gratis di kastel—telah
membuka artikelnya dengan lelucon yang tentu menarik
perhatian kaum intelektual berwibawa di negerinya,
Prancis. Mungkin pula ia telah menceritakan sesuatu yang

10

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 10 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

tidak benar kepada kawan-kawannya sesama wartawan


mengenai kebiasaan setempat, dan mengatakan betapa
tidak menariknya dandanan perempuan Slovenia.
Itu urusan si wartawan. Veronika kini tengah sekarat,
dan ia punya urusan sendiri, seperti menebak-nebak apa­
kah ada kehidupan setelah mati, atau kapan mayatnya ba­
kal ditemukan. Meskipun demikian—atau mungkin lebih
tepatnya karena keputusan penting yang telah diambil­
nya—artikel itu tetap mengganggu pikirannya.

Ia memandang ke luar jendela biara yang menghadap ke


alun-alun kecil di Ljubljana. Bila mereka tidak tahu Slovenia,
tentu Ljubljana hanya mitos belaka, demikian pikirnya. Seperti
Atlantis atau Lemuria, atau benua-benua hilang lainnya,
yang hanya ada dalam khayalan manusia. Tidak seorang
pun di dunia ini yang kiranya akan memulai artikelnya
dengan bertanya di manakah Gunung Everest, sekalipun
mereka belum pernah ke sana. Tetapi, di jantung Eropa,
seorang wartawan majalah terkemuka tanpa rasa malu
mengajukan pertanyaan itu, karena ia tahu sebagian besar
www.facebook.com/indonesiapustaka

pembacanya tidak bakal tahu di mana letak Slovenia,


apalagi ibukotanya, Ljubljana.
Ketika Veronika mendapatkan cara untuk melewatkan
waktu, sepuluh menit telah berlalu, dan ia belum juga me­
rasakan adanya perubahan fisik. Hal terakhir yang bisa

11

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 11 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

dilakukan dalam hidupnya mungkin adalah menulis surat


kepada majalah itu, menjelaskan bahwa Slovenia adalah
satu dari lima negara pecahan Yugoslavia.
Surat itu bisa menjadi catatan bunuh dirinya. Ia tidak
akan menjelaskan alasan kematiannya yang sebenarnya.
Ketika orang-orang menemukan mayatnya, mereka
akan menyimpulkan bahwa ia bunuh diri gara-gara satu
majalah tidak tahu di mana letak negerinya. Veronika ter­
senyum membayangkan kontroversi di suratkabar, di
mana sebagian orang berpihak kepadanya dan sebagian
lagi menentang tindakan bunuh dirinya, yang dilakukan
demi menjunjung martabat negerinya. Ia terhenyak me­
nyadari betapa pikirannya berubah begitu cepat, karena
beberapa saat sebelumnya ia berpikiran sebaliknya—
bahwa masalah dunia dan geografis tak lagi menarik per­
hatiannya.

Ia pun menulis surat itu. Humor yang cerdas hampir saja


membuatnya mengurungkan niat untuk mati, namun ia
telah menelan pil-pil itu; terlambat untuk berpaling.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Betapapun, ia telah mendapatkan semacam momen


kehidupan sebelumnya, dan ia bunuh diri bukan lantaran
menderita, sakit hati, atau tertekan. Ia sering berjalan-jalan
di siang hari di sepanjang jalan di Ljubljana, atau meman­
dang—dari balik jendela kamar biara—salju yang jatuh di

12

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 12 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

alun-alun dengan patung penyairnya. Suatu kali, kira-kira


sebulan lalu, ia merasa seperti melayang di awan lantaran
seseorang, yang sama sekali tak dikenalnya, di tengah-
tengah alun-alun itu, memberinya setangkai bunga.
Ia yakin dirinya baik-baik saja. Ada dua alasan seder­
hana yang mendasari keputusannya untuk mati, dan ia
yakin bila ia meninggalkan catatan penjelasan, banyak
orang akan sependapat dengannya.
Alasan pertama: Segala sesuatu dalam hidupnya sama
saja. Begitu masa mudanya berlalu, semuanya akan layu,
usia tua mulai meninggalkan tanda-tanda yang tak bisa
diperbaiki, dijangkiti penyakit, dan teman-temannya pada
meninggal. Ia tidak akan memperoleh apa-apa dengan
tetap hidup; mungkin justru penderitaan yang akan ber­
tambah.
Alasan kedua lebih filosofis: Veronika membaca surat­
kabar, menonton TV, dan ia menyimak apa yang tengah
terjadi di dunia ini. Semuanya serba kacau, dan ia tidak
pu­nya jalan untuk memperbaikinya—ini yang membuat­
nya merasa sama sekali tak berdaya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Walaupun demikian, sebentar lagi ia akan mendapatkan


pengalaman terakhir dalam hidupnya, pengalaman yang
menjanjikan sesuatu yang sangat berbeda: kematian. Ia
menulis surat kepada majalah itu, melupakan topik tentang

13

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 13 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Slovenia, dan berkonsentrasi pada persoalan yang lebih


mendesak, yang lebih berkaitan dengan bagaimana hidup­
nya, atau lebih tepat sekaratnya, berlalu saat kematian tiba.
Ia coba membayangkan bagaimana rasanya mati, na­
mun tidak berhasil mendapatkan gambaran.
Selain itu tidak ada gunanya mengkhawatirkan hal ter­
sebut, karena toh sebentar lagi ia akan mengalaminya.
Berapa menit lagi?
Ia tidak tahu. Namun ia menikmati perasaan bahwa ia
sebentar lagi akan menemukan jawaban atas pertanyaan
yang selalu dilontarkan oleh setiap orang: Apakah Tuhan
itu ada?
Tidak seperti orang lain, pertanyaan itu tidak pernah
menjadi pergulatan batinnya. Di bawah rezim komunis, di
sekolah-sekolah umum diajarkan bahwa hidup berakhir
dengan kematian, dan Veronika sudah terbiasa dengan
keyakinan itu. Sebaliknya, generasi orangtua dan kakek-
neneknya masih tetap rajin ke gereja, berdoa, berziarah,
dan berkeyakinan bahwa Tuhan mendengar doa mereka.
Di usianya yang kedua puluh empat, dengan penga­
laman yang dimiliknya—dan itu bukan pencapaian yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

sepele—Veronika hampir yakin sepenuhnya bahwa segala


sesuatu berakhir dengan kematian. Itulah sebabnya ia me­
milih bunuh diri: kebebasan terakhir. Dilupakan selama­
nya.
Meskipun demikian, di lubuk hatinya yang paling

14

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 14 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

dalam, tersimpan satu keraguan: Bagaimana seandainya


Tuhan benar-benar ada? Peradaban manusia selama ribuan
tahun menabukan bunuh diri, tindakan penghinaan ter­
hadap semua hukum agama: Manusia berjuang untuk hi­
dup, bukan untuk mati. Manusia harus menghasilkan ke­
turunan. Masyarakat perlu pekerja. Suami-istri harus
punya alasan untuk tetap bersatu, meskipun tidak ada lagi
rasa cinta di antara mereka, dan negara butuh serdadu,
politisi, serta seniman.
Jika Tuhan memang ada, sementara aku hakulyakin Ia
tidak ada, tentu Ia mengerti bahwa pemahaman manusia terbatas.
Ialah yang membuat kebingungan ini dengan menciptakan ke­
miskinan, ketidakadilan, keserakahan, dan kesepian. Ia tentu
punya tujuan-tujuan terbaik, namun hasilnya malah menimbulkan
kekacauan; jika Tuhan memang ada, Ia tentu akan bermurah hati
kepada makhluk hidup yang memilih meninggalkan Bumi ini lebih
cepat, dan mungkin malah memohon maaf karena telah membuat
kita menjalani hidup ini.
Persetan dengan tabu dan takhayul. Ibunya yang beriman
kiranya akan bilang: ”Tuhan tahu masa lalu, masa kini, dan
masa akan datang.” Ini berarti Tuhan telah menempatkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika di dunia ini dengan pengetahuan penuh bahwa ia kelak


akan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, dan Tuhan kiranya
tidak akan terkejut dengan tindakannya itu.

***

15

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 15 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Veronika mulai merasa mual, makin lama makin bertam­


bah.
Beberapa saat lagi kiranya ia sudah tidak dapat ber­
konsentrasi pada alun-alun di luar jendela kamarnya. Ia
tahu saat itu musim salju; tentunya sekarang sekitar pukul
empat sore, dan matahari akan terbenam lebih cepat. Ia
tahu orang lain masih akan tetap hidup. Pada saat itulah
seorang pemuda melintas di depan jendela dan meman­
dangnya, sama sekali tak menduga bila sebentar lagi
Veronika akan mati. Sekelompok musisi Bolivia (di mana­
kah Bolivia? Mengapa majalah itu tidak menanyakannya?)
tengah memainkan musik di depan patung France
Preseren, penyair besar Slovenia yang sangat berpengaruh
pada jiwa masyarakat negeri itu.
Masihkah Veronika bertahan hidup untuk mende­
ngarkan nada terakhir musik yang mengalun dari alun-alun
itu? Peristiwa ini akan menjadi kenangan indah: senja hari,
melodi yang mengalunkan mimpi-mimpi satu negeri di
belahan lain dunia, kamar yang hangat dan nyaman, se­
orang pemuda tampan melintas, penuh semangat hidup,
dan memutuskan berhenti lalu memandangnya. Veronika
www.facebook.com/indonesiapustaka

sadar pil-pil yang ditelannya mulai bereaksi, dan pemuda


itulah manusia terakhir yang kiranya melihat dia.
Pemuda itu tersenyum. Veronika membalas se­
nyumannya—toh tak ada salahnya. Pemuda itu melambai­
kan tangan; Veronika memutuskan berpura-pura melihat

16

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 16 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

ke arah lain; Pemuda itu pun tampak malu dan berlalu,


melupakan wajah di balik jendela itu untuk selamanya.
Walaupun demikian Veronika senang merasa di­
inginkan oleh seseorang untuk terakhir kalinya. Ia bunuh
diri bukan karena tidak punya cinta. Bukan pula karena
tidak disayang oleh keluarganya, atau terjerat masalah ke­
uangan, atau menderita penyakit yang tak tersembuhkan.
Veronika telah memutuskan bunuh diri di sore hari
yang indah itu, di Ljubljana, dengan musisi Bolivia meng­
alunkan musik di alun-alun, dengan seorang pemuda me­
lintas di depan jendela, dan ia bahagia dengan apa yang
dilihat dan didengar oleh mata dan telinganya. Ia lebih
bahagia lagi karena tidak harus melihat hal yang sama tiga
puluh, empat puluh, atau lima puluh tahun lagi, sebab se­
mua akan kehilangan keasliannya dan berubah menjadi
tragedi kehidupan, di mana segala sesuatu berulang dan
ada hari yang sama persis.

Perutnya mulai terasa seperti diaduk-aduk hingga ia amat


kesakitan. Aneh, pikirnya. Kukira obat penenang overdosis akan
www.facebook.com/indonesiapustaka

langsung membuatku tertidur. Apa yang ia alami justru mem­


buat telinganya berdenging dan ingin muntah.
Kalau aku muntah, aku tak jadi mati.
Ia memutuskan tidak memikirkan rasa sakit yang
mendera perutnya dan coba berkonsentrasi pada malam

17

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 17 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

yang cepat turun, pada orang-orang Bolivia tadi, pada


orang-orang yang mulai menutup toko dan pulang ke ru­
mah. Suara di telinganya makin lama makin melengking,
dan, untuk pertama kali sejak menelan pil-pil itu, Veronika
merasa takut, rasa takut luarbiasa terhadap sesuatu yang
tak jelas.
Rasa takut itu tidak berlangsung lama. Veronika se­
gera tak sadarkan diri.
www.facebook.com/indonesiapustaka

18

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 18 4/13/2018 10:08:15 AM


Ketika membuka mata Veronika tidak yakin tengah berada di
surga. Surga tentu tidak menggu­na­kan lampu neon untuk me­
nerangi kamar, dan rasa sakit itu—yang mulai menye­rang untuk
kedua kali­nya—khas duniawi. Ah, rasa sakit duniawi—unik,
nyata sekali.

I berusaha bergerak, tetapi rasa sakitnya semakin men­


a

jadi. Terlihat bintik-bintik terang, tetapi Veronika tahu


itu bukan kerlip bintang di surga, melainkan akibat rasa
sakit yang menderanya.
”Ia mulai sadar,” terdengar suara seorang perempuan.
”Kamu telah mendarat di neraka, rasakanlah.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tidak, tidak mungkin; suara itu menipu dia. Ini bukan


neraka, karena ia sangat kedinginan dan terasa ada selang
plastik di hidung dan mulutnya. Salah satunya—yang di­
pasang di tenggorokan—membuat Veronika serasa di­
cekik.

19

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 19 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Ia berusaha melepaskan selang-selang itu, tetapi ta­


ngannya ditahan.
”Aku bercanda, ini bukan di neraka, kok,” kata suara
itu lagi. ”Ini lebih buruk daripada neraka, walaupun aku
belum pernah melihat neraka. Kamu ada di Villete.”
Meski merasa nyeri dan seperti dicekik, Veronika
kemudian sadar atas apa yang telah terjadi. Ia mencoba
bunuh diri, dan seseorang telah berhasil menyelamatkan
jiwanya tepat pada waktunya. Bisa jadi sang penyelamat itu
seorang biarawati, seorang teman yang mampir tanpa
memberitahu terlebih dahulu, atau seseorang yang meng­
antarkan pesanan yang Veronika sendiri sudah lupa per­
nah memesannya. Faktanya ia selamat, dan sekarang ber­
ada di Villete.

Villete, asil (asylum) bagi penderita gangguan jiwa yang ter­


kenal dan ditakuti, berdiri pada 1991, tahun kemerdekaan
Slovenia. Waktu itu, berbekal keyakinan bahwa perpe­
cahan negara bekas Yugoslavia akan berlangsung damai
(di Slovenia perang hanya berlangsung 11 hari), sekelom­
www.facebook.com/indonesiapustaka

pok pengusaha asal Eropa mengajukan permohonan men­


dirikan rumah sakit jiwa di suatu barak tua, bangunan yang
tidak digunakan lagi karena tingginya biaya pemeliharaan.
Tetapi tidak lama kemudian pecah perang: mula-mula
di Kroasia, kemudian di Bosnia. Para pengusaha mulai

20

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 20 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

khawatir. Mereka memperoleh modal investasi dari para


kapitalis dunia, dari orang-orang yang namanya bahkan
tidak diketahui, sehingga tidak mungkin mereka meng­
hadap, menjelaskan, dan meminta agar para pemodal ter­
sebut bersabar. Mereka mengatasi persoalan dengan me­
nerapkan praktik tak terpuji, sehingga sebagai negara yang
baru bangkit dari tekanan komunisme, Villete muncul se­
bagai simbol aspek paling buruk kapitalisme: Untuk dapat
dirawat di rumah sakit itu, satu-satunya yang dibutuhkan
hanyalah uang.
Tak kurang-kurangnya orang yang, demi menying­
kirkan anggota keluarga yang meributkan harta warisan
(atau yang dianggap berperilaku memalukan), bersedia
membayar ongkos mahal untuk mendapatkan catatan
medis agar terhindar dari masalah anak atau orangtua. Ada
pula yang ingin menghindar dari jerat utang atau lolos dari
hukuman. Setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit
jiwa, mereka pun bebas dari hukuman atau proses per­
adilan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tidak seorang pun pernah melarikan diri dari Villete, tem­


pat di mana orang yang benar-benar mengalami gangguan
jiwa—baik yang dikirim oleh pengadilan maupun oleh
rumah sakit lain—berbaur dengan mereka yang dianggap
gila atau berpura-pura gila. Kondisi ini cukup membi­

21

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 21 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

ngungkan, dan pers terus-menerus menulis tentang per­


lakuan buruk dan kasar yang terjadi di sana, meskipun
mereka tidak pernah diizinkan mengunjungi Villete dan
melihat langsung apa yang sesungguhnya terjadi. Peme­
rintah mengadakan investigasi atas pendakuan tersebut,
tetapi tidak menemukan bukti apapun; para pemegang
saham mengancam akan menyebarkan berita bahwa
modal asing di Slovenia dalam keadaan rawan, dan karena
itulah rumah sakit itu tetap bertahan; bahkan makin lama
makin kuat.

”Bibiku bunuh diri beberapa bulan lalu,” suara perempuan


tadi terdengar lagi. ”Hampir delapan tahun ia takut me­
ninggalkan kamarnya, pekerjaannya hanya makan, berat
badannya naik, merokok, minum obat penenang, dan
hampir sepanjang waktu ia tidur. Ia punya dua putri dan
suami yang menyayanginya.”
Veronika berusaha menoleh ke arah suara itu tetapi
tidak berhasil.
”Aku baru sekali melihatnya melawan, ketika suami­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya punya simpanan. Ia marah-marah, berat badannya


merosot beberapa pon, suka membanting gelas, dan—se­
lama beberapa minggu—tetangga tak bisa tidur karena
teriakannya. Walaupun kedengarannya aneh, kurasa waktu
itu adalah saat yang paling membahagiakan dalam hidup­

22

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 22 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

nya. Ia memperjuangkan sesuatu; ia terlihat begitu hidup


dan mampu menghadapi tantangan.”
Apa hubungannya denganku? pikir Veronika, tanpa bisa
berkata-kata. Aku bukan bibimu dan aku belum bersuami.
”Akhirnya, si suami memutuskan pacarnya,” lanjut
perempuan itu, ”dan perlahan-lahan bibiku kembali ber­
sikap acuh-tak-acuh seperti semula. Suatu hari ia menele­
pon, mengatakan bahwa ia ingin mengubah hidupnya: ia
berhenti merokok. Minggu itu, setelah minum lebih ba­
nyak lagi obat penenang karena berhenti merokok, ia
bilang kepada semua orang ingin bunuh diri.”
”Tidak seorang pun mempercayainya. Kemudian
suatu pagi ia meninggalkan pesan di mesin penjawab tele­
ponku, ucapan selamat tinggal: ia bunuh diri. Beberapa
kali kuputar rekaman pesannya itu: belum pernah ku­
dengar suaranya setenang itu, begitu pasrah kepada nasib.
Katanya, dirinya tidak bahagia tetapi juga tidak menderita,
dan karena itulah ia tidak mau hidup terus.”
Veronika merasa kasihan kepada perempuan yang
bercerita itu, seakan berusaha memahami kematian bibi­
nya. Di dunia ini, di mana setiap orang berjuang mati-
www.facebook.com/indonesiapustaka

matian untuk hidup, bagaimana mungkin orang bisa


menghakimi orang lain yang memutuskan mati?
Tidak seorang pun bisa menghakimi. Setiap orang
mengetahui batas ketabahannya, atau mengetahui hidup­
nya bermakna atau tidak. Veronika ingin menjelaskan itu,

23

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 23 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

namun ia tersedak selang di mulutnya, dan perempuan itu


segera menolongnya.
Ia melihat perempuan itu membungkuk untuk me­
nolong tubuhnya yang terkapar, yang dipenuhi selang yang
tak dikehendakinya. Veronika menggeleng-gelengkan ke­
pala, memohon dengan matanya agar mereka membantu
melepaskan selang-selang itu dan membiarkannya mati
dengan tenang.
”Kamu sepertinya kesal,” kata perempuan itu. ”Aku
tidak tahu apakah kamu menyesali perbuatanmu atau ma­
sih tetap ingin mati; itu sama sekali bukan urusanku.
Urusanku hanyalah menjalankan tugas. Jika pasien me­
ronta-ronta, tugasku adalah memberi penenang.”
Veronika berhenti meronta, tetapi perawat itu ter­
lanjur menyuntikkan sesuatu di lengannya. Tidak lama
kemudian ia kembali hanyut dalam dunia ganjil tanpa
mimpi; satu-satunya yang ia ingat hanyalah wajah perem­
puan yang baru saja dilihatnya: mata hijau, rambut cokelat,
tak bersahabat, semacam orang yang akan melakukan apa
saja karena ia wajib melakukannya, tanpa pernah bertanya
mengapa aturan menetapkan ini atau itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

24

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 24 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho mendengar cerita tentang Veronika tiga bulan
kemudian, ketika ia sedang makan malam di restoran Algeria di
Paris bersama seorang teman asal Slovenia, juga bernama
Veronika, yang kebetulan adalah putri Dokter Kepala Villete.

K emudian,ketika Paulo hendak menulis buku tentang


cerita tersebut, sempat terpikir olehnya untuk
mengganti nama temannya itu agar tidak membingungkan
pembaca. Semula ia hendak menyebutnya Blaska atau
Edwina atau Marietzja, atau nama-nama Slovenia lainnya.
Tetapi akhirnya ia tetap menggunakan nama asli. Jika me­
www.facebook.com/indonesiapustaka

rujuk pada temannya, ia akan menyebutnya Veronika


temannya. Sementara jika yang dimaksud adalah Veronika
yang lain, ia tidak menambahkan keterangan apapun, ka­
rena gadis itu merupakan tokoh utama cerita, dan tentu
akan menjengkelkan pembaca jika mereka terus-menerus

25

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 25 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

membaca ”Veronika si gila” atau ”Veronika yang mencoba


bunuh diri”. Lagipula, ia dan temannya itu hanya sedikit
sekali disebut dalam buku tersebut, novel ini.
Veronika temannya itu ngeri melihat apa yang telah
dilakukan oleh ayahnya, terutama mengingat ayahnya
adalah direktur lembaga itu, yang tengah mencari nama,
dan tengah menulis tesis yang akan dinilai oleh masyarakat
akademis berwibawa.
”Tahukah Anda darimana asal kata ‘asylum’?” kata
perempuan itu. ”Kata itu berasal dari Abad Pertengahan,
yakni hak untuk memperoleh perlindungan di gereja atau
tempat suci lain. Asylum merupakan hak yang dapat di­
pahami oleh orang yang beradab. Jadi, bagaimana mung­
kin ayahku, direktur suatu asil, memperlakukan seseorang
seperti itu?”
Paulo Coelho ingin mengetahui secara rinci apa yang
telah terjadi, karena ia punya alasan kuat untuk menge­
tahui cerita tentang Veronika.
Alasannya adalah: Ia sendiri pernah dimasukkan ke
asil, atau rumah sakit jiwa seperti dikenal sekarang ini. Ke­
jadian itu bukan hanya sekali terjadi, melainkan sampai
www.facebook.com/indonesiapustaka

tiga kali, pada 1965, 1966, dan 1967. Tempat ia diasingkan


itu adalah Sanatorium Dr Eiras di Rio de Janeiro.
Alasan mengapa ia dijebloskan ke rumah sakit itu,
bahkan sampai sekarang ini, ia rasakan sangat aneh.

26

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 26 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

Mungkin orangtuanya bingung melihat tingkah-lakunya.


Setengah malu-malu setengah terbuka, ia mengatakan mau
jadi ”seniman”, hal yang dinilai oleh seluruh anggota ke­
luarganya akan membuat dia terbuang dari masyarakat dan
mati dalam kemiskinan.
Ketika merenung—dan perlu dibilang di sini bahwa
ia jarang merenung—Paulo menilai bahwa yang sebenar­
nya gila justru sang dokter, karena dengan alasan yang
lemah menyetujui Paulo dijebloskan ke asil (seperti halnya
di banyak keluarga, kecenderungan yang terjadi adalah
mencari kambing hitam, dan bersikukuh bahwa orangtua
tidak memahami apa yang mereka lakukan ketika meng­
ambil keputusan amat penting).

Paulo tertawa ketika mendengar tentang surat aneh yang


ditulis oleh Veronika untuk koran-koran, yang mengeluh
betapa majalah Prancis ternama tidak tahu di mana letak
Slovenia.
”Tidak mungkin orang bunuh diri dengan alasan se­
perti itu.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Itulah sebabnya surat itu tidak berpengaruh apa-


apa,” kata Veronika temannya, tersipu. ”Kemarin, ketika
aku memesan kamar di hotel, resepsionis mengira Slovenia
itu nama kota di Jerman.”
Paulo memahami perasaan temannya itu, karena ba­

27

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 27 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

nyak orang asing mengira Buenos Aires, yang terletak di


Argentina, adalah ibukota Brazil.
Terlepas dari soal adanya orang asing yang memuji
keindahan ibukota negaranya (yang letaknya berdekatan
dengan Argentina), yang pasti Paulo Coelho pernah
mengalami kenyataan seperti yang dialami oleh Veronika,
kenyataan yang perlu dikemukakan sekali lagi: Ia pernah
dirawat di rumah sakit jiwa dan, seperti pernah dikatakan
oleh istrinya yang pertama, ”Seharusnya ia jangan di­
keluarkan.”
Namun ia dikeluarkan. Dan ketika meninggalkan
sanatorium untuk terakhir kalinya, bertekad tidak akan
pernah kembali, ia membuat dua janji: (a) suatu saat ia
akan menulis tentang masalah dijebloskannya dia ke asil,
dan (b) ia akan menunggu sampai kedua orangtuanya me­
ninggal sebelum menerbitkan tulisannya tersebut, karena
ia tidak ingin melukai perasaan orangtuanya. Selama ber­
tahun-tahun keduanya membuang-buang waktu dengan
saling menyalahkan atas tindakan yang mereka lakukan itu.
Ibunya meninggal pada 1993, sedangkan ayahnya,
yang berusia 84 tahun pada 1997, masih hidup dan men­
www.facebook.com/indonesiapustaka

talnya sehat, meskipun menderita episema (padahal ia ti­


dak merokok) dan hidupnya bergantung pada makanan
siap saji, karena tidak ada pembantu yang sanggup meng­
hadapi sifat eksentriknya.
Maka ketika mendengar cerita tentang Veronika,

28

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 28 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

Paulo Coelho menemukan jalan untuk mengisahkan per­


soalan itu tanpa melanggar janjinya. Meskipun tidak per­
nah berusaha bunuh diri, ia tahu betul dunia rumah sakit
jiwa—perawatan, hubungan antara dokter dan pasien,
serta kenyamanan dan ketakutan selama berada di tempat
seperti itu.
Mari kita tinggalkan saja Paulo dan Veronika teman­
nya itu dari novel ini untuk seterusnya, dan mari kita mulai
ceritanya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

29

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 29 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Ia ingat
dirinya sempat terbangun—masih dengan selang-se­lang pe­nyam­bung
hidup di mulut dan hi­dung­nya—dan men­dengar suara:

”K ingin kubantu masturbasi?”


amu

Kini, dengan pandangan menyapu seluruh


ruangan, ia tidak tahu apakah ucapan itu benar-benar
nyata atau hanya halusinasi. Selain satu ingatan tadi, ia
sama sekali tidak ingat apapun.
Selang-selang itu telah dicopot, tetapi jarum-jarum
www.facebook.com/indonesiapustaka

masih tertancap di seluruh tubuhnya, kabel-kabel dipasang


di sekitar jantung dan kepala, dan lengannya diikat. Ia
telanjang bulat, hanya berselimutkan selembar kain, me­
rasa kedinginan, tetapi ia tidak bisa mengeluh. Ruangan
kecil itu, yang ditutup kain warna hijau, dilengkapi ranjang

30

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 30 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

di mana Veronika dibaringkan, mesin Intensive Care Unit,


serta satu kursi putih yang diduduki seorang perawat yang
tengah membaca.
Perempuan itu bermata gelap dan berambut cokelat.
Veronika tidak yakin apakah perempuan itu yang diajaknya
bicara beberapa jam—atau hari?—yang lalu.
”Bisakah kamu lepaskan pengikat tanganku?”
Perawat itu mengangkat kepala, menggeleng, dan
kembali membaca.
Aku masih hidup, batin Veronika. Semuanya akan ber­
ulang lagi. Aku akan tinggal di sini beberapa waktu hingga benar-
benar pulih. Kemudian mereka akan melepaskanku dan aku akan
melihat kembali jalanan di Ljubljana, alun-alun, jembatan, orang-
orang yang berangkat dan pulang kerja.
Karena orang cenderung membantu orang lain—su­
paya mereka merasa lebih baik daripada yang sesungguh­
nya—mereka akan menerimaku bekerja kembali di per­
pustakaan. Kelak aku akan kembali mengunjungi bar dan
klub malam yang sama, berbincang-bincang dengan
teman-temanku mengenai ketidakadilan dan berbagai per­
soalan dunia, menonton bioskop, berjalan-jalan di danau.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Karena hanya menelan pil tidur, aku tidak akan cacat: aku
masih tetap muda, cantik, pintar, dan gampang mencari pacar, hal
yang tidak pernah kulakukan. Aku akan bercinta dengan pacar-
pacarku di rumah mereka atau di hutan, aku akan merasakan
kenikmatan tertentu, namun ketika mencapai orgasme perasaan

31

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 31 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

kosong akan kembali menyergapku. Kami tidak akan bicara ba­


nyak, kami berdua saling mengerti. Kemudian kami mencari-cari
alasan—”Sudah larut malam,” atau ”Besok aku harus bangun
pagi”—dan kami pun sesegera mungkin berpisah, menghindar agar
tidak saling berpapasan.
Aku akan kembali ke kamar sewa di biara. Membaca buku,
menyalakan televisi, menyetel jam weker agar bangun tepat pada
jam yang sama seperti kemarin-kemarin, dan seperti mesin, aku
kembali mengerjakan tugas di perpustakaan. Lalu akan kusantap
sandwich di taman di seberang bioskop, duduk di bangku yang
sama, sebagaimana orang lain juga memilih tempat yang sama
untuk menikmati makan siang mereka, orang-orang yang memiliki
pandangan kosong, tetapi pura-pura tengah memikirkan persoalan
penting.
Selanjutnya aku kembali bekerja; mendengarkan gosip tentang
siapa berkencan dengan siapa, siapa menderita apa, mengapa si anu
menangisi suaminya, dan aku merasa beruntung: Aku cantik,
punya pekerjaan, bisa memilih lelaki manapun yang kumau. Ku­
akhiri hari itu dengan pergi ke bar, dan segalanya kembali ber­
ulang.
Ibuku, yang tentu sangat terguncang dengan usahaku bunuh
www.facebook.com/indonesiapustaka

diri, akan pulih dari keterguncangannya dan akan mencecarku


dengan pertanyaan: apa yang sebenarnya hendak kuperbuat dengan
hidupku, mengapa aku tidak seperti orang lain, karena toh segala­
nya tidak serumit seperti yang kubayangkan. ”Coba lihat, aku
sudah bertahun-tahun menikah dengan ayahmu, dan aku berusaha

32

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 32 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

membesarkanmu sebaik mungkin, memberimu contoh sebaik mung­


kin.”
Suatu hari, bosan mendengar pertanyaan yang sama dan hen­
dak menyenangkan ibuku, aku pun menikah dengan seorang lelaki
yang kucintai. Aku dan pasanganku membangun mimpi bersama:
rumah di pedesaan, anak-anak, masa depan anak-anak. Tahun
pertama kami sering bercinta, memasuki tahun kedua semakin
berkurang, dan pada tahun ketiga mungkin orang berhubungan
seks sekali dalam dua minggu atau bahkan sebulan sekali. Lebih
parah lagi, kami mulai jarang bicara. Aku akan berusaha me­
nerima keadaan dan bertanya-tanya apa salahku, karena ia tidak
tertarik lagi padaku, mengabaikanku, dan hanya bicara tentang
teman-temannya.
Ketika perkawinan kami hampir runtuh, aku hamil. Kami
punya anak, merasa dekat kembali untuk beberapa saat, dan ke­
adaan kembali seperti semula.
Aku mulai gemuk seperti bibi si perawat yang bercerita
kemarin—atau beberapa hari lalu? Sungguh aku tidak tahu. Ke­
mudian aku mulai diet, berusaha melawan berat badan yang tiap
hari, tiap minggu, semakin meningkat, tidak peduli sekeras apa­
pun aku mengendalikannya. Pada saat itulah aku mulai me­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nenggak pil ajaib untuk mengatasi depresi; kemudian aku kembali


punya beberapa anak, hasil bercinta sesaat. Aku akan mengata­
kan kepada setiap orang bahwa anak-anak adalah alasan menga­
pa aku hidup, meskipun dalam kenyataannya justru hidupkulah
yang menjadi alasan mengapa mereka hidup.

33

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 33 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Orang mengira kami pasangan yang bahagia, namun tidak


seorang pun melihat betapa banyak rasa sepi, kepahitan, dan ke­
kalahan yang ada di balik kebahagiaan semu itu.
Hingga suatu hari, ketika suamiku punya kekasih baru un­
tuk pertama kalinya, mungkin aku akan marah-marah seperti
bibi si perawat itu atau kembali mencoba bunuh diri. Tetapi saat
itu aku sudah menjadi tua dan pengecut, dengan dua atau tiga
anak yang membutuhkanku, dan aku harus membesarkan dan
mem­bantu mereka menjadi orang sebelum kutinggalkan segalanya.
Aku tidak akan bunuh diri: Aku akan bersandiwara; aku
mengancam akan pergi dan membawa anak-anak bersamaku.
Seperti lelaki pada umumnya, suamiku akan kembali kepadaku;
ia akan meng­ungkapkan betapa ia mencintaiku dan berjanji tidak
akan mengu­langinya lagi. Tidak terpikirkan olehnya bahwa kalau
aku me­ninggalkannya, satu-satunya pilihanku hanyalah kembali
ke tempat orangtuaku dan tinggal di sana sepanjang sisa hidupku,
dipaksa mendengarkan ibuku yang terus-menerus mengatakan
bahwa aku telah melepaskan kesempatan untuk hidup bahagia,
bahwa pasanganku adalah suami yang baik, bahwa perbuatannya
itu hanyalah dosa kecil, bahwa anak-anak bisa trauma akibat
perpisahan itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dua tahun kemudian, muncul perempuan lain dalam hidup


suamiku. Aku tahu—karena aku melihat sendiri atau karena
diberitahu oleh orang lain—tetapi kali ini aku pura-pura tidak
tahu. Biasanya mati-matian aku berjuang melawan kekasih
suamiku; aku tidak punya tenaga lagi; sebaiknya kuterima saja

34

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 34 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

hidup seperti apa adanya, bukan hidup seperti yang kubayangkan.


Ibuku benar.
Ia tetap akan menjadi suami yang baik; aku tetap bekerja di
perpustakaan, makan sandwich di taman di seberang bioskop, mem­
baca buku yang tidak pernah kuselesaikan, menonton acara televisi
yang sama seperti sepuluh, dua puluh, lima puluh tahun lalu.
Hanya saja aku kini makan sandwich dengan perasaan bers­
alah, karena aku semakin gemuk, dan aku tidak akan ke bar lagi
karena suamiku menunggu di rumah dan aku harus mengurus
anak-anak.
Setelah itu urusannya adalah menunggu anak-anak menjadi
besar dan menghabiskan waktu sepanjang hari memikirkan soal
bunuh diri, tanpa berani melakukannya. Suatu saat aku akan
berkesimpulan bahwa demikianlah hidup yang sesungguhnya:
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tidak ada yang akan
berubah. Dan aku menerima kenyataan itu.

Veronika merenungkan monolog dalam dirinya itu dan


bertekad: Ia tidak akan meninggalkan Villete dalam ke­
adaan hidup. Lebih baik mengakhiri segalanya sekarang,
www.facebook.com/indonesiapustaka

selagi ia punya keberanian dan cukup sehat untuk mati.

Veronika tertidur dan beberapa kali terbangun. Jumlah


peralatan medis yang dipasang di sekitarnya semakin ber­

35

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 35 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

kurang, temperatur tubuhnya mulai naik, dan wajah pe­


rawat terus berganti; tetapi selalu ada orang di sisinya.
Dari balik kain hijau terdengar suara orang menangis, me­
rintih, atau ucapan lirih. Dari waktu ke waktu akan ter­
dengar mesin berdengung di kejauhan, dan ia akan segera
mendengar suara langkah bergegas di koridor. Suara-suara
yang terdengar pun tak lagi bernada lembut, melainkan
tegang, berisi perintah-perintah segera.

Ketika pikirannya tenang, seorang perawat bertanya:


”Apakah kamu tidak ingin mengetahui keadaanmu?”
”Aku sudah tahu,” jawab Veronika. ”Dan itu tidak ada
hubungannya dengan yang terjadi pada tubuhku sebagai­
mana kamu lihat; keadaanku adalah apa yang terjadi dalam
jiwaku.”
Perawat itu berusaha mengajaknya bicara, tetapi
Veronika pura-pura tidur.
www.facebook.com/indonesiapustaka

36

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 36 4/13/2018 10:08:15 AM


Ketika kembali membuka mata untuk pertama kalinya, Veronika
baru sadar dirinya telah dipin­dahkan; ia berada di satu tempat
yang tam­paknya seperti bangsal yang luas. Infus dengan tetesan
empatkali lebih deras masih terpasang di lengannya, tetapi kabel-
kabel dan jarum-jarum lain sudah dicopot.

S eorang dokter bertubuh tinggi, yang mengenakan jas


putih dan tampak kontras dengan warna hitam ram­
but dan jenggot hasil semiran, berdiri di dekat kaki ran­
jang Veronika. Ia didampingi seorang dokter yunior yang
memegang clipboard untuk mencatat.
”Sudah berapa lama aku berada di sini?” tanya
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika dengan susah-payah dan agak tertahan.


”Sudah dua minggu kamu berada di bangsal ini, se­
telah sebelumnya lima hari di Intensive Care Unit,” jawab
dokter yang lebih tua. ”Kamu mesti bersyukur masih ber­
ada di sini.”

37

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 37 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

Si dokter muda tampak terkejut, sepertinya ungkapan


yang terakhir itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Se­
ketika Veronika menangkap reaksi itu, yang mengusik rasa
ingin tahunya. Apakah dirinya sudah berada di sana lebih
lama daripada yang ia perkirakan? Apakah ia masih berada
dalam bahaya? Ia mulai memperhatikan setiap gelagat
kedua lelaki itu; ia tahu tidak ada gunanya bertanya; me­
reka tidak akan berterus-terang, tetapi bila ia cukup pintar,
ia dapat mencari tahu apa yang tengah terjadi.
”Sebutkan nama, alamat, status perkawinan, dan tang­
gal kelahiranmu,” kata dokter yang tua. Veronika tahu
nama, status perkawinan, dan tanggal kelahirannya, tetapi
ia baru sadar ada yang hilang dari ingatannya: Ia tidak da­
pat mengingat alamatnya.
Dokter menyorotkan senter ke matanya, memeriksa
selama beberapa waktu tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. Lelaki yang muda diam saja. Mereka saling bertukar
pandangan tanpa makna.
”Apakah kamu bilang kepada perawat jaga malam
bahwa kami tidak dapat melihat jiwamu?” tanya si dokter
muda.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika tidak ingat. Sulit mengingat siapa dirinya


dan mengapa ia berada di sana.
”Selama ini kamu diberi obat penenang agar dapat
tidur, dan itu mungkin sedikit mempengaruhi ingatanmu,

38

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 38 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

tetapi cobalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


kami.”
Kedua dokter itu pun mulai mengajukan pertanyaan-
pertanyaan aneh, seperti, misalnya, apa nama koran ter­
besar di Ljubljana, siapa nama penyair yang patungnya
dipasang di alun-alun (ah, Veronika tidak akan pernah lupa
itu, sosok Preseren terpahat di hati setiap orang Slovenia),
apa warna rambut ibunya, siapa nama teman kerjanya, apa
judul buku paling populer di perpustakaan.
Mula-mula Veronika berniat tidak mau menjawab—
ingatannya masih kacau—tetapi ketika pertanyaan terus
mengalir, ia mulai dapat mengingat apa yang telah di­
lupakannya. Ada kalanya ia ingat dirinya berada di rumah
sakit jiwa, dan bahwa jawaban orang gila tidak mesti
masuk akal; tetapi demi kebaikan dan agar kedua dokter
itu tetap berada di dekatnya, sehingga ia dapat mencari
tahu tentang keadaannya, ia berusaha menjawab. Lantaran
mengucapkan nama-nama dan fakta-fakta, maka tidak
hanya ingatannya saja yang pulih, melainkan juga kepri­
badian, hasrat, serta cara pandangnya terhadap kehidupan.
Pikiran tentang bunuh diri, yang tadi pagi terkubur di
www.facebook.com/indonesiapustaka

bawah pengaruh obat penenang, kini muncul kembali.


”Bagus,” kata dokter yang lebih tua setelah selesai
dengan pertanyaan terakhir.
”Berapa lama lagi aku harus tinggal di sini?”
Dokter yang muda menunduk, dan Veronika merasa

39

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 39 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

segalanya melayang di udara, seolah begitu pertanyaannya


itu terjawab bab baru dalam hidupnya akan tertoreh, dan
tidak seorang pun dapat mengubahnya.
”Katakan saja,” kata dokter yang tua. ”Toh sudah
banyak pasien lain yang mendengar kabar angin itu, dan ia
akan tahu juga akhirnya; tidak mungkin menyembunyikan
sesuatu di sini.”
”Yah, kamu sudah menentukan nasibmu sendiri,”
dokter muda itu menghela napas, bicara dengan hati-hati.
”Jadi ada baiknya kamu tahu akibat perbuatanmu itu.
Selama masa koma akibat pil tidur yang kamu minum,
jantungmu rusak dan tidak bisa disembuhkan. Ada
nekrosis ventrikel….”
”Gunakan istilah awam saja,” potong dokter yang tua.
”Langsung saja pada pokok persoalan.”
”Jantungmu rusak dan tidak dapat dipulihkan, dan
tidak lama lagi akan berhenti berdetak.”
”Apa maksudnya?” tanya Veronika ketakutan.
”Kalau jantungmu berhenti berdetak, maka cuma ada
satu kemungkinan, mati. Aku tidak tahu apa agamamu,
tapi….”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Kapan jantungku akan berhenti berdetak?” potong


Veronika.
”Dalam lima hari, paling lama seminggu.”
Veronika sadar, di balik penampilan dan sikap pro­
fesional yang berusaha diperlihatkannya, di balik ke­

40

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 40 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

peduliannya, dokter muda itu terlihat puas melontarkan


kata-katanya, seakan Veronika pantas mendapat hukuman,
dan hukuman itu kiranya akan menjadi contoh bagi yang
lain.
Sepanjang hidupnya Veronika sering melihat orang
membicarakan peristiwa buruk yang menimpa orang lain
dengan nada seolah-olah ingin menolong, padahal se­
benarnya mereka puas melihat penderitaan orang lain,
karena hal itu membuat mereka merasa bahagia dan me­
ngira hidup telah berpihak kepada mereka. Ia benci orang-
orang seperti itu, dan ia tidak akan memberi kesempatan
kepada lelaki muda itu memanfaatkan apa yang dialaminya
untuk menutupi frustrasi dalam dirinya.
Ia menatap tajam mata lelaki itu, tersenyum, dan ber­
kata: ”Kalau begitu, berarti aku berhasil.”
”Ya,” jawab lelaki itu, namun rasa puas yang tadi me­
nyertainya ketika mengungkapkan kabar tragis itu lenyap
sudah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

41

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 41 4/13/2018 10:08:15 AM


Kendati demikian, sepanjang malam, Veronika mulai keta­kutan.
Sangat berbeda mati seketika setelah minum pil dan menan­tikan
datangnya ajal selama lima hari atau se­minggu lagi, ketika ia telah
meng­alami banyak peristiwa.

S epanjang hidupnya ia selalu menantikan sesuatu:


ayahnya pulang kerja, surat dari kekasih yang tak kun­
jung datang, ujian kenaikan tingkat, keretaapi, bus, tele­
pon, liburan, akhir liburan. Kini ia harus menanti ke­
matian, yang sudah membuat janji dengannya.
Ini hanya terjadi padaku. Umumnya, orang meninggal tepat
www.facebook.com/indonesiapustaka

di saat yang sama sekali tak disangka-sangka.


Ia harus keluar dari rumah sakit dan mencari lebih
banyak lagi pil. Kalau tidak bisa, dan satu-satunya jalan
keluar adalah dengan terjun dari jendela sebuah gedung
tinggi di Ljubljana, itu akan dilakukannya pula. Ia sudah

42

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 42 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

berusaha tidak membebani orangtuanya dengan pen­


deritaan yang sia-sia, namun kini ia tidak punya pilihan
lain.

Ia memandang ke sekeliling. Semua ranjang terisi orang-


orang yang tengah tidur, beberapa di antaranya terdengar
mendengkur keras. Jeruji terpasang di jendela. Di ujung
bangsal dipasang lampu kecil yang terang, yang membuat
tempat itu dipenuhi bayangan ganjil, dan itu berarti
bangsal diawasi dengan ketat. Di dekat lampu tampak se­
orang perempuan tengah membaca buku.
Para perawat itu tentu sangat terpelajar, sepanjang hidup
mereka membaca.
Ranjang Veronika terletak paling jauh dari pintu;
antara ia dan perempuan itu terdapat sekitar dua puluh
ranjang. Ia bangun dengan susah-payah karena, bila benar
yang dikatakan oleh dokter tua tadi, sudah hampir tiga
minggu ia tergolek di ranjang. Perawat tadi mengangkat
kepala dan melihat gadis itu menghampirinya sambil me­
nyeret infusnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Aku mau ke kamar kecil,” bisiknya, takut membuat


perempuan-perempuan gila di situ terbangun.
Perawat itu menunjukkan arah pintu. Otak Veronika
segera bekerja cepat, mencari tahu apakah ada rute
pelarian, satu celah, satu jalan keluar. Harus bergerak cepat,

43

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 43 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

selagi mereka mengira aku masih terlalu lemah, tidak mampu ber­
tindak.
Ia mengintip si perawat. Toilet itu berupa bilik kecil
tanpa pintu. Bila ingin melarikan diri, Veronika tentu ha­
rus meringkus dan mengalahkan si perawat untuk men­
dapatkan kunci, tetapi ia terlalu lemah untuk melakukan
itu.
”Apakah ini penjara?” tanya Veronika kepada perawat
itu, yang berhenti membaca dan mengawasi gerak-
geriknya dengan cermat.
”Bukan, ini rumah sakit jiwa.”
”Tapi aku tidak gila.”
Perempuan itu tertawa.
”Semua pasien juga bilang begitu.”
”Baik, aku memang gila, lalu apa artinya?”
Perempuan itu memperingatkan Veronika agar tidak
terlalu lama berdiri dan menyuruhnya kembali ke ranjang.
”Apa artinya gila?” desak Veronika.
”Besok kamu tanyakan saja kepada dokter. Sekarang
tidurlah, kalau tidak, terpaksa aku akan menyuntikmu de­
ngan obat penenang.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika mematuhi perintah. Dalam perjalanan kem­


bali ke ranjangnya ia mendengar seseorang berbisik dari
salah satu ranjang:
”Kamu tidak tahu apa artinya gila?”
Sejenak ia berpikir untuk mengabaikan bisikan itu: Ia

44

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 44 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

tidak ingin berteman dengan siapapun, tidak ingin men­


jalin hubungan sosial, membangun persekutuan untuk
menggerakkan revolusi massa. Ia cuma punya satu tujuan:
Mati. Kalaupun tidak bisa melarikan diri, akan dicarinya
jalan apa saja untuk bunuh diri di rumah sakit, sesegera
mungkin.
Tetapi perempuan itu menanyakan hal sama seperti
yang ditanyakan oleh Veronika kepada perawat tadi.
”Kamu tidak tahu apa artinya gila?”
”Siapa kamu?”
”Namaku Zedka. Kembalilah ke ranjangmu. Kalau
perawat itu mengira kamu sudah tidur, merangkaklah ke
sini.”
Veronika kembali ke ranjangnya dan menunggu
sampai perawat itu kembali membaca. Apa artinya gila?
Veronika sama sekali tidak tahu, karena kata itu biasa di­
gunakan dengan seenak perut. Orang akan bilang, sebagai
contoh, olahragawan tertentu dianggap gila karena ingin
memecahkan rekor, atau seniman tertentu dianggap gila
karena cara hidupnya aneh dan tak karuan, berbeda de­
ngan cara hidup orang normal. Lalu ada pula orang ber­
www.facebook.com/indonesiapustaka

pakaian tipis di musim dingin, berjalan di jalanan Ljubljana


sambil mendorong kereta belanja berisi kantung plastik
dan rongsokan, dan mengatakan dunia akan kiamat.
Ia tidak mengantuk. Menurut dokter, ia sudah tidur
hampir seminggu, terlalu lama bagi orang yang biasa

45

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 45 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

hidup tanpa renjana dan tidur sesuai jadwal yang sangat


kaku.
Apa artinya gila? Mungkin ia harus bertanya kepada
orang gila.
Veronika meringkuk, melepaskan jarum dari lengan­
nya, menghampiri ranjang Zedka, mengabaikan rasa sakit
yang menusuk-nusuk perutnya. Ia tidak tahu apakah rasa
mual itu akibat jantungnya yang lemah atau akibat ber­
gerak-gerak.
”Aku tidak tahu apa artinya gila,” bisik Veronika. ”Te­
tapi aku tidak gila. Aku hanya tidak berhasil bunuh diri.”
”Setiap orang yang hidup di dunianya sendiri ter­
masuk gila. Seperti skizofren, psikopat, maniak. Maksud­
ku, orang yang berbeda dari orang lain.”
”Seperti kamu?”
”Di sisi lain,” lanjut Zedka, pura-pura tidak mende­
ngarkan kata-kata Veronika, ”ada Einstein yang mengata­
kan bahwa tidak ada waktu atau ruang, yang ada hanya
kombinasi keduanya. Atau Columbus yang bersikukuh
bahwa di sisi lain dunia terdapat benua, bukan jurang.
Atau Edmund Hillary, yang yakin manusia bisa sampai ke
www.facebook.com/indonesiapustaka

puncak Everest. Atau the Beatles, yang menciptakan jenis


musik yang sama sekali lain dan berpakaian seperti ma­
nusia dari masa yang berbeda. Orang-orang seperti itu—
dan masih ada ribuan lagi—semuanya hidup dalam dunia
mereka sendiri.”

46

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 46 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

Masuk akal juga kata-kata perempuan gila ini, pikir


Veronika, teringat cerita ibunya tentang orang-orang suci
yang bersumpah mereka pernah berbicara dengan Yesus
atau Bunda Maria. Apakah mereka hidup di dunia yang
lain?
”Aku pernah melihat seorang perempuan mengena­
kan rok berpotongan rendah; dengan pandangannya yang
kosong ia menyusuri jalanan di Ljubljana saat suhu lima
derajat di bawah nol. Karena kupikir ia mabuk, aku pun
berusaha menolongnya, namun ia menolak jaket yang ku­
pinjamkan kepadanya. Mungkin di dunianya saat itu mu­
sim panas, dan tubuhnya terasa hangat oleh gairah orang
yang menantinya. Meskipun orang yang menantinya itu
hanya khayalan, ia berhak hidup dan mati sebagaimana ia
inginkan, kan?”
Veronika tidak tahu harus berkata apa, tetapi kata-
kata perempuan itu cukup masuk akal baginya. Mungkin­
kah perempuan itu yang menyusuri jalanan di Ljubljana
dengan setengah telanjang? Siapa tahu.
”Aku mau cerita,” kata Zedka. ”Seorang tukang sihir
yang sangat ampuh, yang ingin menghancurkan seluruh
www.facebook.com/indonesiapustaka

kerajaan, memasukkan ramuan ajaib ke dalam sumur tem­


pat semua orang minum. Siapapun yang meminum air itu
akan menjadi gila.
”Keesokan harinya, semua orang minum dari sumur
itu dan menjadi gila, kecuali raja beserta keluarganya, yang

47

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 47 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

minum dari sumur lain. Raja sangat cemas dan berusaha


mengendalikan masyarakat dengan mengeluarkan aturan
yang menyangkut keamanan dan kesehatan umum. Na­
mun polisi dan kepala polisi sudah meminum air dari
sumur beracun itu, sehingga mereka berpikir aturan yang
dibuat oleh raja itu aneh, dan mereka pun mengabaikan­
nya.
”Ketika mendengar tentang aturan tersebut, rakyat
kerajaan itu merasa yakin raja sudah gila, sehingga mem­
beri perintah yang tak masuk akal. Mereka mendatangi
istana dan meminta raja turun takhta.
”Merasa putus asa, raja pun siap turun takhta, namun
ratu mencegahnya dan berkata: ‘Ayo kita minum dari su­
mur umum. Dengan demikian kita akan berlaku sama
seperti mereka.’
”Mereka pun melakukannya: Raja dan ratu minum air
gila, dan seketika mereka pun melantur. Rakyat berubah
pikiran: sekarang raja menjadi bijak, mengapa ia tidak di­
biarkan saja memimpin?
”Negeri itu pun hidup dengan damai, meskipun
rakyatnya berperilaku berbeda dengan rakyat negeri te­
www.facebook.com/indonesiapustaka

tangga. Dan raja memimpin sampai akhir hayatnya.”

Veronika tertawa.
”Sepertinya kamu sama sekali tidak gila.”

48

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 48 4/13/2018 10:08:15 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Tetapi aku memang gila, sekalipun aku menjalani


pengobatan karena masalah kekurangan zat tertentu. Se­
mentara kuharap obat itu akan menghilangkan depresiku
yang kronis, aku mau tetap gila; menjalani hidup ini seperti
yang kuimpikan, bukan seperti yang diharapkan oleh
orang lain. Tahukah kamu apa yang terjadi di luar sana, di
balik tembok Villete?”
”Orang-orang minum dari sumur beracun yang
sama.”
”Tepat sekali,” kata Zedka. ”Mereka pikir mereka
normal, karena semua melakukan hal yang sama. Well, aku
akan pura-pura telah minum dari sumur yang mereka mi­
num.”
”Aku sudah melakukannya, dan itulah persoalanku
yang sesungguhnya. Aku tidak pernah depresi, tidak per­
nah merasa bahagia atau sedih yang luarbiasa, setidaknya
tidak pernah berlangsung lama. Aku menghadapi per­
soalan sama seperti yang dihadapi oleh orang lain.”
Beberapa saat Zedka termangu; kemudian berkata:
”Kata mereka kamu akan mati.”
Sejenak Veronika merasa enggan. Bisakah perempuan
www.facebook.com/indonesiapustaka

ini dipercaya? Ia harus ambil risiko.


”Ya, kira-kira dalam lima atau enam hari lagi. Aku se­
dang memikirkan jalan untuk mati lebih cepat. Bila kamu,
atau orang lain, bisa mengusahakan lagi pil tidur untukku,
aku yakin jantungku tidak akan bertahan. Seandainya saja

49

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 49 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

kamu tahu bagaimana rasanya menanti kematian; kamu


harus menolongku.”

Sebelum Zedka menjawab, perawat datang dengan alat


suntiknya.
”Aku bisa menyuntik sendiri,” kata Veronika, ”atau,
kalau itu kemauanmu, aku bisa minta bantuan penjaga.”
”Jangan buang-buang tenagamu,” kata Zedka kepada
Veronika. ”Simpan tenagamu kalau kamu ingin mendapat­
kan apa yang tadi kamu minta dariku.”
Veronika bangkit, kembali ke ranjangnya dan mem­
biarkan perawat melakukan tugasnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

50

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 50 4/13/2018 10:08:15 AM


Ini pertama kalinya Veronika menjalani hari yang normal di
rumah sakit jiwa. Ia boleh keluar bangsal, sarapan di ruang
makan, di mana lelaki dan perem­puan makan bersama. Suasana
di situ tampak berbeda dengan yang biasa digam­bar­kan di film-
film—jeritan histeris, teriakan, orang-orang bersikap aneh—ada
suasana sunyi yang menekan; sepertinya tak seorang pun yang ingin
membagi dunianya dengan orang asing.

S sarapan (yang tak terlalu buruk; reputasi ma­


etelah

kanan di Villete tak tercela) semua pasien keluar untuk


berjemur. Sebenarnya sama sekali tidak ada cahaya mata­
hari—suhu saat itu di bawah nol dan taman tertutup salju.
”Aku di sini bukan untuk mempertahankan hidup,
melainkan untuk melepaskan hidup,” kata Veronika ke­
www.facebook.com/indonesiapustaka

pada salah seorang perawat.


”Tetap saja kamu harus keluar dan berjemur.”
”Kamulah yang gila; sekarang tidak ada sinar mata­
hari.”
”Tapi ada cahaya, dan itu membantu menenangkan

51

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 51 4/13/2018 10:08:15 AM


Paulo Coelho

pasien. Sayang musim salju berlangsung lama; kalau tidak,


pekerjaan kami tidak banyak.”
Tidak ada gunanya berdebat; Veronika keluar dan ber­
jalan-jalan sebentar, melihat-lihat sekitar dan diam-diam
mencari jalan untuk melarikan diri. Tembok rumah sakit
cukup tinggi, seperti yang dimaui oleh pembangun barak-
barak kuno, tetapi menara pengawas terlihat kosong.
Taman rumah sakit dikelilingi bangunan yang menyerupai
gedung militer, yang sekarang menjadi bangsal lelaki dan
perempuan, kantor administrasi, dan kamar-kamar pega­
wai. Setelah beberapa saat mengamati, Veronika tahu ha­
nya gerbang utama saja yang benar-benar dijaga, di mana
bawaan setiap orang yang masuk diperiksa oleh dua orang
penjaga.
Segala sesuatunya mulai masuk kembali ke dalam
ingatan Veronika. Untuk melatih ingatannya, Veronika
berusaha mengingat hal-hal kecil, seperti misalnya, di
mana ia biasa meletakkan kunci kamar, apa kaset yang
baru dibeli, apa buku terakhir yang dipesannya untuk per­
pustakaan.
”Aku Zedka,” kata seorang perempuan, mengham­
www.facebook.com/indonesiapustaka

pirinya.
Tadi malam Veronika tidak dapat melihat wajah pe­
rempuan itu sepenuhnya; ia meringkuk di bawah ranjang
selama mereka bercakap-cakap. Zedka berusia sekitar 35
tahun dan terlihat benar-benar normal.

52

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 52 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Semoga suntikan itu tidak terlalu berpengaruh pada­


mu. Biasanya tubuh segera terbiasa dan penenang tidak
lagi berpengaruh.”
”Aku baik-baik saja.”
”Tentang percakapan kita semalam, kamu ingat apa
yang kamu tanyakan?”
”Tentu.”
Zedka menggandeng tangan Veronika. Mereka ber­
jalan berdampingan, menyusuri pepohonan di halaman.
Di balik tembok tampak pegunungan tertutup awan.
”Pagi ini dingin, tetapi juga indah,” kata Zedka.
”Aneh, aku tidak pernah mengalami depresi ketika hari
dingin, kelabu, dan berawan seperti ini. Sepertinya alam
selaras denganku, menggambarkan suasana jiwaku. Se­
baliknya, waktu matahari bersinar, anak-anak keluar untuk
bermain-main di jalanan, dan semua orang menikmati hari
yang cerah, aku justru merasa tidak nyaman, seolah-olah
alam sedang mempertontonkan keceriaan yang tidak dapat
kunikmati, dan itu sepertinya tidak adil.”
Pelan-pelan Veronika melepaskan diri dari perempuan
itu. Ia tidak suka persentuhan fisik.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Kamu belum selesai bercerita. Kamu mengatakan


sesuatu tentang apa yang kutanyakan semalam.”
”Ada sekelompok orang di sini, lelaki dan perempuan,
yang semestinya sudah boleh pergi, sudah boleh pulang,
tetapi mereka tidak mau. Ada banyak alasan: Villete tidak

53

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 53 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

seburuk seperti yang diceritakan oleh orang-orang, meski­


pun jauh daripada hotel berbintang lima. Di Villete orang
bebas bicara apa saja, melakukan apa saja, tanpa dikritik.
Bagaimanapun, mereka berada di rumah sakit jiwa. Bila
ada inspeksi pemerintah, orang-orang itu akan pura-pura
seperti maniak yang berbahaya, karena beberapa dari me­
reka tinggal di sini atas biaya pemerintah. Para dokter tahu
itu, tetapi mungkin ada perintah dari pemilik rumah sakit
untuk membiarkan saja situasi itu berlangsung, karena ba­
nyak tempat kosong.”
”Bisakah mereka mengusahakan pil untukku?”
”Coba hubungi mereka; mereka menyebut kelompok
mereka Persaudaraan.”
Zedka menunjuk seorang perempuan berambut putih
yang tengah berbicara penuh semangat dengan beberapa
perempuan muda.
”Namanya Mari, ia anggota Persaudaraan. Tanya dia.”
Veronika hendak menghampiri Mari, tetapi Zedka
menghentikannya: ”Jangan, jangan sekarang; ia sedang
bersenang-senang. Ia tidak akan berhenti melakukan se­
suatu yang disukainya hanya untuk menyenangkan orang
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang tak dikenalnya. Bila sambutannya buruk, kamu tidak


akan pernah lagi berkesempatan mendekatinya. Orang
‘gila’ selalu mempercayai kesan pertama.”
Veronika tertawa tatkala mendengar Zedka meng­
ucapkan kata ”gila”, namun ia khawatir juga, karena di

54

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 54 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

sana segalanya terlihat normal-normal saja, baik-baik saja.


Setelah bertahun-tahun pulang kerja langsung ke bar, dari
bar langsung ke ranjang pacar, dari ranjang pacar ke ka­
marnya sendiri, dan dari kamarnya ke rumah ibunya, kini
Veronika berada dalam situasi yang belum pernah dialami­
nya: rumah sakit jiwa, ketidakwarasan, asil, di mana orang
tidak merasa malu menyebut dirinya gila, di mana orang
tidak mau berhenti melakukan apa yang disukainya untuk
menyenangkan orang lain.
Ia mulai meragukan keseriusan Zedka, jangan-jangan
itu hanya cara pasien rumah sakit jiwa berpura-pura bahwa
dunia mereka lebih baik daripada dunia orang lain. Namun
apa salahnya dengan berpura-pura seperti itu? Ia toh me­
nemukan banyak hal menarik, berbeda, dan sama sekali
tak terduga. Bayangkan, suatu tempat di mana orang ber­
pura-pura gila supaya bisa berbuat apa saja yang ia mau.
Pada saat itu pula jantung Veronika berdetak keras.
Tiba-tiba ia teringat kata-kata dokter, dan ia ketakutan.
”Aku ingin berjalan-jalan sendiri sebentar,” katanya
kepada Zedka. Bagaimanapun ia juga ”gila”, dan ia tidak
harus menyenangkan orang lain.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Perempuan itu menyingkir, dan Veronika berdiri me­


mandang pegunungan di balik tembok Villete. Samar-
samar keinginannya untuk tetap hidup menyeruak, namun
Veronika menekannya dengan keras.
Aku harus mendapatkan pil itu sesegera mungkin.

55

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 55 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Ia merenungkan keberadaannya di rumah sakit jiwa;


jauh dari ideal. Jikapun diperbolehkan melakukan tindakan
gila apa saja yang ia mau, ia tidak tahu harus dari mana
memulainya.
Ia belum pernah melakukan hal-hal gila.

Setelah beberapa lama di taman, para pasien kembali ke


ruang makan untuk makan siang. Segera setelah itu para
perawat menggiring lelaki dan perempuan menuju ke
ruang duduk yang luas, yang terbagi menjadi beberapa
bagian; ada meja, kursi, sofa, piano, televisi, dan jendela
besar, di mana orang bisa memandang langit kelabu dan
awan yang bergelayut rendah. Tidak satu pun jendela itu
yang berjeruji, karena semuanya menghadap ke taman.
Pintu ditutup karena udara dingin, tetapi orang bisa mem­
buka dan keluar kembali untuk berjalan-jalan di antara
pepohonan.
Sebagian besar orang duduk di depan televisi. Ada
pula yang melamun, bicara sendiri dengan suara pelan,
namun siapakah orang yang tidak pernah melamun dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

bicara sendiri dalam hidupnya? Veronika melihat pe­


rempuan agak tua tadi, Mari, kini berada di antara se­
kelompok orang di sudut ruangan yang luas itu. Beberapa
pasien lain berjalan menghampiri mereka, dan Veronika

56

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 56 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

mencoba bergabung, berusaha mendengarkan apa yang


dibicarakan oleh orang-orang itu.
Sebisa mungkin Veronika menyamarkan maksudnya,
tetapi ketika ia mendekat semua orang tadi diam dan me­
noleh kepadanya.
”Kamu mau apa?” tanya seorang lelaki agak tua, yang
tampaknya merupakan ketua Persaudaraan itu (bila benar
kelompok itu ada dan bila Zedka tidak lebih gila daripada
tampaknya).
”Tidak, cuma numpang lewat.”
Mereka saling bertukar pandang dan memberi tanda
dengan kepala. Seorang di antara mereka berkata kepada
yang lain: ”Ia hanya numpang lewat.” Yang lain mengu­
lang kata-kata itu lebih keras, dan selanjutnya mereka me­
neriakkan kata-kata itu keras-keras.
Veronika tidak tahu apa yang harus diperbuat, ia ber­
diri terpaku, ketakutan. Perawat lelaki mendekati mereka,
mencari tahu apa yang terjadi.
”Tidak ada apa-apa,” jawab salah seorang anggota
kelompok itu. ”Ia hanya numpang lewat. Ia berdiri di situ,
tetapi ia bilang hanya numpang lewat.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Semua anggota kelompok itu terbahak. Veronika sa­


lah tingkah, tersenyum kecut, berbalik, dan berlalu, se­
hingga tidak ada orang yang melihat matanya mulai ber­
kaca-kaca. Ia langsung kabur ke taman tanpa mengenakan
jaket. Seorang perawat berusaha membujuknya agar mau

57

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 57 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

masuk kembali, tetapi perawat lain menghampiri dan


membisikkan sesuatu di telinga perawat tadi. Keduanya
lalu membiarkan Veronika sendiri, kedinginan. Tidak ada
gunanya menjaga orang yang dikutuk mati.

Veronika bingung, tegang, kesal pada diri sendiri. Ia tidak


pernah membiarkan dirinya terprovokasi; dari dulu ia
belajar jika timbul situasi baru ia mesti bersikap tenang
dan menjaga jarak. Namun orang-orang gila itu telah
mempermalukannya, membuatnya takut, marah, mem­
buatnya ingin membunuh mereka semua, ingin mencaci-
maki dengan kata-kata yang tak berani ia ucapkan.
Mungkin pil atau pengobatan yang diberikan untuk
memulihkan dirinya dari keadaan koma telah mengubah­
nya menjadi perempuan rapuh, tidak mampu melindungi
diri sendiri. Ia pernah menghadapi situasi yang jauh lebih
buruk daripada itu di masa remajanya, tetapi kini untuk
pertama kalinya ia tidak dapat membendung air matanya.
Ia harus kembali menjadi seperti dulu, orang yang bisa
menghadapi ironi, berpura-pura celaan itu tidak berpenga­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ruh apa-apa baginya, karena ia lebih baik daripada mereka.


Siapa di antara anggota kelompok itu yang berani mati
seperti dia? Siapa di antara mereka yang bisa mengajarkan
cara hidup bila berada di balik tembok Villete? Kiranya ia

58

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 58 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

tidak membutuhkan bantuan apapun dari mereka, walau­


pun hidupnya tinggal lima atau enam hari lagi.
”Satu hari telah berlalu. Kini tinggal empat atau lima
hari lagi.”
Ia berjalan sebentar, membiarkan udara dingin me­
nyusup ke tubuhnya dan menenangkan darahnya yang
menggelegak. Jantungnya berdetak amat cepat.
Sejujurnya, inilah diriku, menghitung hari, mendengar komen­
tar orang-orang yang belum pernah kukenal sebelumnya, orang-
orang yang akan segera kutinggalkan. Aku terluka dan marah;
aku ingin menyerang mereka dan membela diri. Tetapi kenapa aku
mesti membuang-buang waktu?
Namun ia benar-benar membuang-buang waktu yang
hanya sedikit itu, berusaha mendapatkan sejengkal tempat
dalam komunitas aneh itu, di mana orang harus melawan
jika tidak ingin dibebani berbagai aturan yang tidak di­
kehendakinya.
Tidak masuk akal, aku tidak pernah berlaku seperti ini.
Aku tidak pernah memperjuangkan sesuatu yang konyol seperti
ini.
Ia berhenti di tengah taman yang begitu dingin.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Segalanya benar-benar konyol, bahwa ia tidak mau lagi


menerima apa yang dipaksakan oleh kehidupan. Di masa
remaja ia merasa terlalu dini untuk memilih; kini, setelah
dewasa, ia yakin waktu untuk berubah sudah terlambat.
Lalu untuk apa ia curahkan tenaganya selama ini? Un­

59

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 59 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

tuk memastikan hidupnya berlangsung seperti biasanya. Ia


lepaskan mimpi-mimpinya supaya orangtuanya tetap me­
nyayanginya seperti di masa kecil, meskipun ia tahu cinta
sejati berubah dan tumbuh seiring dengan waktu serta
menemukan cara baru untuk mengekspresikannya. Suatu
hari, ketika ibunya dengan berlinang air mata mengatakan
bahwa perkawinannya berakhir, Veronika menemui ayah­
nya; ia menangis dan mengancam, sehingga ayahnya ber­
janji tidak akan meninggalkan rumah, tanpa pernah mem­
bayangkan betapa mahal harga yang harus dibayar oleh
orangtuanya untuk itu.
Ketika memutuskan bekerja, ia menolak tawaran
menggiurkan dari satu perusahaan yang baru didirikan di
negaranya, yang baru terbentuk itu, dan memilih bekerja
di perpustakaan umum, tempat orang memperoleh sedikit
gaji namun memberi rasa aman. Ia bekerja setiap hari,
mengikuti jadwal yang sama, selalu berusaha agar tidak
dicap sebagai ancaman bagi atasannya; ia cukup puas; ia
tidak berjuang, karena itu ia tidak berkembang: Apa yang
diharapkannya hanyalah gaji di akhir bulan.
Ia menyewa kamar di biara karena biarawati menetap­
www.facebook.com/indonesiapustaka

kan semua penyewa harus pulang tepat pada waktunya,


dan mereka akan mengunci pintu: Siapa saja yang masih
berada di luar setelah jam yang ditentukan mesti tidur di
luar. Karena itu ia selalu punya alasan untuk pacarnya, se­

60

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 60 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

hingga ia tidak harus bermalam di hotel atau di ranjang


lain yang asing baginya.
Sewaktu melamunkan kehidupan perkawinan, ter­
bayang olehnya sebuah rumah kecil di luar Ljubljana, me­
nikahi lelaki yang jauh berbeda dengan ayahnya—lelaki
yang berpenghasilan cukup untuk keluarga, senang ber­
dekatan dengan dirinya di dalam rumah yang terbuka,
sehingga mereka bisa memandang pegunungan yang ber­
selimutkan salju dari balik jendela.

Veronika mengajarkan dirinya untuk memberi kesenangan


kepada lelaki sewajarnya saja; tidak lebih, tidak kurang,
seperlunya saja. Ia tidak pernah marah kepada siapapun,
karena itu berarti ia harus menunjukkan reaksi, berseteru
dengan musuh, dan menghadapi akibat yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, seperti dendam, misalnya.
Setelah berhasil meraih hampir segala yang diinginkan
dalam hidup ini, ia berkesimpulan bahwa hidupnya tidak
bermakna, karena setiap hari terjadi hal yang sama. Ka­
rena itu ia memutuskan mati.
www.facebook.com/indonesiapustaka

 
Veronika masuk kembali ke ruangan, melintasi kelompok
orang yang berkumpul di sudut ruangan. Mereka ber­

61

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 61 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

cakap-cakap dengan riuh-rendah, tetapi segera terdiam


begitu ia mendekat.
Ia langsung menghampiri lelaki tertua, yang tampak­
nya menjadi pemimpin mereka. Sebelum ada yang dapat
mencegah, Veronika menampar wajah lelaki itu.
”Apa kamu tidak ingin membalas?” tanyanya lantang
sehingga semua orang di ruangan itu mendengar suaranya.
”Apa kamu tidak akan bertindak apa-apa?”
”Tidak,” sahut lelaki itu sambil mengusap wajahnya.
Darah menetes dari hidungnya. ”Kamu tidak akan me­
nyusahkan kami terlalu lama.”
Veronika meninggalkan ruangan itu, dan dengan pe­
nuh rasa kemenangan menuju ke bangsalnya. Ia baru saja
melakukan sesuatu yang sama sekali belum pernah di­
lakukan sepanjang hidupnya.

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian dengan kelompok itu,


yang menurut Zedka bernama Persaudaraan. Veronika
menyesal telah menampar, bukan karena takut balasan
lelaki yang ditamparnya, melainkan karena dirinya telah
www.facebook.com/indonesiapustaka

melakukan sesuatu yang tidak biasa. Jika tidak berhati-hati,


bisa saja akhirnya ia berpikir bahwa hidup ini indah, dan
itu akan menyakitkannya, karena tidak lama lagi ia harus
meninggalkan dunia ini.
Satu-satunya pilihan adalah menjauh dari apapun dan

62

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 62 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

siapapun, berusaha bersikap seperti dulu, mematuhi segala


aturan dan tata-tertib Villete. Ia menjalankan rutinitas
yang ditetapkan oleh rumah sakit: bangun pagi, sarapan,
jalan-jalan di taman, makan siang, pergi ke ruang duduk,
kembali jalan-jalan, kemudian makan malam, menonton
televisi, dan tidur.
Sebelum Veronika tidur, perawat selalu datang mem­
bawa obat. Perempuan-perempuan lain diberi pil; hanya
Veronika yang disuntik. Ia tidak pernah protes; ia hanya
ingin tahu mengapa begitu banyak diberi obat penenang,
padahal ia tidak pernah sulit tidur. Mereka menjelaskan,
suntikan itu bukan penenang, melainkan obat untuk jan­
tungnya.
Demikianlah, dengan mengikuti rutinitas, hari-harinya
di rumah sakit mulai terasa sama. Ketika hari terasa sama,
waktu terasa cepat berlalu; dalam dua atau tiga hari lagi ia
tidak harus menyikat gigi atau menyisir rambut. Veronika
merasakan jantungnya semakin lemah: Ia mudah sesak
napas, merasakan nyeri di dada, tidak bernafsu makan, dan
keluar tenaga sedikit saja membuat kepalanya pening.
Setelah kejadian dengan Persaudaraan itu, kadang ia
www.facebook.com/indonesiapustaka

berpikir: Bila saja aku punya pilihan, bila saja aku tahu sejak
awal bahwa penyebab hari-hariku terlihat sama adalah karena
aku memang membuatnya demikian, barangkali….
Namun jawabannya selalu sama: Tidak ada barangkali,

63

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 63 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

karena pilihan itu tidak ada. Dan ia merasa tenang kembali,


karena segalanya telah diputuskan.
Selama itu ia membina hubungan dengan Zedka (bu­
kan persahabatan, karena persahabatan membutuhkan
banyak waktu untuk dilewatkan bersama, dan itu kiranya
tidak mungkin dilakukan). Mereka bermain kartu—dan ini
membuat waktu cepat berlalu—dan kadang-kadang ber­
jalan-jalan santai di taman.

Suatu pagi, segera setelah sarapan, semua pasien keluar


untuk berjemur sesuai aturan. Namun seorang perawat
meminta Zedka kembali ke bangsal, karena hari itu ia ha­
rus menjalani pengobatan.
Veronika yang tengah sarapan dengannya mendengar
perintah itu.
”Pengobatan apa itu?”
”Pengobatan kuno, dari tahun enam puluhan, namun
menurut dokter itu bisa mempercepat kesembuhanku.
Kamu mau ikut dan melihat?”
”Kamu bilang kamu depresi. Apakah dengan pengo­
www.facebook.com/indonesiapustaka

batan yang sekarang ini tidak cukup untuk memenuhi


kekurangan zat yang kamu alami?”
”Kamu mau lihat?” desak Zedka.
Ia harus melepaskan rutinitas, pikir Veronika. Ia akan
menemukan hal baru ketika ia tidak perlu belajar apa-apa lagi—

64

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 64 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

yang ia perlukan hanyalah kesabaran. Namun rasa penasaran


lebih menguasai Veronika, sehingga ia pun mengangguk.
”Ini bukan pertunjukan, tahu,” kata perawat. ”Tapi ia
akan segera mati. Ia belum melihat segalanya. Baiklah,
biarkan ia ikut.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

65

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 65 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika memperhatikan perempuan itu, yang masih terse­nyum
dan terikat di ranjang.

”B tahu apa yang akan terjadi,” kata Zedka ke­


eri

pada seorang perawat lelaki. ”Bila tidak, ia bisa


ketakutan.”
Perawat itu berbalik dan menunjukkan alat suntik. Ia
tampak senang diperlakukan seperti dokter yang mesti
menjelaskan kepada dokter muda tentang prosedur dan
pengobatan yang tepat.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Alat suntik ini berisi dosis insulin,” katanya dengan


serius. ”Insulin biasa digunakan oleh penderita diabetes
untuk menekan glukosa darah. Tetapi kalau dosis yang
diberikan lebih besar, gula darah akan turun sehingga da­
pat mengakibatkan koma.”

66

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 66 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Ia menjentikkan jarum suntik itu agar udara keluar,


kemudian menyuntikkannya ke pembuluh kaki Zedka.
”Itulah yang akan terjadi sekarang. Ia akan memasuki
kondisi koma. Jangan takut kalau matanya terlihat kosong,
dan jangan berharap ia akan mengenalimu selama berada
di bawah pengaruh obat ini.”
”Itu mengerikan sekali, tidak berperikemanusiaan,”
kata Veronika. ”Orang berjuang melawan koma, bukan
untuk menjadi koma.”
”Orang berjuang untuk hidup, bukan untuk bunuh
diri,” timpal si perawat, tetapi Veronika pura-pura tidak
mendengar. ”Keadaan koma membuat organisme ber­
istirahat; fungsi-fungsinya menurun secara drastis, dan
segala ketegangan menghilang.”
Perawat itu terus menyuntikkan cairan sembari ber­
bicara, dan pandangan Zedka perlahan-lahan menjadi
kosong.
”Jangan khawatir,” kata Veronika kepada Zedka.
”Kamu sepenuhnya normal; ceritamu soal raja….”
”Jangan buang-buang waktu. Ia sudah tidak bisa men­
dengarkan apa-apa.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pandangan perempuan di ranjang itu, yang beberapa


saat lalu begitu ceria dan penuh semangat hidup, kini ter­
pusat pada satu titik di kejauhan, sementara busa mengalir
dari sudut mulutnya.

67

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 67 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

”Apa yang kamu lakukan?” pekik Veronika kepada


perawat tadi.
”Hanya menjalankan tugas.”
Veronika memanggil-manggil nama Zedka, berteriak-
teriak, dan mengancam akan melaporkan kejadian itu ke­
pada polisi, pers, dan organisasi hak asasi manusia.
”Tenanglah. Kamu memang berada di rumah sakit
jiwa, tetapi kamu harus tetap mematuhi aturan.”
Veronika melihat keseriusan perawat itu, dan ia takut.
Tetapi karena tidak ada yang dipedulikannya lagi, ia terus
berteriak-teriak.
www.facebook.com/indonesiapustaka

68

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 68 4/13/2018 10:08:16 AM


Dari ranjangnya Zedka bisa melihat seluruh bangsal beserta
ranjang-ranjangnya, semuanya kosong kecuali tempat di mana ia
diikat, dan seorang gadis berdiri terbelalak di sisinya. Gadis itu
tidak tahu bahwa manusia yang tergolek di ranjang itu masih
hidup dan seluruh fungsi biologisnya berjalan sempurna, hanya saja
jiwa­n ya melayang-layang hampir menyentuh langit-langit,
merasakan kedamaian yang begitu da­lam.

Z edka tengah mengalami perjalanan astral, kejadian


yang mengejutkannya ketika pertama kali diberi
insulin shock. Ia tidak pernah menceritakan pengalaman itu
kepada siapapun; ia hanya bermaksud menyembuhkan
depresinya, dan setelah sehat ia akan segera meninggalkan
tempat itu untuk selamanya. Bila ia bercerita jiwanya me­
www.facebook.com/indonesiapustaka

layang-layang meninggalkan raganya, tentu ia akan di­


anggap gila, lebih daripada ketika pertama kali datang ke
Villete. Namun segera setelah jiwa dan raganya menyatu
kembali, ia mengkaji dua hal: insulin shock dan perasaan
melayang-layang di angkasa.

69

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 69 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Tidak banyak tulisan mengenai terapi itu. Pertama kali


diterapkan sekitar tahun 1930, terapi ini sudah dilarang
sama sekali di rumah sakit jiwa, karena bisa menimbulkan
efek buruk yang tak tersembuhkan bagi pasien. Suatu ke­
tika, sewaktu menemui Dr Igor di ruang praktiknya,
Zedka mendengar percakapan tentang hal tersebut antara
Dr Igor dan salah seorang pemilik rumah sakit. ”Itu tin­
dakan kriminal,” kata Dr Igor. ”Ya, tapi murah dan cepat!”
jawab orang itu. ”Lagipula, siapa yang peduli dengan hak
orang gila? Tidak ada seorang pun yang akan menuntut.”
Meskipun demikian, sebagian dokter masih mengang­
gap terapi itu sebagai cara cepat untuk menyembuhkan
depresi. Zedka telah mencari tahu berbagai hal dan me­
minjam tulisan apa saja mengenai insulin shock, khususnya
pengalaman pasien yang pernah mengalaminya langsung.
Ceritanya selalu sama: mengerikan dan semakin mengeri­
kan; tidak seorang pun dari mereka pernah mengalami apa
yang dialaminya saat itu.
Ia menyimpulkan—dan memang benar—tidak ada
hubungannya antara insulin dan kesadaran yang hilang
meninggalkan raganya. Sebaliknya, pengobatan itu cen­
www.facebook.com/indonesiapustaka

derung menekan kapasitas mental pasien.

Zedka mulai mencari tahu tentang eksistensi jiwa, di­


bacanya buku-buku mengenai okultisme, dan kemudian

70

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 70 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

suatu hari ia menemukan tulisan panjang yang mengurai­


kan dengan tepat apa yang dialaminya: Itulah yang disebut
sebagai ”perjalanan astral”, dan banyak orang pernah
mengalaminya. Sebagian dari mereka memilih mening­
galkan perjalanan tersebut, sebagian lagi justru mengem­
bangkan teknik agar bisa menikmatinya. Kini Zedka hafal
teknik itu, dan setiap malam ia memanfaatkannya untuk
pergi ke mana saja ia suka.
Cerita mengenai pengalaman dan visi itu beragam,
tetapi semuanya memiliki penjelasan yang sama: keadaan
ganjil, suara yang menyayat ketika jiwa dan raga berpisah,
yang kemudian disertai guncangan, hilangnya kesadaran
seketika, kemudian timbul kedamaian dan kenikmatan
ketika jiwa mengapung di udara, dan ada seuntai benang
perak yang menghubungkan jiwa yang mengapung itu de­
ngan raga, benang yang dapat diulur tanpa batas, walau­
pun ada legenda (dalam buku, tentu saja) yang me­
ngatakan orang akan mati jika benang itu dibiarkan
terputus.
Tetapi pengalaman Zedka memperlihatkan, ia bisa
pergi ke mana saja dan benang itu tidak pernah putus. Se­
www.facebook.com/indonesiapustaka

cara umum buku yang dibacanya banyak membantu me­


mahami cara melakukan perjalanan astral itu. Misalnya, ia
paham bahwa jika ingin berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, ia harus berkonsentrasi memproyeksikan diri
kepada ruang, membayangkan dengan persis tempat yang

71

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 71 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

ingin didatanginya. Tidak seperti rute pesawat terbang—di


mana pesawat berpindah dari satu tempat dan menempuh
jarak tertentu ke tempat lain—perjalanan astral melewati
lorong-lorong misterius. Bayangkanlah kita berada di suatu
tempat, kemudian menembus satu lorong dengan ke­
cepatan tinggi, dan tempat lain akan terbentang.
Dari buku-buku pula Zedka tahu adanya makhluk-
makhluk penghuni ruangan sehingga ia tidak takut lagi.
Hari ini, tidak ada satu makhluk pun di dalam bangsal.
Ketika pertama kali ia meninggalkan raganya, ada banyak
makhluk yang menonton, yang terhibur melihat keter­
kejutannya.
Mula-mula ia mengira mereka adalah orang-orang
yang telah mati, hantu yang bergentayangan di rumah sakit
itu. Kemudian, lewat buku dan pengalaman pribadinya,
Zedka menyadari bahwa, walaupun memang ada sejumlah
arwah bergentayangan di sana, di antara orang-orang itu
ada yang benar-benar masih hidup seperti dirinya, dan bisa
jadi mereka adalah orang-orang yang sudah menguasai
teknik meninggalkan raga, atau orang-orang yang sama
sekali tidak menyadari apa yang dialami, karena di dunia
www.facebook.com/indonesiapustaka

lain mereka tengah lelap tertidur sementara jiwa mereka


bebas menjelajahi dunia.
Hari ini—tahu sekarang merupakan perjalanan astral­
nya yang terakhir dengan menggunakan insulin, karena
ketika mengunjungi Dr Igor ia sempat mendengar dokter

72

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 72 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

itu mengatakan sudah siap mengeluarkan dirinya dari ru­


mah sakit—Zedka sempat memutuskan untuk tetap ber­
ada di Villete. Namun kiranya ia bakal meninggalkan pintu
gerbang rumah sakit dan tidak akan pernah kembali lagi,
tidak juga arwahnya, dan ia akan mengucapkan se­lamat
tinggal.
Mengucapkan selamat tinggal. Inilah bagian yang
benar-benar sulit. Sekali berada di rumah sakit jiwa, orang
akan terbiasa dengan kebebasan yang ada di dunia orang
gila, kecanduan kebebasan semacam itu. Kita tidak punya
tanggung jawab lagi, tidak perlu berjuang mencari nafkah,
tidak terganggu tugas yang itu-itu juga. Orang boleh
menghabiskan waktu berjam-jam memandangi foto atau
membuat gambar sesuka hati. Apapun yang dilakukan
akan dimaklumi, karena orang itu sakit jiwa. Seperti di­
saksikan oleh Zedka sendiri, sebagian besar penghuni
terlihat membaik setelah berada di rumah sakit. Mereka
tidak perlu lagi menyembunyikan gejala-gejala penyakit­
nya, dan suasana ”kekeluargaan” di situ membantu me­
reka menerima gangguan saraf dan jiwa yang dialami.
Awalnya Zedka senang dengan situasi di Villete, bah­
www.facebook.com/indonesiapustaka

kan sempat memutuskan akan tetap bergabung dengan


kelompok Persaudaraan sekalipun telah sembuh. Namun
ia menyadari dirinya masih bisa menikmati apa saja di luar
Villete asalkan mau menghadapi tantangan hidup sehari-
hari. Seperti kata orang, yang mesti dilakukan hanyalah

73

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 73 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

mengendalikan kewarasan. Kita boleh menangis, cemas,


atau marah sebagaimana orang normal, asalkan kita sadar
bahwa di atas sana jiwa kita terbahak-bahak melihat ke­
sulitan yang kita hadapi.
Zedka kiranya akan segera pulang ke rumah, kembali
ke anak-anak dan suaminya, bagian dari kehidupan yang
menyenangkan baginya. Tentu akan sulit memperoleh pe­
kerjaan lagi; apalagi di kota kecil seperti Ljubljana berita
menyebar dengan cepat. Kabar dirinya dirawat di rumah
sakit jiwa sudah diketahui banyak orang. Tetapi suaminya
berpenghasilan cukup, dan ia bisa menghabiskan waktunya
dengan melakukan perjalanan astral, sekalipun tanpa
bantuan insulin yang berbahaya itu.
Satu hal yang tak ingin dialaminya lagi: peristiwa yang
menjadi alasan mengapa ia dirawat di rumah sakit jiwa.
Depresi.
Para dokter bilang ada satu zat yang baru ditemukan,
serotonin, komponen yang bertanggung jawab terhadap
perasaan manusia. Kurangnya kadar serotonin mem­
pengaruhi kemampuan orang untuk berkonsentrasi pada
pekerjaan, tidur, makan, dan menikmati hidup. Jika zat ini
www.facebook.com/indonesiapustaka

sama sekali tidak ada, orang akan merasa putus asa, pe­
simis, gagal, lesu, cemas, sulit mengambil keputusan, dan
akhirnya tenggelam dalam kesenduan, yang selanjutnya
dapat mengakibatkan apatis atau bunuh diri.
Sementara itu para dokter yang konservatif berpen­

74

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 74 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

dapat, perubahan drastis apapun dalam hidup ini bisa


menimbulkan depresi—pindah ke negara lain, kehilangan
orang yang dicintai, perceraian, atau meningkatnya tun­
tutan kerja dan keluarga. Penelitian terbaru, yang didasar­
kan pada jumlah penghuni rumah sakit jiwa selama musim
dingin dan musim panas, menyimpulkan, kekurangan sinar
matahari juga bisa mengakibatkan munculnya depresi.
Namun dalam kasus Zedka alasannya lebih sederhana:
ada lelaki di masa lalunya, lebih tepatnya khayalan tentang
seorang lelaki yang dikenalnya di masa silam.

Betapa bodohnya. Menjadi depresi dan gila karena lelaki


yang keberadaannya hingga kini tidak jelas. Dulu, di masa
muda, ia jatuh cinta setengah mati, karena, seperti gadis
pada umumnya, Zedka ingin merasakan kasih tak sampai.
Namun tidak seperti teman-temannya yang hanya
mengkhayalkan kasih tak sampai itu, Zedka bertekad me­
wujudkan khayalannya. Lelaki itu tinggal di negeri se­
berang. Dijualnya segala miliknya agar bisa mengunjungi
dan bersatu dengan lelaki itu. Ternyata lelaki pujaannya itu
www.facebook.com/indonesiapustaka

sudah menikah dan Zedka rela menjadi simpanannya, dan


diam-diam berencana menjadikan lelaki itu sebagai suami­
nya. Lelaki yang sibuk itu hampir-hampir tidak punya
waktu luang, tetapi Zedka tetap setia menunggu di hotel

75

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 75 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

murahan siang dan malam, menanti dering telepon yang


amat jarang terdengar.
Walaupun Zedka bertekad bulat mengorbankan apa
pun demi cinta, hubungan itu tetap bertepuk sebelah ta­
ngan. Lelaki itu tidak pernah mengatakan sesuatu secara
langsung, hingga suatu hari Zedka menyadari kehadiran­
nya tak lagi diharapkan, dan ia pun kembali ke Slovenia.
Beberapa bulan ia tidak bernafsu makan dan hanya
mengenang saat-saat bersama lelaki pujaannya itu, meng­
ingat kembali masa-masa indah yang dirasakannya di ran­
jang, berusaha meyakinkan diri bahwa hubungan itu kelak
akan terjalin. Teman-teman Zedka mengkhawatirkan kon­
disinya, tetapi sesuatu di hatinya mengatakan bahwa itu
hanyalah fase yang akan berlalu; berubahnya seseorang
membutuhkan pengorbanan, dan Zedka tidak keberatan
membayarnya. Demikianlah, suatu pagi ia bangun tidur
dengan semangat hidup baru; untuk pertama kalinya ia
makan dengan lahap dan berusaha mencari pekerjaan. Ia
tidak hanya mendapat pekerjaan, melainkan juga lelaki
tampan yang cerdas dan banyak dikejar perempuan. Se­
tahun kemudian mereka menikah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Teman-teman perempuannya kagum dan iri kepada­


nya. Keduanya hidup bahagia di sebuah rumah yang nya­
man, dengan halaman menghadap ke sungai yang mengalir
melalui Ljubljana. Mereka mempunyai anak dan berlibur ke
Austria atau Italia di musim panas.

76

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 76 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Ketika Slovenia memutuskan memisahkan diri dari


Yugoslavia, suaminya masuk wajib militer. Zedka berasal
dari Serbia—musuh Slovenia—sehingga hidupnya seakan
mulai berantakan. Dalam sepuluh hari yang menegangkan,
ketika prajurit menyiapkan konfrontasi dan tidak seorang
pun tahu apa yang bakal terjadi dengan deklarasi kemer­
dekaan itu, dan seberapa banyak darah akan tumpah,
Zedka menyadari betapa ia mencintai suaminya itu. Se­
panjang waktu ia berdoa, memohon kepada Tuhan yang
sebelumnya tidak pernah terasa dekat namun kini merupa­
kan satu-satunya harapan. Ia berjanji akan melakukan apa
saja asalkan suaminya bisa kembali dengan selamat.

Demikianlah. Suaminya kembali dengan selamat, anak-


anak mereka bersekolah dan diajarkan bahasa Slovenia,
dan ancaman perang beralih ke Kroasia, republik tetangga.
Tiga tahun berlalu. Perang antara Yugoslavia dan
Kroasia berpindah ke Bosnia, dan laporan menyebutkan
adanya pembunuhan massal oleh orang-orang Serbia.
Menurut Zedka, tidak adil mencap satu bangsa sebagai
www.facebook.com/indonesiapustaka

penjahat gara-gara perbuatan segelintir orang gila. Tiba-


tiba hidup memberi makna baru, yang sebelumnya tidak
pernah dialami oleh Zedka. Ia membela bangsanya dengan
kebanggaan dan keberanian yang menggelora, menulis
artikel di suratkabar, muncul di televisi, menggelar konfe­

77

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 77 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

rensi-konferensi. Tidak satu pun usahanya yang mem­


buahkan hasil, dan sampai kini orang masih menganggap
Serbia bertanggung jawab atas kekejaman tersebut, namun
Zedka tahu ia telah berusaha dan tidak dapat membiarkan
saudara-saudaranya berada dalam kesulitan seperti itu. Ia
masih bisa mendapatkan dukungan dari suaminya yang
orang Slovenia, anak-anaknya, dan orang-orang yang tidak
termanipulasi propaganda pihak manapun.

Suatu malam Zedka berjalan melintasi patung Preseren,


pujangga besar asal Slovenia, membayangkan kehidupan
lelaki itu. Ketika berusia 34 tahun, Preseren pergi ke gereja
dan melihat seorang gadis remaja, Julia Primic, dan ia pun
jatuh cinta. Sebagaimana pujangga lama, ia mulai menulis
puisi untuk si gadis dan berharap suatu hari nanti akan
menikahi pujaan hatinya itu.
Ternyata Julia adalah putri keluarga kelas-menengah
atas. Selain di gereja Preseren tidak pernah berkesempatan
mendekati Julia. Namun pertemuan di gereja itu memberi
inspirasi bagi puisi Preseren yang terbaik, yang membuat
www.facebook.com/indonesiapustaka

namanya menjadi legenda. Di tengah alun-alun kecil di


Ljubljana, patung pujangga itu menatap sesuatu. Jika kita
mengikuti arah tatapannya itu, kita akan melihat, di se­
berang lapangan, pahatan wajah seorang perempuan di
sebuah batu di salah satu rumah. Itulah tempat tinggal

78

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 78 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Julia. Bahkan setelah mati pun, Preseren tetap menatap


kekasihnya yang tak sampai itu.
Apa jadinya bila pujangga itu berjuang sedikit lebih
keras?
Jantung Zedka berdetak keras. Mungkin ini firasat
buruk, salah seorang anaknya mungkin celaka. Ia segera
berlari pulang, ternyata mereka tengah menonton televisi
sambil makan popcorn.
Kesedihan itu ternyata tidak juga sirna. Zedka ber­
baring dan tidur selama hampir 12 jam, dan ketika terba­
ngun ia tidak ingin bangkit. Cerita mengenai Preseren
membangkitkan kembali khayalannya tentang kekasihnya
yang hilang, yang tidak pernah lagi menghubunginya.
Zedka bertanya dalam hati: Apakah aku sudah cukup
memperjuangkannya? Apakah harus kuterima saja diriku
menjadi simpanannya, dan tidak usah berharap banyak?
Apakah aku telah memperjuangkan cinta pertamaku se­
perti aku membela bangsaku?
Zedka berusaha tenang dan meyakinkan dirinya bah­
wa ia telah cukup berjuang, tetapi kesedihan itu tidak juga
berlalu. Apa yang semula terlihat bagai surga—rumah di
www.facebook.com/indonesiapustaka

tepi sungai, suami yang dicintainya, anak-anak yang me­


nonton televisi sambil makan popcorn—perlahan berubah
menjadi neraka.

***

79

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 79 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Kini, setelah banyak melakukan perjalanan astral dan


mengalami pergulatan batin, Zedka menyadari semua itu
tidak masuk akal. Ia memanfaatkan kisah kasih tak sam­
painya itu sebagai alasan, sebagai dalih untuk melepaskan
diri dari kehidupan yang dijalaninya, kehidupan yang jauh
dari apa yang diharapkan.
Namun duabelas bulan yang lalu, situasinya begitu
berbeda: Ia mati-matian mencari kekasihnya yang jauh itu,
menghabiskan banyak uang untuk menelepon ke luar
negeri, tetapi lelaki itu tidak lagi tinggal di kota yang sama,
dan mustahil menemukannya kembali. Dihubunginya se­
mua teman kekasihnya itu, tetapi tidak seorang pun tahu
di mana ia berada.
Suaminya sama sekali tidak menyadari apa yang te­
ngah terjadi, dan itu semakin membuat Zedka kesal, ka­
rena mestinya lelaki itu mencium sesuatu, bertindak, me­
negur, dan mengancam akan mengusirnya. Ia mulai
merasa yakin bahwa operator telepon internasional, tu­
kang pos, dan semua teman-temannya telah disuap oleh
suaminya untuk pura-pura tidak tahu apa-apa. Dijualnya
mas kawin dan dibelinya tiket pesawat, hingga seseorang
www.facebook.com/indonesiapustaka

mengingatkan bahwa Amerika itu sangat luas dan tidak


ada gunanya pergi ke sana tanpa tujuan yang jelas.
Suatu malam Zedka berbaring, merasakan pedihnya
cinta yang bertepuk sebelah tangan, bahkan hingga ke
masa sebelum ia kembali ke kehidupan rutin di Ljubljana.

80

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 80 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Sepanjang malam dan dua hari berikutnya ia mengurung


diri di kamar. Pada hari ketiga suaminya—dengan penuh
perhatian dan khawatir terhadap kondisinya—memanggil
seorang dokter. Benarkah ia tidak tahu Zedka berusaha
menghubungi lelaki lain untuk berzina, mempertaruhkan
kehormatannya sebagai istri dengan menjadi simpanan
orang lain, meninggalkan Ljubljana, rumah, dan anak-anak
untuk selamanya?
Dokter datang. Zedka histeris, mengunci pintu, dan
baru membukanya setelah dokter pergi. Seminggu kemu­
dian ia sudah tidak mampu bangkit dari ranjang dan
menggunakan kamarnya sebagai toilet. Ia tidak dapat ber­
pikir lagi; kepalanya dipenuhi angan-angan tentang lelaki
itu, yang ia yakin juga tidak berhasil mencarinya.
Suaminyalah yang mengganti sprei, menyisir rambut­
nya, dan menenangkannya. Anak-anak tidak berani lagi
masuk ke kamarnya sejak ia menampar salah satu dari me­
reka tanpa alasan, dan kemudian berlutut, mencium kaki
anaknya, memohon maaf sambil merobek-robek gaun
tidurnya untuk menunjukkan penyesalan dan keputus­
asaannya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Seminggu kemudian, setelah ia menolak makanan


yang disajikan, terombang-ambing antara khayalan dan
kenyataan, terjaga sepanjang malam dan tidur sepanjang
hari, dua lelaki memasuki kamarnya tanpa mengetuk pin­
tu. Seorang dari mereka meringkusnya, sementara yang

81

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 81 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

lain memberinya suntikan, dan ketika terbangun ia sudah


berada di Villete.
”Depresi,” Zedka mendengar dokter berkata kepada
suaminya. ”Kadang itu timbul akibat hal sepele, misalnya
kekurungan zat kimia tertentu, seperti serotonin, dalam
organisme.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

82

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 82 4/13/2018 10:08:16 AM


Dari langit-langit bangsal Zedka melihat seorang perawat men­
dekat, alat suntik di tangannya. Gadis itu masih berdiri di sana,
berusaha mengajak raga­nya bicara, cemas melihat tatapan matanya
yang kosong. Sempat terbersit keinginan untuk menje­las­kan apa
yang terjadi, namun ia berubah pikir­an; orang tidak pernah bisa
belajar dari ce­rita orang lain, mereka harus mengalami sendiri.

P erawatmenyuntik lengan Zedka dengan glukosa.


Seperti direnggut dari langit-langit, jiwanya menyu­
suri lorong gelap dan kembali menyatu dengan raganya.
”Halo Veronika.”
Gadis itu ketakutan.
”Kamu baik-baik saja?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Ya, aku baik-baik saja. Untunglah aku selamat dari


pengobatan yang berbahaya ini, tetapi ini untuk terakhir
kalinya.”
”Bagaimana kamu tahu? Di sini kehendak pasien
sama sekali tidak dihargai.”

83

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 83 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Zedka tahu karena dalam perjalanan astralnya ia men­


datangi kantor Dr Igor.
”Aku tidak bisa menjelaskan, tetapi aku tahu. Kamu
ingat pertanyaan pertamaku kepadamu?”
”Ya, kamu tanya apakah aku tidak tahu apa artinya
gila.”
”Tepat. Kali ini aku tidak akan bercerita apa-apa. Aku
cuma mau bilang, kegilaan adalah ketidakmampuan me­
ngomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ke­
tika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan me­
mahami apa saja yang terjadi di sekitarmu, tetapi kamu
tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui atau ban­
tuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti
bahasa setempat.”
”Kita semua pernah mengalaminya.”
”Kita semua, apapun bentuknya, adalah gila.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

84

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 84 4/13/2018 10:08:16 AM


Di luar jendela berkisi langit bertabur bintang, dan bulan sabit
nongol dari balik pegunungan. Para pujangga menyukai bulan
purnama; ribuan puisi meng­ung­kapkan itu, tetapi Veronika paling
suka bulan sabit, karena masih ada ruang untuk tumbuh,
membesar, memenuhi seluruh permu­kaan dengan cahaya, sebelum
akhirnya menyu­sut.

M itu ia ingin memainkan piano di ruang duduk,


alam

mengalunkan sonata indah yang pernah dipelajari­


nya di sekolah. Ketika memandang langit, ada perasaan
yang sulit diungkapkan, seakan jagat raya menyingkapkan
keabadiannya kepada Veronika. Namun keinginannya itu
tertahan pintu besi dan perempuan yang selalu membaca
www.facebook.com/indonesiapustaka

buku itu. Lagipula, tidak seorang pun yang memainkan


piano di malam seperti itu; semua tetangga bisa terba­
ngun.
Veronika tertawa. ”Tetangga”-nya adalah orang-orang
gila, dan mereka semua terlelap akibat obat tidur.

85

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 85 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Walaupun demikian keinginan itu masih ada. Ia bang­


kit dan mendekati ranjang Zedka, tetapi perempuan itu
tampaknya juga tidur lelap. Mungkin sudah pulih dari ke­
jadian yang menyeramkan tadi.
”Kembali ke ranjang,” kata perawat. ”Anak manis
biasanya mimpi tentang bidadari atau pacar.”
”Jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Aku bukan
orang gila penurut yang bisa kamu takuti; aku liar, histeris,
bahkan tidak menghargai hidupku sendiri atau hidup
orang lain. Hari ini aku lebih bersemangat. Aku melihat
bulan, aku ingin bebicara dengan seseorang.”
Perawat itu menatap Veronika, terkejut melihat reaksi
gadis itu.
”Kamu takut aku?” tanya Veronika. ”Dua hari lagi
aku akan mati; apa risiko yang mesti kutanggung?”
”Kamu boleh jalan-jalan, Sayang, biar kuselesaikan
buku ini.”
”Ini penjara dengan penjaga yang pura-pura membaca
buku supaya terlihat pintar. Kenyataannya ia memperhati­
kan setiap gerak-gerik orang di dalam bangsal dan meme­
gang kunci seperti benda berharga. Begitulah aturannya,
www.facebook.com/indonesiapustaka

dan ia harus mematuhi aturan itu. Dengan begitu ia seolah


punya kekuasaan, sesuatu yang tidak dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari terhadap suami dan anak-anaknya.”
Veronika gemetar tanpa tahu penyebabnya.
”Kunci?” tanya perawat itu. ”Pintu itu selalu terbuka.

86

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 86 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Kamu pikir aku mau terkunci dalam ruangan penuh pa­


sien sakit jiwa?”

Apa maksudnya pintu terbuka? Beberapa hari lalu aku ingin


keluar dari sini dan perempuan itu bahkan menemaniku ke kamar
kecil. Apa maksudnya?
”Jangan anggap aku terlalu serius,” kata si perawat.
”Sebetulnya di sini kami tidak terlalu membutuhkan ke­
amanan, karena ada obat penenang yang kami berikan.
Kamu gemetar. Dingin?”
”Entahlah. Mungkin jantungku.”
”Kalau mau, kamu boleh jalan-jalan.”
”Aku ingin main piano.”
”Ruang duduk letaknya cukup terpisah, kamu tidak
akan mengganggu orang lain. Lakukan saja apa yang kamu
mau.”
Veronika yang tadi gemetar sekarang terisak lirih. Ia
berlutut dan menelungkupkan kepala ke pangkuan perem­
puan itu, menangis sesenggukan.
Perawat itu meletakkan buku yang dibacanya dan
membelai rambut Veronika, membiarkan gadis itu me­
www.facebook.com/indonesiapustaka

luapkan perasaannya. Selama setengah jam mereka duduk,


yang satu menangis yang satu menenangkan, meskipun
keduanya tidak tahu mengapa atau apa yang terjadi.
Isak Veronika akhirnya berhenti. Perawat membantu­
nya berdiri, merangkul dan membimbingnya ke pintu.

87

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 87 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

”Aku punya anak perempuan seusiamu. Ketika kamu


dibawa ke sini dengan banyak selang dan infus di tubuh­
mu, aku bertanya-tanya mengapa gadis cantik ini, dengan
kehidupan terbentang di hadapannya, ingin merenggut
nyawanya sendiri? Kemudian mulai terdengar bermacam-
macam rumor: tentang surat yang kamu tulis, yang aku
yakin bukan itu motif di balik usahamu bunuh diri, lalu
tentang hidupmu yang tinggal beberapa waktu lagi karena
gangguan di jantungmu tidak dapat disembuhkan. Sosok
putriku melekat dalam pikiran: Bagaimana bila ia juga me­
lakukan hal yang sama? Mengapa orang-orang tertentu
berusaha melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
hukum alam, yakni berjuang untuk bertahan hidup apa­
pun yang terjadi?”
”Itulah sebabnya mengapa aku menangis,” sahut
Veronika. ”Ketika kuminum pil-pil itu, aku ingin mem­
bunuh orang yang kubenci. Aku tidak tahu ada Veronika
lain dalam diriku, Veronika yang kusayangi.”
”Apa yang membuat orang benci diri sendiri?”
”Sifat pengecut barangkali. Atau mungkin takut ber­
tindak salah, atau tidak dapat memenuhi harapan orang
www.facebook.com/indonesiapustaka

lain. Beberapa waktu lalu aku sangat bahagia, lupa bahwa


kematian akan segera menjemput; kemudian, ketika sadar
akan situasi yang kuhadapi, aku merasa takut.”
Perawat membuka pintu dan Veronika keluar.

88

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 88 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Kenapa ia menanyakan itu? Apa yang ia mau dengan coba me­


mahami kenapa aku menangis? Apakah ia tidak sadar bahwa
aku juga manusia normal, yang punya keinginan dan ketakutan
seperti orang lain, dan bahwa pertanyaan seperti itu, meski kini
sudah terlambat, bisa membuatku panik?
Sewaktu berjalan menyusuri koridor, yang sama
remang-remangnya dengan bangsal, Veronika menyadari
semuanya sudah terlambat: Ia tidak dapat lagi mengendali­
kan ketakutannya.
Aku harus dapat menguasai diri. Aku orang yang selalu ber­
pegang teguh kepada keputusan yang kuambil, orang yang selalu
mempertimbangkan segalanya.
Benar, selama hidupnya Veronika selalu mempertim­
bangkan konsekuensi banyak hal, tetapi hanya untuk
urusan yang sepele, seperti mengulur-ulur pertengkaran
yang kiranya mudah diselesaikan dengan sepotong kata
maaf, atau tidak mau menelepon lelaki yang dicintainya
hanya karena ia berpikir tidak ada masa depan bagi hu­
bungan mereka. Ia berpendirian teguh terhadap hal-hal
sepele, seakan ingin membuktikan pada dirinya betapa
kuat dan teguhnya dia, padahal sebenarnya ia adalah pe­
www.facebook.com/indonesiapustaka

rempuan rapuh yang tidak pernah berprestasi di sekolah,


tidak menonjol di bidang olahraga, dan tidak pernah ber­
hasil menciptakan suasana tentram di rumah.
Ia bisa mengatasi hal-hal kecil, namun takluk terhadap
persoalan yang mendasar. Ia berusaha terlihat mandiri,

89

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 89 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

padahal sebenarnya perlu orang lain. Ketika memasuki


suatu ruangan, semua orang menoleh kepadanya, namun
setiap malam ia sendirian, di dalam biara, menonton tele­
visi yang tidak pernah benar-benar disimaknya. Ia mem­
beri kesan kepada teman-temannya sebagai perempuan
yang patut dicemburui, dan seluruh tenaganya dicurahkan
untuk menjaga citra yang dibentuknya sendiri.
Lantaran itulah ia tidak pernah memiliki tenaga lagi
untuk dirinya sendiri, pribadi yang, seperti semua orang di
dunia, perlu kehadiran orang lain untuk bisa merasa ba­
hagia. Tetapi orang lain sulit dimengerti. Mereka memberi
reaksi yang tidak terduga, melindungi diri dengan dinding-
dinding kaku. Seperti Veronika, mereka seolah tidak pe­
duli terhadap apapun. Ketika seseorang bersifat lebih
terbuka, orang lain menolak kehadirannya atau membuat­
nya menderita, menganggap orang itu rendah, lugu.
Mungkin Veronika berhasil memberi kesan dirinya
tegar dan teguh, tetapi apa hasilnya? Hampa. Sendiri. Di
Villete. Di ruang tunggu kematian.
Penyesalan Veronika atas tindakan bunuh dirinya
muncul kembali, tetapi ia segera menepisnya jauh-jauh.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kini ia merasakan sesuatu yang selama ini tidak pernah ia


biarkan larut dalam dirinya: kebencian.
Kebencian. Sesuatu yang hampir-hampir berwujud
fisik seperti dinding, piano, atau perawat. Ia seolah nyaris
mampu menyentuh tenaga penghancur itu, yang keluar

90

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 90 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

dari tubuhnya. Ia biarkan perasaan itu menyeruak, tidak


peduli apakah itu baik atau buruk; ia lelah dengan apa
yang disebut pengendalian diri, topeng, sikap baik.
Veronika ingin menghabiskan hidupnya yang tinggal dua
atau tiga hari lagi itu untuk bersikap seburuk mungkin.
Ia sudah memulainya dengan menampar wajah si
lelaki tua, menangis di hadapan perawat; ia tidak mau lagi
bersikap manis dan berbicara dengan orang lain ketika
ingin sendiri; sekarang ia bebas merasakan kebencian,
meskipun tidak bersikap bodoh dengan membanting
benda-benda di sekitarnya atau menghabiskan sisa hidup­
nya di bawah pengaruh penenang dan tergolek di ranjang
bangsal.
Saat itu ia benci segalanya: dirinya, dunia, kursi di ha­
dapannya, radiator rusak yang teronggok di koridor,
orang-orang baik, penjahat. Ia berada di rumah sakit jiwa,
dan karena itu ia boleh merasakan apa saja yang biasa di­
tutupi orang. Kita dididik untuk saling menyayangi,
menerima, mencari jalan penyelesaian atas berbagai per­
soalan, dan menghindari konflik. Veronika benci segala­
nya, terutama caranya menjalani hidup selama ini, yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

tidak pernah berusaha menemukan ratusan Veronika lain


dalam dirinya yang menarik, gila, penuh rasa ingin tahu,
berani, dan tegas.
Kemudian ia mulai membenci orang yang paling di­
cintainya di dunia ini: ibunya. Seorang istri yang baik, yang

91

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 91 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

bekerja sepanjang hari dan mencuci piring di malam hari,


mengorbankan hidupnya agar putrinya mendapatkan pen­
didikan yang baik, mahir memainkan piano dan biola,
bergaun seperti putri, memakai sepatu dan jeans model
terbaru, sementara dirinya sendiri mengenakan baju yang
sama selama bertahun-tahun.
Bagaimana mungkin aku membenci orang yang mencintaiku?
pikir Veronika bingung, mencoba memahami kembali pe­
rasaannya. Namun terlambat; kebencian itu sudah lolos
dari ikatannya; ia telah membuka pintu neraka dirinya sen­
diri. Ia benci cinta yang diberikan kepadanya, karena cinta
itu tidak menuntut balas apa-apa, dan itu tidak masuk akal,
tidak nyata, melawan hukum alam.
Cinta tanpa pamrih telah membuatnya penuh rasa
bersalah, ingin memenuhi harapan orang lain, meski itu
berarti mengorbankan semua mimpinya. Cintalah yang
selama bertahun-tahun menghindarkan dirinya dari ber­
bagai kesulitan dan eksploitasi terselubung yang ada di
dunia ini, tanpa menyadari suatu hari nanti ia akan di­
hadapkan kepadanya, dan ternyata ia tidak berdaya me­
lawannya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dan ayahnya? Ia juga benci ayahnya, karena, tidak se­


perti ibunya yang bekerja sepanjang waktu, ia menikmati
hidup; ia suka mengajaknya ke bar, ke bioskop, bersenang-
senang bersama; dan waktu ayahnya masih muda, diam-
diam Veronika mencintainya; bukan seperti cinta kepada

92

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 92 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

bapak, melainkan kepada lelaki lain. Ia benci ayahnya ka­


rena lelaki itu begitu menarik dan terbuka kepada siapa
pun kecuali ibunya, satu-satunya orang yang mestinya
justru diperlakukan dengan manis.
Veronika benci segalanya. Perpustakaan dengan tum­
pukan buku yang penuh uraian tentang kehidupan; se­
kolah yang memaksanya mengerjakan soal-soal aljabar
sepanjang malam, meski ia belum pernah melihat orang—
selain guru dan ahli matematika—yang memerlukan
aljabar supaya bisa bahagia. Mengapa mereka mengajarkan
terlalu banyak aljabar atau geometri atau setumpuk pela­
jaran tak berguna lainnya?

Veronika mendorong pintu ruang duduk, menghampiri


piano, membuka penutupnya, dan dengan segenap pe­
rasaan menekan tutsnya. Nada tak beraturan menggema
di ruangan kosong itu, mengguncang dinding-dindingnya
dan memantul kembali ke dalam diri Veronika, seakan
mencabik-cabik jiwanya. Itulah gambaran paling tepat
suasana batinnya saat itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika terus menekan-nekan tuts, dan nada tak ber­


aturan itu kembali menggema di sekelilingnya.
”Aku gila. Aku boleh melakukan ini. Aku boleh mem­
benci, aku boleh memainkan piano keras-keras. Sejak ka­
pan pasien gila bisa memainkan piano dengan benar?”

93

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 93 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Ia terus memainkan piano, sekali, dua kali, sepuluh


kali, dua puluh kali, dan makin lama ia bertingkah demi­
kian, kebencian yang dirasakannya makin luruh hingga
akhirnya lenyap.

Kemudian, sekali lagi, kedamaian yang dalam membanjiri


dirinya. Veronika memandang kembali langit berbintang
dan bulan sabit, kesukaannya, yang memancarkan cahaya
lembut ke dalam ruangan di mana ia berada. Ketakber­
hinggaan dan keabadian seolah berjalan berdampingan;
kita hanya memerlukan satu saja di antara keduanya—
misalnya, jagat-raya tanpa batas—agar dapat merasakan
keberadaan yang lain: Waktu yang tak pernah berakhir, tak
pernah berlalu, yang ada hanya Kini, di mana segala ra­
hasia kehidupan ini berada. Ketika berjalan meninggalkan
bangsal menuju ke ruang duduk itu, Veronika merasakan
kebencian yang mendalam, tetapi kini perasaan itu tidak
lagi bersarang di hatinya. Akhirnya ia berhasil membiarkan
perasaan negatif itu keluar, perasaan yang selama ber­
tahun-tahun terpendam dalam jiwanya. Ia benar-benar
www.facebook.com/indonesiapustaka

telah merasakannya, dan perasaan itu tidak pernah ada lagi,


perasaan itu kiranya telah sirna.

***

94

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 94 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Veronika duduk membisu, menikmati kekinian, membiar­


kan cinta memenuhi relung kosong yang telah ditinggal­
kan kebencian. Ketika merasa saatnya telah tiba, ia me­
noleh ke arah bulan dan memainkan sonata sebagai
penghormatan, karena ia tahu bulan akan mendengarkan
dan bangga, sehingga bintang-bintang iri dibuatnya. Ke­
mudian Veronika memainkan musik untuk bintang-bin­
tang, taman, dan pegunungan yang tak tampak di ke­
gelapan, tetapi ia tahu ada di seberang sana.
Ketika ia memainkan musik untuk taman, muncullah
orang gila lain: Eduard, penderita skizofrenia. Ia tidak ta­
kut; ia justru tersenyum, dan terkejut melihat lelaki itu
membalas senyumannya.
Musik yang ia mainkan rupanya dapat menyelusup ke
dalam dunia lelaki itu, yang amat jauh, lebih jauh daripada
sang bulan; musik itu kiranya bahkan dapat menimbulkan
keajaiban.
www.facebook.com/indonesiapustaka

95

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 95 4/13/2018 10:08:16 AM


”Aku harus membeli gantungan kunci lagi,” pikir Dr Igor ketika
membuka ruang praktiknya di Villete. Gantungan kunci yang
lama hancur berkeping-keping, hiasan ber­bentuk perisai dari logam
itu telah terjatuh ke lantai.

D r Igor
membungkuk mengambilnya. Apa yang ha­
rus dilakukan dengan hiasan perisai lambang
Ljubljana itu? Bisa saja ia buang hiasan itu, meskipun ia
bisa memperbaikinya dan memesankan tali gantungan
baru dari kulit, atau diberikan kepada keponakannya. Dua
hal yang terakhir sama-sama tak masuk akal. Gantungan
kunci toh tidak mahal, dan keponakannya tidak tertarik
www.facebook.com/indonesiapustaka

dengan perisai itu; sepanjang waktu anak itu menonton


televisi atau asyik dengan mainan elektronik yang diimpor
dari Italia. Lantaran belum dapat memutuskan apa yang
akan dilakukannya, Dr Igor mengantungi benda itu; nanti
akan dipikirkan lagi.

96

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 96 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

Lantaran sifatnya itulah ia menjadi direktur rumah


sakit, bukan pasien, karena ia selalu berpikir masak-masak
sebelum mengambil keputusan.
Ia menyalakan lampu; waktu itu sudah masuk musim
dingin, matahari terbit lebih siang. Perpindahan, per­
ceraian, dan ketiadaan cahaya merupakan sumber utama
meningkatnya kasus depresi. Dr Igor berharap musim
semi tiba lebih awal agar separo masalahnya terselesaikan.
Ia memeriksa agenda hari itu. Perlu dicari cara agar
Eduard tidak mati kelaparan; skizofrenia membuat Eduard
sulit diduga, sekarang ini ia tidak mau makan. Dr Igor su­
dah memerintahkan agar ia diinfus, tetapi ia tentu tidak
bisa terus-menerus melakukannya. Eduard adalah lelaki
kuat berusia dua puluh delapan tahun. Walaupun diberi
makanan intravena dengan tetesan empat kali lebih cepat,
lama-kelamaan ia akan kurus juga.
Lalu apa kata ayah Eduard nanti? Ia adalah salah se­
orang duta besar muda Slovenia yang terkemuka, salah
seorang tokoh yang turut bernegosiasi dengan Yugoslavia
pada awal 1990-an. Tetapi selama bertahun-tahun ia be­
kerja untuk Pemerintah Belgrad, tidak peduli pada pen­
www.facebook.com/indonesiapustaka

cemoohnya, orang-orang yang menuduhnya bekerja un­


tuk lawan. Ia masih anggota korps diplomatik, hanya saja
kali ini mewakili negara lain. Ia sangat berpengaruh dan
disegani oleh banyak orang.
Sejenak Dr Igor merasa cemas, seperti ketika ia men­

97

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 97 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

cemaskan perisai pada gantungan kuncinya, tetapi ia se­


gera mengusir perasaan itu. Sang duta besar tidak peduli
keadaan Eduard; ia tidak akan mengajak anaknya itu ke
acara-acara resmi atau membawanya ke negara di mana ia
ditugaskan. Eduard berada di Villete, dan selamanya akan
di situ, atau setidaknya selama ayahnya berpenghasilan
besar.
Dr Igor memutuskan menghentikan pemberian ma­
kanan intravena dan membiarkan Eduard mengurus hing­
ga ia mau makan kembali. Bila kondisinya memburuk, ia
akan menulis surat dan menyerahkan tanggung jawab ke­
pada dewan dokter yang mengelola Villete. ”Cara terbaik
menghindari masalah adalah dengan membagi tanggung
jawab,” demikian ayahnya mengajarkan. Ayahnya juga se­
orang dokter, yang meskipun sudah banyak orang yang
mati di tangannya, ia tidak pernah berurusan dengan pe­
nguasa.

Setelah memberi perintah agar pengobatan Eduard di­


hentikan, Dr Igor menangani kasus lain. Menurut laporan,
www.facebook.com/indonesiapustaka

Zedka Mendel sudah selesai menjalani pengobatan dan


boleh meninggalkan rumah sakit. Ia ingin memeriksa sen­
diri. Tidak ada yang ditakuti oleh dokter selain tuntutan
keluarga pasien yang pernah dirawat di Villete, dan itu
hampir selalu terjadi, karena pasien biasanya tidak berhasil

98

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 98 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

menyesuaikan diri dengan kehidupan normal setelah be­


berapa waktu dirawat di rumah sakit jiwa.
Tentu saja itu bukan kesalahan pihak rumah sakit,
demikian juga halnya dengan rumah sakit di seluruh muka
bumi ini; masalah penyesuaian selalu sama di mana saja.
Seperti halnya penjara yang tidak pernah berhasil mengu­
bah narapidana menjadi orang baik—di sana mereka
justru belajar melakukan kejahatan—rumah sakit jiwa pun
demikian, membuat pasien terbiasa dengan dunia maya, di
mana segalanya bebas dilakukan dan tidak seorang pun
harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Hanya ada satu jalan keluar: menemukan obat untuk
menyembuhkan kegilaan. Dan itulah yang menjadi cita-
cita Dr Igor, mengembangkan tesis yang kiranya akan
mengubah dunia psikiatri. Di rumah sakit jiwa, pasien se­
mentara yang berbaur dengan mereka yang tak tersem­
buhkan akan mengalami proses degenerasi sosial, yang
sekali terjadi akan sulit dihentikan. Kelak Zedka Mendel
kiranya akan kembali ke rumah sakit itu, kali ini atas ke­
hendaknya sendiri, dengan keluhan penyakit yang tak jelas,
hanya sebagai alasan agar bisa berada di tengah orang-
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang yang sepertinya lebih bisa memahaminya daripada


orang-orang di dunia luar.
Bila ia berhasil menemukan cara untuk mengalahkan
Vitriol, racun yang menurut Dr Igor merupakan penyebab
kegilaan, namanya tentu akan dicatat dalam sejarah, dan

99

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 99 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

akhirnya orang mengenal Slovenia. Minggu itu ia mem­


peroleh kesempatan emas dalam bentuk niat bunuh diri;
ia tidak mau kehilangan kesempatan itu hanya demi uang.

Dr Igor sangat gembira. Karena alasan ekonomi ia mau


menerima pengobatan tertentu, seperti insulin shock, misal­
nya, pengobatan yang sudah lama dilarang di dunia ke­
dokteran, tetapi karena alasan ekonomi pula Villete perlu
mengupayakan pengobatan jenis baru. Waktu dan tenaga
para staf untuk melakukan riset tentang vitriol sudah ter­
sedia, seperti halnya izin pemilik rumah sakit yang mem­
biarkan satu kelompok yang menamakan diri Persaudaraan
tetap tinggal di rumah sakit. Para pemegang saham me­
nenggang—catat kata ini baik-baik, bukan ”mendorong”
melainkan ”menenggang”—pasien tinggal lebih lama dari­
pada semestinya. Menurut mereka, demi alasan kemanu­
siaan, pasien yang baru sembuh perlu diberi kesempatan
menentukan kapan saat yang tepat kembali ke dunia luar,
dan ini membuat sebagian pasien memutuskan tetap ber­
ada di Villete, seolah tempat itu adalah hotel atau klub
www.facebook.com/indonesiapustaka

bagi orang-orang yang punya minat sama. Karena itu Dr


Igor membiarkan mereka yang gila dan yang waras tinggal
bersama agar yang waras memberi pengaruh positif ke­
pada yang gila. Dan untuk mencegah terjadinya degenerasi
dan menghentikan efek negatif kelompok gila terhadap

10 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 100 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

yang sudah disembuhkan, setiap anggota Persaudaraan


harus meninggalkan rumah sakit setidaknya sekali dalam
sehari.
Dr Igor tahu, alasan para pemegang saham membiar­
kan pasien sehat berada di rumah sakit—”alasan ke­
manusiaan” kata mereka—hanyalah dalih belaka. Mereka
takut bila Ljubljana, ibukota Slovenia yang mungil dan
indah itu, tidak punya cukup orang kaya gila untuk me­
nopang kelangsungan hidup gedung modern itu, yang
mahal. Selain itu, sistem kesehatan pemerintah lebih ba­
nyak membangun rumah sakit jiwa kelas satu, sistem yang
tidak menguntungkan Villete di pasar kesehatan mental.
Ketika para pemegang saham memutuskan mengubah
barak tua itu menjadi rumah sakit, target pasar mereka
adalah kaum perempuan dan lelaki korban perang dengan
Yugoslavia. Namun peperangan itu ternyata berlangsung
singkat. Pemegang saham yakin perang akan kembali
pecah, tetapi ternyata tidak.
Lebih daripada itu, penelitian terbaru menunjukkan,
walaupun peperangan menimbulkan korban psikologis,
namun jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan, misal­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya, korban stres, rasa jemu, penyakit bawaan, kesepian,


dan penolakan. Ketika masyarakat menghadapi persoalan
besar—seperti perang, hiperinflasi, atau wabah penyakit—
angka bunuh diri sedikit meningkat, tetapi kasus depresi,
paranoia, dan psikosis menurun. Keadaan ini kembali nor­

10 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 101 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

mal seiring dengan membaiknya situasi, hal yang me­


nunjukkan, setidaknya menurut Dr Igor, orang membiar­
kan dirinya menjadi gila hanya bila mereka dalam kondisi
yang memungkinkannya menjadi gila.
Sebelumnya Dr Igor memperoleh hasil survei terbaru
lainnya, kali ini berasal dari Kanada, negara yang menurut
suratkabar Amerika mempunyai standar hidup paling
tinggi. Dr Igor membaca:

Menurut Statistik Kanada, 40% orang berusia antara 15 dan


34, 33% antara 35 dan 54, serta 20% antara 55 dan 64
mengalami gangguan mental. Diperkirakan, satu dari lima
individu menderita beberapa gangguan psikiatri dan satu
dari delapan warga Kanada akan menjalani perawatan, se­
tidaknya sekali dalam seumur hidup akibat gangguan
mental.

Mereka punya pasar lebih besar daripada di sini, pikir Dr Igor.


Semakin besar kemungkinan seseorang bahagia, semakin tidak
www.facebook.com/indonesiapustaka

bahagia orang itu.

Dr Igor menganalisis beberapa kasus lagi, memikirkan


baik-baik apa yang mesti dibicarakan dengan dewan dan

10 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 102 4/13/2018 10:08:16 AM


Veronika Memutuskan Mati

apa yang mesti diatasi sendiri. Ketika ia menyelesaikan


pekerjaannya itu, hari sudah terang, dan ia pun mematikan
lampu.
Ia segera memulai pekerjaannya dengan memenuhi
janji pertama hari itu: ibu pasien yang mencoba bunuh
diri.
”Saya ibu Veronika. Bagaimana keadaan putri saya?”
Dr Igor berpikir mestikah ia mengemukakan keadaan
yang sebenarnya, supaya perempuan itu nantinya tidak
terkejut—apalagi ia punya anak perempuan bernama sama.
Namun ia memutuskan tidak mengungkapkan apa-apa.
”Kami belum tahu,” dokter itu berbohong. ”Perlu
seminggu lagi.”
”Saya tidak tahu kenapa Veronika melakukan itu,”
ungkap si perempuan dengan berurai air mata. ”Kami se­
nantiasa menyayanginya, mengorbankan apa saja demi
memberikan yang terbaik baginya. Meski hubungan saya
dan suami mengalami pasang-surut, kami selalu berusaha
tetap bersatu untuk memberi contoh agar tabah meng­
hadapi cobaan. Ia punya pekerjaan yang bagus, cantik,
tapi….”
www.facebook.com/indonesiapustaka

” …tapi ia mencoba bunuh diri,” sambung Dr Igor.


”Tidak perlu terkejut; demikianlah adanya. Manusia tidak
bisa mengelola kebahagiaannya sendiri. Saya bisa tunjuk­
kan statistik Kanada.”
”Kanada?”

10 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 103 4/13/2018 10:08:16 AM


Paulo Coelho

Perempuan itu tampak terkejut. Dr Igor mengerti ia


harus mengalihkan perhatian ibu Veronika dan melanjut­
kan pembicaraan.
”Anda datang bukan untuk mencari tahu tentang
kondisi putri Anda, melainkan gundah karena ia mencoba
bunuh diri. Berapa usianya?”
”Dua puluh empat.”
”Ia sudah cukup dewasa, perempuan matang yang
tahu apa yang diinginkan dan sepenuhnya mampu me­
nentukan pilihannya. Apa hubungannya dengan per­
kawinan dan pengorbanan yang Anda dan suami lakukan
untuknya? Sudah berapa lama ia tinggal sendiri?”
”Enam tahun.”
”Betul kan? Ia pada dasarnya mandiri. Namun, gara-
gara seorang dokter asal Austria—Dr Sigmund Freud,
saya yakin Anda pernah mendengarnya—menulis tentang
hubungan tak sehat antara orangtua dan anak, sekarang ini
orang masih menyalahkan diri sendiri atas apa yang ter­
jadi. Bayangkan, apakah orang Indian percaya anak yang
menjadi pembunuh adalah korban asuhan orangtua? Coba
jawab.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Entahlah, saya sama sekali tidak tahu,” jawab perem­


puan itu, yang bingung melihat sikap dokter di hadapan­
nya. Mungkin ia terpengaruh pasiennya.
”Baiklah, akan saya jelaskan,” kata Dr Igor. ”Orang
Indian berkeyakinan, si pembunuhlah yang bersalah, bu­

10 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 104 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

kan lingkungan atau orangtuanya, bukan pula nenek-


moyangnya. Apakah orang Jepang bunuh diri karena anak
mereka memakai narkoba dan menembak orang? Ja­
wabannya sama saja: tidak! Dan, seperti kita tahu, orang
Jepang bunuh diri dalam sekejap mata. Pernah saya baca
ada anak muda di Jepang bunuh diri karena gagal masuk
perguruan tinggi.”
”Apakah saya boleh bicara dengan putri saya?” tanya
perempuan itu, yang tidak tertarik dengan cerita tentang
orang Jepang, Indian, atau Kanada.
”Ya, ya, sebentar,” Dr Igor sedikit kesal karena pem­
bicaraannya dipotong. ”Tapi saya ingin Anda memahami
satu hal: selain akibat penyakit patologis, orang menjadi
gila bila berusaha melepaskan diri dari rutinitas. Anda me­
ngerti?”
”Ya,” jawab perempuan itu. ”Dan jika Anda pikir saya
tidak mampu menjaganya, percayalah, saya tidak akan
pernah berusaha mengubah hidup saya.”
”Bagus.” Dr Igor tampak lega. ”Bisa Anda bayangkan,
apa jadinya dunia ini jika kita tidak harus mengulang hal
yang sama setiap hari? Seandainya, misalnya, kita semua
www.facebook.com/indonesiapustaka

memutuskan makan hanya bila kita lapar, apa yang akan


dilakukan oleh ibu rumah tangga dan restoran?”
Tentunya lebih baik bila kita makan hanya ketika lapar,
pikir perempuan itu, tetapi ia diam saja, takut bila tidak
diizinkan menemui Veronika.

10 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 105 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

”Well, tentu akan sangat membingungkan,” kata pe­


rempuan itu akhirnya. ”Saya ibu rumah tangga, saya bisa
membayangkan.”
”Demikianlah, kita makan pagi, makan siang, dan dan
makan malam. Kita bangun pada jam tertentu dan istira­
hat seminggu sekali. Ada hari Natal agar kita bisa mem­
beri hadiah kepada orang lain, ada hari Paskah agar kita
bisa berlibur ke tepi danau. Bagaimana bila suami Anda
tiba-tiba bergairah dan ingin bercinta di ruang duduk?”
Perempuan itu tertegun: Bicara apa orang ini? Aku da­
tang untuk menemui anakku.
”Kiranya sangat tidak patut,” jawab perempuan itu
hati-hati, takut salah memberi jawaban.
”Bagus,” seru Dr Igor. ”Ranjanglah tempat yang tepat
untuk bercinta. Bercinta di tempat lain merupakan peri­
laku yang buruk dan bisa mendorong timbulnya anarki.”
”Boleh saya bertemu putri saya?” kata perempuan itu.
Dr Igor bangkit. Orang udik ini kiranya tidak akan
pernah bisa memahami penjelasannya; ia tidak tertarik
diskusi tentang kegilaan dari segi filosofis, meskipun ia
tahu putrinya mencoba bunuh diri dan berada dalam ke­
www.facebook.com/indonesiapustaka

adaan koma.
Dr Igor membunyikan bel dan sekretarisnya muncul.
”Panggil perempuan muda yang mencoba bunuh diri
itu,” katanya. ”Yang menulis untuk suratkabar bahwa ia
bunuh diri agar Slovenia dimasukkan ke dalam peta.”

10 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 106 4/13/2018 10:08:17 AM


”Aku tidak mau menemuinya. Aku sudah memu­tuskan hu­bungan
dengan dunia luar.”

T mudah mengucapkan kata-kata itu di hadapan


idak

orang banyak. Tetapi perawat lelaki itu tidak mem­


beri tahu Veronika dengan suara pelan, ia malah berteriak
keras-keras bahwa ibunya menunggu, ingin bertemu de­
ngannya, seakan-akan orang lain juga perlu tahu.
Veronika tidak ingin menemui ibunya; itu kiranya
www.facebook.com/indonesiapustaka

akan membuat kedua belah pihak merasa tidak enak. Se­


baiknya ibunya menganggap dia sudah mati. Veronika
paling tidak suka bila harus mengucapkan selamat tinggal.
Perawat tadi keluar lagi dan Veronika kembali me­
mandangi pegunungan. Setelah seminggu menghilang

10 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 107 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

matahari akhirnya nongol lagi, dan ia tahu itu sejak tadi


malam karena bulan membisikkannya sewaktu ia memain­
kan piano.
Tidak, itu gila, aku lepas kendali. Planet tidak ber­
bicara, atau mungkin berbicara hanya kepada astrolog
penyendiri. Kalaupun bulan berbicara, mungkin hanya
kepada penderita skizofrenia.
Ketika memikirkan itu ada rasa nyeri menusuk dada­
nya hingga lengannya mati rasa. Kepalanya pening. Se­
rangan jantung!
Ada perasaan suka-cita dalam diri Veronika, seakan
kematian akhirnya membebaskan dia dari rasa takut atas
kematian itu sendiri. Sekarang segalanya berakhir. Mung­
kin masih akan ada rasa sakit, tetapi apalah artinya pen­
deritaan selama lima menit dibandingkan dengan ke­
damaian yang abadi? Satu-satunya reaksi yang bisa
dilakukan adalah memejamkan mata: ia paling benci me­
lihat orang mati dengan mata terbuka seperti di film-film
yang ditontonnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tetapi serangan jantung itu berbeda dengan yang di­


bayangkan oleh Veronika; napasnya tersengal-sengal, dan
ia ngeri menyadari dirinya akan mengalami apa yang pa­
ling ditakutinya: mati lemas. Ia akan mati seperti dikubur
hidup-hidup atau ditenggelamkan ke dalam lautan.

10 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 108 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

***

Ia tersandung, jatuh, merasakan benturan keras di muka­


nya, berusaha sekuat tenaga menghirup napas, tetapi tidak
ada udara yang masuk. Lebih parah lagi, kematian itu tidak
datang juga. Ia sepenuhnya sadar apa yang terjadi di se­
kitarnya, ia masih bisa melihat berbagai warna dan bentuk,
meskipun sulit mendengarkan apa yang diucapkan oleh
orang; pekikan dan teriakan terdengar begitu jauh, seperti­
nya datang dari dunia lain. Selain itu, semuanya begitu
nyata; udara yang dihirupnya tidak bisa masuk ke paru-
paru, tidak mematuhi perintah paru-paru dan otot-otot­
nya, tetapi ia tetap tidak kehilangan kesadaran.

Terasa ada seseorang menyentuh dan membalikkan tu­


buhnya, tetapi kini Veronika kehilangan kendali atas ge­
rakan matanya, bola matanya berkedip-kedip cepat, me­
ngirimkan ratusan citra ke otaknya, yang memadukan
kesulitan bernapas dan kebingungan.
Beberapa saat kemudian ratusan citra tadi seperti
www.facebook.com/indonesiapustaka

menjauh, dan ketika derita mencapai puncaknya, tiba-tiba


udara dapat menembus paru-parunya, menimbulkan suara
yang membuat semua orang di ruangan itu terpaku ke­
takutan.

10 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 109 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

***

Veronika mulai muntah banyak. Ketika peristiwa yang


nyaris menjadi tragedi itu berlalu, beberapa orang gila yang
ada di sana tertawa sehingga Veronika merasa dipermalu­
kan, tidak tahu apa yang terjadi dan tidak mampu ber­
gerak.
Seorang perawat mendekat dan memberi Veronika
suntikan di lengan.
”Tidak apa-apa, sudah selesai.”
”Aku tidak mati!” Veronika berteriak, merangkak ke
arah orang-orang tadi, mengotori lantai dan perabotan
dengan muntahannya. ”Aku masih berada di rumah sakit
brengsek ini, dipaksa tinggal bersama kalian, merasakan
ribuan kematian tiap hari, dan tidak seorang pun dari ka­
lian yang punya rasa belas kasihan.”
Dia berbalik ke arah perawat, merenggut alat suntik­
nya dan melemparkannya ke taman.
”Apa yang kamu mau? Kenapa tidak kamu suntik saja
aku dengan racun, aku kan sudah dikutuk mati? Di mana
perasaanmu?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tidak mampu lagi menguasai diri, Veronika terduduk


di lantai dan meraung-raung tanpa kendali, berteriak, me­
nangis keras-keras, sementara pasien-pasien lain tertawa
dan mengomentari bajunya yang kotor.

110

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 110 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Beri ia penenang,” kata dokter yang segera meng­


hampiri. ”Atasi keadaan seperti ini.”
Tetapi si perawat mematung di tempatnya. Dokter
keluar dan datang kembali disertai dua perawat lelaki dan
alat suntik. Kedua lelaki itu meringkus Veronika, yang
meronta-ronta di tengah ruangan, sementara dokter me­
nyuntikkan tetes terakhir obat penenang di lengan
Veronika, yang dikotori muntahan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

111

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 111 4/13/2018 10:08:17 AM


Ia berada di ruang praktik Dr Igor, berbaring di atas ranjang
bersprei putih bersih tanpa noda.

D r Igor
memeriksa detak jantungnya. Veronika pura-
pura tidur, tetapi barangkali sesuatu di dalam
tubuhnya telah berubah, karena dokter itu terdengar ber­
gumam:
”Jangan khawatir. Dalam kondisi kesehatanmu seperti
sekarang ini, kamu masih bisa hidup sampai 100 tahun.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika membuka mata. Ada yang telah melepaskan


pakaiannya. Siapa? Dr Igor? Apakah itu berarti dokter te­
lah melihatnya telanjang? Otaknya tidak dapat bekerja
dengan baik.
”Apa?”

112

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 112 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Aku bilang, kamu jangan khawatir.”


”Bukan, Anda bilang aku bisa hidup sampai 100 ta­
hun?”
Dokter itu kembali ke meja kerjanya.
”Anda bilang aku bisa hidup sampai 100 tahun?”
ulang Veronika.
”Di dunia kedokteran tidak ada yang pasti,” jawab Dr
Igor, berusaha menutupi sesuatu. ”Segalanya mungkin saja
terjadi.”
”Bagaimana keadaan jantungku?”
”Masih sama.”
Veronika tidak perlu tahu lebih banyak. Ketika di­
hadapkan pada kasus serius, dokter selalu bilang: ”Kamu
bisa hidup sampai 100 tahun,” atau ”Tak ada yang serius,”
atau ”Jantung dan tekanan darahmu masih seperti orang
muda,” atau bahkan ”Kita perlu melakukan pemeriksaan
ulang.” Mungkin mereka takut bila pasien menjadi panik
di ruang praktik.
Veronika berusaha bangkit, tetapi tidak mampu; se­
luruh ruangan terasa berputar.
”Berbaringlah barang sebentar sampai kamu merasa
www.facebook.com/indonesiapustaka

lebih baik. Aku tidak terganggu.”


Bagus, pikir Veronika, tetapi bagaimana bila aku yang
justru terganggu?

***

113

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 113 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

Sebagai dokter yang berpengalaman, Dr Igor diam selama


beberapa waktu, pura-pura membaca koran di mejanya.
Ketika kita berdekatan dengan seseorang tetapi tidak ada
percakapan, suasana terasa tidak menyenangkan, tegang,
dan mengesalkan. Dr Igor berharap Veronika mau bicara
agar ia bisa mengumpulkan data untuk tesisnya tentang
kegilaan dan pengobatan yang tengah ia kembangkan.
Namun Veronika tidak mengucapkan sepatah kata
pun. Mungkin ia masih dalam pengaruh vitriol yang sangat tinggi,
pikir Dr Igor. Ia pun memecah keheningan, yang makin
lama makin tidak menyenangkan, tegang, dan mengesal­
kan.
”Kamu suka main piano, ya?” kata Dr Igor, berusaha
sedatar mungkin.
”Dan orang gila juga suka. Kemarin ada seorang lelaki
yang terpaku mendengarkan.”
”Ya, Eduard. Ia bilang suka sekali mendengarnya.
Siapa tahu ia mau makan lagi.”
”Penderita skizofrenia suka musik? Dan ia juga bisa
bercerita?”
”Ya. Kurasa kamu tidak mengerti apa-apa tentang
www.facebook.com/indonesiapustaka

itu.”
Dokter, yang lebih terlihat seperti pasien, dengan
rambut disemir hitam, memang benar. Veronika sering
mendengar kata ‘skizofrenia’, tetapi ia tidak tahu apa arti­
nya.

114

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 114 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Apakah bisa disembuhkan?” tanyanya ingin tahu


lebih jauh.
”Bisa dikendalikan. Kita belum tahu banyak apa yang
ada dalam dunia orang gila. Segala sesuatunya masih baru,
dan pengobatannya juga berubah-ubah setiap dekade.
Penderita skizofrenia cenderung meninggalkan dunia ini
sampai suatu faktor, bisa serius bisa sepele, bergantung
pada kondisi individu masing-masing, mendorong mereka
menciptakan realitasnya sendiri. Keadaan ini bisa ber­
kembang menjadi keterasingan penuh, yang kita sebut
sebagai katatonia. Tetapi ada pula yang bisa sembuh, se­
tidaknya bisa bekerja dan menjalani hidup secara normal.
Semua itu bergantung pada satu hal: lingkungan.”
”Kata Anda, mereka membangun realitas sendiri,”
kata Veronika, ”tetapi apa itu realitas?”
”Apa saja yang dikehendaki oleh masyarakat umum.
Tidak perlu yang terbaik atau yang paling logis, tetapi yang
sesuai dengan keinginan masyarakat umum. Kamu lihat
apa yang kupakai di leher ini?”
”Maksud Anda, dasi?”
”Tepat. Jawabanmu itu logis, jawaban yang tentunya
www.facebook.com/indonesiapustaka

diberikan oleh orang normal: Ini adalah seutas dasi! Tetapi


orang gila akan mengatakan apa yang kukalungkan di leher
ini konyol, selembar kain berwarna tanpa makna yang
diikat dengan cara rumit, yang membuat kita sulit ber­
napas dan menoleh. Aku harus berhati-hati jika berada di

115

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 115 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

dekat kipas angin, karena bisa tercekik bila kain ini ter­
sangkut.
”Jika orang gila bertanya apa gunanya dasi, aku akan
menjawab, sama sekali tidak ada. Ini bahkan bukan lagi
sekadar hiasan, karena benda ini sekarang telah menjadi
simbol perbudakan, kekuasaan, keangkuhan. Satu-satunya
fungsi dasi adalah memberi rasa lega ketika kita pulang ke
rumah dengan melepaskannya; rasanya seperti terbebas
dari sesuatu, meskipun kita sendiri tidak tahu sesuatu itu
apa.
”Tetapi, apakah rasa lega itu menjadi pengabsah ke­
beradaan dasi? Tidak. Tetapi jika kutanya kepada orang
gila dan orang waras apakah benda ini, orang waras tentu
akan menjawab: ‘Seutas dasi’. Tidak jadi soal siapa yang
tepat, yang penting adalah siapa yang benar.”
”Jadi, hanya karena aku menyebut selembar kain ber­
warna yang Anda pakai itu dengan benar, Anda menyim­
pulkan bahwa saya tidak gila.”

Tidak, kamu tidak gila, pikir Dr Igor, yang menguasai


www.facebook.com/indonesiapustaka

bidangnya dengan berbagai diploma yang tergantung di


dinding ruang konsultasinya. Berusaha bunuh diri me­
rupakan sesuatu yang lumrah; banyak orang melakukan­
nya, dan mereka hidup di luar rumah sakit, berpura-pura
tidak bersalah dan normal-normal saja, karena mereka

116

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 116 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

tidak memilih cara bunuh diri yang berbau skandal. Me­


reka bunuh diri secara perlahan-lahan dengan meracuni
diri menggunakan apa yang oleh Dr Igor disebut Vitriol.
Vitriol merupakan zat beracun yang gejalanya bisa
dilihat pada lelaki maupun perempuan yang pernah di­
temuinya. Kini ia tengah menulis tesis mengenai zat ter­
sebut, yang akan diserahkan kepada Slovenian Academy
of Sciences untuk diuji. Tesis ini merupakan langkah ter­
penting dalam studi tentang penyakit jiwa sejak Dr Pinel
menyatakan pasien jangan dibelenggu, satu pernyataan
yang mengejutkan dunia kedokteran, karena muncul pe­
mikiran sebagian orang gila mungkin bisa disembuhkan.
Seperti halnya libido—reaksi kimia yang berkaitan
dengan gairah seksual yang ditemukan oleh Dr Freud, na­
mun tidak pernah melewati uji laboratorium—Vitriol di­
keluarkan oleh tubuh ketika orang berada dalam situasi
yang mencekam, kendati masih memerlukan pengujian
spektografi. Zat ini mudah dikenali dari rasanya, bukan
manis bukan enak, melainkan getir. Dr Igor, yang belum
dikenal namanya dan penemu zat fatal ini, menyebutnya
sebagai racun yang pada zaman dulu banyak digunakan
www.facebook.com/indonesiapustaka

oleh para kaisar, raja, dan kekasih yang ingin menyingkir­


kan seseorang.
Zaman keemasan, zaman para kaisar dan raja, adalah
masa di mana orang bisa hidup dan mati dengan romantis.
Pembunuh mengundang korbannya ke jamuan makan ma­

117

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 117 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

lam, pelayan menuangkan minuman untuknya dengan


gelas yang indah, dan minuman itu dibubuhi Vitriol. Ba­
yangkan rasa puas tuan rumah melihat setiap gerak-gerik
si korban, mengambil gelas, berbicara sebentar, meneguk
minuman lezat, dan untuk terakhir kalinya menatap si tuan
rumah sebelum akhirnya jatuh terkulai di lantai.
Tetapi racun itu, yang sekarang amat mahal dan sulit
didapat, digantikan oleh metode yang lebih mudah—
pistol, bakteri, dan sebagainya. Dr Igor yang romantis
mengambil nama itu untuk penyakit jiwa yang ia diagnosa,
dan penemuannya itu akan membuat dunia tercengang.
Aneh juga tidak seorang pun yang menyebut Vitriol
sebagai racun mematikan, meski sebagian besar orang
yang terkena bisa membedakan rasanya dan menyebut
proses keracunan itu sebagai kegetiran. Seberapapun
kadarnya, setiap orang mengalami kegetiran diri, seperti
halnya kita semua mengandung basil tuberkulosis. Namun
dua penyakit ini hanya menyerang orang yang dalam
keadaan lemah: kegetiran menyerang orang yang takut
menghadapi kenyataan.
Orang-orang tertentu, yang ingin membentuk dunia
www.facebook.com/indonesiapustaka

yang kebal ancaman dari luar, membangun perlindungan


yang berlebihan atas dunia luar, orang asing, tempat baru,
pengalaman baru, dan membiarkan dunia batinnya ter­
cabik. Inilah awal kegetiran mulai menyerang dan tidak
dapat ditarik lagi.

118

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 118 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Kemauan merupakan target utama kegetiran itu (atau


Vitriol, sebagaimana Dr Igor lebih suka menyebutnya).
Orang yang terserang racun ini mulai kehilangan gairah,
dan dalam beberapa tahun tidak mampu meninggalkan
dunianya, yang dengan sepenuh tenaga dilindunginya de­
ngan dinding tinggi hingga kenyataan yang diinginkannya
terbangun.
Untuk menghindari serangan dari luar, mereka juga
membatasi perkembangan batin. Mereka tetap bekerja,
menonton televisi, mempunyai anak, mengeluhkan lalu-
lintas, tetapi semua itu berlangsung otomatis, tanpa di­
sertai perasaan tertentu, karena semuanya terkendali.
Masalah terbesar gangguan ini adalah hilangnya pe­
rasaan—benci, cinta, antusias. Tidak lama kemudian pen­
derita tidak punya gairah sama sekali. Ia tidak punya gairah
untuk hidup maupun mati, itulah masalahnya.

Itulah sebabnya penderita selalu terpesona oleh sosok


pahlawan atau orang gila, karena keduanya tidak takut
hidup maupun mati. Baik pahlawan maupun orang gila
www.facebook.com/indonesiapustaka

tidak peduli bahaya yang mengancam dan terus maju


tanpa mendengar ocehan orang lain. Orang gila bunuh
diri, pahlawan mempertaruhkan nyawa, keduanya sama-
sama mati, dan si penderita melewatkan siang-malam un­
tuk merenungkan keanehan dan keagungan kedua orang

119

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 119 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

itu. Pada saat seperti itu, penderita memanjat tembok pe­


lindungnya, mengintip dunia luar, namun tangan dan
kakinya tidak sanggup menopang, sehingga ia kembali ke
dalam kehidupannya.
Penderita kronis merasakan penyakitnya seminggu
sekali, pada hari Minggu siang. Tanpa pekerjaan atau
rutinitas, yang biasanya mengalihkan perhatian dari gejala
yang ada, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres,
karena mereka gelisah sepanjang siang itu, yang begitu
membosankan, dan merasa benar-benar jengkel.
Tetapi hari Senin datang juga, dan gejala tersebut ti­
dak lagi diingatnya, meskipun ia kesal karena merasa tidak
punya waktu cukup untuk beristirahat, dan mengeluh
akhir pekan berlalu terlalu cepat.
Dari sudut pandang sosial, satu-satunya keuntungan
penyakit ini adalah ia menjadi kebiasaan umum, tidak
perlu perawatan di rumah sakit, kecuali jika penyakitnya
terlalu parah sehingga perilaku pasien mengganggu orang
lain. Orang yang sangat terganggu pun bisa saja hidup di
luar sana tanpa mengganggu masyarakat atau orang lain,
karena tembok tinggi yang membentenginya benar-benar
www.facebook.com/indonesiapustaka

mengisolasi dirinya dari dunia luar, meskipun tampaknya


ia berada di dunia luar itu.
Dr Sigmund Freud menemukan libido, dan penyem­
buhan masalah yang ditimbulkannya dalam bentuk psiko­
analisis. Selain menemukan Vitriol, Dr Igor perlu mem­

12 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 120 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

buktikan kemungkinan penyembuhan penyakit itu. Ia


ingin menggoreskan tinta dalam sejarah kedokteran,
meskipun terbayang betapa sulitnya mempublikasikan hasil
pemikirannya itu, karena orang ”normal” sudah puas de­
ngan hidupnya dan tentu tidak pernah mau mengakui
adanya gangguan tersebut, sementara ”penyakit” itu mem­
beri keuntungan bagi industri rumah sakit jiwa, labora­
torium, konferensi, dan sebagainya.
Aku tahu, dunia tidak akan menerima jerih-payahku, kata­
nya dalam hati, bangga karena orang lain tidak bisa me­
ngerti dia. Bagaimanapun, itulah harga yang harus dibayar
oleh setiap orang jenius.

”Ada yang tidak beres, Dokter?” tanya Veronika. ”Ke­


lihatannya Anda hanyut dalam dunia pasien Anda.”
Dr Igor mengabaikan komentar yang tidak sopan itu.
”Kamu boleh keluar,” katanya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

12 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 121 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika tidak tahu saat itu pagi atau malam. Dr Igor telah
menyalakan lampu, tetapi dokter itu biasa menyalakan lampu di
pagi hari. Ketika menyusuri koridor dan melihat bulan sabit baru­
lah ia sadar dirinya telah tidur begitu lama.

D perjalanan menuju ke bangsal, Veronika me­


alam

lihat selembar foto berpigura yang tergantung di


dinding: Foto alun-alun Ljubljana sebelum patung
Preseren ditempatkan; tampak beberapa pasangan tengah
berjalan, mungkin waktu itu hari Minggu.
Ia melihat tanggal pada foto itu: musim panas 1910.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Musim panas 1910. Dari orang-orang yang terpam­


pang di foto itu, ada yang anak dan cucunya telah mati,
tertancap di suatu masa dalam kehidupan mereka. Para
perempuan mengenakan gaun yang mengembang dan
para lelaki memakai topi, jaket, sepatu panjang selutut,

12 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 122 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

dasi (atau ”sepotong kain berwarna”, kata orang gila), dan


mengempit payung di bawah ketiak mereka.
Seberapa panaskah waktu itu? Mungkin suhunya se­
perti di musim panas sekarang ini, sembilan puluh lima
derajat fahrenheit. Bila orang Inggris mengenakan pakaian
musim panas—seperti celana Bermuda dan baju lengan
pendek—apa yang kiranya dipikirkan oleh orang-orang
dalam foto itu?
”Barangkali ia gila.”
Veronika memahami betul apa yang dimaksudkan
oleh Dr Igor, sebagaimana ia memahami bahwa, meski­
pun ia selalu merasa dicintai dan dilindungi, ada sesuatu
yang hilang, yang semestinya bisa mengubah cinta-kasih
itu menjadi berkah: Seharusnya ia membiarkan dirinya se­
dikit lebih gila.
Orangtua Veronika tentu masih menyayanginya, tetapi
karena takut menyakiti mereka Veronika tidak berani me­
ngejar mimpinya. Mimpi itu kini terkubur dalam ingatan,
meskipun sesekali bangkit kembali oleh konser atau musik
indah yang didengarnya. Pada saat-saat seperti itu, pe­
rasaan frustrasinya begitu dalam, sehingga dengan segera
www.facebook.com/indonesiapustaka

ia kubur kembali.
Sejak kecil Veronika sudah tahu dirinya bisa menjadi
pianis.
Ini ia rasakan bahkan sejak pertama kali belajar main
piano, ketika berusia 12 tahun. Gurunya juga melihat ba­

12 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 123 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

kat itu, dan mendorongnya menjadi pemain profesional.


Tetapi setiap kali memenangkan kejuaraan dan mengata­
kan kepada ibunya ia ingin melepaskan segalanya dan
mendedikasikan hidupnya sebagai pianis, dengan lembut
ibunya menatapnya dan berkata: ”Tidak seorang pun yang
dapat hidup dengan menjadi pianis, Sayang.”
”Tapi Ibu yang menyuruhku belajar piano.”
”Itu untuk mengembangkan bakat senimu saja. Suami
akan bangga bila punya istri seperti itu; ia bisa memamer­
kannya di pesta-pesta. Lupakanlah cita-cita menjadi pianis;
teruskan sekolahmu, belajar ilmu hukum, itu profesi yang
menjanjikan.”
Veronika menuruti kata-kata ibunya, yakin perempuan
itu punya cukup pengalaman sehingga memahami ke­
nyataan hidup. Ia menyelesaikan sekolah, melanjutkan ke
universitas, meraih gelar, namun akhirnya bekerja sebagai
pustakawati.
”Seharusnya aku agak sedikit gila.” Tetapi seperti ke­
banyakan orang, ia terlambat menyadari semuanya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Baru saja ia hendak meneruskan langkahnya, seseorang


menggamit lengannya. Penenang yang begitu hebat masih
mengalir di pembuluh darahnya; itulah sebabnya ia tidak
bereaksi ketika Eduard si skizofren dengan lembut mem­

12 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 124 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

bimbingnya ke arah yang berbeda—menuju ke ruang du­


duk.

Bulan sabit masih di tempatnya, dan Veronika duduk di


hadapan piano—memenuhi permintaan Eduard yang
tanpa kata-kata itu—ketika mendengar suara dari arah
ruang makan seseorang berbicara dengan logat asing.
Veronika belum pernah mendengarnya selama berada di
Villete.
”Aku tidak ingin main piano sekarang, Eduard. Aku
mau lihat apa yang terjadi di sana, apa yang tengah mereka
bicarakan, siapa orang itu.”
Eduard tersenyum, mungkin tidak mengerti sepatah
kata pun apa yang diucapkan oleh Veronika, tetapi gadis
itu teringat kata-kata Dr Igor: Penderita skizofrenia bisa
berpindah-pindah dari satu realitas ke realitas lain.
”Aku hampir mati,” lanjut Veronika, berharap kata-
katanya bisa dimengerti. ”Hari ini kematian mengepakkan
sayapnya ke wajahku, dan barangkali tidak lama lagi akan
mengetuk pintuku. Sebaiknya kamu jangan membiasakan
www.facebook.com/indonesiapustaka

diri mendengarkan piano setiap malam.


”Semua orang sebaiknya tidak membiarkan diri ter­
biasa dengan sesuatu, Eduard. Coba lihat aku; aku mulai
kembali menikmati matahari, pegunungan, bahkan
problema hidup. Aku mulai menerima kenyataan, bahwa

12 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 125 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

kehampaan hidup ini bukan salah siapa-siapa, melainkan


salahku sendiri. Aku ingin melihat lagi alun-alun di
Ljubljana, merasakan benci dan cinta, putus asa dan rasa
jemu—hal-hal sederhana yang menjadi bagian kehidupan,
tetapi memberi makna bagi keberadaan kita. Bila suatu
hari nanti aku bisa keluar dari sini, akan kubiarkan diriku
gila. Sebetulnya semua orang itu gila, tetapi yang paling
gila adalah mereka yang tidak sadar bahwa diri mereka
gila; mereka hanya mengulang-ulang apa kata orang.
”Tapi, kamu tahu, semua itu tidak mungkin. Sama
juga halnya kamu tidak bisa menghabiskan waktumu se­
panjang hari menanti datangnya malam. Atau menanti
salah seorang pasien memainkan piano, karena tidak lama
lagi itu akan berakhir. Duniaku dan duniamu hampir ber­
akhir.”
Veronika bangkit, dan dengan lembut menyentuh
wajah pemuda itu, kemudian melangkah ke ruang makan.

Ketika ia membuka pintu terlihat pemandangan yang ber­


beda; meja dan kursi diletakkan ke tepi sehingga mem­
www.facebook.com/indonesiapustaka

bentuk ruang lebar di tengah-tengahnya. Di sana anggota


Persaudaraan duduk di lantai, mendengarkan seseorang
yang mengenakan jas dan berdasi.
”….kemudian mereka mengundang Nasrudin, guru

12 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 126 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

besar dunia Sufi, untuk memberi ceramah,” demikian


katanya.
Ketika pintu terbuka semua orang menoleh ke arah
Veronika. Juga lelaki yang mengenakan jas itu.
”Duduklah.”
Veronika duduk di lantai, di sebelah Mari, perempuan
berambut putih yang bersikap bermusuhan ketika pertama
kali berjumpa. Veronika terkejut melihat Mari tersenyum
kepadanya.
Lelaki berjas itu melanjutkan: ”Nasrudin berencana
memberi ceramah pukul dua siang, dan tampaknya ce­
ramah itu akan sukses: Seribu tempat duduk terjual sudah
dan lebih daripada 700 orang mengikuti ceramah dari luar
melalui layar televisi.
”Pukul dua tepat asisten Nasrudin muncul dan ber­
kata, karena ada satu hal yang tidak dapat dihindarkan,
ceramah terlambat dimulai. Beberapa orang dengan kesal
bangkit, meminta kembali uang mereka serta meninggal­
kan tempat. Meskipun demikian, masih banyak orang yang
tetap tinggal di ruang ceramah.
”Pukul empat sore sang Sufi belum juga datang, dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

sedikit demi sedikit orang mulai meninggalkan tempat itu,


mengambil kembali uang mereka di loket. Jam kerja
hampir berakhir; waktunya pulang ke rumah. Pukul enam
sore orang yang semula berjumlah 1.700 sekarang tinggal
kurang daripada 100.

12 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 127 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

”Saat itulah Nasrudin datang. Ia tampak mabuk berat


dan mulai menggoda seorang perempuan cantik yang du­
duk di barisan depan.
”Heran melihat itu, orang-orang yang ada di sana ma­
rah. Bagaimana mungkin orang itu bersikap demikian
setelah membuat mereka menunggu selama empat jam?
Terdengar gerutu di sana-sini, namun sang Sufi mengabai­
kannya. Ia meneruskan perbuatannya. Dengan suara lan­
tang ia memuji perempuan muda yang seksi itu dan meng­
ajaknya ke Prancis.”
Guru seperti apa itu! pikir Veronika. Aku tidak percaya
hal-hal seperti itu.
”Setelah orang-orang mulai mengeluh, Nasrudin ber­
usaha bangkit namun jatuh ke lantai. Orang-orang merasa
jijik dan mulai meninggalkannya, mencaci tindakannya,
dan akan menceritakan itu kepada pers.
Hanya tinggal sembilan orang yang tetap di tempat.
Segera setelah itu Nasrudin bangkit; ia sama sekali tidak
mabuk, matanya bersinar, dan wibawa serta kearifan me­
mancar dari wajahnya. ”Kalian yang masih tinggal di sini­
lah yang akan mendengarkan ceramahku,” demikian kata­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya. ”Kalian telah melampaui dua cobaan terberat dalam


jalan spiritual: kesabaran dan keberanian menunggu
datangnya saat yang tepat, tidak kecewa dengan apa yang
kalian hadapi. Kalianlah yang akan kuajar.”

12 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 128 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Nasrudin pun mengajarkan kepada mereka teknik-


teknik Sufi.”
Lelaki itu berhenti sejenak dan mengeluarkan seruling
aneh dari sakunya.
”Mari kita beristirahat sebentar, setelah itu kita ber­
meditasi.”
Semua orang berdiri. Veronika tidak tahu apa yang
mesti dilakukan.
”Kamu juga berdiri,” kata Mari meraih tangan
Veronika. ”Kita istirahat selama lima menit.”
”Aku mau keluar, aku tidak ingin mengganggu.”
Mari membimbingnya ke salah satu sudut ruangan.
”Apakah kamu belum juga belajar sesuatu, bahkan
dengan semakin dekatnya kematian? Jangan terus-
menerus berpikir bahwa kamu mengganggu, bahwa kamu
mengusik orang di sebelahmu. Bila orang tidak suka, me­
reka bisa mengungkapkannya. Dan bila mereka tidak be­
rani mengatakannya, itu salah mereka sendiri.”
”Waktu itu, ketika mendekatimu, aku melakukan hal
yang tidak pernah berani kulakukan.”
”Dan kamu biarkan dirimu menjadi bahan tertawaan
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang gila. Kenapa kamu tidak berpegang pada pendirian­


mu? Apa ruginya?”
”Harga diriku; aku berada di tempat di mana aku ti­
dak diharapkan.”
”Harga diri apa? Itu hanya keinginan untuk membuat

12 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 129 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

orang lain berpikir bahwa kamu baik, bersikap manis, pe­


nuh kasih-sayang terhadap orang lain. Coba hargai alam
ini, perhatikan film-film tentang binatang, bagaimana me­
reka berjuang demi sejengkal tempat hidup. Kami semua
setuju dengan tamparanmu itu.”
Veronika tidak punya waktu lagi untuk memperjuang­
kan sejengkal tempat, sehingga ia mengalihkan perbin­
cangan dan bertanya siapakah lelaki berjas itu.
”Kamu membaik,” Mari tertawa. ”Sekarang kamu be­
rani bertanya tanpa takut dinilai tidak sopan. Ia sang guru
Sufi.”
”Apa artinya ‘Sufi’?”
”Wol.”
Veronika tidak paham. Wol?
”Sufisme adalah tradisi spiritual kaum darwis. Para
gurunya tidak pernah menonjolkan betapa arifnya mereka,
dan para muridnya hilang kesadaran akibat gerakan tarian
berputar-putar.”
”Apa tujuannya?”
”Aku tidak tahu, tetapi kelompok kami memutuskan
mempelajari semua pengalaman yang diabaikan. Sepanjang
www.facebook.com/indonesiapustaka

hidupku, pemerintah selalu mengajarkan bahwa tujuan


mencari makna spiritual kehidupan adalah agar orang me­
lupakan masalah nyata yang dihadapi. Coba kamu pikir:
Apakah memahami hidup itu sendiri bukan masalah
nyata?”

13 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 130 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Ya, betul, meskipun Veronika kini tidak begitu yakin


apa yang dimaksud dengan ‘nyata’ itu.
Lelaki berjas itu—yang menurut Mari sang guru
Sufi—menyuruh mereka duduk melingkar. Ia mengeluar­
kan semua bunga dari vas, hanya menyisakan setangkai
mawar dan meletakkannya di tengah lingkaran.
”Seberapa jauh yang sudah kamu ketahui?” tanya
Veronika kepada Mari. ”Beberapa orang gila berkeyakinan
bahwa bunga bisa hidup selama musim dingin, dan seka­
rang di seluruh Eropa kita bisa memperoleh mawar sepan­
jang tahun. Apa menurutmu seorang guru Sufi dengan
pengetahuannya yang kaya bisa mengupayakan seperti
itu?”
Mari dapat menerka arah pikiran Veronika.
”Simpan dulu kritikmu.”
”Akan kucoba, tetapi tampaknya aku cuma punya
kritik saat ini, dan waktuku sangat singkat.”
”Semua orang sama, punya waktu yang singkat,
walaupun sebagian orang percaya mereka punya masa lalu,
di mana mereka menimbun banyak hal, dan punya masa
depan untuk menimbun lebih banyak lagi. Ngomong-ngo­
www.facebook.com/indonesiapustaka

mong, bicara soal waktu sekarang, apa kamu sering mas­


turbasi?”
Meski masih di bawah pengaruh obat penenang,
Veronika segera teringat kata-kata pertama yang didengar­
nya di Villete.

13 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 131 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

”Waktu pertama kali dibawa ke sini, dengan banyak


selang dipasang di tubuhku, dengan jelas aku mendengar
seseorang bertanya apakah aku mau dibantu masturbasi.
Apa itu? Mengapa orang menghabiskan waktu untuk me­
mikirkan itu?”
”Di luar sana juga sama; hanya saja di sini kita tidak
perlu menyembunyikan apapun.”
”Apakah kamu yang waktu itu bertanya kepadaku?”
”Bukan. Tetapi kupikir, dalam urusan kenikmatan,
kamu perlu mengetahui sejauh mana kamu bisa men­
capainya. Kelak, dengan sedikit kesabaran, mungkin kamu
bisa membawa pasanganmu merasakan itu juga, bukannya
menunggu agar ia yang membawamu. Walaupun kamu
cuma punya hidup dua hari, tidak ada salahnya sebelum
mati kamu merasakan dulu sejauh mana kamu bisa men­
capai kenikmatan itu.”
”Hanya bila pasanganku penderita skizofrenia, yang
sekarang menungguku untuk memainkan piano lagi.”
”Ia cukup tampan.”
Lelaki berjas tadi menghentikan percakapan mereka,
meminta agar semua diam. Ia memerintahkan mereka ber­
www.facebook.com/indonesiapustaka

konsentrasi pada setangkai mawar tadi dan menyingkirkan


pikiran.

***

13 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 132 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Pikiran akan selalu kembali, tetapi berusahalah untuk


menyingkirkannya. Kalian punya dua pilihan: mengendali­
kan pikiran atau dikendalikan oleh pikiran. Kalian sudah
terbiasa dikendalikan oleh pikiran, membiarkan diri hanyut
dalam ketakutan, kecemasan, rasa tidak aman, karena kita
semua cenderung menghancurkan diri sendiri.
”Jangan mencampur-adukkan antara kegilaan dan ke­
hilangan kendali. Ingat, dalam tradisi Sufi, sang guru—
Nasrudin—dianggap gila oleh orang-orang. Dan karena
orang-orang menganggapnya gila, Nasrudin bisa bicara
dan melakukan apa saja yang dimauinya. Begitulah yang
terjadi dengan punakawan istana Abad Pertengahan; me­
reka dapat memperingatkan raja karena para menteri tidak
berani berkomentar lantaran takut kehilangan kedudukan.
”Itulah yang harus kalian lakukan; tetap dalam ke­
adaan gila, tetapi bersikap seperti orang normal. Bersiap­
lah menanggung risiko, karena kalian berbeda dengan
orang lain, tetapi belajarlah melakukan semua itu tanpa
menarik perhatian orang. Berkonsentrasilah pada bunga
ini, dan biarkan ”aku” yang sebenarnya terungkap.”
”Apakah ‘aku’ yang sebenarnya itu?” tanya Veronika.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mungkin yang lain sudah tahu, tetapi ia tidak peduli. Ia


harus belajar untuk tidak memedulikan perasaan orang
lain.
Lelaki itu tampak terkejut, karena gadis itu menyela
pembicaraannya, namun ia menjawab.

13 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 133 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

”Itu adalah dirimu sendiri, bukan yang diharapkan


oleh orang lain terhadap dirimu.”
Veronika memutuskan melakukan latihan, sebisa
mungkin berkonsentrasi menemukan siapa dirinya yang
sebenarnya. Selama di Villete ia telah mengalami hal-hal
yang belum pernah terasa begitu mendalam—kebencian,
cinta, ketakutan, keinginan untuk hidup. Barangkali Mari
memang benar: Apakah ia benar-benar tahu artinya
orgasme? Ataukah ia mencapainya hanya sebatas mana
lelaki membawanya?

Lelaki tadi mulai memainkan seruling. Perlahan musik itu


menenangkan jiwanya, dan ia pun berusaha memusatkan
pikiran pada bunga mawar. Mungkin karena pengaruh
obat penenang, tetapi sejak meninggalkan ruang konsul­
tasi Dr Igor ia merasa amat sehat.
Ia tahu dirinya segera mati, kenapa mesti takut? Sama
sekali tidak ada gunanya, serangan jantung yang memati­
kan tidak akan terhindarkan; sebaiknya nikmati saja hari-
hari dan jam-jam yang tersisa, melakukan hal-hal yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

tidak pernah ia lakukan sebelumnya.


Musik begitu lembut, dan cahaya temaram di ruang
besar itu memberi suasana religius. Agama: Mengapa ia
tidak menyelami dirinya yang terdalam, dan melihat ke­
yakinan dan keimanan macam apa yang ada di sana?

13 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 134 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Namun musik itu membawanya ke arah lain: Singkir­


kan pikiran, jangan pikirkan apapun. Veronika pasrah; ia
menatap mawar tadi, melihat siapa dia, seperti apa dirinya,
dan merasa menyesal telah bertindak gegabah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

13 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 135 4/13/2018 10:08:17 AM


Setelah meditasi selesai dan sang Sufi pulang, Mari masih tinggal
sejenak di dalam ruangan, ber­bincang-bincang dengan anggota
Persau­da­ra­an yang lain. Veronika mengatakan dirinya lelah dan
segera pergi; obat penenang yang diberikan pagi tadi kiranya cukup
kuat untuk menidurkan seekor kuda, namun ia tetap terjaga.

I tulah yang diberikan oleh semangat muda; semangat


muda punya batasnya sendiri tanpa pernah bertanya
kepada tubuh apakah masih sanggup atau tidak. Namun
sebaliknya dengan tubuh.
Mari tidak merasa lelah; ia tidur larut malam, karena
itu ia memutuskan berjalan-jalan di Ljubljana—Dr Igor
www.facebook.com/indonesiapustaka

menyuruh anggota Persaudaraan keluar dari Villete setiap


hari. Ia pergi ke bioskop dan tertidur lagi di kursinya, ka­
rena filmnya amat membosankan, tentang konflik rumah
tangga. Apa tidak ada tema lain? Mengapa harus meng­
ulang-ulang cerita yang sama—suami punya simpanan,

13 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 136 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

suami-istri punya anak berpenyakit, suami, istri, simpanan,


dan anak berpenyakit? Ada banyak hal yang lebih penting
di dunia ini.
Percakapan di ruangan tadi tidak berlangsung lama;
meditasi membuat orang-orang merasa tenang dan ingin
kembali ke bangsal, kecuali Mari yang keluar ke taman.
Ketika melewati ruang duduk ia melihat Veronika belum
juga pergi tidur. Ia tengah memainkan piano untuk
Eduard si skizofren, yang barangkali sudah lama me­
nunggu di dekat piano. Seperti anak-anak, orang gila be­
lum puas jika keinginannya belum terpenuhi.

Udara begitu dingin. Mari masuk kembali, mengambil


jaket dan keluar lagi. Di luar, tanpa ada yang melihat, ia
menyalakan sebatang rokok. Pelan-pelan diisapnya rokok
itu tanpa rasa bersalah, memikirkan si perempuan muda,
musik yang mengalun, dan kehidupan di luar tembok
Villete, yang makin lama makin berat bagi semua orang.
Menurut pandangan Mari, keadaan sulit itu bukan
akibat kekacauan atau anarki, melainkan akibat terlalu
www.facebook.com/indonesiapustaka

banyak aturan. Di masyarakat semakin banyak kaidah,


hukum bertentangan dengan kaidah dan kaidah baru ber­
tentangan dengan hukum. Orang takut keluar dari kaidah
yang mengendalikan seluruh hidupnya.
Mari tahu betul tentang itu; sebelum sakit dan ter­

13 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 137 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

dampar di Villete, ia bekerja sebagai pengacara selama 40


tahun. Sejak awal karier ia sudah melihat kebobrokan
sistem peradilan, melihat hukum diciptakan bukan untuk
memecahkan masalah, melainkan untuk mengulur-ulur
masalah.
Memalukan bahwa Allah, Yahwe, Tuhan—tak peduli
kita menyebutnya apa—kini tidak lagi tinggal di dunia ini,
karena bila demikian adanya kita tentu masih berada di
surga, sementara Ia berurusan dengan masalah pengam­
punan, permohonan, tuntutan, aturan, vonis, dan mem­
pertimbangkan keputusan untuk mengeluarkan Adam dan
Hawa dari firdaus karena melanggar aturan arbitrer, yang
tidak memiliki landasan hukum: Pohon pengetahuan ten­
tang yang baik dan yang jahat itu jangan dimakan buah­
nya.

Kalau Ia tidak ingin peristiwa Adam dan Hawa terjadi,


mengapa Ia tumbuhkan pohon itu di tengah kebun,
mengapa bukan di luar tembok firdaus? Kalau mesti men­
jadi pembela pasangan itu, tentu Mari akan menuduh
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tuhan telah melakukan kelalaian administratif, karena se­


lain menumbuhkan pohon di tempat yang tidak tepat, Ia
juga tidak mencantumkan peringatan dan pagar, sama
sekali tidak memberi pengaman, sehingga membahayakan
siapa saja.

13 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 138 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Mari juga bisa menuduh Tuhan telah memancing


orang melakukan tindakan kriminal, karena Ia menunjuk­
kan kepada Adam dan Hawa di mana tepatnya pohon itu
berada. Kalau saja Tuhan tidak mengatakan sesuatu, tentu
generasi demi generasi akan hidup di dunia ini tanpa ada
seorang pun yang tertarik dengan buah terlarang itu, ka­
rena pohon itu dianggap sama seperti pohon-pohon lain
di dalam rimba, sehingga tidak mempunyai nilai khusus.
Namun Tuhan bertindak lain. Ia membuat aturan dan
menemukan cara agar orang melanggarnya sehingga hu­
kuman bisa dibuat. Ia tahu Adam dan Hawa akan bosan
dengan kesempurnaan, dan cepat atau lambat Ia akan
menguji kesabaran mereka. Ia membuat jebakan, mungkin
karena Ia, Tuhan yang Maha Kuasa, juga bosan dengan
segala sesuatu yang berjalan mulus-mulus saja: Kalau
Hawa tidak memakan buah apel itu tentu tidak akan ada
hal menarik yang terjadi selama beberapa juta tahun
berikutnya.
Ketika aturan dilanggar, Tuhan—Hakim yang Maha
Kuasa—bahkan berpura-pura memburu mereka, seolah
tidak tahu di mana mereka mengumpet. Disaksikan oleh
www.facebook.com/indonesiapustaka

para malaikat, yang terhibur dengan permainan itu


(barangkali kehidupan begitu membosankan sejak Lucifer
keluar dari surga), Ia berjalan-jalan di dalam taman. Mari
membayangkan adegan film yang menegangkan itu, yang
dicuplik dari Injil: Langkah-langkah Tuhan, pasangan yang

13 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 139 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

saling berpandangan penuh ketakutan, dan tiba-tiba lang­


kah itu berhenti di tempat persembunyian mereka.
”Di manakah kalian?” tanya Tuhan.
”Ketika aku mendengar Engkau ada di dalam taman
ini aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi,” jawab Adam, tidak sadar bahwa dengan
berkata demikian ia mengaku telah berbuat salah.
Jadi, dengan jebakan kecil, pura-pura tidak tahu di
mana Adam berada atau mengapa ia berlari, Tuhan men­
dapatkan apa yang diinginkan-Nya. Meski demikian, agar
para malaikat yang menyaksikan tidak merasa ragu, Ia
putuskan untuk melanjutkan episode itu.
”Siapa yang memberitahu bahwa kamu telanjang?”
kata Tuhan yang tahu betul jawaban atas pertanyaan itu:
”Karena aku memakan buah pohon pengetahuan tentang
yang baik dan yang jahat.”
Dengan pertanyaan tersebut Tuhan menunjukkan ke­
pada para malaikat bahwa Ia adalah Tuhan yang adil, dan
kutukan terhadap pasangan itu berdasarkan bukti yang
kuat. Sejak saat itu, tidak peduli apakah karena kesalahan
perempuan atau karena permohonan maaf mereka: Tuhan
www.facebook.com/indonesiapustaka

perlu memberi contoh agar tidak ada makhluk lain, baik


di dunia maupun di surga, yang berani menentang ke­
putusan-Nya.
Tuhan mengusir pasangan itu, dan anak-anak mereka
juga harus membayar perbuatan tersebut (seperti anak-

14 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 140 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

anak penjahat). Karena itulah sistem peradilan ditemukan:


hukum, pelanggaran hukum (tak peduli logis atau tidak),
keputusan (di mana yang berpengalaman mengalahkan
yang lugu), dan hukuman.
Karena manusia dikutuk tanpa hak naik-banding, me­
reka menciptakan semacam mekanisme perlindungan diri
sebagai perlawanan terhadap kuasa Tuhan. Namun demi­
kian, pemikiran ribuan tahun menghasilkan banyak aturan
hukum hingga akhirnya berkembang terlalu jauh, dan per­
adilan menjadi serangkaian klausul, jurisprudensi, serta
berbagai aturan yang sulit dipahami.
Aturan telah berkembang begitu jauh hingga ketika
Tuhan berubah pikiran dan mengutus Putra-Nya sebagai
juru selamat, apa yang terjadi? Ia terjatuh ke dalam per­
adilan bikinannya sendiri.
Jejaring hukum begitu membingungkan, sehingga
sang Putra akhirnya disalibkan. Ini bukan sidang yang
mudah; Ia dibawa dari Ananias ke Kaifas, dari Imam ke
Pilatus, yang menyatakan bahwa tidak ada hukum Romawi
yang tepat untuknya. Dari Pilatus Ia dibawa ke Herodes,
yang juga menyatakan bahwa dalam hukum Yahudi tidak
www.facebook.com/indonesiapustaka

ada hukuman mati. Ia pun dikembalikan kepada Pilatus,


yang menawarkan jalan keluar: Sang Putra disiksa dan di­
pertontonkan dalam keadaan terluka, dipertontonkan
kepada khalayak. Namun cara ini pun gagal.
Seperti jaksa zaman sekarang, Pilatus mencari jalan

14 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 141 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

untuk menyelamatkan diri dengan mengorbankan si ter­


hukum: Ia menawarkan untuk menukar Yesus dengan
Barabas. Ia tahu peradilan akan menjadi tontonan besar
yang membutuhkan kesimpulan akhir: kematian sang ta­
hanan.
Akhirnya Pilatus menggunakan pasal hukum yang
memberi hakim, bukan terdakwa, keuntungan atas keragu-
raguan. Pilatus mencuci tangannya, yang bermakna: ”Aku
tidak yakin.” Inilah satu sisi hukum Romawi yang dibuat
untuk menghindarkan benturan dengan hakim lokal, dan
bahkan menimpakan beban pengambilan keputusan ke­
pada rakyat bila ternyata hukuman yang diberikan kelak
menimbulkan masalah, ketika ibukota kekaisaran me­
nanyakan apa yang terjadi.

Keadilan. Hukum. Meskipun sama-sama diperlukan untuk


melindungi mereka yang tidak bersalah, tetapi keduanya
tidak selalu sesuai dengan kehendak semua orang. Mari
lega dirinya tidak terjebak dalam kebingungan semacam
itu, meski malam itu, ketika mendengarkan permainan
www.facebook.com/indonesiapustaka

piano, ia ragu bahwa Villete adalah tempat yang tepat


baginya.
”Bila kuputuskan meninggalkan tempat ini, aku tidak
akan kembali menggeluti hukum. Aku tidak akan meng­
habiskan waktuku bersama orang-orang gila itu, yang ber­

14 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 142 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

pikir diri mereka normal dan penting, padahal mereka


hanya membuat orang lain sengsara. Aku akan menjadi
penjahit, pembordir, atau penjual buah di depan bioskop.
Aku sudah mengabdikan diriku kepada hukum gila yang
tiada berguna.”
Di Villete merokok tidak dilarang, tetapi tidak boleh
membuang puntung di halaman rumput. Senang sekali
Mari bisa melakukan apa yang dilarang, karena di sana
orang tidak harus mematuhi aturan, bahkan tidak ada kon­
sekuensi berat jika melanggarnya.

Ia mendekati gerbang utama. Penjaga—yang selalu ada di


sana sesuai aturan—mengangguk kepadanya dan mem­
buka pintu.
”Aku tidak mau keluar,” kata Mari.
”Musik yang indah,” kata penjaga. ”Aku mendengar­
nya hampir setiap malam.”
”Tidak lama lagi akan berakhir,” kata Mari sambil se­
gera berlalu supaya tidak harus bicara lebih lanjut.
Mari ingat apa yang tampak di mata gadis itu ketika
www.facebook.com/indonesiapustaka

pertama kali memasuki ruang makan: ketakutan.


Ketakutan. Boleh saja Veronika merasa resah, malu,
terhina, tegang, tetapi kenapa mesti takut? Ketakutan tim­
bul bila orang benar-benar dihadapkan kepada bahaya
yang mengancam: binatang buas, penyerang bersenjata,

14 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 143 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

gempa bumi, bukan kepada sekelompok orang yang ber­


kumpul di ruangan.
Tapi begitulah manusia, pikir Mari. Kita telah menggantikan
hampir seluruh perasaan kita dengan rasa takut.
Mari paham betul apa yang ia pikirkan, karena hal itu
pula yang membawanya ke Villete: panic attack.

Di kamarnya Mari menyimpan berbagai artikel mengenai


panic attack. Sekarang ini orang membicarakan gangguan
tersebut secara terbuka, dan baru-baru ini ia menonton di
televisi Jerman satu acara di mana orang mendiskusikan
pengalaman masing-masing. Dalam acara itu diungkapkan
pula hasil survei yang menyatakan bahwa persentase
populasi yang mengalami gangguan panic attack cukup
signifikan, meskipun mereka cenderung menyembunyikan
gejala-gejalanya karena takut dianggap gila.
Tetapi ketika Mari mengalaminya untuk pertama kali,
gangguan itu belum dikenal. Benar-benar seperti di neraka,
batinnya, sambil menyalakan satu batang rokok lagi.
Masih terdengar alunan piano; tampaknya besar juga
www.facebook.com/indonesiapustaka

tenaga gadis itu, ia bisa bermain sepanjang malam.


Banyak pasien yang terpengaruh oleh kedatangan
gadis itu. Salah satunya adalah Mari. Ia telah berusaha
menghindar, takut membangkitkan semangat hidup gadis
muda itu; tidak ada jalan lain, lebih baik gadis itu tetap

14 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 144 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

menginginkan kematian. Dr Igor menjelaskan, meskipun


setiap hari ia diberi suntikan, kondisi fisiknya akan terus
merosot dan kiranya tidak bisa diselamatkan.
Pasien-pasien lain tahu itu, dan mereka berusaha
menjaga jarak dengan perempuan terkutuk itu. Namun,
tanpa seorang pun mengetahui gara-garanya, Veronika
mulai berjuang untuk hidup, dan hanya dua orang yang
mendekatinya, Zedka, yang besok akan keluar dari rumah
sakit dan pendiam, dan Eduard.
Mari perlu bicara dengan Eduard; pemuda itu selalu
menghargai pendapatnya. Tidakkah ia sadar dirinya telah
menarik Veronika kembali ke dunia, dan bahwa tindakan­
nya itu tidak baik bagi orang yang tidak punya harapan
lagi?
Ia memikirkan berbagai jalan untuk menjelaskan
situasi itu kepada Eduard, tetapi sepertinya semua hanya
akan membuat pemuda itu merasa bersalah, dan Mari ti­
dak ingin itu terjadi. Ia kembali berpikir dan memutuskan
membiarkan saja segalanya berjalan apa adanya. Ia bukan
lagi pengacara, tidak ingin memberi contoh buruk di tem­
pat di mana anarki berkuasa.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Namun kehadiran perempuan muda itu telah me­


nyentuh perasaan banyak orang, sehingga sebagian dari
mereka mulai memikirkan kembali hidupnya. Dalam salah
satu pertemuan Persaudaraan, seseorang mencoba men­
jelaskan apa yang terjadi. Di Villete kematian cenderung

14 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 145 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

terjadi tiba-tiba tanpa memberi kesempatan kepada orang


untuk memikirkannya, atau datang setelah menderita sakit
cukup lama, di mana kematian itu sendiri menjadi berkah.
Dalam kasus perempuan muda itu, kejadiannya begitu
dramatis, karena ia masih amat muda dan sekarang ingin
tetap hidup—sesuatu yang mereka tahu sangat tidak
mungkin. Beberapa orang kemudian bertanya kepada diri
sendiri, apa jadinya bila itu terjadi padaku? Aku punya kesem­
patan hidup. Apakah aku akan memanfaatkannya dengan baik?
Sebagian dari mereka tidak berusaha mencari ja­
waban; sudah sejak lama mereka menyerah, dan kini mem­
bentuk dunia di mana kehidupan dan kematian tidak ada,
tidak ada ruang maupun waktu. Tetapi sebagian lainnya
berpikir keras, dan Mari masuk dalam kelompok itu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

14 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 146 4/13/2018 10:08:17 AM


Sejenak Veronika berhenti memainkan piano dan memandang
Mari yang berada di halaman. Ia hanya mengenakan jaket tipis,
sementara udara begitu dinginnya. Apakah ia ingin mati?

T idak,
akulah yang ingin mati.
Ia kembali menghadapi piano. Di hari-hari ter­
akhir hidupnya itu Veronika akhirnya menyadari impian­
nya yang terbesar: memainkan piano dengan segenap
jiwanya, selama dan sepanjang ia inginkan. Tidak masalah
baginya bahwa satu-satunya pendengar adalah seorang
www.facebook.com/indonesiapustaka

pemuda penderita skizofrenia; tampaknya pemuda itu me­


mahami musik.

14 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 147 4/13/2018 10:08:17 AM


Tidak pernah terlintas dalam pikiran Mari untuk bunuh diri.
Sebaliknya, lima tahun yang lalu, di bioskop sama yang hari ini ia
kunjungi, ia menonton film yang mengerikan tentang ke­miskinan
di El Salvador dan berpikir betapa berharganya hidupnya. Saat
itu—dengan anak-anak yang sudah besar dan masing-masing
mulai meniti karier—ia memutuskan akan mening­gal­kan pe­ker­
jaannya yang menjemukan dan tidak pernah habis-habisnya, seba­
gai pengacara, agar bisa mengabdikan diri dalam organisasi ke­ma­
nusiaan. Rumor mengenai akan pecah­nya pe­rang saudara di
negerinya mulai menyebar, na­mun Mari tidak mem­per­cayai itu.
Rasanya tidak mungkin di akhir abad kedua puluh masya­rakat
Eropa membiarkan perang pecah.

K demikian, di sisi lain dunia, tragedi tidak ada


endati

habis-habisnya, dan salah satunya adalah di El


Salvador, di mana anak-anak kelaparan terpaksa hidup di
jalanan dan menjadi pelacur.
”Mengerikan,” kata Mari kepada suami yang duduk di
sebelahnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Suaminya mengangguk.
Sudah lama Mari menunda-nunda, tetapi sepertinya
sekarang adalah saat yang tepat untuk berbicara dengan
suaminya. Sudah banyak berkah yang mereka dapat dalam
hidup ini: rumah, pekerjaan, anak-anak yang manis, ke­

14 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 148 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

nyamanan, kesenangan, dan pendidikan yang baik. Menga­


pa tidak melakukan sesuatu bagi orang lain sebagai se­
lingan? Mari menghubungi Palang Merah, ia tahu mereka
sangat membutuhkan sukarelawan untuk dikirim ke ber­
bagai belahan dunia.
Ia bosan berjuang melawan birokrasi dan menangani
kasus hukum, tidak berdaya membantu orang yang ber­
tahun-tahun berjuang menghadapi persoalan yang bukan
karena ulah sendiri. Dengan membantu Palang Merah ia
akan segera dapat melihat hasilnya.
Ia memutuskan, sekeluar dari bioskop nanti akan
mengajak suaminya minum kopi untuk membicarakan
keinginannya itu.
Ketika Pemerintah Salvador muncul di layar, meng­
ungkapkan alasan munculnya ketidakadilan di negeri itu,
tiba-tiba Mari merasakan detak jantungnya semakin ken­
cang.
Ia berusaha menenangkan diri. Mungkin terbawa
suasana di dalam bioskop; kalau masih tetap demikian ia
akan keluar untuk menghirup udara segar.
Namun ia tidak dapat menahan diri; jantungnya ber­
www.facebook.com/indonesiapustaka

detak semakin kencang, keringat dingin membasahi


tubuhnya.
Ia ketakutan dan mencoba berkonsentrasi pada film
yang ditontonnya, berharap dapat menyingkirkan semua
pikiran negatif. Namun ia sadar, ia tidak mampu lagi

14 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 149 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

mengikuti apa yang dilihatnya di layar lebar. Mari bisa me­


lihat gambar dan teks film, tetapi ia seperti memasuki
suatu realitas yang sama sekali berbeda, seakan apa yang
terjadi di sekitarnya begitu ganjil dan kacau, sepertinya
terjadi di dunia yang tidak dikenalnya.
”Aku tidak enak badan,” katanya kepada suami.
Ia sudah berusaha menahan diri untuk tidak meng­
ungkapkannya, karena itu berarti ia mengakui ada sesuatu
yang tidak beres, tetapi ia tidak tahan lagi.
”Ayo kita keluar,” ajak suaminya.
Saat menggandeng tangan istrinya, terasa tangan pe­
rempuan itu sedingin es.
”Sepertinya aku tidak sanggup. Apa yang terjadi pada­
ku?”
Suaminya juga cemas. Keringat mengalir di wajah
Mari, dan ada kilatan aneh di matanya.
”Tenanglah. Aku akan keluar dan memanggil dokter.”
Mari benar-benar tidak berdaya. Tindakan suaminya
itu benar, tetapi segala sesuatunya—bioskop, suasana
gelap, penonton yang duduk berderet melihat layar yang
terang—begitu menakutkan baginya. Ia yakin dirinya
www.facebook.com/indonesiapustaka

masih hidup, ia bahkan seperti bisa menyentuh kehidupan


di sekitarnya, seolah-olah kehidupan itu benda solid. Dan
itu belum pernah terjadi sepanjang hidupnya.
”Jangan tinggalkan aku di sini sendirian. Aku ikut
keluar denganmu, tetapi jalan pelan-pelan.”

15 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 150 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Perlahan-lahan mereka keluar dari barisan tempat du­


duk sembari meminta maaf kepada deretan orang yang
mereka lalui. Jantung Mari berdetak semakin tak karuan,
dan ia yakin, amat yakin, dirinya tidak akan bertahan sam­
pai keluar dari tempat itu. Setiap tindakan, setiap gerakan
yang dilakukannya—melangkah, mengucapkan ”Permisi”,
menggenggam lengan suaminya, menghirup dan meng­
hembuskan napas—begitu nyata dan jelas.
Belum pernah ia merasa amat ketakutan seperti itu.
”Aku akan mati di sini, di bioskop ini.”
Ia begitu yakin dirinya tahu apa yang akan terjadi, ka­
rena beberapa tahun sebelumnya seorang temannya me­
ninggal di bioskop akibat cerebral aneurism.
Cerebral aneurism itu seperti bom waktu. Ia merupakan
vena dengan varises kecil, yang terbentuk sepanjang
arteri—seperti gelembung pada ban yang sudah tipis—
dan bisa tidak terdeteksi sepanjang hidup. Orang tidak
tahu dirinya mengalami aneurism, kecuali ditemukan secara
tidak sengaja—misalnya karena dilakukan scan otak untuk
keperluan lain—atau pada saat pembuluh itu pecah dan
terjadi pendarahan di mana-mana, yang mengakibatkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

penderitanya koma dan biasanya berakhir dengan ke­


matian.
Ketika berjalan keluar dari bioskop yang gelap itu,
Mari teringat temannya yang meninggal tadi. Hal yang pa­
ling aneh adalah efek pecahnya aneurism itu terhadap per­

15 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 151 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

sepsi penderitanya. Sepertinya orang itu dibawa ke suatu


planet lain, di mana hal-hal yang sudah lama dikenalnya
menjadi seperti baru pertama kali dilihat.
Kemudian muncullah rasa takut yang tidak dapat di­
ungkapkan, rasa panik karena sendirian berada di planet
lain itu: Kematian.
Jangan berpikir. Aku mesti berpura-pura tidak terjadi apa-
apa dan segalanya akan baik-baik saja.
Ia berusaha bersikap wajar, dan selama beberapa detik
perasaan aneh tadi berkurang. Waktu dua menit itu, dari
saat pertama kali jantungnya berdebar-debar sampai ber­
hasil keluar dengan suaminya, merupakan dua menit pa­
ling mengerikan sepanjang hidupnya.

Ketika berhasil sampai di luar yang terang-benderang


serangan itu terjadi lagi. Warna-warni begitu berkilau,
suara bising jalanan seolah menyerbu dari berbagai arah,
dan semuanya begitu aneh. Untuk pertama kalinya Mari
menyadari hal-hal tertentu secara rinci; misalnya, tajamnya
titik pandang kecil yang kita gunakan untuk menatap, se­
www.facebook.com/indonesiapustaka

mentara bagian lain mata sepenuhnya tidak terfokus.


Ada juga hal-hal lain. Ia tahu bahwa segala yang di­
lihatnya merupakan gambaran yang tercipta oleh impuls-
impuls elektrik dalam otaknya, impuls-impuls halus yang
disampaikan melalui organ lembek yang disebut mata.

15 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 152 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

Tidak, ia harus berhenti berpikir. Itulah cara agar te­


tap waras.
Saat itu ketakutan akan serangan aneurism sudah lewat;
ia berusaha keluar dari bioskop dan bertahan hidup.
Temannya yang meninggal itu bahkan tidak berhasil keluar
dari tempat duduknya.
”Aku akan panggil ambulans,” kata suami Mari, ketika
melihat wajah istrinya pucat-pasi.
”Panggil taksi,” kata Mari, dan ia bisa mendengar
suaranya sendiri, merasakan setiap getar pita suaranya.
Jika dibawa ke rumah sakit berarti ia menerima ang­
gapan bahwa dirinya sakit serius; Mari bertekad untuk
bertahan, menunjukkan dirinya baik-baik saja.
Mereka meninggalkan bioskop, dan udara dingin
membuat Mari merasa lebih baik; ia bisa menguasai diri
meski perasaan panik dan takut itu, yang tidak dapat di­
jelaskan, masih terasa. Sementara suaminya mencari taksi,
yang saat itu sulit didapat, Mari duduk di pinggir jalan dan
berusaha tidak memperhatikan sekitarnya: anak-anak yang
sedang bermain, bus yang melintas, musik dari arah ke­
ramaian di dekat situ—semuanya begitu semu, menakut­
www.facebook.com/indonesiapustaka

kan, asing.

***

15 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 153 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

Taksi akhirnya datang.


”Ke rumah sakit,” kata suami Mari sambil membantu­
nya masuk ke dalam mobil.
”Jangan, pulang saja,” pinta Mari. Ia tidak ingin ber­
ada di tempat yang lebih asing lagi; ia benar-benar ingin
berada di tempat yang akrab dengannya, hal-hal biasa yang
mungkin bisa membantu menghapus ketakutannya.
Dalam perjalanan pulang detak jantungnya perlahan
membaik, suhu tubuhnya juga normal kembali.
”Aku sudah merasa lebih baik,” katanya. ”Mungkin
itu gara-gara makanan.”
Sesampai di rumah semuanya terlihat sama seperti
yang dikenalnya sejak kecil. Melihat suaminya mengham­
piri pesawat telepon, Mari bertanya apa yang akan dilaku­
kannya.
”Aku akan menelepon dokter.”
”Tidak perlu. Lihatlah, aku baik-baik saja.”
Pipinya tidak lagi pucat, jantungnya berdetak normal,
dan ketakutan yang tak terkendali tadi lenyap sudah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mari tidur nyenyak malam itu, dan ketika bangun ia me­


rasa yakin ada orang yang memasukkan obat ke dalam
kopi yang mereka minum sebelum menonton. Canda yang
sama sekali tidak lucu, dan ia bersiap-siap sore nanti akan
menelepon yang berwajib dan pergi ke bar untuk me­

15 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 154 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

nemui orang yang bertanggung jawab atas perbuatannya


itu.
Ia bekerja, membaca beberapa kasus hukum yang be­
lum selesai, dan berusaha menyibukkan diri karena ke­
jadian kemarin masih menyisakan rasa cemas, dan ia ber­
usaha meyakinkan diri bahwa kejadian itu tidak akan
terulang lagi.
Ia membicarakan film mengenai El Salvador dengan
salah satu koleganya, dan sekilas mengungkapkan dirinya
bosan dengan pekerjaan yang sama dari hari ke hari:
”Mungkin sudah waktunya aku pensiun.”
”Kamu salah satu pengacara terbaik di sini,” kata
koleganya. ”Lagipula hukum merupakan bidang di mana
usia tidak menjadi penghalang. Mengapa kamu tidak ambil
cuti panjang saja? Sesudah itu tentu kamu kembali ber­
semangat.”
”Aku ingin melakukan sesuatu yang benar-benar ber­
beda. Aku ingin bertualang, membantu orang lain,
melakukan hal-hal yang belum pernah kucoba.”
Percakapan berakhir di situ. Ia pergi ke alun-alun,
makan siang di restoran yang lebih mahal daripada
www.facebook.com/indonesiapustaka

biasanya, dan kembali ke kantor lebih awal. Saat itulah


penyakitnya kambuh lagi.
Pegawai lain belum kembali, dan Mari memanfaatkan
waktunya dengan memeriksa pekerjaan yang belum
selesai. Ia membuka laci untuk mengambil pensil yang

15 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 155 4/13/2018 10:08:17 AM


Paulo Coelho

selalu disimpannya di situ, tetapi kali ini ia tidak menemu­


kannya. Beberapa saat ia berpikir. Bila ia tidak meletakkan
pensil di tempatnya, berarti ia telah bersikap menyimpang
dari biasanya.
Pikiran itu membuat jantungnya mulai berdetak ken­
cang dan ketakutan seperti kemarin kembali menyergap­
nya.
Mari terpaku di tempat. Cahaya matahari yang me­
nerobos dari celah jendela membuat semua benda di se­
kelilingnya tampak mencolok, tetapi ia kembali merasa
seperti akan segera mati. Segalanya begitu aneh; apa ge­
rangan yang tengah ia lakukan di kantor itu?
Ya Tuhan, aku tidak percaya Engkau ada, tetapi
tolonglah aku.
Ia kembali berkeringat dingin dan tidak mampu me­
ngendalikan ketakutannya. Bila saat itu ada yang datang,
tentu mereka dapat melihat ketakutan di mata Mari.
Udara dingin.
Ya, tadi malam udara dingin membuatnya merasa le­
bih enak, tetapi bagaimana caranya ia keluar ke jalanan?
Sekali lagi ia bisa merasakan dengan rinci apa saja yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

terjadi padanya—napasnya (ia bisa merasakan bila dirinya


tidak benar-benar berusaha menarik dan menghembuskan
napas, tubuhnya tidak dapat melakukannya sendiri), ge­
rakan kepalanya (gambar demi gambar terlintas di kepala­
nya, seakan ada kamera di sana), jantungnya yang berdetak

15 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 156 4/13/2018 10:08:17 AM


Veronika Memutuskan Mati

semakin kencang, serta tubuhnya yang bermandikan ke­


ringat dingin.
Kemudian ketakutan itu menguasainya, membuatnya
tidak berani melakukan apapun, tidak berani melangkah,
tidak berani meninggalkan tempat duduknya.
Ini akan berlalu.
Kemarin juga berlalu, tetapi sekarang ini ia ada di
kantor; apa yang bisa ia lakukan? Ia melihat jam, meka­
nismenya terlihat aneh, dua jarum berputar ke arah yang
sama, menunjukkan ukuran waktu yang tidak pernah di­
jelaskan orang mengapa demikian. Mengapa duabelas,
bukan sepuluh seperti ukuran-ukuran lain?
Aku tidak semestinya memikirkan itu, aku bisa gila.
Gila. Mungkin itu kata-kata yang tepat untuk meng­
ungkapkan apa yang tidak beres dengan perempuan itu.
Dengan mengumpulkan segala daya Mari bangkit dan ber­
usaha ke kamar kecil. Untung kantor masih sepi. Dan
dalam satu menit yang terasa begitu lama itu ia berhasil
mencapai tujuan. Ia percikkan air ke wajahnya, dan pe­
rasaan aneh tadi mulai hilang, meskipun ketakutan masih
tetap bercokol.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Ini akan berlalu, katanya dalam hati. Kemarin semua bisa


berlalu.
Ia ingat, kejadian itu kemarin berlangsung selama kira-
kira 30 menit. Ia mengunci diri di kamar kecil, duduk di
toilet dan menelungkupkan kepala di lututnya. Posisi ini

15 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 157 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

membuat detak jantungnya semakin terdengar keras se­


hingga ia duduk tegak kembali.
Ini akan berlalu.
Ia berdiam saja di toilet, rasanya tidak kenal lagi siapa
dirinya; ia bingung. Terdengar orang keluar-masuk toilet,
kran dibuka dan ditutup, percakapan ringan. Beberapa kali
orang mencoba membuka toilet di mana ia berada, tetapi
ia hanya menjawab dengan gumaman. Suara air toilet ter­
dengar begitu keras, seakan mampu menghancurkan se­
luruh gedung itu dan menenggelamkan semua orang ke
dalam neraka.
Tetapi seperti yang diperkirakannya, ketakutan itu pun
berlalu, detak jantungnya kembali normal. Ada baiknya
juga sekretarisnya tidak terlalu teliti, sehingga perempuan
itu tidak menyadari ketidakhadirannya. Jika tidak, semua
orang di sana tentu mencarinya ke toilet dan menanyakan
keadaannya.
Setelah berhasil menguasai diri, Mari membuka pintu
toilet dan kembali memercikkan air ke wajahnya selama
beberapa saat, kemudian kembali ke kantor.
”Anda belum memakai make up,” komentar salah se­
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang pegawai. ”Mau pinjam punya saya?”


Mari tidak menghiraukannya. Ia menuju ke ruangan­
nya, mengambil tas dan barang-barang pribadinya, me­
ngatakan kepada sekretarisnya bahwa ia akan pulang.
”Tapi ada banyak janji hari ini,” protes sekretarisnya.

15 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 158 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Kamu tidak memerintah, melainkan diperintah.


Lakukan apa yang kuperintahkan, batalkan semua per­
janjian.”
Sekretaris itu menatap Mari. Sudah tiga tahun ia be­
kerja untuk perempuan itu, dan belum pernah sekalipun
ia bersikap kasar kepadanya. Tentu ada masalah serius,
mungkin ada yang melapor suaminya ada di rumah de­
ngan perempuan lain, dan ia ingin menangkap basah
suaminya itu.
Ia pengacara yang hebat, tentu tahu apa yang harus dilaku­
kan, pikir si sekretaris. Rasanya tidak mungkin besok pe­
rempuan itu datang dan meminta maaf kepadanya.

Tidak ada lagi hari esok. Malam itu Mari berbicara panjang
dengan suaminya dan mengungkapkan apa saja yang ia
alami. Mereka berkesimpulan bahwa debar, keringat di­
ngin, kebingungan, rasa tidak berdaya, rasa tidak dapat
mengendalikan diri, semua itu mengarah kepada satu hal:
ketakutan. Suami-istri itu pun menduga-duga apa ge­
rangan yang tengah terjadi. Si suami berpikir, mungkin itu
www.facebook.com/indonesiapustaka

tumor otak, tetapi ia tidak mengungkapkan kekhawatiran­


nya itu. Sementara Mari berpikir, mungkin itu pertanda
sesuatu yang buruk telah terjadi, tetapi ia juga tidak meng­
ungkapkannya. Mereka berusaha mencari penjelasan yang
logis, masuk akal, dan dewasa.

15 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 159 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

”Mungkin kamu perlu pemeriksaan.”


Mari setuju dengan syarat tidak seorang pun, ter­
masuk anak-anak mereka, tahu tentang itu.
Keesokan harinya ia mengajukan cuti selama 30 hari.
Suaminya bermaksud membawanya ke Austria, di mana
terdapat banyak ahli otak, tetapi Mari tidak mau mening­
galkan rumah; serangan itu semakin sering terjadi dan
berlangsung semakin lama.
Setelah Mari minum obat penenang, mereka berdua
ke rumah sakit Ljubljana, di mana Mari menjalani berbagai
pemeriksaan. Tidak ditemukan sesuatu yang meng­
khawatirkan, tidak pula gejala aneurism—ini melegakan
Mari.
Namun panic attack masih terus terjadi. Sementara
suaminya berbelanja dan memasak, Mari sibuk merapikan
rumah sepanjang hari sebagai cara untuk mengalihkan
pikiran. Ia mulai membaca buku-buku psikiatri, namun
segera meletakkannya, karena menemukan gejala-gejala
yang mirip dengan yang dialaminya.
Lebih buruk lagi, meskipun serangan itu bukan sekali
terjadi, ia tetap merasakan ketakutan yang sama dan selalu
www.facebook.com/indonesiapustaka

merasa asing serta hilang kendali. Sekarang ini ditambah


lagi dengan rasa bersalah terhadap suaminya, yang ter­
paksa mengerjakan pekerjaan rumah tangga di samping
pekerjaannya sendiri.
Waktu berlalu, keadaan itu belum juga teratasi. Mari

16 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 160 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

mulai merasa kesal dan mengekspresikannya. Hal-hal kecil


saja mampu membuatnya meledak dan berteriak-teriak,
disusul dengan tangisan histeris.

Setelah cuti 30 hari berakhir, salah seorang kolega Mari


mengunjunginya. Setiap hari ia menelepon, tetapi Mari
tidak mau bicara atau meminta suaminya mengatakan ia
sedang sibuk. Siang itu koleganya langsung datang dan
memencet bel sampai Mari membukakan pintu.
Pagi yang tenang. Mari membuat teh, mereka ber­
bincang-bincang tentang pekerjaan, dan koleganya me­
nanyakan kapan Mari kembali bekerja.
”Aku tidak akan kembali.”
Teringat oleh koleganya itu percakapan mereka ten­
tang El Salvador.
”Kamu selalu bekerja keras, maka kamu berhak me­
nentukan apa saja,” begitu kata lelaki itu. ”Tetapi menurut­
ku, dalam kasus seperti ini, bekerja merupakan terapi yang
terbaik. Cobalah bepergian, berkeliling dunia, pergi ke
tempat-tempat di mana kamu bisa membantu, dan pintu
www.facebook.com/indonesiapustaka

kantor selalu terbuka untukmu.”


Mendengar itu, tangis Mari meledak. Belakangan ini
ledakan tangis itu sering terjadi.
Koleganya menunggu hingga ia terlihat tenang. Se­
bagai pengacara yang baik, ia tidak menanyakan apapun;

16 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 161 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

ia tahu, dengan diam saja ia justru bisa mendapatkan ja­


waban daripada jika mengajukan pertanyaan.
Begitulah. Mari pun menceritakan segalanya, sejak
dari kejadian di bioskop hingga serangan histeris terhadap
suaminya, yang selama ini memberinya dukungan.
”Aku gila,” begitu katanya.
”Mungkin juga,” jawab koleganya sok tahu, namun
bernada halus. ”Dalam hal ini ada dua pilihan: berobat
atau tetap sakit.”
”Tidak ada pengobatan bagi keadaanku ini. Aku ma­
sih bisa menguasai kondisi mentalku, namun aku khawatir
karena situasi ini sudah berlangsung cukup lama. Tidak
ada gejala klasik orang gila, seperti menarik diri dari ke­
nyataan, apatis, atau agresif—hanya ketakutan saja.”
”Begitulah yang selalu dikatakan oleh orang gila, me­
reka merasa sepenuhnya normal.”
Keduanya tertawa, dan Mari menuangkan teh lagi.
Mereka membicarakan cuaca, kemerdekaan Slovenia, ke­
tegangan antara Kroasia dan Yugoslavia. Sepanjang hari
Mari menonton televisi, sehingga ia tahu segala macam
informasi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Sebelum pergi koleganya menyinggung topik pem­


bicaraan mereka tadi.
”Baru saja dibuka sebuah rumah sakit di kota ini,”
katanya, ”dengan pendanaan dari luar negeri dan mem­
berikan pengobatan kelas satu.”

16 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 162 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Pengobatan apa?”
”Kita sebut saja sebagai ketidakseimbangan. Ke­
takutan berlebihan merupakan ketidakseimbangan.”
Mari mengatakan akan mempertimbangkan saran itu,
namun ia belum benar-benar memutuskannya. Selama se­
bulan berikutnya ia masih mengalami serangan, sehingga
ia menyadari bukan hanya kehidupan pribadinya yang
berantakan, perkawinannya juga terancam runtuh. Ia me­
minta obat penenang lagi dan berusaha keluar rumah
untuk kedua kalinya dalam enam puluh hari.
Dengan menumpang taksi ia meluncur ke rumah sakit
baru itu. Dalam perjalanan sopir menanyakan apakah ia
akan mengunjungi seseorang.
”Katanya rumah sakit itu sangat nyaman, tetapi berisi
orang-orang gila, dan salah satu penyembuhan yang di­
lakukan adalah dengan menyetrum.”
”Aku akan mengunjungi seseorang,” kata Mari.

Hanya perlu pembicaraan satu jam untuk mengakhiri pen­


deritaan Mari yang sudah berlangsung dua bulan. Direktur
www.facebook.com/indonesiapustaka

rumah sakit—seorang lelaki tinggi dengan rambut disemir


dan bernama Dr Igor—menjelaskan bahwa itu hanyalah
panic disorder, gangguan yang baru dikenal di dunia psi­
kiatri.

16 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 163 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

”Bukan berarti itu merupakan penyakit baru,” dokter


itu menjelaskan.
”Biasanya orang yang terserang gangguan itu cen­
derung menyembunyikan diri, takut dianggap gila. Hanya
ketidakseimbangan kimia tubuh saja; seperti depresi.”
Dr Igor memberinya resep dan menyuruhnya pulang.
”Saya tidak mau pulang sekarang,” kata Mari. ”Biar­
pun sudah Anda jelaskan, saya tidak berani keluar. Per­
kawinan saya sudah seperti di neraka, dan suami saya perlu
waktu untuk menenangkan diri setelah dua bulan merawat
saya.”
Tentu saja—karena para pemegang saham ingin ru­
mah sakit penuh pasien—Dr Igor menerimanya sebagai
pasien, meskipun ia menjelaskan bahwa sebenarnya itu
tidak perlu.

Mari mendapat pengobatan yang diperlukan, dan gejala-


gejala yang selama ini dialaminya makin lama makin ber­
kurang hingga akhirnya hilang sama sekali.
Namun selama itu berita tentang perawatannya di ru­
www.facebook.com/indonesiapustaka

mah sakit beredar di seluruh Kota Ljubljana yang kecil.


Koleganya, yang minum teh bersama beberapa minggu
lalu, teman dalam suka dan duka, berkunjung ke Villete.
Ia memuji keberanian Mari menuruti sarannya dan men­
cari penyembuhan, namun kemudian ia mengutarakan

16 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 164 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

tujuan kedatangannya yang sebenarnya: ”Mungkin me­


mang sudah waktunya kamu pensiun.”
Mari mengerti maksudnya; tidak seorang pun mau
mempercayakan kasusnya kepada pengacara yang pernah
dirawat di rumah sakit jiwa.
”Kamu bilang bekerja merupakan terapi terbaik. Aku
perlu kembali bekerja meski hanya sebentar saja.”
Mari menunggu jawaban, namun koleganya itu tetap
diam. Ia pun melanjutkan: ”Kamu yang menyarankan agar
aku menjalani pengobatan. Waktu aku menginginkan pen­
siun, yang kuinginkan adalah berhenti secara terhormat,
puas, memutuskan secara spontan, dan bebas. Aku tidak
mau berhenti bekerja begitu saja, merasa kalah. Setidaknya
beri aku kesempatan membangun kembali rasa percaya
diriku, kemudian aku akan pensiun.”
Pengacara itu berdehem: ”Aku menyarankan untuk
berobat, bukan tinggal di rumah sakit.”
”Tapi itu kan demi keselamatanku. Aku takut sekali di
luar sana; perkawinanku hancur.”
Mari tahu sia-sia saja ia menjelaskan. Kata-katanya
tidak akan mempengaruhi koleganya itu; yang diper­
www.facebook.com/indonesiapustaka

taruhkan adalah nama baik perusahaan. Namun ia masih


berusaha sekali lagi.
”Di sini aku tinggal dengan dua jenis manusia: mereka
yang tidak punya kesempatan kembali ke masyarakat dan
mereka yang sepenuhnya sembuh, tetapi memilih berpura-

16 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 165 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

pura gila daripada harus menghadapi tanggung jawab


hidup. Aku ingin dan perlu belajar menyukai diriku lagi,
aku harus meyakinkan diriku bahwa aku mampu mengam­
bil keputusan. Aku tidak bisa dipaksa memutuskan sesuatu
yang bukan keputusanku sendiri.”
”Kita boleh bertindak salah dalam hidup ini,” kata
koleganya, ”kecuali kesalahan yang menghancurkan diri
kita sendiri.”
Tidak ada gunanya melanjutkan pembicaraan itu;
dalam pikiran koleganya, Mari telah membuat kesalahan
fatal.

Dua hari kemudian seorang pengacara lain mengunjungi


Mari, kali ini dari perusahaan lain, saingan terberat mantan
koleganya itu. Mari senang melihatnya; mungkin orang itu
tahu ia sudah tidak bekerja di firma hukumnya lagi dan
bisa bekerja di tempat lain, kesempatan untuk kembali
mendapat tempat di dunia ini.
Pengacara itu menemuinya di ruang tamu, duduk di
hadapannya dan tersenyum, menanyakan keadaannya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Kemudian ia mengeluarkan berkas-berkas dari tasnya.


”Saya datang atas permintaan suami Anda,” kata
pengacara itu.
”Ini surat permohonan cerai. Ia akan membiayai
perawatan Anda selama berada di sini.”

16 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 166 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Kali ini Mari tidak ingin berdebat. Ia menandatangani


semua berkas itu meski tahu, dari segi hukum yang di­
pelajari dan dipraktikkan, ia bisa mengulur-ulur persoalan.
Ia langsung menemui Dr Igor dan mengatakan dirinya
merasakan gejala-gejala itu lagi.
Dr Igor tahu perempuan itu berdusta, tetapi ia mem­
biarkan Mari tetap tinggal di sana untuk jangka waktu
tidak tertentu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

16 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 167 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika memutuskan tidur, namun Eduard masih berdiri di
dekat piano.

”A lelah, Eduard. Aku mau tidur.” Ia masih ber­


ku

sedia memainkan piano untuk pemuda itu,


mengingat kembali sonata, requiems, dan adagio yang per­
nah dipelajarinya, karena pemuda itu mengagumi tanpa
menuntut apa-apa dari dia. Tetapi tubuhnya sudah tidak
sanggup lagi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pemuda itu begitu tampan. Bila saja dapat keluar dari


dunianya, tentu ia bisa melihat sosok Veronika sebagai
perempuan, dan kemarin malam bisa menjadi malam ter­
indah bagi gadis itu: Eduard satu-satunya orang yang bisa
memahami Veronika sebagai seniman. Melalui sonata dan

16 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 168 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

minuet telah terjalin ikatan batin antara Veronika dan


pemuda itu, seakan dialah satu-satunya lelaki yang pernah
dikenalnya.
Eduard lelaki yang ideal, perasa, berpendidikan; orang
yang tanpa peduli menghancurkan dunia umum dan mem­
bangun dunia baru di kepalanya, kali ini penuh dengan
warna baru, tokoh baru, cerita baru. Dan dalam dunia
baru itu ada seorang perempuan, piano, dan rembulan
yang terus mengembang.
”Bisa-bisa aku jatuh cinta dan memberikan segalanya
kepadamu saat ini,” kata Veronika, tahu lelaki itu tidak
akan memahami kata-katanya. ”Kamu hanya memintaku
memainkan musik, tetapi aku bisa memberikan lebih dari­
pada yang selama ini kamu kira, dan aku akan memberimu
sesuatu yang lain, sesuatu baru yang mulai kupahami se­
karang.”
Eduard tersenyum. Apakah ia mengerti? Veronika
takut—semua sopan-santun mengatakan kita tidak boleh
langsung mengungkapkan rasa cinta, apalagi kepada lelaki
yang belum begitu dikenal. Tetapi ia memutuskan terus
bicara, karena toh ia tidak kehilangan apa-apa.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Kamulah satu-satunya lelaki di dunia ini yang bisa


membuatku jatuh cinta karena alasan yang sederhana,
Eduard. Bila aku nanti mati, kamu tidak akan kehilangan
aku. Aku tidak tahu bagaimana perasaan orang yang men­

16 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 169 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

derita skizofrenia, tetapi aku yakin mereka tidak pernah


merasa kehilangan.
”Barangkali pada awalnya kamu akan kehilangan mu­
sik yang biasa kumainkan di malam hari, tetapi bulan ma­
sih tetap ada, dan akan ada orang yang mau memainkan
sonata untukmu, apalagi di rumah sakit jiwa ini, di mana
semua orang termasuk ‘gila’.”
Veronika tidak tahu apa hubungannya antara gila dan
rembulan, tetapi tentu ada kaitan erat di antara keduanya
jika masyarakat menggunakan perbandingan itu untuk
menggambarkan orang gila.
”Aku juga tidak akan kehilangan kamu, Eduard, ka­
rena aku akan mati, jauh dari sini. Dan karena aku tidak
takut kehilangan kamu, aku tidak peduli apa pendapatmu
tentang aku. Malam ini kumainkan sonata untukmu se­
perti perempuan yang sedang jatuh cinta. Indah sekali.
Saat-saat terindah dalam hidupku.”

Ia melihat Mari di halaman. Ia ingat kata-kata perempuan


itu. Dan ia kembali menatap lelaki yang berdiri di ha­
www.facebook.com/indonesiapustaka

dapannya.
Veronika melepas sweater-nya, mendekati Eduard. Ka­
lau mau, ia bisa melakukan apa saja sekarang. Mari masih
akan lama berada di luar sana.
Eduard mundur. Tatapan matanya seakan bertanya:

17 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 170 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Kapan ia akan memainkan piano lagi? Kapan ia akan me­


mainkan musik dengan suasana, kepedihan, penderitaan,
dan kegembiraan yang sama seperti komposer gila yang
melampaui generasinya lewat musiknya?
Perempuan di luar itu mengatakan aku mesti mastur­
basi dan melihat seberapa jauh aku mampu menikmatinya.
Bisakah kulampaui kenikmatan yang pernah kurasakan
sebelumnya?
Veronika meraih tangan Eduard, membimbingnya ke
sofa, namun lelaki itu dengan sopan menolak. Ia memilih
tetap berdiri di dekat piano dan menunggu dengan sabar
hingga gadis itu mau memainkan alat musik itu lagi.

Mula-mula Veronika merasa malu, tetapi kemudian ia sa­


dar dirinya tidak menanggung risiko apapun. Ia sudah
mati; mengapa harus terus menyimpan rasa takut dan pra­
sangka yang selama ini membatasi hidupnya? Ia melepas­
kan blus, celana, bra, dan celana dalamnya. Ia berdiri te­
lanjang bulat di hadapan lelaki itu.
Eduard tertawa. Veronika tidak tahu mengapa, yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

ia tahu lelaki itu tertawa. Perlahan dibimbingnya tangan


Eduard agar menyentuh kelaminnya; tangan itu diam saja,
tidak bergerak. Veronika tidak jadi melakukannya. Ia pun
menyingkirkan tangan itu.
Ada sesuatu yang membuatnya bahagia lebih daripada

17 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 171 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

sekadar kontak fisik dengan lelaki itu: kenyataan bahwa


dirinya bisa berbuat apa saja, tidak ada batasan. Selain pe­
rempuan di luar itu, yang bisa masuk kapan saja, tidak ada
orang lain yang masih terjaga.
Darahnya menggelegak, dan rasa dingin—yang tadi
terasa ketika ia melepaskan pakaian—kini telah sirna.
Veronika dan Eduard berdiri berhadap-hadapan, si gadis
telanjang bulat, si pemuda berpakaian lengkap. Veronika
menyentuh kelaminnya dan mulai masturbasi; sebelumnya
ia pernah melakukannya, baik sendiri maupun dengan pa­
sangannya, tetapi belum pernah dalam situasi seperti ini,
di mana lelaki yang bersamanya sama sekali tidak menun­
jukkan rasa tertarik pada apa yang tengah terjadi.
Dan itu menyenangkan, sangat menyenangkan. Ber­
diri dan meregangkan kakinya, Veronika menyentuh ke­
laminnya, payudaranya, rambutnya, dan menuruti ke­
mauan yang ada dalam dirinya, bukan karena ia ingin
Eduard keluar dari dunianya yang begitu jauh, melainkan
karena tindakan itu belum pernah dilakukannya.
Ia mulai berbicara, melontarkan kata-kata yang tidak
pernah terlintas dalam pikirannya, kata-kata yang oleh
www.facebook.com/indonesiapustaka

orangtua, teman-teman, dan nenek moyangnya dinilai


kotor. Ia orgasme, mengigit bibir agar tidak memekik
akibat kenikmatan yang dirasakannya.
Eduard menatapnya. Ada sesuatu yang berbeda di
matanya, seolah ia mengerti, meskipun itu hanya energi,

17 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 172 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

kehangatan, keringat, dan aroma yang berpendar dari tu­


buh gadis itu. Veronika belum terpuaskan, maka ia pun
berlutut dan melanjutkan masturbasi.
Ia ingin mati dalam kenikmatan orgasme, mem­
bayangkan dan melakukan apa saja yang selama ini dila­
rang: ia memohon-mohon agar lelaki itu menyentuhnya,
memaksanya, dan memanfaatkannya untuk melakukan
semua yang ia inginkan. Seandainya saja Zedka juga hadir
di sana. Perempuan tahu persis cara menyentuh sesama
perempuan, lebih tahu daripada lelaki, karena perempuan
mengetahui semua rahasia tubuhnya.
Berlutut di hadapan Eduard yang tetap berdiri,
Veronika merasa dikuasai dan disentuh. Ia melontarkan
kata-kata kotor untuk mengungkapkan apa yang diingin­
kannya dari lelaki itu. Sekali lagi ia orgasme, lebih hebat
daripada sebelumnya, seakan semua benda di sekitarnya
hendak meledak. Ia ingat serangan jantung yang terjadi
tadi pagi, namun apalah artinya itu. Ia akan mati dalam
kenikmatan yang meledakkannya. Ia ingin menyentuh
Eduard—yang berdiri di hadapannya—namun ia tidak
ingin merusak suasana. Ia melayang jauh, jauh sekali, se­
www.facebook.com/indonesiapustaka

perti kata Mari.


Ia membayangkan dirinya sebagai ratu dan budak,
sebagai penguasa dan korban. Ia membayangkan dirinya
bercinta dengan lelaki berbagai warna kulit—hitam, putih,
kuning—dengan homoseksual dan pengemis. Ia menjadi

17 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 173 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

milik siapa saja dan mereka boleh melakukan apa saja ter­
hadap dia. Sekali, dua kali, tiga kali berturut-turut ia
orgasme. Ia membayangkan apa yang tidak pernah ter­
bayangkan, ia serahkan dirinya kepada yang paling hina
dan yang paling suci. Akhirnya, tidak sanggup lagi, ia me­
mekik penuh kenikmatan, merasakan pedihnya semua
orgasme yang pernah dialaminya, semua lelaki dan pe­
rempuan yang keluar-masuk tubuhnya melalui pintu di
dalam kepalanya.
Ia terkulai di lantai, bermandikan keringat, jiwanya
penuh kedamaian. Selama ini ia menyembunyikan segala
keinginan, bahkan dari dirinya sendiri. Tidak tahu menga­
pa, tetapi ia tidak memerlukan jawabannya. Cukup sudah
yang dilakukannya. Ia menyerah kepada kemauan yang ada
dalam dirinya.

Perlahan alam semesta kembali tenang dan Veronika bang­


kit. Selama itu Eduard tidak bergerak, tetapi tampak ada
sesuatu yang berbeda pada dirinya: Ada kelembutan di
matanya, kelembutan yang begitu manusiawi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Betapa indahnya, aku bisa melihat cinta pada segala benda,


bahkan pada mata seorang penderita skizofrenia.
Veronika tengah mengenakan kembali pakaiannya
ketika hadir orang ketiga di ruangan itu.
Mari tiba-tiba nongol. Veronika tidak tahu kapan pe­

17 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 174 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

rempuan itu masuk, atau apa yang ia lihat dan dengarkan.


Meskipun demikian ia tidak merasa malu atau takut. Ia
hanya menatapnya dingin, seperti menatap orang yang
mengganggu aktivitasnya.
”Kujalani apa yang kamu sarankan,” katanya. ”Dan
aku melayang jauh, jauh sekali.”
Mari diam; ia baru saja mengenang kembali saat-saat
penting masa lalunya, dan ia sedikit merasa tidak nyaman.
Mungkin sudah saatnya ia kembali ke dunia, menghadapi
berbagai hal di luar sana, mengatakan bahwa siapapun bisa
menjadi anggota Persaudaraan meskipun tidak pernah di­
rawat di rumah sakit jiwa.
Seperti gadis muda itu, misalnya, yang alasan ke­
beradaannya di Villete melulu karena ia melakukan sesuatu
terhadap hidupnya sendiri. Ia tidak paham tentang panik,
depresi, visi mistik, psikosis—batas-batas di mana pikiran
dapat meniadakan keberadaan kita. Meskipun kenal ba­
nyak lelaki, ia tidak pernah membiarkan gairahnya yang
terpendam terpenuhi, sehingga setengah usianya berlalu
ia tidak mengenal dirinya sendiri. Bila saja setiap orang
tahu sisi gila dirinya, dan membiarkan sisi gila itu tetap
www.facebook.com/indonesiapustaka

hidup, apakah dunia akan menjadi tempat yang buruk?


Tidak, orang akan bersikap lebih adil dan lebih bahagia.
”Mengapa aku tidak pernah melakukan itu?”
”Ia ingin kamu memainkan piano lagi,” kata Mari

17 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 175 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

sambil memandang Eduard. ”Kurasa ia pantas mendapat­


kannya.”
”Aku mau, tetapi jawab dulu pertanyaanku: Mengapa
aku tidak pernah melakukan itu? Bila memang aku bebas,
bila memang aku bisa memikirkan apa yang ingin kupikir­
kan, mengapa aku selalu menghindar untuk membayang­
kan hal-hal yang terlarang?”
”Terlarang? Dengar, aku pengacara, aku tahu hukum.
Aku orang Katolik, dan dulu hafal seluruh bagian Injil.
Apa yang kamu maksud dengan ‘terlarang’?”
Mari mendekat dan membantunya mengenakan sweater.
”Tatap mataku, dan jangan sekali-kali melupakan apa
yang akan kukatakan ini. Hanya ada dua larangan, satu
menurut hukum manusia dan satu lagi menurut hukum
Tuhan. Jangan memaksakan hubungan seks terhadap
siapapun, karena itu dianggap pemerkosaan. Jangan sekali-
kali berhubungan seks dengan anak kecil, karena itu me­
rupakan dosa paling keji. Selalu saja ada orang yang mem­
punyai keinginan seperti yang kamu inginkan.”
Mari tidak cukup sabar mengajarkan hal-hal penting
kepada orang yang hampir mati. Ia tersenyum dan meng­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ucapkan selamat malam, kemudian meninggalkan


ruangan.
Eduard tidak bergerak; ia menunggu musik dimain­
kan. Veronika perlu memberi penghargaan atas kenik­
matan yang telah diberikan oleh lelaki itu hanya dengan

17 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 176 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

diam dan menyaksikan kegilaannya tanpa rasa takut atau


menolak.
Jiwanya terasa ringan, bahkan ketakutan akan ke­
matian tidak lagi menyiksanya. Ia sudah merasakan ke­
nikmatan sebagai perawan dan pelacur, sebagai budak dan
ratu, walaupun lebih banyak sebagai budak daripada ratu.
Malam itu, seperti keajaiban, semua lagu yang pernah
dikenalnya masuk kembali ke dalam ingatannya, dan ia
mainkan semuanya agar Eduard merasakan kenikmatan
seperti yang dirasakannya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

17 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 177 4/13/2018 10:08:18 AM


Ketika menyalakan lampu Dr Igor terkejut me­lihat perempuan
muda itu duduk di ruang tunggu di luar kantornya.

”M terlalu pagi. Dan hari ini jadwalku penuh.”


asih

”Aku tahu,” jawab perempuan itu. ”Hari


ini pun belum lagi dimulai. Aku cuma perlu bicara seben­
tar, sebentar saja. Aku perlu bantuan Anda.”
Ada lingkaran gelap di bawah matanya, rambutnya
terlihat kusam, pertanda ia tidak tidur semalaman.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dr Igor memutuskan membiarkan perempuan itu


masuk ke kantornya.
Ia menyuruh perempuan itu duduk sambil me­
nyalakan lampu dan membuka gorden. Satu jam lagi fajar
menyingsing, dan ia dapat menghemat listrik; para pe­

17 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 178 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

megang saham sangat ketat menekan pengeluaran sekecil


apapun.

Sekilas ia melihat agendanya: Zedka sudah diberi insulin


shock yang terakhir dan menunjukkan reaksi positif, ber­
hasil melampaui pengobatan yang tidak manusiawi itu.
Dalam hal ini Dr Igor meminta dewan rumah sakit me­
nandatangani pernyataan bahwa mereka bertanggung
jawab terhadap segala akibat yang timbul.
Ia mulai membaca laporan. Dua atau tiga pasien ber­
sikap agresif tadi malam. Salah satunya Eduard. Pemuda
itu kembali ke bangsal jam empat pagi dan menolak diberi
obat tidur. Dr Igor harus bertindak. Betapapun bebasnya
di Villete, citra sebagai lembaga yang tegas dan konser­
vatif harus tetap dipertahankan.
”Ada yang ingin kutanyakan kepada Anda,” kata
Veronika.
Dr Igor mengabaikannya. Ia mengambil stetoskop,
memeriksa jantung serta paru-paru perempuan itu. Ia juga
memeriksa refleks dan bagian belakang retina dengan sen­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ter kecil. Kini hampir tidak terlihat tanda-tanda keracunan


Vitriol.
Ia segera menghampiri telepon dan meminta perawat
membawa obat dengan nama cukup rumit.
”Tampaknya semalam kamu tidak disuntik,” katanya.

17 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 179 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

”Tapi aku merasa jauh lebih baik.”


”Aku baru saja melihat wajahmu: Ada lingkaran hitam
di bawah mata, tanda kelelahan dan refleks yang menurun.
Kalau kamu ingin menikmati sisa hidupmu, lakukan apa
yang kuperintahkan.”
”Itulah sebabnya mengapa aku berada di sini. Aku
ingin menikmati sisa hidupku yang tinggal sedikit, tetapi
dengan caraku sendiri. Sebenarnya, tinggal berapa lama
lagi hidupku?”
Dr Igor memandang dari atas kacamatanya.
”Anda boleh mengatakannya,” kata Veronika. ”Aku
tidak takut. Aku ingin hidup, tetapi aku tahu keinginan saja
tidak cukup. Aku siap menerima takdirku.”
”Lalu, apa yang kamu inginkan?”
Perawat datang membawa alat suntik. Dr Igor meng­
angguk, dan perawat menggulung lengan baju Veronika ke
atas.
”Tinggal berapa lama lagi hidupku?” tanya Veronika
lagi, sementara perawat memberinya suntikan.
”Dua puluh empat jam, barangkali kurang daripada
itu.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Veronika menunduk dan menggigit bibirnya, namun


ia berusaha tetap tenang.
”Aku punya dua permintaan. Pertama, beri aku obat
atau suntikan apa saja supaya aku tetap terjaga dan bisa
menikmati sisa hidupku. Aku sangat lelah, tetapi tidak

18 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 180 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

ingin tidur. Ada banyak hal yang ingin kulakukan, yang


selama ini kutunda-tunda karena kupikir aku akan hidup
selamanya. Hal-hal yang kupikir tidak menarik ketika aku
mulai merasa hidup ini tidak ada gunanya.”
”Dan apa permintaanmu yang kedua?”
”Aku ingin keluar dari sini agar bisa mati di luar sana.
Aku ingin mengunjungi istana Ljubljana. Istana itu berdiri
di sana, tetapi aku tidak pernah tertarik melihatnya dari
dekat. Aku ingin mengobrol dengan seorang perempuan
yang menjual chestnut di musim dingin dan menjual bunga
di musim semi. Kami sering berpapasan dan tidak pernah
sekalipun aku menegurnya. Aku ingin keluar tanpa jaket
dan berjalan di salju, ingin kurasakan bagaimana udara
yang sangat dingin itu, karena selama ini aku takut kena
flu.
”Singkat kata, Dr Igor, aku ingin merasakan terpaan
hujan di wajahku, tersenyum kepada lelaki yang menarik
perhatianku, menerima kopi yang dibelikan oleh seorang
lelaki. Aku ingin mencium ibuku, mengungkapkan betapa
aku mencintainya, menangis dipangkuannya, tidak malu
mengungkapkan perasaanku, karena perasaan itu selalu
www.facebook.com/indonesiapustaka

ada walaupun aku menyembunyikannya.


”Mungkin aku akan ke gereja dan melihat gambar-
gambar yang selama ini tidak bermakna apa-apa bagiku,
dan mencari tahu kalau-kalau gambar-gambar itu me­
ngatakan sesuatu kepadaku sekarang ini. Jika ada lelaki

18 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 181 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

menarik yang mengajakku ke klub, aku akan menerima


ajakan itu. Aku akan berdansa sepanjang malam hingga
aku tak sanggup lagi. Kemudian aku akan tidur dengan
dia, berusaha tetap terkendali, tanpa berpura-pura merasa­
kan sesuatu yang tidak kurasakan. Akan kuberikan diriku
kepada seorang lelaki, pada kota ini, kepada kehidupan,
dan akhirnya kepada kematian.”

Ketika Veronika selesai berbicara, terasa ada kesunyian


yang dalam. Dokter dan pasien saling berpandangan, me­
nyelami, dan barangkali membayangkan kemungkinan apa
saja yang didapat dalam waktu dua puluh empat jam.
”Saya akan memberikan stimulan, tetapi saya tidak
menyarankan kamu memakainya,” kata Dr Igor akhirnya.
”Itu akan membuatmu terjaga, tetapi sekaligus meng­
hilangkan ketenangan yang kamu butuhkan untuk me­
lakukan semua yang kamu inginkan itu.”
Veronika mulai merasa tidak enak badan; setiap kali
diberi suntikan selalu timbul rasa tidak enak di tubuhnya.
”Kamu terlihat sangat pucat. Sebaiknya kamu tidur
www.facebook.com/indonesiapustaka

saja dan kita bisa bicara lagi besok.”


Sekali lagi Veronika ingin menangis, tetapi ia berusaha
mengendalikan diri.
”Tidak ada hari esok, Anda tahu betul itu. Aku lelah,
Dr Igor, sangat lelah. Karena itu aku minta obat. Se­

18 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 182 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

malaman aku tidak tidur, setengah putus asa, setengah


pasrah. Aku bisa saja ketakutan lagi seperti kemarin, tetapi
apalah gunanya? Karena aku masih punya sisa waktu dua
puluh empat jam, dan ada banyak pengalaman yang me­
nantiku, kuputuskan lebih baik menyingkirkan rasa putus
asa itu.
”Tolonglah, Dr Igor, biarkan kujalani sisa hidupku
yang tinggal sedikit ini, karena kita berdua tahu tidak ada
lagi hari esok.”
”Pergi dan tidurlah,” kata Dokter, ”datanglah lagi te­
ngah hari nanti. Kita bisa bicara lagi.”
Veronika melihat tidak ada jalan lain.
”Aku akan pergi dan tidur, dan nanti akan kembali.
Tetapi bolehkah aku bicara sedikit lagi?”
”Tentu akan menjadi panjang. Saya sibuk sekali hari
ini.”
”Langsung pada pokok persoalan. Tadi malam, untuk
pertama kalinya, aku masturbasi sebebas-bebasnya. Ku­
bayangkan hal-hal yang tidak pernah berani kubayangkan,
kunikmati apa yang selama ini takut kunikmati.”
Dr Igor berusaha tetap terlihat profesional. Ia tidak
www.facebook.com/indonesiapustaka

tahu arah pembicaraan itu, dan ia tidak ingin timbul ma­


salah dengan atasan.
”Kusadari ternyata aku ini cabul, Dokter. Aku ingin
tahu, apakah kecabulan itu juga berperan dalam usahaku

18 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 183 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

bunuh diri? Ada banyak hal tentang diriku yang belum


kuketahui.”
Aku harus memberinya jawaban, pikir Dokter. Tidak perlu
memanggil perawat sebagai saksi pembicaraan itu untuk meng­
hindari tuduhan pelecehan seksual.
”Kita semua punya hasrat yang berlainan,” jawab
Dokter. ”Pasangan kita pun demikian. Apa yang salah de­
ngan itu semua?”
”Coba Anda jelaskan.”
”Karena semua orang punya khayalan, tetapi hanya
sedikit yang mewujudkan khayalan itu, maka keadaan ini
membuat kita semua menjadi pengecut.”
”Meskipun mereka yang sedikit itu benar adanya?”
”Orang yang benar adalah mereka yang paling kuat.
Dalam hal ini, paradoksnya, si pengecutlah yang pem­
berani, dan mereka berusaha memaksakan pikiran kepada
orang lain.”
Dr Igor tidak ingin melanjutkan percakapan.
”Sekarang pergi dan tidurlah sebentar; saya harus me­
nemui pasien lain. Kalau kamu menuruti perintah, nanti
kita lihat apakah akan kukabulkan permintaanmu yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

kedua.”

Veronika meninggalkan ruangan. Pasien berikutnya adalah


Zedka, yang sudah waktunya meninggalkan rumah sakit.

18 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 184 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Dr Igor memintanya menunggu sebentar; ia perlu men­


catat percakapan yang baru saja dilakukannya.
Dalam tesisnya mengenai Vitriol ia akan memasukkan
pembahasan yang panjang mengenai seks. Banyak neuro­
sis dan psikosis berakar pada masalah seks. Ia berkeya­
kinan, fantasi merupakan impuls-impuls elektris dari otak
yang energinya akan terlepas ke area lain jika tidak ter­
salurkan.
Selama melakukan penelitian medis Dr Igor membaca
berbagai tulisan tentang penyimpangan seksual, sadisme,
masokisme, homoseksualitas, koprofagi, koprolalia, vo­
yeurisme—masih panjang lagi daftarnya.
Pada awalnya ia menganggap itu semua sebagai con­
toh perilaku menyimpang pada beberapa orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri dan menjaga hubungan yang
sehat dengan pasangannya. Namun semakin lama ber­
kecimpung di dunia psikiatri, dan semakin banyak ber­
bicara dengan pasien, ia menyadari bahwa tiap orang pu­
nya cerita yang tak umum. Biasanya pasien-pasiennya
duduk di kursi nyaman di ruang praktiknya dengan pan­
dangan terpaku di lantai dan mulai menjelaskan apa yang
www.facebook.com/indonesiapustaka

mereka sebut sebagai ”penyakit” (seakan-akan ia bukan


dokter) atau penyimpangan (seakan-akan ia bukan psi­
kiater yang bisa membedakan mana yang menyimpang
dan mana yang tidak).
Satu demi satu, orang-orang normal itu memaparkan

18 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 185 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

fantasi sebagaimana tertulis di berbagai risalah tentang


minoritas erotisme: buku yang sesungguhnya memper­
juangkan hak semua orang untuk orgasme sesuai dengan
cara yang dipilih, asalkan perjuangan itu tidak melanggar
hak pasangannya.
Perempuan yang belajar di sekolah biara membayang­
kan dirinya menjadi budak seks; seorang lelaki berjas dan
berdasi serta punya jabatan tinggi bercerita, ia membayar
pelacur Rumania hanya untuk menjilati kakinya. Para pe­
muda jatuh cinta kepada sesama jenis, para gadis jatuh
cinta kepada teman sekolahnya yang juga perempuan. Para
suami ingin melihat istri mereka bercinta dengan orang
yang tak dikenal, para perempuan masturbasi setiap kali
merasa suami mereka tengah berselingkuh. Para ibu ru­
mah tangga menekan dorongan untuk menyerahkan
tubuhnya kepada pengantar barang yang datang ke rumah,
para bapak menceritakan petualangan mereka dengan para
banci yang mampu mengecoh orang dengan sempurna.
Dan pesta seks. Sepertinya setiap orang ingin berpesta
seks sekali dalam hidupnya.
Dr Igor meletakkan penanya sejenak, berpikir tentang
www.facebook.com/indonesiapustaka

dirinya: Bagaimana dengan dia? Ya, ia juga meng­


inginkannya. Pesta seks, seperti yang dibayangkannya,
pastilah sesuatu yang anarkis dan menyenangkan, di mana
tidak ada lagi rasa memiliki. Yang ada hanya ada ke­
nikmatan dan kekacauan.

18 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 186 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Apakah itu penyebab utama mengapa banyak orang


merasakan kegetiran dalam hidup? Perkawinan memaksa
orang menjadi monogami, di mana—menurut apa yang
dibaca oleh Dr Igor—gairah seksual menghilang pada
tahun ketiga atau keempat setelah hidup bersama. Setelah
itu istri merasa ditolak dan lelaki merasa terperangkap.
Pada saat itulah Vitriol atau kegetiran mulai menggerogoti.
Orang bicara lebih terbuka kepada psikiater daripada
kepada pendeta, karena dokter tidak menakut-nakuti me­
reka dengan neraka. Sepanjang kariernya sebagai psikiater,
Dr Igor mendengarkan apa saja yang ingin diceritakan
oleh orang.
Menceritakan, karena mereka jarang melakukannya. Bah­
kan setelah bertahun-tahun menjalani profesinya, ia sering
bertanya dalam hati mengapa mereka begitu takut terlihat
berbeda dengan orang lain.
Ketika ia berusaha mencari tahu alasannya, jawaban
yang paling umum adalah: ”Suami akan menganggap saya
seperti pelacur,” atau si lelaki akan menjawab: ”Istri harus
dihormati.”
Biasanya percakapan berhenti di situ. Tidak ada guna­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya mengatakan bahwa setiap orang memiliki profil


seksual yang berbeda, seperti sidik jari; tidak ada yang
akan mempercayai itu. Bersikap bebas di ranjang bisa ber­
bahaya; selalu ada ketakutan bila pasangannya menjadi
budak pikiran yang sudah terbentuk sebelumnya.

18 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 187 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

Aku tidak akan mengubah dunia, pikir Dr Igor pasrah.


Ia pun menyuruh perawat menyilakan Zedka, bekas pen­
derita depresi, masuk. Tetapi setidaknya bisa kuungkapkan
pemikiranku dalam tesis.

Eduard melihat Veronika meninggalkan ruang konsultasi


Dr Igor dan menuju ke bangsal. Ia ingin mengungkapkan
perasaannya, membuka pintu hatinya untuk Veronika, se­
jujur dan sebebas gadis itu mempertontonkan tubuhnya
seperti kemarin malam.
Itu ujian terberat yang dihadapinya sejak berada di
Villete sebagai penderita skizofrenia. Namun ia berusaha
menahan diri, meskipun keinginan untuk kembali ke dunia
nyata mulai membuatnya gundah.
”Semua orang tahu gadis itu tidak akan bertahan
hingga akhir minggu. Tidak ada maknanya.”
Tetapi, barangkali, justru karena itulah ia harus me­
ngemukakan perasaannya kepada Veronika. Selama tiga
hari ia hanya bicara dengan Mari, itupun tidak yakin apa­
kah perempuan itu memahaminya; sebagai ibu ia terlanjur
www.facebook.com/indonesiapustaka

berpikir bahwa orangtua Eduard bertindak benar, bahwa


mereka menginginkan yang terbaik untuk putranya, bahwa
visi tentang firdaus yang dilihatnya hanyalah khayalan tolol
seorang pemuda gila yang sudah tercerabut dari dunia
nyata.

18 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 188 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Visi tentang firdaus. Itulah tepatnya yang membawa­


nya ke neraka, menimbulkan perdebatan panjang dengan
keluarga dan membangkitkan rasa bersalah, karena ia me­
rasa tidak mampu berbuat apa-apa dan akhirnya lari ke
dunia lain. Kalau bukan karena Mari, tentu ia masih hidup
di dunia lain itu.
Kemudian muncullah Mari; ia memberinya perhatian,
membuatnya merasa disayangi lagi. Berkat perempuan itu
Eduard masih bisa memahami apa yang terjadi di sekeli­
lingnya.
Beberapa hari lalu seorang perempuan muda seusia­
nya duduk di depan piano dan memainkan Moonlight
Sonata. Eduard, sekali lagi, merasa resah dengan visi ten­
tang firdaus itu. Ia tidak tahu siapa yang salah, musik itu
atau perempuan muda itu atau bulan atau karena ia lama
berada di Villete.

Ia mengikuti gadis itu sampai ke bangsal, tetapi perawat


merintangi jalannya.
”Kamu tidak boleh masuk ke sini, Eduard. Pergilah
www.facebook.com/indonesiapustaka

ke taman, fajar hampir terbit. Hari ini pasti akan menjadi


hari yang indah.”
Veronika menoleh ke belakang.
”Aku mau tidur sebentar,” katanya lembut. ”Nanti
kita bicara lagi kalau aku sudah bangun.”

18 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 189 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

Veronika tidak tahu mengapa, tetapi pemuda itu seka­


rang menjadi bagian dunianya, atau secuil dunianya. Ia
yakin Eduard memahami musik, mengagumi bakatnya;
meskipun Eduard tidak mampu mengucapkan sepatah
kata pun, tatapannya mengungkapkan banyak hal, seperti
saat itu, di pintu bangsal. Ia mengungkapkan banyak hal
yang tidak ingin didengar oleh Veronika.
Kelembutan. Cinta.
Hidup dengan pasien sakit jiwa membuatku cepat menjadi
gila. Penderita skizofrenia tidak punya perasaan semacam itu, pe­
rasaan terhadap orang lain.
Veronika ingin berbalik dan memberinya ciuman, te­
tapi tidak jadi; perawat akan melihat dan melaporkannya
kepada Dr Igor, dan dokter itu tentu tidak akan mengizin­
kan perempuan yang mencium penderita skizofrenia ke­
luar dari Villete.

Eduard menatap perawat itu. Ketertarikan Eduard pada


Veronika jauh lebih besar daripada yang diduganya, tetapi
ia harus mampu mengendalikan diri. Ia akan menemui
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mari dan meminta saran, hanya kepada perempuan itu ia


berani membuka rahasia. Tentu tanpa ragu-ragu Mari akan
mengatakan bahwa cinta bisa berbahaya dan tidak ada
artinya. Mari akan menyuruh Eduard tidak bersikap ko­

19 0

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 190 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

nyol dan kembali menjadi skizofren normal (dan ia akan


tertawa geli dengan istilah yang dibuatnya sendiri itu).
Eduard bergabung dengan pasien lain di ruang ma­
kan, melahap makanan yang disajikan, kemudian keluar ke
halaman sesuai aturan. Sembari ”berjemur” (saat itu tem­
peratur di bawah nol derajat), ia berusaha mendekati Mari,
tetapi perempuan itu tampaknya tidak sedang ingin di­
ganggu. Mari tidak perlu mengatakan apa-apa. Eduard
sadar ia harus menghormati kebutuhan orang lain untuk
menyendiri.
Seorang pasien baru mendekati Eduard. Jelas ia be­
lum mengenal seorang pun di sana.
”Tuhan menghukum manusia,” begitu katanya. ”Ia
menghukum dengan wabah. Aku melihat-Nya dalam
mimpi, dan Ia memintaku menyelamatkan Slovenia.”
Pelan-pelan Eduard menjauh, sementara lelaki itu te­
rus berteriak: ”Apa menurutmu aku gila? Kalau begitu,
bacalah Alkitab. Tuhan mengirimkan Putra-Nya dan
Putra-Nya telah bangkit.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Namun Eduard tidak mau mendengarnya lagi. Ia menatap


pegunungan di kejauhan dan merenungkan apa yang ter­
jadi dengan dirinya. Mengapa ia ingin meninggalkan ru­
mah sakit, setelah akhirnya menemukan kedamaian yang
begitu dirindukannya? Mengapa mengambil risiko mem­

19 1

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 191 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

permalukan orangtuanya lagi, ketika semua problem ke­


luarga baru saja teratasi? Ia mulai gelisah, berjalan mon­
dar-mandir, menunggu Mari meninggalkan kesendiriannya
agar mereka bisa berbicara, tetapi perempuan itu tampak
begitu jauh.

Ia tahu cara melarikan diri dari Villete. Meskipun tampak­


nya dijaga ketat, Villete sebenarnya memiliki banyak jalan
untuk kabur, melulu karena sekali orang masuk ke Villete
mereka enggan keluar. Di bagian barat ada tembok yang
mudah dipanjat, karena memiliki banyak pijakan; siapapun
yang memanjatnya bisa keluar dengan mudah, dan lima
menit kemudian sudah berada di jalan menuju Kroasia.
Peperangan sudah berakhir, yang semula bersaudara kini
kembali jadi saudara, perbatasan tidak lagi dijaga seperti
sebelumnya; jika beruntung, dalam waktu enam jam ia bisa
mencapai Belgrad.
Sudah beberapa kali Eduard berada di jalan itu, tetapi
selalu memutuskan kembali karena belum melihat isyarat
yang menunjukkan ia harus terus berjalan. Kini segala se­
www.facebook.com/indonesiapustaka

suatunya berbeda: Isyarat itu akhirnya datang dalam wujud


perempuan muda bermata hijau, berambut cokelat, de­
ngan tatapan yang seolah tahu apa yang diinginkan untuk
dirinya sendiri.
Eduard berniat memanjat tembok, meninggalkan

19 2

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 192 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Slovenia dan tidak akan pernah kembali lagi. Tetapi gadis


itu sedang tidur, setidaknya ia harus mengucapkan selamat
tinggal.

Setelah semua orang selesai ”berjemur” dan anggota Per­


saudaraan berkumpul di ruangan, Eduard bergabung de­
ngan mereka.
”Mau apa si gila itu?” tanya salah seorang anggota
yang tertua.
”Biarkan saja,” sahut Mari. ”Lagipula, kita juga gila.”
Mereka tertawa dan kemudian mulai mendiskusikan
ceramah kemarin. Pertanyaannya adalah: Bisakah meditasi
Sufi mengubah dunia? Teori-teori dilontarkan, disusul de­
ngan saran, metodologi, pemikiran yang menentang, kritik
terhadap si penceramah, serta jalan untuk memperbaiki­
nya, jalan yang sudah teruji selama berabad-abad.
Eduard tidak suka diskusi semacam itu. Orang-orang
ini mengurung diri di rumah sakit jiwa dan berbicara ten­
tang cara menyelamatkan dunia tanpa benar-benar ber­
tindak dan mau menanggung risiko. Mereka tahu di luar
www.facebook.com/indonesiapustaka

sana akan ditertawakan, meskipun beberapa gagasan me­


reka sangat praktis. Setiap orang punya teori sendiri me­
ngenai berbagai hal, dan mereka yakin pendapat mereka­
lah yang paling baik. Mereka menghabiskan berhari-hari,
bermalam-malam, berminggu-minggu, dan bertahun-

19 3

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 193 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

tahun untuk berbicara tanpa pernah mau menerima fakta


bahwa, baik atau buruk, pemikiran akan hidup bila di­
praktikkan.
Apakah meditasi Sufi itu? Apakah Tuhan itu? Apakah
penyelamatan itu, jika dunia memang perlu diselamatkan?
Tidak ada. Jika setiap orang di sana—dan juga di luar
Villete—menjalani hidup sewajarnya, dan membiarkan
orang lain melakukan hal yang sama, Tuhan kiranya akan
selalu hadir. Tuhan ada di mana-mana, tetapi orang ber­
pikir mereka harus mencari-cari. Tampaknya dianggap
terlalu sederhana menerima kenyataan bahwa hidup adalah
wujud tindak keimanan.
Ia ingat latihan yang diajarkan oleh sang guru Sufi,
sewaktu ia menunggu Veronika kembali memainkan
piano: Cukup menatap setangkai mawar. Apa lagi yang
diperlukan?
Setelah menjalani meditasi secara mendalam, setelah
begitu dekat dengan visi tentang firdaus, mereka masih
saja berdiskusi, berdebat, mengkritik, dan membuat teori.
Matanya beradu dengan mata Mari. Perempuan itu
memalingkan mukanya, tetapi Eduard bertekad meng­
www.facebook.com/indonesiapustaka

hentikan situasi itu; ia dekati Mari dan menyentuh lengan


perempuan itu.
”Hentikan, Eduard.”
Eduard bisa saja berkata: ”Ikutlah dengan aku.” Te­
tapi ia tidak ingin melakukannya di hadapan orang banyak,

19 4

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 194 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

yang tentu akan heran mendengar nada suaranya yang


tegas. Karena itulah Eduard memilih berlutut dan me­
natap Mari dengan penuh permohonan.
Para lelaki dan perempuan tertawa.
”Kamu menjadi orang suci bagi dia, Mari,” kata salah
seorang dari mereka. ”Barangkali karena meditasi ke­
marin.”
Namun kebisuan Eduard selama bertahun-tahun telah
mengajari dia cara berbicara melalui mata; ia mampu men­
curahkan semua tenaga pada matanya. Seperti rasa yakin­
nya, bahwa Veronika mengerti kelembutan dan cintanya,
ia tahu Mari akan memahami keputusasaannya, dan karena
itu ia benar-benar butuh pertolongannya.
Beberapa saat Mari bertahan, lalu bangkit dan meng­
gandeng tangan pemuda itu.
”Ayo kita jalan-jalan,” katanya. ”Kamu tampaknya
sedang kesal.”

Mereka keluar ke taman. Setelah jauh dari orang lain dan


tidak ada yang mendengarkan, Eduard memecah kebisuan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Sudah bertahun-tahun aku di Villete,” kata pemuda


itu. ”Orangtuaku tidak lagi kupermalukan, kusingkirkan
semua ambisiku, tetapi visi tentang firdaus itu tetap ada.”
”Aku tahu,” kata Mari. ”Sudah sering kita bicarakan

19 5

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 195 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

itu, dan aku juga tahu ke mana arah pembicaraanmu: Su­


dah saatnya kamu meninggalkan tempat ini.”
Eduard menatap langit sekilas; apakah Mari juga me­
rasakan hal yang sama?
”Ini karena gadis itu,” kata Mari lagi. ”Kita sudah ba­
nyak melihat orang mati di sini, selalu di saat yang tak
terduga, dan biasanya setelah mereka menyerah. Tetapi ini
pertama kalinya kita melihat kematian itu terjadi pada se­
orang gadis, cantik, sehat, dan punya kehidupan yang ter­
bentang di hadapannya. Veronika satu-satunya orang yang
tidak ingin tinggal di Villete selamanya. Dan keputusan itu
membuat kita bertanya pada diri sendiri: Bagaimana de­
ngan kita? Apa yang kita lakukan di sini?”
Eduard mengangguk.
”Kemudian, tadi malam, aku juga bertanya pada diri
sendiri, apa yang kulakukan di rumah sakit ini. Kupikir
betapa menyenangkan berjalan-jalan di alun-alun, berada
di Three Bridges, di pasar seberang bioskop, membeli
apel, atau berbincang tentang cuaca. Jelas, aku harus ber­
urusan dengan banyak hal yang sudah lama terlupakan,
seperti tagihan-tagihan yang harus dibayar, masalah de­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ngan tetangga, tatapan ironis orang-orang yang tidak me­


mahami aku, kesendirian, keluhan anak-anak. Tetapi ku­
pikir semua itu hanyalah bagian dari hidup; dan harga yang
harus dibayar untuk masalah kecil seperti itu jauh lebih
ringan daripada harga yang harus dibayar jika kita tidak

19 6

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 196 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

mau peduli terhadap masalah itu. Kupikir aku akan men­


datangi mantan suamiku malam ini untuk mengucapkan
terima kasih. Bagaimana menurutmu?”
”Entahlah. Apakah menurutmu aku juga mesti men­
datangi orangtuaku dan mengatakan hal yang sama?”
”Mungkin. Pada dasarnya, segala yang terjadi dalam
hidup kita melulu karena kesalahan kita. Banyak orang
menghadapi persoalan seperti kita, dan sikap mereka sama
sekali berbeda. Kita mencari jalan termudah: melepaskan
diri dari kenyataan.”
Eduard tahu kata-kata Mari itu benar.
”Aku ingin memulai hidupku lagi, Eduard. Aku ingin
berbuat kesalahan yang selama ini ingin kulakukan, tetapi
tidak pernah berani kulakukan, menghadapi rasa panik
yang mungkin akan menyergap lagi, tetapi itu paling-
paling hanya akan membuatku lelah saja. Aku tahu aku
tidak akan mati atau pingsan gara-gara rasa panik itu. Aku
akan mengumpulkan teman-teman dan mengajarkan cara
menjadi gila agar mereka menjadi bijaksana. Akan kukata­
kan kepada mereka bahwa kita tidak perlu mengikuti
buku-buku petunjuk praktis bersikap baik untuk menemu­
www.facebook.com/indonesiapustaka

kan kehidupan, hasrat, petualangan, dan cara hidup. Akan


kukutip Kitab Wahyu untuk orang Katolik, Al Qur’an un­
tuk Muslim, Taurat untuk orang Yahudi, dan Aristoteles
untuk orang ateis. Aku tidak ingin menjadi pengacara lagi,
tetapi aku bisa menggunakan pengalamanku dengan mem­

19 7

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 197 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

beri ceramah tentang keberadaan para lelaki dan perem­


puan yang eksistensi mereka seperti kita dan tulisan-
tulisan mereka bisa disarikan menjadi satu kata: Hidup.
Kalau kamu hidup Tuhan akan hidup bersamamu. Kalau
kamu tidak mau mengambil risiko itu, Ia akan menjauh ke
surga dan keberadaan-Nya menjadi bahasan spekulasi fil­
safat saja. Setiap orang tahu itu, tetapi tidak seorang pun
berani memulai langkah pertama, barangkali takut disebut
gila. Setidaknya, kita punya ketakutan seperti itu, Eduard.
Kita sama-sama menghuni Villete.”
”Satu-satunya yang tidak dapat kita lakukan adalah
mencalonkan diri sebagai presiden republik ini. Lawan kita
tentu akan menyelidiki masa lalu kita.”
Mari tertawa, sependapat dengan Eduard.
”Aku bosan dengan kehidupan di sini. Aku tidak tahu
apakah bisa kuatasi ketakutanku, tetapi aku sudah bosan
dengan Persaudaraan, dengan taman ini, dengan Villete,
dengan berpura-pura gila.”
”Kalau aku melakukannya, apakah kamu juga akan
melakukannya?”
”Kamu tidak akan melakukannya.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Hampir saja, beberapa waktu lalu.”


”Entahlah. Aku bosan dengan semua ini, tetapi juga
sudah terbiasa.”
”Waktu aku datang ke sini dengan diagnosa skizofre­
nia, berhari-hari, berbulan-bulan, kamu bicara denganku

19 8

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 198 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

dan memperlakukanku sebagai manusia. Aku terbiasa de­


ngan kehidupan yang kubangun sendiri, dunia yang lain,
tetapi kamu tidak biarkan itu terjadi. Dulu aku benci
kamu, sekarang aku menyayangimu. Aku ingin kamu pergi
dari Villete, Mari, seperti aku pergi dari duniaku yang lain
itu.”
Mari berjalan tanpa menjawab.
Di perpustakaan Villete yang kecil dan jarang di­
manfaatkan, Eduard tidak berhasil menemukan Al Quran
atau tulisan Aristoteles atau filsuf lain yang disebutkan
oleh Mari. Ia menemukan kata-kata seorang penyair:

Kemudian kukatakan dalam hatiku, seperti orang


bodoh
itu akan terjadi juga padaku…
Tempuhlah jalanmu, makanlah roti dengan riang,
dan teguklah anggur dengan suka-cita;
karena Tuhan telah menerima jerih-payahmu.
Jaga selalu putih bajumu;
jangan biarkan kepalamu kurang urap.
Berbahagialah hidup bersama istri yang kamu cintai
www.facebook.com/indonesiapustaka

hari-hari istimewamu,
yang diteranginya dengan matahari,
hari-hari istimewamu:
karena itu bagian hidupmu,
dan kamu bekerja di bawah terik mentari...

19 9

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 199 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

Melangkahlah dengan sepenuh hati,


dan dengan tatapan matamu:
namun ketahuilah, untuk semua itu
Tuhan akan mengadilimu.

”Tuhan akan mengadiliku,” kata Eduard lantang, ”dan


akan kukatakan: ‘Pada suatu masa kuberdiri memandang
angin, aku lupa menabur, aku tidak hidup bahagia, aku
bahkan tidak minum anggur yang disuguhkan kepadaku.
Tetapi suatu hari kupikir diriku telah siap, dan aku pun
kembali bekerja. Kuceritakan kepada orang-orang me­
ngenai visi tentang firdaus, seperti yang dilakukan oleh
Bosch, Van Gogh, Wagner, Beethoven, Einstein, dan
orang-orang sinting lain sebelumku.’ Baiklah, biarkan ia
menganggapku meninggalkan rumah sakit agar tidak me­
lihat gadis muda itu mati; gadis muda itu akan berada di
surga, dan ia akan memohonkan ampunan untukku.”
”Kamu bicara apa?” tanya penjaga perpustakaan.
”Aku ingin pergi dari Villete,” kata Eduard dengan
nada sedikit lebih tinggi daripada biasanya. ”Ada yang ha­
rus kukerjakan.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Si pegawai perpustakaan membunyikan bel, dan tak


lama kemudian dua orang perawat datang.
”Aku ingin pergi,” kata Eduard dengan kesal. ”Aku
baik-baik saja, biarkan aku bicara dengan Dr Igor.”

200

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 200 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

Tetapi kedua perawat itu sudah mencengkeram kedua


lengannya. Eduard meronta meski tahu itu sia-sia belaka.
”Kamu sedikit mengalami krisis; sekarang tenanglah,”
kata salah seorang dari mereka. ”Akan kami atasi.”
Eduard tetap meronta.
”Biarkan aku bicara dengan Dr Igor. Ada banyak hal
yang perlu kusampaikan. Ia pasti mengerti.”
Kedua lelaki tadi menyeretnya ke bangsal.
”Lepaskan aku,” teriaknya. ”Biarkan aku bicara seben­
tar.”
Jalan menuju ke bangsal melewati ruang duduk. Pa­
sien lain ada di sana. Eduard terus meronta, dan situasi
pun menjadi kacau.
”Lepaskan dia! Ia gila!”
Sebagian dari mereka tertawa, sementara yang lain
memukul-mukul meja dan kursi.
”Ini rumah sakit jiwa. Kita bebas melakukan apa
saja.”
Salah seorang perawat berbisik kepada yang lain: ”Le­
bih baik kita takut-takuti saja mereka. Jika tidak, situasi
bisa semakin tak terkendali.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Hanya ada satu cara.”


”Dr Igor tidak suka itu.”
”Ia lebih tidak suka lagi kalau gerombolan maniak itu
melempari rumah sakit kesayangannya ini.”

201

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 201 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

***

Veronika tersentak bangun, keringat dingin membasahi


tubuhnya. Terdengar suara gaduh di luar sana. Ia perlu
ketenangan agar bisa tidur, tetapi kegaduhan itu terus ter­
dengar.
Sedikit pusing, ia berusaha bangkit dan menuju ke
ruang duduk. Tepat pada saat itulah ia melihat Eduard
diseret, sementara perawat lain datang membawa suntikan.
”Apa yang kamu lakukan?” jerit Veronika.
”Veronika!”
Si skizofren berbicara kepadanya. Ia memanggil
namanya. Antara terkejut dan malu ia mendekat, tetapi
seorang perawat melarangnya.
”Apa yang kamu lakukan? Aku berada di sini bukan
karena gila. Kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti
ini.”
Ia mendorong perawat itu, sementara pasien lain terus
berteriak-teriak dan heboh. Apakah ia mesti menemui Dr
Igor dan segera meninggalkan tempat itu?
”Veronika!”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pemuda itu memanggil namanya lagi. Dengan sege­


nap daya Eduard akhirnya lepas dari kedua perawat lelaki
yang meringkusnya. Ia tidak melarikan diri, hanya berdiri,
tanpa gerak, seperti kemarin malam. Seakan terpana, se­

202

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 202 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

mua orang diam menunggu apa yang akan terjadi selanjut­


nya.
Seorang perawat mendekat lagi, tetapi Eduard mena­
tapnya seraya mengumpulkan seluruh tenaga.
”Aku akan ikut denganmu. Aku tahu ke mana kamu
akan membawaku, dan aku juga tahu kamu ingin semua
orang tahu. Tetapi tunggu sebentar.”
Perawat itu berpikir risikonya terlalu besar jika ia ber­
tindak; lagipula situasi tampaknya sudah normal kembali.
”Kurasa… kurasa kamu sangat berarti bagiku,” kata
Eduard kepada Veronika.
”Kamu tidak bisa bicara. Kamu tidak hidup di dunia
ini, kamu tidak tahu namaku. Kamu tidak bersamaku ke­
marin malam; katakanlah bahwa kamu tidak ada di sana
kemarin malam.”
”Aku ada di sana.”

Veronika meraih tangan Eduard. Orang-orang gila tadi


berteriak, bertepuk tangan, mengucapkan kata-kata kotor.
”Ke mana mereka akan membawamu?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Untuk terapi.”
”Aku ikut denganmu.”
”Tidak usah. Kamu akan tetap ketakutan meskipun
kukatakan terapi itu tidak menyakitkan, tidak terasa apa-

203

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 203 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

apa. Terapi itu juga lebih baik daripada penenang, karena


lebih cepat mengembalikan kesadaran.”
Veronika tidak tahu apa maksudnya. Menyesal telah
meraih tangan pemuda itu, ia ingin segera berlalu dari
sana, menyembunyikan rasa malunya, dan tidak ingin me­
nemui lelaki itu lagi, yang melihat betapa cabulnya dia te­
tapi tetap memperlakukannya dengan manis.
Veronika teringat kembali kata-kata Mari: Ia tidak per­
lu menjelaskan tentang hidupnya kepada siapapun, tidak
juga kepada pemuda yang berdiri di hadapannya.
”Aku ikut denganmu.”
Perawat berpikir mungkin itu lebih baik. Si skizofren
tidak perlu lagi diringkus; ia menurut.

Sesampainya di bangsal Eduard berbaring di ranjang. Su­


dah ada dua orang lagi yang menunggu. Mereka membawa
mesin aneh dan kantung berisi lembaran kain.
Eduard menoleh ke arah Veronika dan menyuruhnya
duduk di ranjang.
”Dalam beberapa menit cerita akan menyebar ke selu­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ruh Villete, dan para pasien akan tenang kembali. Bagai­


manapun orang paling gila juga punya rasa takut. Hanya
yang pernah mengalaminya yang tahu terapi ini tidak se­
seram kelihatannya.”
Perawat mendengarkan percakapan itu dan sama se­

204

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 204 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

kali tidak memercayai apa yang diucapkan oleh si skizo­


fren. Tentu sangat menyakitkan, tetapi siapa yang bisa
menebak isi kepala orang gila? Satu-satunya ucapan pe­
muda itu yang masuk akal adalah tentang ketakutan: Cerita
akan menyebar ke seluruh Villete dan situasi akan kembali
tenang.
”Kamu terlalu cepat berbaring,” kata salah seorang
perawat.
Eduard kembali bangkit, dan mereka memasang se­
macam sprei karet di bawah tubuh Eduard.
”Sekarang kamu boleh berbaring.”
Ia menurut. Ia begitu tenang, seakan-akan apa yang
akan dialaminya itu sudah menjadi bagian dari rutinitas.
Perawat mengikatkan kain ke seluruh tubuh Eduard
dan memasang karet di mulutnya.
”Ini supaya lidahnya tidak tergigit,” kata salah seorang
perawat kepada Veronika, senang bisa memberi penjelasan
teknis sekaligus peringatan baginya.
Mereka meletakkan sebuah mesin aneh—berukuran
tidak lebih besar daripada kotak sepatu dan memiliki be­
berapa tombol dan pemutar—di kursi di samping ranjang.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Dua kabel yang terurai dari bagian atasnya dihubungkan


dengan sesuatu yang tampak seperti ”earphone”.
Salah seorang perawat memasang ”earphone” itu di
pelipis Eduard. Perawat yang lain menjalankan mesin, me­
mutar beberapa tombol, ke kanan dan ke kiri. Meskipun

205

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 205 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

tidak bisa bercakap-cakap karena mulutnya tersumbat ka­


ret, mata Eduard terarah kepada Veronika. Ia seakan hen­
dak mengatakan: ”Jangan khawatir, jangan takut.”
”Ini disetel 130 volt selama 0,3 detik,” kata perawat
yang menjalankan mesin tadi. ”Mulai.”
Ia menekan tombol dan mesin berbunyi. Mata
Eduard terbelalak, tubuhnya terhempas ke ranjang se­
demikian rupa sehingga bila kain pengikat tidak mampu
menahannya, tulang belakangnya kiranya bisa remuk.
”Hentikan!” teriak Veronika.
”Sudah,” sahut si perawat, kemudian melepaskan
”earphone” dari pelipis Eduard. Walaupun demikian tubuh
Eduard masih menggeliat, kepalanya menggeleng-geleng
keras sehingga salah seorang dari perawat itu menahannya.
Perawat yang lain memasukkan mesin tadi ke dalam tas,
kemudian duduk dan merokok.
Itu berlangsung hanya beberapa detik. Tubuh Eduard
tampak kembali normal, tetapi kemudian kejang lagi se­
hingga perawat harus berusaha keras menahan kepalanya.
Tidak lama kemudian kontraksi mulai berkurang dan
akhirnya berhenti sama sekali. Mata Eduard membelalak,
www.facebook.com/indonesiapustaka

sehingga salah seorang perawat menutup kelopak mata­


nya, seperti pada orang mati.
Kemudian ia melepas karet di mulut Eduard, mem­
buka ikatan dan menyimpan kain pengikat ke dalam tas
yang berisi mesin tadi.

206

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 206 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Efek terapi ini berlangsung kira-kira satu jam,” kata


salah seorang perawat kepada Veronika, yang tidak lagi
berteriak-teriak dan tampak terpana melihat apa yang ter­
jadi. ”Tidak apa-apa, ia akan segera normal kembali dan
akan menjadi tenang.”
Efek setrum tadi membuat Eduard merasakan apa
yang pernah dialaminya: pandangannya perlahan ber­
kurang, seperti orang yang menutup tirai hingga akhirnya
segalanya tidak terlihat lagi. Tidak ada rasa sakit, tetapi ia
pernah melihat orang lain diberi terapi seperti itu dan
tampaknya sangat menakutkan.
Sekarang Eduard menjadi tenang. Jika sebelumnya
perasaannya campur-aduk, mulai memahami cinta sebagai
sesuatu yang lain daripada yang diberikan oleh orangtua­
nya, maka efek penyetruman itu—atau lebih lebih sering
disebut electroconvulsive therapy (ECT) oleh para ahli—akan
membuatnya kembali normal.
Efek utama ECT adalah merusak memori jangka pen­
dek. Eduard kiranya tidak akan bisa menggenggam kha­
yalannya. Ia tidak bisa lagi mencari masa depan yang se­
benarnya tidak ada; pikirannya harus selalu dibalikkan ke
www.facebook.com/indonesiapustaka

masa lalu. Jika tidak, ia akan terus menginginkan kehi­


dupan tersebut.

***

207

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 207 4/13/2018 10:08:18 AM


Paulo Coelho

Satu jam kemudian Zedka masuk ke dalam bangsal itu,


yang terlihat kosong, kecuali sebuah ranjang di mana pe­
muda itu tergolek dan sebuah kursi di mana si gadis
duduk.
Ketika ia mendekat gadis itu tampak kesakitan, ke­
palanya sedikit terkulai ke kanan.
Zedka berbalik hendak mencari bantuan, namun
Veronika terbangun.
”Tidak apa-apa,” katanya. ”Aku kena serangan lagi,
tetapi sekarang sudah selesai.”
Perlahan Zedka membantunya bangkit dan membim­
bingnya ke toilet.
”Ini toilet laki-laki,” kata Veronika.
”Tidak apa-apa, tidak ada siapa-siapa di sini.”
Ia melepas sweater Veronika yang kotor, mencucinya,
dan meletakkannya di atas radiator. Kemudian ia melepas
sweater-nya dan diberikan kepada Veronika.
”Pakai saja. Aku ke sini hanya untuk mengucapkan
selamat tinggal.”
Veronika seperti menjauh, seakan ia tidak tertarik lagi
dengan kehidupan. Zedka membimbingnya kembali ke
www.facebook.com/indonesiapustaka

kursi yang tadi didudukinya.


”Eduard akan segera bangun. Mungkin ia akan sulit
mengingat-ingat, tetapi memorinya segera pulih. Jangan
heran bila mula-mula ia tidak mengenalimu.”

208

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 208 4/13/2018 10:08:18 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Tidak,” kata Veronika, ”karena aku sendiri pun tidak


mengenal siapa diriku.”
Zedka menarik sebuah kursi dan duduk di samping­
nya. Ia sudah cukup lama tinggal di Villete, tetapi tidak
ada salahnya jika ia lewatkan sedikit waktu lagi untuk me­
nemani Veronika.
”Kamu ingat waktu kita pertama kali bertemu? Aku
mencoba menjelaskan bahwa dunia ini sebenarnya adalah
apa yang kita lihat. Semua orang menganggap raja itu gila,
karena ia menerapkan aturan yang tidak bisa lagi diterima
oleh rakyatnya.
”Namun dalam hidup ini, ada hal-hal yang berlaku
bagi semua orang, seperti cinta, misalnya.”
Zedka melihat sesuatu yang berbeda di mata
Veronika. Ia pun melanjutkan.
”Menurutku, bila seseorang yang cuma punya sisa hi­
dup sedikit saja mau menghabiskan waktunya untuk du­
duk di samping ranjang, memandangi lelaki yang sedang
tidur, pastilah itu karena cinta. Apalagi bila saat itu orang
tersebut terkena serangan jantung, dan tetap duduk tenang
agar senantiasa berada di dekat lelaki itu, maka menurutku
www.facebook.com/indonesiapustaka

cinta seperti itu berpotensi untuk berkembang.”


”Bisa juga karena sudah sangat putus asa,” kata
Veronika. ”Untuk membuktikan bahwa tidak ada gunanya
terus berjuang di dunia ini. Aku tidak bisa jatuh cinta ke­
pada lelaki yang hidup di dunia yang lain.”

209

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 209 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Kita semua hidup di dunia masing-masing. Namun


jika kamu menatap langit, kamu akan melihat semua dunia
yang berbeda itu membentuk suatu konstelasi, sistem
matahari, galaksi.”
Veronika bangkit menghampiri Eduard. Dengan lem­
but dibelainya rambut pemuda itu. Ia senang ada orang
yang bisa diacak bicara.
”Dulu, waktu masih kecil, ketika ibuku memaksaku
belajar piano, dalam hati aku berkata, aku hanya bisa me­
mainkan piano dengan baik bila sedang jatuh cinta. Tadi
malam, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku me­
rasakan nada-nada mengalir dari jari-jemariku, seakan sulit
kukendalikan.
”Ada kekuatan yang membimbingku, membangun
melodi dan irama yang bahkan tidak pernah kusangka aku
mampu memainkannya. Kupasrahkan diriku kepada
piano, setelah sebelumnya kupasrahkan diriku kepada le­
laki ini, yang bahkan tidak menyentuh rambutku. Yang
kemarin bukanlah diriku, baik ketika kuserahkan diriku
kepada seks maupun ketika kumainkan piano. Namun ke­
mudian kupikir itulah diriku.” Veronika menggelengkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

kepalanya. ”Sulit dipahami.”


Zedka teringat pertemuannya di awang-awang dengan
makhluk-makhluk yang mengambang di dimensi yang
berbeda. Ia ingin menceritakan itu kepada Veronika, tetapi

2 10

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 210 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

ia takut cerita itu justru akan membuat gadis itu semakin


bingung.
”Aku ingin menceritakan sesuatu. Ada orang yang
menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari saat-saat
seperti yang kamu alami tadi malam, tetapi tidak pernah
berhasil meraihnya. Itulah sebabnya, bila mati sekarang,
kamu akan mati dengan hati penuh cinta.”
Zedka bangkit.
”Kamu tidak akan rugi apa-apa. Banyak orang tidak
mau bercinta karena merasa banyak yang mesti diper­
taruhkan, pertaruhan terhadap masa depan dan masa lalu.
Dalam kasusmu, yang ada hanya saat ini.”
Ia mendekati Veronika dan menciumnya.
”Kalau aku tinggal lebih lama lagi di sini, aku tidak
akan pernah keluar lagi. Depresiku sudah terobati, tetapi
di Villete aku belajar tentang bentuk lain ketidakwarasan.
Aku ingin membawanya dan mulai melihat kehidupan de­
ngan mataku sendiri.
”Ketika pertama kali datang ke sini aku sangat
depresi. Sekarang aku bangga mengatakan bahwa aku gila.
Di luar sana aku akan bersikap sama seperti orang lain.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Aku akan belanja di toko swalayan, mengobrol ringan de­


ngan teman-teman, dan menghabiskan waktu yang ber­
harga dengan menonton televisi. Namun aku tahu jiwaku
bebas, dan aku bisa bermimpi dan berbicara dengan dunia

2 11

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 211 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

lain yang tak pernah kuketahui keberadaannya sebelum


aku datang ke sini.
”Akan kulakukan hal-hal konyol agar orang bilang: ‘Ia
baru keluar dari Villete.’ Namun aku tahu jiwaku sem­
purna, karena hidupku punya makna. Aku bisa membaca
buku saat matahari tenggelam dan yakin Tuhan ada di ba­
lik sana. Jika orang membuatku kesal, akan kuungkapkan
perasaanku tanpa khawatir apa pendapat dia tentang aku,
karena semua orang akan bilang: ‘Ia baru keluar dari
Villete.’
”Akan kulihat lelaki di jalanan, kutatap mata mereka
dan aku tidak akan merasa bersalah jika mereka meng­
inginkanku. Setelah itu aku ke toko penjual barang-barang
impor dan membeli anggur terbaik yang mampu kubeli.
Akan kuminum anggur itu bersama suamiku tercinta, ka­
rena aku ingin tertawa bersamanya lagi.
”Dan sambil tertawa ia akan berkata: ‘Kamu gila!’,
dan akan kubilang: ‘Tentu, aku kan dirawat di Villete! Ke­
gilaan telah membebaskanku. Sekarang suamiku sayang,
kamu harus berlibur setiap tahun dan aku harus mendaki
gunung yang berbahaya, karena harus kupertaruhkan
www.facebook.com/indonesiapustaka

hidupku.”
”Orang-orang akan bilang: ‘Ia baru keluar dari Villete
dan kini ia membuat suaminya jadi gila juga.’ Suamiku
akan menyadari bahwa mereka benar. Dan ia bersyukur
karena perkawinan kami kembali seperti semula, karena

2 12

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 212 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

kami berdua gila, seperti mereka yang pertama kali me­


nemukan cinta.”
Zedka meninggalkan bangsal sambil menyenan­
dungkan lagu yang belum pernah didengar oleh Veronika.
www.facebook.com/indonesiapustaka

2 13

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 213 4/13/2018 10:08:19 AM


Hari yang melelahkan namun memuaskan. Dr Igor berusaha tetap
menjaga citranya sebagai ilmuwan, tetapi ia hampir-hampir tidak
dapat menyem­bunyi­kan antusiasmenya. Tes yang ia lakukan guna
me­ne­mukan obat keracunan vitriol memberi­kan hasil yang me­
ngejutkan.

”K tidak ada janji hari ini,” katanya kepada


amu

Mari, yang masuk ke kantornya tanpa mengetuk


pintu. ”Hanya sebentar. Aku ingin menanyakan pendapat
Anda tentang sesuatu.”
Hari ini setiap orang meminta pendapatku, batin Dr Igor,
teringat pertanyaan seorang gadis mengenai seks.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Eduard baru saja disetrum.”


”Terapi elektrokonvulsif. Gunakanlah istilah yang be­
nar. Orang bisa menganggap kita orang barbar.” Dr Igor
berusaha menyembunyikan keterkejutannya mendengar
pemberian terapi itu. Ia akan mencari tahu siapa yang

2 14

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 214 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

telah memerintahkan terapi itu dilakukan. ”Dan kalau


kamu ingin menanyakan pendapatku mengenai terapi itu,
kujelaskan, sekarang ini penggunaan ECT berbeda dengan
dulu.”
”Tetapi itu berbahaya.”
”Dulu memang sangat berbahaya; mereka tidak tahu
ukuran voltasenya yang tepat, di mana persisnya elektroda
diletakkan, sehingga banyak yang meninggal akibat pen­
darahan selama terapi berlangsung. Tetapi sekarang sudah
berubah. Kini ECT dimanfaatkan dengan ketepatan ting­
gi, dan berfaedah bagi amnesia seketika, menghindarkan
terjadinya keracunan kimiawi akibat penggunaan obat-
obatan jangka panjang. Bacalah jurnal psikiatri, jangan
mencampuradukkan antara ECT dan penyetruman yang
digunakan di Amerika Selatan untuk menyiksa. Baiklah,
kamu sudah mendengar pendapatku. Sekarang aku harus
bekerja.”
Mari bergeming.
”Bukan itu pertanyaanku. Aku ingin tahu apakah aku
boleh keluar.”
”Kamu boleh keluar dan kembali kapan saja, karena
www.facebook.com/indonesiapustaka

suamimu cukup kaya untuk membiayai perawatanmu di


tempat mahal seperti ini. Mungkin kamu ingin bertanya:
‘Apakah aku sudah sembuh?’ Dan jawabanku berupa per­
tanyaan pula: ‘Sembuh dari apa?’ Kamu akan bilang: ‘Sem­
buh dari ketakutan, dari panic attack.’ Dan aku akan bilang:

2 15

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 215 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

‘Well, Mari, sebenarnya sudah tiga tahun ini kamu tidak


mengalami gangguan itu.’”
”Berarti aku sudah sembuh.”
”Tentu saja tidak. Bukan itu penyakitmu. Dalam tesis
yang kutulis untuk Slovenian Academy of Sciences—Dr
Igor tidak ingin menjelaskan secara rinci tentang vitriol—
”aku meneliti apa yang disebut perilaku normal. Banyak
dokter melakukan penelitian yang sama, dan mereka me­
nyimpulkan bahwa yang disebut normal adalah suatu kon­
sensus; jika banyak orang menganggap sesuatu benar,
maka sesuatu itu pun dianggap benar.
”Banyak hal bisa dimengerti dengan akal sehat. Me­
masang kancing di bagian depan kemeja merupakan hal
yang logis, karena tentu menyulitkan jika kancing di­
letakkan di bagian samping, apalagi di bagian belakang.
”Sementara hal lain menjadi harga mati karena makin
banyak orang beranggapan demikian. Aku akan mem­
berimu dua contoh. Pernahkah terpikir olehmu mengapa
tombol mesin ketik disusun dengan urutan seperti itu?”
”Tidak.”
”Kita menyebutnya papan ketik QWERTY, sesuai
www.facebook.com/indonesiapustaka

urutan abjad pada baris pertamanya. Aku pernah memper­


tanyakan mengapa begitu urutannya. Dan yang kudapat:
Mesin ketik pertama kali ditemukan oleh Christopher
Sholes pada 1873 untuk memperbaiki kaligrafi. Namun
timbul masalah: Jika orang mengetik terlalu cepat tombol-

2 16

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 216 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

tombol itu saling terkait sehingga tidak bisa jalan lagi.


Kemudian Sholes merancang papan ketik QWERTY, yang
memaksa orang mengetik lebih lambat.”
”Aku tidak yakin itu.”
”Tetapi memang demikianlah ceritanya. Kebetulan,
Remington—pembuat mesin jahit dan senjata pada masa
itu—menggunakan papan ketik QWERTY pada mesin
ketik yang pertama. Ini berarti semakin banyak orang di­
paksa mempelajari sistem itu, dan semakin banyak perusa­
haan membuat papan ketik semacam itu, maka semua
akan mempunyai urutan yang sama. Aku ulangi: papan
ketik pada mesin ketik dan komputer dirancang sedemi­
kian rupa agar orang mengetik lebih lambat, bukan lebih
cepat. Mengerti? Kalau kamu mengubah susunannya, ti­
dak akan ada orang yang mau membeli produkmu.”
Waktu pertama kali Mari melihat papan ketik, ia ber­
tanya dalam hati mengapa urutannya tidak sesuai abjad,
tetapi ia tidak mau memikirkannya lebih jauh. Ia pikir
susunan itu dibuat sedemikian rupa agar orang dapat
mengetik dengan cepat.
”Kamu pernah ke Florence?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Tidak.”
”Kamu harus ke sana; tidak terlalu jauh dari sini, ka­
rena di sanalah letak contoh kedua. Di katedral yang ter­
letak di Florence terdapat jam indah yang dirancang oleh
Paolo Uccello pada 1443. Nah, anehnya, meskipun jam

2 17

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 217 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

tersebut menunjukkan waktu yang sama seperti jam-jam


lain, jarumnya bergerak ke arah yang berlawanan dengan
jam pada umumnya.”
”Apa hubungannya dengan penyakitku?”
”Aku baru akan menjelaskannya. Ketika membuat
jam itu Paolo Uccello tidak bermaksud menciptakan se­
suatu yang baru: Sebenarnya, pada waktu itu, sudah ada
jam seperti ciptaan Paolo dan jam yang bergerak dengan
arah seperti kita kenal sekarang ini. Karena alasan yang
tidak diketahui, mungkin karena penguasa mempunyai jam
yang berputar dengan arah seperti sekarang ini, yang kita
anggap ‘benar’, jam buatan Uccello dianggap menyim­
pang, dianggap gila.”
Dr Igor berhenti, tetapi ia tahu Mari mendengarkan
penjelasannya.
”Jadi, mari kita bahas penyakitmu: Setiap orang mem­
punyai keunikan, dengan kualitas, naluri, serta kesenangan
dan hasrat bertualang masing-masing. Meskipun demikian
masyarakat selalu memaksakan perilaku kolektif, sehingga
orang tidak lagi berpikir mengapa ia harus mengikuti peri­
laku tersebut. Mereka menerima begitu saja, seperti tukang
www.facebook.com/indonesiapustaka

ketik yang menerima papan ketik QWERTY sebagai satu-


satunya urutan abjad yang benar. Pernahkah ada orang
yang bertanya mengapa jarum jam bergerak ke arah ter­
tentu, dan bukan sebaliknya?”
”Tidak.”

2 18

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 218 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Bila ada orang bertanya, mungkin akan dijawab:


‘Kamu gila.’ Kalau ia terus bertanya orang akan berusaha
memberikan penalaran, tetapi kemudian mengalihkan
pembicaraan, karena tidak ada alasan lain selain yang tadi
kujelaskan. Jadi, kembali ke pertanyaanmu, apa tadi yang
kamu tanyakan?”
”Apakah aku sudah sembuh?”
”Tidak. Kamu orang yang berbeda, tetapi ingin men­
jadi sama seperti orang lain. Dan, menurutku, itu penyakit
yang sangat serius.”
”Apakah ingin berbeda dianggap sebagai penyakit
serius?”
”Ya, kalau kamu memaksakan dirimu supaya sama
seperti orang lain. Itu akan menyebabkan neurosis, psi­
kosis, dan paranoia. Itu merupakan distorsi alam, ber­
lawanan dengan hukum Tuhan, karena di seluruh hutan
dan rimba Ia tidak menciptakan daun yang sama. Namun
kamu berpikir tentunya gila jika bersikap berbeda, dan
itulah alasan mengapa kamu tinggal di Villete, karena se­
mua orang di sini berbeda, sehingga kamu terlihat sama
dengan orang lain. Kamu mengerti?”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mari mengangguk.
”Orang melawan hukum alam karena tidak punya ke­
beranian untuk berbeda, sehingga organisme mempro­
duksi Vitriol, atau kegetiran, atau umum dikenal sebagai
racun.”

2 19

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 219 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Apa itu Vitriol?”


Dr Igor sadar telah menjelaskan terlalu jauh, maka ia
pun berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
”Tidak penting. Maksudku adalah: Semuanya me­
nunjukkan bahwa kamu belum sembuh.”
Mari berpengalaman dalam sidang pengadilan selama
bertahun-tahun, dan ia memutuskan mempraktikkan
pengalamannya itu. Pertama, ia akan pura-pura sepen­
dapat, kemudian menarik dokter itu ke dalam perdebatan
lagi.
”Aku setuju. Alasan kedatanganku ke sini jelas: Aku
terserang panic attack. Alasanku tinggal di sini sangat
abstrak: Aku tidak bisa menerima perubahan cara hidup,
tanpa pekerjaan, tanpa suami. Aku sependapat dengan
Anda bahwa aku tidak memiliki kemauan untuk memulai
hidup baru, yang harus kujalani dari nol lagi. Lebih dari­
pada itu, aku sependapat bahwa di rumah sakit jiwa, mes­
kipun dengan penyetruman—maaf, Anda lebih suka me­
nyebutnya ECT—jadwal yang kaku, dan kadang-kadang
pasien yang histeris, aturannya lebih mudah diterima dari­
pada aturan di dunia luar.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Lalu, tadi malam, aku mendengar piano dimainkan.


Perempuan itu memainkannya begitu indah, belum pernah
kudengar permainan seindah itu. Sambil mendengarkan
aku memikirkan orang-orang yang telah bersusah-payah
menggubah sonata, prelude, adagio: Betapa nekat mereka

220

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 220 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

memainkan gubahan—yang sungguh-sungguh berbeda—


di hadapan orang-orang yang menggenggam kekuasaan
atas dunia musik kala itu. Terbayang olehku kesulitan dan
hinaan untuk mendapatkan seseorang yang mau mendanai
orkestra. Terbayang juga celaan orang-orang yang belum
terbiasa mendengar harmoni semacam itu.
”Namun, yang lebih menderita daripada para kom­
poser itu adalah si gadis, yang memainkan piano dengan
sepenuh jiwa, karena ia tahu dirinya akan mati. Apakah
aku tidak akan mati? Di manakah jiwaku agar aku dapat
memainkan musik kehidupanku sendiri, dengan antusias­
me seperti dia?”
Dr Igor mendengarkan tanpa berkata-kata. Tampak­
nya gagasannya mulai mendatangkan hasil, tetapi masih
terlalu dini untuk memastikannya.
”Di manakah jiwaku?” tanya Mari lagi. ”Ada di masa
lalu. Ada di dalam kehidupan yang kuinginkan. Kubiarkan
jiwaku terbelenggu di masa ketika aku masih punya ru­
mah, suami, dan pekerjaan yang ingin kutinggalkan, tetapi
aku tidak berani melakukannya.
”Jiwaku ada di masa lalu. Tetapi hari ini jiwaku ada di
www.facebook.com/indonesiapustaka

sini, aku bisa merasakannya dalam tubuhku, penuh an­


tusiasme. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Yang
kutahu hanyalah bahwa aku butuh tiga tahun untuk me­
ngerti betapa kehidupan telah mendorongku ke arah yang
tidak sesuai dengan yang kuinginkan.”

221

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 221 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Sepertinya ada perbaikan,” kata Dr Igor.


”Aku tidak perlu bertanya apakah aku boleh mening­
galkan Villete. Aku bisa saja keluar dari sini dan tidak
kembali lagi. Tetapi aku ingin mengungkapkan semua ini
kepada seseorang, dan aku mengungkapkannya kepada
Anda: Kematian gadis itu membuatku memahami hidup­
ku sendiri.”
”Tampaknya tanda-tanda perbaikan itu telah berubah
menjadi kesembuhan yang ajaib,” kata Dr Igor sambil ter­
tawa. ”Menurutmu, apa yang akan kamu lakukan?”
”Aku akan pergi ke El Salvador dan membantu anak-
anak di sana.”
”Tidak perlu pergi terlalu jauh. Sarajevo hanya dua
kilometer dari sini. Perang mungkin sudah berakhir, tetapi
permasalahan masih terus ada.”
”Kalau begitu aku akan pergi ke Sarajevo.”
Dr Igor mengeluarkan formulir dari lacinya dan de­
ngan teliti mengisinya. Kemudian ia bangkit dan mengan­
tar Mari sampai ke pintu.
”Selamat berjuang,” katanya. Ia segera kembali ke
kantornya dan menutup pintu. Ia berusaha keras menepis
www.facebook.com/indonesiapustaka

rasa simpati terhadap pasiennya, tetapi selalu gagal. Villete


akan sangat kehilangan Mari.

222

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 222 4/13/2018 10:08:19 AM


Ketika Eduard membuka matanya, gadis itu masih ada di sana.
Pada sesi penyetruman yang pertama, ia harus berjuang lama meng­
ingat-ingat apa yang telah terjadi; efek terapi itu selalu menimbul­
kan amnesia buatan, yang membuat pasien me­lupakan persoalan
yang dihadapinya dan merasa tenang.

S emakin sering terapi itu diberikan, efeknya semakin


berkurang; seketika ia bisa mengenali gadis itu.
”Waktu tertidur tadi kamu mengatakan sesuatu ten­
tang visi firdaus,” kata Veronika sambil membelai rambut­
nya.
Visi tentang firdaus? Ya, visi tentang firdaus. Eduard
www.facebook.com/indonesiapustaka

menatapnya. Ia ingin menceritakan segalanya kepada gadis


itu.
Tetapi saat itu perawat datang membawa alat suntik.
”Kamu harus diberi obat ini,” katanya kepada
Veronika. ”Perintah Dr Igor.”

223

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 223 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Aku sudah diberi obat hari ini, dan aku tidak mau
lagi,” jawabnya. ”Lagipula, aku tidak berhasrat keluar dari
sini. Aku tidak mau mematuhi aturan, tata-tertib, dan aku
tidak mau dipaksa melakukan apapun.”
Tampaknya perawat sudah terbiasa dengan reaksi se­
perti itu.
”Kalau begitu terpaksa kuberi kamu obat penenang.”
”Aku perlu bicara denganmu,” kata Eduard. ”Biarkan
saja kamu disuntik.”
Veronika menggulung lengan bajunya, dan perawat
itu menyuntikkan obat.
”Anak pintar,” kata perawat itu. ”Kenapa kalian ber­
dua tidak keluar dari bangsal yang suram ini dan berjalan-
jalan di luar?”

”Kamu malu dengan kejadian kemarin malam,” kata


Eduard sembari berjalan di taman.
”Tadinya ya, tetapi sekarang aku merasa bangga. Aku
ingin tahu tentang visi firdaus, karena aku sendiri sudah
pernah hampir melihatnya.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Aku perlu melihatnya lebih jauh, dari luar tembok


Villete,” kata pemuda itu.
”Kalau begitu, lakukanlah.”
Eduard melihat ke belakang, bukan pada tembok

224

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 224 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

bangsal atau taman di mana pasien lain tengah berjalan-


jalan, tetapi pada jalanan di benua lain, di mana hujan bisa
turun begitu lebatnya atau sama sekali tidak tercurah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

225

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 225 4/13/2018 10:08:19 AM


Eduard dapat mencium aroma negeri itu. Waktu itu musim kering;
ia dapat merasakan debu menerpa lubang hidungnya, dan itu mem­
beri ke­senangan tersendiri, karena mencium bau ta­nah berarti
merasa hidup. Ia mengendarai se­pe­da impor, usianya 17 tahun dan
baru mening­galkan sekolah Amerika di Brasilia, tem­pat di mana
anak-anak para diplomat ber­se­kolah.

I benci Brasilia, tetapi ia menyukai orang Brazil. Ayah­


a

nya menjadi duta besar Yugoslavia dua tahun sebelum­


nya, ketika tidak seorang pun menyangka negara itu akan
pecah dengan diwarnai kekerasan. Milosevic masih ber­
kuasa; orang hidup dengan perbedaan yang ada dan ber­
usaha rukun untuk mencegah konflik antarwilayah.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Pertama kali ayahnya ditempatkan di Brazil. Eduard


memimpikan pantai, karnaval, sepakbola, dan musik, te­
tapi ternyata mereka tinggal di ibukota Brazil—jauh dari
pantai—kota yang dirancang hanya sebagai persinggahan
bagi para politikus, birokrat, diplomat, dan anak-anak me­

226

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 226 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

reka, yang tidak tahu harus melakukan apa, terperangkap


di tengah-tengah situasi semacam itu.
Eduard benci tinggal di sana. Ia menghabiskan waktu­
nya dengan tenggelam dalam studinya, berusaha—tetapi
gagal—bergaul dengan teman-teman sekelasnya, ber­
usaha—tetapi gagal—tertarik pada mobil, sepatu model
terbaru, dan baju bermerek, topik-topik yang lazim di­
bicarakan oleh anak-anak muda.
Sesekali diadakan pesta, di mana para pemuda mabuk
di sudut ruangan, sementara para gadis acuh-tak-acuh di
sudut lain. Biasanya selalu ada narkoba di sana, dan
Eduard sudah mencoba berbagai jenis, tetapi bukan ka­
rena ia sangat menikmatinya; ia sebenarnya merasa ter­
paksa atau karena amat mengantuk, sehingga tidak sadar
dengan yang terjadi di sekitarnya.
Keluarganya merasa khawatir. Mereka harus memper­
siapkan Eduard mengikuti jejak ayahnya. Meskipun me­
miliki hampir semua bakat yang diperlukan, suka belajar,
berselera seni bagus, bisa berbahasa asing, berminat ter­
hadap politik, namun ada satu sifat penting seorang diplo­
mat yang justru tidak dimilikinya: Ia sulit berbicara dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang lain.
Orangtuanya mengajak Eduard ke pesta-pesta, me­
nyuruhnya mengundang teman-teman sekolah ke rumah
dan memberinya uang saku cukup besar, tetapi Eduard
jarang bergaul. Suatu hari ibunya bertanya mengapa ia

227

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 227 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

tidak mengundang teman-temannya makan siang atau


makan malam di rumah.
”Aku tahu semua merek sepatu dan nama-nama gadis
yang gampang diajak tidur bersama. Sesudah itu, tidak ada
lagi topik pembicaraan.”

Kemudian muncullah seorang gadis Brazil. Sang duta be­


sar dan istrinya gembira melihat putra mereka mulai ber­
kencan dan pulang terlambat. Tidak ada yang tahu asal-
usul gadis itu, tetapi suatu hari Eduard mengundangnya
makan malam di rumah. Gadis itu sangat baik, dan orang­
tua Eduard merasa senang; anak mereka akhirnya bisa
menjalin hubungan dengan orang lain. Lebih daripada itu,
mereka berpikir—meskipun tidak pernah benar-benar di­
kemukakan secara terbuka—kehadiran gadis itu mengusir
kekhawatiran yang sangat mencemaskan mereka: Eduard
jelas bukan homoseksual.
Mereka memperlakukan Maria (nama gadis itu) se­
perti calon menantu, meskipun mereka tahu setelah dua
tahun akan dipindahkan ke tempat lain, dan mereka sama
www.facebook.com/indonesiapustaka

sekali tidak bermaksud membiarkan Eduard menikahi se­


orang gadis dari negeri eksotis. Mereka menginginkan
putra mereka kelak bertemu gadis dari keluarga baik-baik
asal Prancis atau Jerman, yang bisa menjadi pendamping

228

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 228 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

yang sesuai dengan kariernya sebagai diplomat, sebagai­


mana telah mereka persiapkan.
Namun tampaknya cinta Eduard semakin menggebu.
Cemas melihat itu, sang ibu berbicara dengan suaminya.
”Salah satu seni diplomasi adalah membuat lawan kita
menunggu,” begitu kata sang duta besar. ”Meski kita tidak
pernah melupakan cinta pertama, tetapi pada akhirnya
akan berakhir juga.”
Namun Eduard tampaknya benar-benar telah beru­
bah. Ia mulai membawa pulang buku-buku aneh, mem­
bangun piramida di dalam kamarnya, bersama-sama de­
ngan Maria membakar kemenyan setiap malam, dan
selama berjam-jam memusatkan pandangan pada satu
gambar aneh yang ditempel di dinding. Nilai pelajarannya
merosot.
Ibunya tidak mengerti bahasa Portugis, tetapi kiranya
ia dapat melihat buku aneh itu berisi: salib, api unggun,
sihir, simbol-simbol eksotis.
”Anak kita membaca tulisan yang berbahaya.”
”Berbahaya? Apa yang terjadi di Balkan, itu yang ber­
bahaya,” kata sang duta besar. ”Desas-desus mengatakan,
www.facebook.com/indonesiapustaka

Slovenia ingin melepaskan diri, dan itu bisa menimbulkan


peperangan.”
Tetapi si ibu tidak peduli soal politik; ia penasaran de­
ngan apa yang terjadi pada anaknya.

229

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 229 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Bagaimana dengan kesukaannya membakar keme­


nyan?”
”Itu untuk menyamarkan bau marijuana,” jawab sang
duta besar. ”Anak kita terdidik baik; ia tidak mungkin per­
caya batang berbau wangi itu dapat mengusir arwah.”
”Anakku memakai narkoba?”
”Itu biasa. Aku juga mengisap marijuana sewaktu
muda; lama-lama juga akan bosan. Aku mengalaminya.”
Sang istri merasa bangga dan tenang. Suaminya cukup
berpengalaman, ia memakai narkoba dan berhenti dengan
sendirinya tanpa bekas. Lelaki tegar seperti itu mampu
mengendalikan berbagai situasi.

Suatu hari Eduard bertanya apakah ia boleh membeli se­


peda.
”Kita punya sopir dan Mercedes Benz. Kenapa kamu
menginginkan sepeda?”
”Agar bisa lebih dekat dengan alam. Aku dan Maria
akan bersepeda selama sepuluh hari,” jelas Eduard. ”Di
dekat sini ada tempat di mana terdapat banyak kristal, dan
www.facebook.com/indonesiapustaka

kata Maria tempat itu bisa memberi energi positif.”


Ayah dan ibunya dibesarkan di bawah rezim komunis.
Bagi mereka, kristal hanyalah produk mineral yang terdiri
dari atom tertentu dan tidak memberikan energi apapun,
baik positif maupun negatif. Mereka coba mengamati dan

230

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 230 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

menyimpulkan bahwa pendapat tentang ”getaran kristal”


mulai marak.
Bila putra mereka berbicara tentang hal itu di pesta-
pesta kenegaraan, tentu akan terdengar konyol. Pada saat
itulah sang duta besar mulai menyadari situasinya semakin
serius. Brasilia kota yang penuh gosip, jika rival-rivalnya
tahu Eduard mempercayai takhayul seperti itu, mereka
akan berpikir anak itu tentu menuruni orangtuanya.
Diplomasi, selain merupakan seni menunggu, juga me­
rupakan seni menjaga citra kenormalan dalam keadaan
apapun.
”Anakku, ini tidak boleh berlanjut,” kata si ayah.
”Aku punya teman-teman di Kementrian Luar Negeri
Yugoslavia. Karier cemerlang sebagai diplomat terhampar
di hadapanmu. Kamu harus belajar menghadapi ke­
nyataan.”
Eduard pergi dan tidak pulang ke rumah malam itu.
Orangtuanya menelepon ke rumah Maria, kamar jenazah,
dan rumah sakit-rumah sakit di kota itu, tetapi hasilnya
nihil. Hilang kepercayaan si ibu terhadap suaminya sebagai
kepala keluarga, sepintar apapun ia bernegosiasi dengan
www.facebook.com/indonesiapustaka

orang lain.
Keesokan harinya Eduard pulang, kelaparan, dan ku­
rang tidur. Ia makan lalu masuk ke kamarnya, menyalakan
kemenyan, membaca mantera, dan tidur dari siang hingga

231

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 231 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

malam. Ketika ia bangun sepeda baru telah tersedia untuk­


nya.
”Pergi dan datangilah kristal itu,” kata ibunya. ”Akan
kujelaskan kepada ayahmu.”

Lalu pada siang yang kering dan berdebu itu, dengan suka-
cita Eduard bersepeda ke rumah Maria. Kota itu diran­
cang demikian bagus (menurut para arsitek) atau demikian
buruk (menurut Eduard), sehingga hampir-hampir tidak
ada tikungan; ia terus mengayuh sepedanya dengan kece­
patan tinggi, memandang langit yang cerah, dan kemudian
tiba-tiba merasakan dirinya melesat ke langit lalu terhem­
pas ke aspal. Braak!
Aku kecelakaan.
Ia berusaha membalikkan tubuhnya, karena mukanya
terbentur aspal. Dan ia menyadari tidak dapat mengen­
dalikan tubuhnya sendiri. Terdengar rem mobil berdecit,
suara orang-orang dengan nada khawatir, seseorang men­
dekat dan berusaha menyentuhnya, kemudian terdengar
teriakan: ”Jangan gerakkan dia! Ia bisa lumpuh kalau di­
www.facebook.com/indonesiapustaka

gerakkan!”
Waktu seakan berjalan lambat, dan Eduard mulai me­
rasa takut. Tidak seperti orangtuanya, Eduard percaya
Tuhan dan hidup sesudah mati. Meskipun demikian, rasa­

232

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 232 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

nya tidak adil bila ia mati di usia 17 tahun, dengan wajah


menghadap aspal, di negeri yang bukan negerinya sendiri.
”Kamu baik-baik saja?” terdengar seseorang bertanya.
Tidak, ia tidak bisa bergerak; ia juga tidak bisa bicara.
Yang paling parah, ia tetap dalam keadaan sadar; ia tahu
dengan jelas apa yang terjadi dan bagaimana situasinya.
Mengapa ia tidak pingsan? Pada saat ia benar-benar mem­
butuhkan Tuhan, Tuhan justru tidak mengasihaninya.
”Dokter sedang menuju kemari,” bisik seseorang
sambil menggenggam tangannya. ”Aku tidak tahu apakah
kamu dapat mendengar atau tidak, tetapi tenanglah. Ini
tidak terlalu serius.”
Ya, ia bisa mendengar. Ia ingin orang itu—lelaki itu—
terus berbicara, mengatakan bahwa kondisinya tidak ter­
lalu serius, meskipun ia cukup dewasa untuk mengerti
bahwa orang bicara demikian justru karena situasinya sa­
ngat serius. Ia memikirkan Maria, memikirkan gunung
kristal yang penuh energi positif, tidak seperti Brasilia yang
penuh dengan hal negatif, sebagaimana ia rasakan sewaktu
bermeditasi.
Detik berubah menjadi menit, orang-orang terus ber­
www.facebook.com/indonesiapustaka

usaha menenangkannya, dan ia mulai merasa kesakitan.


Rasa sakit yang amat sangat berasal dari pusat kepalanya
dan menyebar ke seluruh tubuh.
”Mereka datang,” kata orang yang menggenggam
tangannya. ”Besok kamu sudah bisa bersepeda lagi.”

233

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 233 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

***

Tetapi keesokan harinya Eduard berada di rumah sakit,


kedua kaki dan satu lengannya digips, harus dirawat se­
dikitnya sebulan, mesti mendengarkan ibunya yang terus-
menerus menangis, ayahnya yang cemas dan setiap saat
menelepon, dokter yang senantiasa meyakinkan setiap
lima menit sekali bahwa masa kritis yang berlangsung 24
jam sudah lewat, dan tidak ada cedera otak.
Keluarganya menelepon Kedutaan Amerika Serikat,
yang tidak pernah mempercayai diagnosa rumah sakit
umum dan mempunyai pelayanan gawat-darurat sendiri
yang canggih, dengan sederet dokter Brazil yang dianggap
bagus dan dapat melayani para diplomat mereka. Sesekali,
sebagai bagian dari ”kebijakan tetangga yang baik”, me­
reka memperbolehkan diplomat lain memanfaatkan pe­
layanan tersebut.
Orang-orang Amerika itu pun datang membawa se­
gala peralatan yang diperlukan, melakukan tes dan pe­
meriksaan lebih jauh, dan seperti biasa menyimpulkan:
Para dokter di rumah sakit umum sudah melakukan eva­
www.facebook.com/indonesiapustaka

luasi dan tindakan yang tepat.

Mungkin para dokter di rumah sakit umum itu cukup


baik, tetapi acara televisi Brazil sama buruknya dengan di

234

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 234 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

negara-negara lain, sehingga sedikit yang bisa dinikmati


oleh Eduard. Maria semakin jarang mengunjunginya di
rumah sakit; mungkin ia sudah menemukan orang lain
yang bisa diajaknya ke gunung kristal.
Sebaliknya, ayah dan ibunya berkunjung setiap hari.
Tetapi mereka tidak mau membawakan buku-bukunya
yang berbahasa Portugis, yang berada di rumah, dengan
alasan ayahnya akan segera dipindahkan; jadi, tidak ada
gunanya mempelajari bahasa yang tidak akan digunakan
lagi. Eduard pun menghibur diri dengan berbincang-
bincang dengan pasien lain, mengobrol tentang sepakbola
dengan para perawat, dan melahap majalah apa saja yang
didapatnya.
Kemudian, pada suatu hari, seorang perawat mem­
bawakan buku yang baru diterimanya, tetapi menurut si
perawat buku itu ”terlalu gemuk untuk dibaca dengan
sungguh-sungguh”. Inilah awal mula kehidupan Eduard
yang aneh, yang kemudian membawanya ke Villete dan
membuatnya menarik diri dari dunia ramai, menjauh­
kannya dari hal-hal yang menarik buat anak-anak muda
seusianya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Buku itu tentang para visioner yang pemikiran mereka


mengguncang dunia, orang-orang yang mampu melihat
surga dunia, orang-orang yang mengabdikan hidup untuk
menyebarkan ajaran mereka. Ada cerita tentang Yesus
Kristus, tetapi ada juga cerita tentang Darwin dan teori­

235

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 235 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

nya, yang menyatakan manusia adalah keturunan kera;


tentang Freud, yang mengatakan pentingnya mimpi; ten­
tang Columbus, yang menggadaikan permata sang ratu
untuk bertualang menemukan benua baru; tentang Marx,
yang berpendapat semua orang berhak mendapat kesem­
patan sama.
Ada juga cerita tentang orang-orang suci, seperti
Ignatius Loyola, prajurit Basque yang tidur dengan banyak
perempuan dan membunuh banyak musuh dalam ber­
bagai pertempuran, hingga ia cedera di Pamplona dan
akhirnya memahami alam raya ini sewaktu tergolek di ran­
jang. Teresa dari Avila, yang ingin menemukan jalan Tuhan
dan mendapatkannya secara kebetulan ketika berjalan di
koridor dan berhenti untuk melihat sebuah lukisan.
Anthony, yang jemu dengan kehidupan yang dijalaninya
dan memutuskan mengucilkan diri di padang pasir, di
mana selama sepuluh tahun berteman jin dan menghadapi
berbagai godaan. Fransikus dari Assisi, pemuda seperti
dirinya, yang berbicara dengan burung dan berpaling dari
rencana masa depan yang disusun oleh orangtuanya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Tak ada hal lain yang dapat dilakukan, Eduard pun mulai
membaca ”buku gemuk” itu pada petang hari. Tengah
malam seorang perawat datang, menanyakan apakah ia
memerlukan sesuatu, karena dilihatnya hanya lampu ka­

236

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 236 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

mar Eduard saja yang masih menyala. Eduard menyu­


ruhnya pergi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
Lelaki dan perempuan yang mengguncang dunia itu
hanyalah orang-orang biasa, seperti dirinya, seperti ayah­
nya, seperti kekasih yang meninggalkannya. Mereka juga
punya keraguan dan kecemasan, sama seperti orang lain
dengan rutinitasnya. Mereka bukan orang-orang yang
sangat meyakini agama atau Tuhan, baik dalam pemikiran
maupun dalam usaha mencapai tingkat kesadaran yang
lebih tinggi, sampai suatu ketika mereka memutuskan
mengubah segalanya. Hal paling menarik dari buku itu
adalah cerita betapa para tokoh itu menemukan keajaiban
yang membuat mereka mencari visi tentang firdaus.
Mereka adalah orang-orang yang tidak ingin hidupnya
berlalu begitu saja tanpa makna, dan dalam usaha meraih
apa yang diinginkan, mereka meminta sumbangan atau
bantuan raja, menggunakan jalur diplomasi atau ke­
kuasaan, mempersetankan hukum atau menentang pe­
nguasa, namun tidak pernah menyerah dan selalu dapat
mengambil hikmah dari kesulitan yang timbul.
Keesokan harinya Eduard menyerahkan arloji emas­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya kepada perawat yang memberinya buku itu, menyu­


ruhnya menggadaikan barang itu. Dan dengan uang yang
didapat ia minta dibelikan buku-buku yang mengisahkan
hal-hal sejenis. Hanya buku-buku semacam itu saja. Ia
membaca biografi sejumlah visioner, yang selalu di­

237

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 237 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

gambarkan sebagai orang terpilih, terinspirasi, bukan


orang biasa—yang seperti orang lain mesti berjuang untuk
dapat mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
Eduard sangat terkesan dengan apa yang dibacanya,
sehingga ia benar-benar berniat menjadi orang suci, me­
manfaatkan peristiwa kecelakaan yang dialaminya sebagai
titik balik perubahan hidupnya. Tetapi ia hanya punya dua
kaki yang patah, belum mendapat visi selama di rumah
sakit, belum dihentikan oleh lukisan yang mengguncang
jiwanya, tidak punya teman yang mau mendirikan kapel di
tengah dataran tinggi Brazil, dan semua padang pasir nun
jauh di sana diwarnai pergolakan politik. Tetapi ada se­
suatu yang dapat dilakukannya: belajar melukis dan men­
coba menunjukkan kepada dunia visi orang-orang itu.

Eduard kembali ke kedutaan besar setelah gipsnya dilepas,


mendapat kasih-sayang dan perhatian dari para diplomat
lain. Ia bertanya apakah ibunya mengizinkan jika ia ikut
kursus melukis.
Ibunya menjelaskan, sudah banyak pelajaran yang ter­
www.facebook.com/indonesiapustaka

tinggal di Sekolah Amerika, sehingga ia harus mengejar


ketertinggalannya itu. Eduard menolak. Ia sama sekali ti­
dak ingin meneruskan pelajaran geografi dan sains; ia
ingin menjadi pelukis. Dalam suasana santai ia menjelas­
kan alasannya:

238

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 238 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Aku ingin melukis visi tentang firdaus.”


Ibunya tidak berkomentar apa-apa, tetapi ia berjanji
akan menanyakan kepada temannya di mana kursus me­
lukis terbaik di kota itu.

Ketika sang duta besar pulang dari kantor malam itu, ia


lihat istrinya tengah menangis di kamar.
”Anak kita gila,” katanya dengan berlinang air mata.
”Kecelakaan itu mencederai otaknya.”
”Tidak mungkin!” kata sang duta besar dengan nada
marah. ”Ia diperiksa oleh para dokter terbaik pilihan
orang-orang Amerika.”
Istrinya kemudian menceritakan apa yang dikatakan
oleh putra mereka.
”Itu hanya pergolakan jiwa anak muda. Tunggu saja;
segalanya akan kembali normal, lihat saja nanti.”

Tetapi saat itu penantian sama sekali tidak ada gunanya,


karena Eduard ingin segera memulai hidupnya. Dua hari
www.facebook.com/indonesiapustaka

kemudian, tidak sabar menunggu kabar dari teman ibunya,


ia memutuskan mendaftar sendiri kursus seni. Ia mulai
belajar tentang warna dan perspektif, ia juga mulai ber­
kenalan dengan orang-orang yang tidak pernah mem­
bicarakan soal sepatu atau mendandani mobil.

239

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 239 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Ia bergaul dengan seniman!” kata istri sang duta be­


sar sambil menangis.
”Oh, biarkan saja,” jawab sang duta besar. ”Nanti ia
akan bosan sendiri, seperti dengan gadisnya itu, seperti
soal kristal, piramida, kemenyan, dan marijuana.”
Tetapi waktu demi waktu berlalu, dan kamar Eduard
telah berubah menjadi studio, penuh lukisan yang tidak
dapat dimengerti oleh orangtuanya: lingkaran, kombinasi
warna eksotis, dan lambang-lambang primitif bercampur
gambar orang yang tengah melakukan pemujaan.
Eduard, pemuda yang suka menyendiri itu, yang se­
lama dua tahun tinggal di Brazil tidak pernah mengajak
temannya ke rumah, kini mengajak orang-orang aneh ber­
kunjung ke rumahnya, semuanya berpakaian serampangan
dengan rambut acak-acakan, mendengarkan musik hingar-
bingar yang memekakkan telinga—minum-minum dan
merokok tanpa henti, tak memedulikan sopan-santun
sama sekali. Suatu hari Kepala Sekolah Amerika memang­
gil ibunya.
”Saya rasa putra Anda memakai narkoba,” kata pe­
rempuan itu. ”Nilai pelajarannya turun di bawah rata-rata
www.facebook.com/indonesiapustaka

kelas, dan jika masih seperti itu ia tidak bisa melanjutkan


sekolah di sini.”
Seketika sang ibu mendatangi suaminya di kantor,
menceritakan apa yang dikatakan oleh kepala sekolah.
”Kamu selalu bilang, seiring dengan berjalannya wak­

240

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 240 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

tu, segalanya akan normal kembali!” pekiknya histeris.


”Coba lihat, anakmu gila dan memakai narkoba. Jelas-jelas
itu karena otaknya cedera, dan kamu hanya peduli pada
pesta dan acara ramah-tamah.”
”Jangan keras-keras,” kata sang duta besar.
”Biar. Aku akan tetap bicara keras-keras kalau kamu
tidak bertindak sesuatu. Anak itu perlu pertolongan, tahu!
Pertolongan medis. Bertindaklah!”
Tidak ingin dipermalukan oleh sikap istrinya di ha­
dapan para staf, dan khawatir kegemaran Eduard melukis
ternyata berlangsung lebih lama daripada yang diperkira­
kannya, sang duta besar pun, orang yang berpikir praktis
dan tahu segala prosedur yang tepat, menyusun rencana.
Pertama, ia menghubungi koleganya, Duta besar
Amerika Serikat. Dengan sangat berhati-hati bertanya apa­
kah ia boleh sekali lagi menggunakan fasilitas medis
Kedutaan besar Amerika Serikat. Permintaannya itu di­
setujui.
Ia kembali menemui para dokter yang dulu me­
meriksa Eduard, menjelaskan situasi yang terjadi, meminta
mereka mengulang kembali semua pemeriksaan yang per­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nah dilakukan. Takut menghadapi tuntutan hukum, para


dokter itu pun menjalankan permintaannya, dan hasil tes
menunjukkan tidak ada satu pun yang tidak beres. Se­
belum pergi, sang duta besar diminta menandatangani
pernyataan bahwa Kedutaan besar Amerika Serikat tidak

241

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 241 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

bertanggung jawab terhadap pasien yang dikirimkan ke­


pada mereka.
Sang duta besar segera mendatangi rumah sakit
tempat Eduard dirawat. Ia berbicara dengan direktur
rumah sakit, mengungkapkan persoalan anaknya, dan
dengan alasan melakukan pemeriksaan rutin ia meminta
dilakukan tes darah untuk melihat ada-tidaknya kan­
dungan narkoba di tubuh anaknya.
Mereka pun melakukan pemeriksaan darah dan tidak
menemukan apa-apa.
Tinggal strategi ketiga dan terakhir: berbicara lang­
sung dengan Eduard dan mencari tahu apa yang terjadi
padanya. Hanya dengan mengumpulkan berbagai fakta
baru ia bisa menentukan tindakan yang harus diambil.

Ayah dan putranya itu duduk di ruang keluarga.


”Ibu khawatir melihatmu,” kata sang duta besar. ”Ni­
laimu merosot, dan kemungkinan kamu tidak diperboleh­
kan meneruskan sekolah di sana.”
”Tetapi nilai pelajaran seniku meningkat, Yah.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Minatmu di bidang seni memang bagus, tetapi kamu


kan bisa melakukan itu kapan saja. Saat ini, yang paling
penting adalah menyelesaikan sekolah agar aku bisa mem­
persiapkan kariermu di bidang diplomatik.”
Cukup lama Eduard berpikir sebelum menjawab. Ia

242

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 242 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

ingat kecelakaan itu, buku tentang para visioner, yang ter­


nyata menjadi jalan ke arah minatnya yang sebenarnya,
dan Maria, yang sudah tidak terdengar lagi kabarnya. Se­
jenak ia enggan untuk mengatakan, tetapi akhirnya meng­
ungkapkannya juga: ”Ayah, aku tidak ingin menjadi diplo­
mat. Aku ingin menjadi pelukis.”
Ayahnya sudah siap dengan jawaban itu dan tahu
bagaimana menghadapinya.
”Kamu akan menjadi pelukis, tetapi selesaikan dulu
pendidikanmu. Kita akan buat pameran di Belgrad,
Zagreb, Ljubljana, dan Sarajevo. Ayah cukup berpengaruh,
bisa membantumu, tetapi kamu harus selesai sekolah
dulu.”
”Kalau seperti itu, berarti aku memilih jalan yang mu­
dah. Aku akan kuliah di mana saja untuk mendapatkan
gelar, bukan di jurusan yang kuminati tetapi bisa meng­
hidupiku. Kegiatan melukis akan surut ke belakang, dan
lama-lama akan kulupakan. Aku harus mencari jalan men­
dapatkan uang dengan melukis.”
Sang duta besar mulai kesal.
”Kamu punya segalanya, Nak, keluarga yang menya­
www.facebook.com/indonesiapustaka

yangimu, rumah, uang, status sosial—tetapi seperti kamu


tahu, negara kita dalam keadaan sulit, kemungkinan akan
pecah perang. Mungkin besok aku bahkan tidak lagi ber­
ada di dekatmu untuk membantu.”
”Aku bisa mengurusi diriku sendiri. Percayalah. Aku

243

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 243 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

akan melukis seri Visi Firdaus. Itu akan menjadi sejarah


visual apa yang sebelumnya hanya dialami oleh orang-
orang di dalam hati.”
Sang duta besar, yang kagum terhadap keteguhan hati
putranya, menutup pembicaraan dengan senyuman dan
memutuskan menunggu sebulan lagi; bagaimanapun
diplomasi adalah seni menunda keputusan sampai per­
soalan terpecahkan dengan sendirinya.

Sebulan berlalu, Eduard terus mencurahkan seluruh wak­


tunya untuk melukis, untuk teman-temannya yang aneh,
dan musik yang tampaknya diciptakan untuk memicu
gangguan psikologis. Lebih parah lagi, ia dikeluarkan dari
Sekolah Amerika karena berdebat dengan salah seorang
guru mengenai keberadaan orang-orang suci.
Karena keputusan tidak dapat ditunda-tunda lagi,
sang duta besar pun mengambil langkah terakhir. Ia me­
manggil putranya untuk berbicara dari hati ke hati.
”Eduard, sekarang kamu sudah cukup dewasa untuk
bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sudah lama kami
www.facebook.com/indonesiapustaka

berusaha bersabar, tetapi sekarang kamu harus melepas­


kan angan-anganmu menjadi pelukis dan mulai memikir­
kan karier.”
”Tetapi, Yah, menjadi pelukis adalah arah karierku.”
”Lalu, bagaimana dengan kasih-sayang yang kami

244

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 244 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

berikan kepadamu, usaha kami untuk memberikan pendi­


dikan yang terbaik. Dulu kamu tidak seperti ini, dan aku
menduga semua ini gara-gara kecelakaan itu.”
”Aku mencintai Ayah dan Ibu di atas segalanya.”
Sang duta besar berdehem. Ia tidak biasa menghadapi
ungkapan perasaan seperti itu.
”Kalau begitu, demi cintamu kepada kami, tolong
lakukan apa yang diinginkan oleh ibumu. Hentikan semua
ini sebentar, bertemanlah dengan orang-orang dari kelas
sosial yang sama dan kembali bersekolah.”
”Ayah sayang aku, kan? Tidak mungkin Ayah me­
mintaku melakukan itu, karena Ayah selalu memberi con­
toh yang baik, berjuang untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan. Ayah tidak bisa menyuruhku menjadi seseorang
yang tidak sesuai dengan keinginanku sendiri.”
”Kan Ayah bilang, ‘demi cinta’. Ayah tidak pernah
mengatakan itu, tetapi kali ini Ayah memohon kepadamu.
Demi cintamu kepada kami, demi cinta kami kepadamu,
kembalilah, bukan hanya secara fisik, melainkan benar-
benar dengan sepenuh hatimu. Kamu sedang menipu diri
sendiri, lari dari kenyataan.
www.facebook.com/indonesiapustaka

”Sejak kamu lahir kami sudah mencita-citakan bagai­


mana hidup kita kelak. Kamu segalanya bagi kami, masa
depan dan masa lalu kami. Kakekmu seorang pegawai
negeri, dan ayah harus berjuang keras agar dapat masuk
ke lingkungan diplomatik dan meniti karier di situ. Ayah

245

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 245 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

lakukan semua ini demi kamu, agar segalanya lebih mudah


bagimu. Ayah masih menyimpan pena yang kugunakan
untuk menandatangani dokumen pertama sebagai duta
besar, dan Ayah menyimpannya untuk diberikan kepada­
mu kelak, ketika kamu melakukan hal yang sama.
”Jangan kecewakan kami, Nak. Kami tidak akan hi­
dup selamanya, dan kami ingin meninggal dengan tenang,
setelah memberi jalan hidup yang tepat bagimu.
”Kalau kamu benar-benar mencintai kami, penuhi
permintaan kami. Kalau kamu tidak mencintai kami, laku­
kan apa maumu.”

Lama Eduard duduk menatap langit Brasilia, memandangi


awan yang berarak di langit biru—awan yang indah tanpa
titik hujan di dalamnya, yang akan membasahi dataran
tinggi Brazil bagian tengah. Eduard merasa hampa seperti
awan di atasnya.
Jika ia terus begini, ibunya akan tenggelam dalam ke­
sedihan, ayahnya akan kehilangan semangat berkarier, dan
keduanya akan saling menyalahkan atas kegagalan men­
www.facebook.com/indonesiapustaka

didik anak kesayangan mereka. Jika ia berhenti melukis,


visi firdaus tidak akan terwujud, sementara tidak ada hal
lain yang dapat memberinya kesenangan dan kenikmatan
di dunia ini.
Ia memandang ke sekeliling, melihat lukisan-lukisan­

246

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 246 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

nya, teringat rasa cinta dan makna yang telah dituangkan­


nya pada setiap sapuan kuas, dan ia menilai lukisan-lukisan
itu biasa saja. Ia merasa telah menipu diri sendiri, men­
dambakan sesuatu yang sebenarnya tidak diperuntukkan
bagi dia, dan ia membayarnya dengan mengecewakan
orangtua.
Visi tentang firdaus hanya untuk orang-orang terpilih,
yang dalam buku-buku digambarkan sebagai pahlawan
dan pejuang keyakinan yang mereka genggam—orang-
orang yang sejak kecil sudah tahu apa yang diharapkan
dunia dari diri mereka; apa yang dinamakan fakta di dalam
buku pertama yang ia baca adalah rekaan pendongeng.
Pada saat makan malam ia mengatakan orangtuanya
memang benar; semua itu hanya impian anak muda; se­
mangat melukisnya sudah sirna. Kedua orangtuanya sa­
ngat gembira mendengar itu, ibunya menangis bahagia
dan memeluk dia, segalanya kembali normal.
Malam itu diam-diam sang duta besar merayakan ke­
menangannya dengan membuka botol sampanye dan me­
minumnya sendiri. Ketika masuk ke kamar istrinya sudah
terlelap—setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Keesokan harinya kamar Eduard terlihat berantakan,


lukisan-lukisan tampak sobek-sobek, dan pemuda itu du­
duk di sudut kamar memandang langit. Ibunya memeluk
dan mengungkapkan betapa ia menyayangi dia, namun
Eduard tidak menunjukkan respons apa-apa.

247

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 247 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

Bukan cinta lagi yang ia inginkan; ia muak dengan se­


galanya. Ia pikir dirinya telah ikhlas dengan mengikuti
saran ayahnya, tetapi ternyata ia sudah jauh tenggelam da­
lam karyanya; ia telah melintasi jurang dalam yang me­
misahkan antara manusia dan impiannya, dan sekarang
tidak ada jalan pulang.
Ia tidak bisa maju maupun mundur. Rasanya lebih
mudah meninggalkan panggung sandiwara.

Masih lima bulan lagi Eduard tinggal di Brazil, ditangani


oleh para dokter spesial, yang mendiagnosanya menderita
satu jenis skizofrenia yang langka, kemungkinan akibat
kecelakaan. Kemudian pecah perang di Yugoslavia, dan
sang duta besar pun dipanggil pulang secepatnya. Terlalu
sulit bagi keluarga itu untuk mengurus Eduard. Maka satu-
satunya jalan keluar adalah dengan meninggalkan dia di
Villete yang baru dibuka.
www.facebook.com/indonesiapustaka

248

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 248 4/13/2018 10:08:19 AM


Ketika Eduard selesai bercerita hari sudah gelap dan keduanya
menggigil kedinginan.

”A kita masuk,” ajak Eduard. ”Waktunya makan


yo

malam.”
”Waktu kecil, setiap kali ke rumah Nenek aku ter­
pesona dengan salah satu lukisan di sana. Gambar seorang
perempuan—Bunda Maria, begitu orang Katolik menye­
butnya—yang berdiri di atas dunia dengan kedua tangan
www.facebook.com/indonesiapustaka

terentang ke Bumi, dan cahaya memancar dari ujung jari-


jemarinya.
”Yang paling menarik bagiku adalah perempuan itu
berdiri di atas ular hidup. Aku bertanya kepada nenekku:
‘Apakah ia tidak takut ular? Apakah ular itu tidak meng­

249

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 249 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

gigit kaki Sang Perempuan dan membunuhnya dengan


bisanya?’
”Kata Nenek: ‘Menurut Injil, ular membawa kebaikan
dan kejahatan, dan perempuan itu menjaga keduanya de­
ngan kasih.’”
”Apa hubungannya dengan ceritaku?”
”Aku baru mengenalmu seminggu, jadi terlalu dini
kalau kubilang aku mencintaimu. Tetapi karena barangkali
aku tidak akan bertahan hingga besok pagi, mungkin aku
juga terlambat mengungkapkannya. Tetapi itulah hal yang
paling gila antara laki-laki dan perempuan: cinta.
”Kamu telah mengungkapkan satu kisah cinta. Se­
jujurnya, orangtuamu tentu menginginkan yang terbaik
untukmu, tetapi cinta mereka justru hampir menghancur­
kan hidupmu. Jika Bunda Maria pada lukisan nenekku
menginjak ular, berarti cinta itu punya dua sisi.”
”Aku mengerti maksudmu,” kata Eduard. ”Perawat
memberi terapi setrum karena kamu membuatku kacau.
Aku tidak tahu perasaanku sendiri, juga cinta yang pernah
menghancurkanku.”
”Jangan takut. Hari ini aku meminta Dr Igor meng­
www.facebook.com/indonesiapustaka

izinkanku keluar dan memilih tempat di mana aku bisa


memejamkan mataku untuk selamanya. Tetapi waktu ku­
lihat perawat meringkusmu, aku tahu apa yang ingin ku­
lihat saat meninggalkan dunia ini: wajahmu. Dan kuputus­
kan aku tidak akan pergi.”

250

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 250 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

”Waktu kamu tidur setelah penyetruman, aku men­


dapat serangan jantung lagi, dan kupikir ajalku telah tiba.
Kupandang wajahmu seraya mencoba menebak bagai­
mana gerangan kisah hidupmu, lalu kusiapkan diriku agar
mati dengan bahagia. Tetapi kematian tidak datang jua,
jantungku membaik, mungkin karena aku masih muda.”
Eduard menunduk.
”Jangan malu karena ada yang mencintaimu. Aku ti­
dak mengharapkan apa-apa darimu; biarkan aku men­
cintaimu, dan memainkan piano sekali lagi malam ini,
hanya sekali lagi, kalau aku masih berdaya. Sebagai ba­
lasan, aku hanya minta satu hal: Kalau kamu mendengar
aku akan mati, segeralah datang ke bangsalku. Penuhi per­
mintaanku.”
Lama Eduard terdiam. Veronika berpikir pemuda itu
tentu telah kembali masuk ke dunianya yang terpisah, di
mana ia tidak akan keluar lagi untuk jangka waktu yang
lama.
Kemudian Eduard memandang pegunungan di balik
tembok Vilette dan berkata: ”Kalau kamu ingin keluar,
aku bisa menemanimu. Biar kuambil jaket dan uang dulu.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Setelah itu kita pergi.”


”Tidak akan lama, Eduard. Kamu tahu itu, kan?”
Eduard tidak menyahut. Ia masuk dan segera kembali
lagi dengan membawa dua potong jaket.
”Ini akan abadi, Veronika; lebih panjang daripada

251

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 251 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

siang dan malam yang kuhabiskan di sini, terus-menerus


berusaha menepis visi tentang firdaus. Aku hampir bisa
melupakannya, tetapi tampaknya visi itu akan datang lagi.
”Ayo kita pergi. Orang gila harus melakukan hal-hal
gila.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

252

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 252 4/13/2018 10:08:19 AM


Malam itu, ketika berkumpul untuk makan malam, mereka me­
nyadari ada empat orang yang tidak hadir.

Z edka,
yang mereka tahu sudah diperbolehkan keluar;
Mari, yang mungkin sedang ke bioskop seperti biasa­
nya; dan Eduard, yang mungkin masih lemas akibat pe­
nyetruman. Memikirkan penyetruman itu, mereka merasa
ngeri, sehingga suasana makan malam pun menjadi he­
ning.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Akhirnya, gadis bermata hijau dan berambut cokelat


itu menghilang. Satu-satunya orang yang mereka tahu ti­
dak akan melewati minggu itu.
Orang tidak membicarakan kematian secara terbuka
di Villete, tetapi mereka mencatat siapa saja yang tidak

253

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 253 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

hadir, meskipun semua bersikap seolah-olah tidak terjadi


apa-apa.
Rumor pun mulai beredar dari satu meja ke meja lain.
Ada yang menangis, karena gadis itu begitu penuh se­
mangat hidup dan sekarang akan terbujur di kamar mayat
kecil di belakang rumah sakit. Hanya mereka yang berani
saja yang pernah ke sana, itupun hanya pada siang hari.
Ada tiga meja marmer di sana, dan biasanya ada jenazah
baru di atas salah satu meja itu, diselimuti.
Semua tahu, nanti malam Veronika akan terbujur di
sana. Mereka yang benar-benar gila akan segera melupakan
kehadirannya dalam minggu itu juga, orang yang meng­
ganggu tidur orang lain dengan permainan piano. Semen­
tara lainnya, ketika mendengar berita itu, sedikit bersedih,
terutama perawat yang mendampinginya selama di Intensive
Care Unit. Tetapi pegawai di sana dididik untuk tidak me­
rasa dekat dengan pasien, karena tentu ada yang bakal
sembuh, meninggal, dan sebagian besar memburuk kon­
disinya. Beberapa saat mereka merasa sedih, tetapi kemu­
dian melupakannya.
Sebagian besar penghuni rumah sakit pura-pura ter­
www.facebook.com/indonesiapustaka

kejut ketika mendengar berita kematian dan menunjukkan


rasa duka, tetapi sebenarnya merasa lega karena sekali lagi
malaikat pencabut nyawa melintasi Vilette, dan mereka
selamat.

254

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 254 4/13/2018 10:08:19 AM


Ketika seluruh anggota Persaudaraan berkumpul sehabis makan
malam, seorang dari me­reka menyampaikan pesan: Mari bukan
sedang pergi ke bioskop, ia sudah pergi dan tidak akan kembali
lagi. Mari meninggalkan pesan itu kepa­danya.

T ampaknya tidak ada yang terlalu mempermasalahkan


itu: Ia selalu bersikap berbeda daripada yang lain,
agak gila, tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi
ideal di Villete.
”Mari tidak pernah bisa memahami betapa kita ba­
hagia berada di sini,” kata salah seorang dari mereka. ”Kita
semua mempunyai minat yang sama, punya rutinitas,
www.facebook.com/indonesiapustaka

kadang-kadang pergi jalan-jalan bersama, mengundang


penceramah untuk membahas masalah-masalah penting,
kemudian kita mendiskusikannya. Hidup kita mencapai
keseimbangan yang sempurna, sesuatu yang didambakan
oleh orang-orang di luar sana.”

255

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 255 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Belum lagi di Villete kita terhindar dari masalah


pengangguran akibat perang di Bosnia, dari persoalan eko­
nomi dan kekerasan,” sambung yang lain. ”Kita menemu­
kan keharmonisan.”
”Mari meninggalkan tulisan ini,” kata lelaki yang tadi
menyampaikan pesan, menunjukkan sepucuk amplop ter­
tutup. ”Ia memintaku membacakan keras-keras, sepertinya
ia sedang menyampaikan ucapan selamat tinggal untuk
kita semua.”
Anggota kelompok yang tertua itu membuka amplop
dan memenuhi permintaan Mari. Hampir-hampir ia ter­
cekat di tengah jalan, tetapi karena sudah terlanjur ia pun
membaca surat itu hingga selesai.
”Ketika masih menjadi pengacara muda, aku mem­
baca puisi karya seorang penyair Inggris. Ada bagian yang
paling berkesan bagiku: ‘Jadilah seperti air mancur yang
terus meluap, jangan seperti wadah di bawahnya, yang ha­
nya menampung.’ Selama ini kupikir ia salah. Bahaya jika
terus meluap, karena bisa jadi tempat di mana orang-orang
yang kita cintai akan kebanjiran dan menenggelamkan me­
reka dengan cinta dan antusiasme kita. Sepanjang hidup,
www.facebook.com/indonesiapustaka

aku berusaha sebaik mungkin menjadi wadah tanpa per­


nah meluap melampaui tepinya.
”Kemudian, akibat sesuatu yang tidak pernah bisa
kupahami, aku mulai terserang panic attack. Aku pun men­
jadi orang yang selama ini kuhindari: menjadi air mancur

256

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 256 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

yang meluap dan membanjiri sekitarku. Hasilnya, aku di­


rawat di Villete.
”Setelah sembuh, aku kembali menjadi wadah dan
bertemu kalian semua. Terima kasih atas persahabatan,
kasih-sayang, dan saat-saat indah yang kalian berikan. Kita
semua hidup seperti ikan di akuarium, tenang karena ada
yang memberi kita makan saat diperlukan, dan jika mau,
kita bisa melihat dunia luar dari balik kaca.
”Tetapi kemarin, karena denting piano dan seorang
perempuan muda yang mungkin sekarang sudah mening­
gal, aku belajar sesuatu yang sangat berharga: Hidup di
dalam sini sama saja dengan hidup di luar sana. Di sini
maupun di sana, orang-orang berkelompok; mereka mem­
bangun tembok dan tidak membiarkan sesuatu yang asing
mengusik keberadaan mereka. Mereka melakukan sesuatu
karena terbiasa, mereka menekuni pelajaran yang tak ber­
manfaat, mereka bersenang-senang karena perlu ber­
senang-senang, dan persetan dengan orang lain—mereka
bisa memilih jalannya sendiri. Sebagian besar dari mereka
menonton berita di televisi—seperti yang sering kita laku­
kan—untuk menegaskan bahwa di dunia ini, yang penuh
www.facebook.com/indonesiapustaka

persoalan dan ketidakadilan, mereka cukup beruntung.


”Maksudku, kehidupan di Persaudaraan sama persis
dengan kehidupan di luar Villete, tidak mau melihat apa
yang ada di luar dinding kaca akuarium. Untuk beberapa
waktu, itu cukup menyenangkan dan berfaedah, tetapi

257

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 257 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

orang terus berubah dan sekarang aku pergi bertualang,


meskipun usiaku sudah enam puluh lima tahun dan me­
nyadari segala keterbatasan usia itu. Aku akan ke Bosnia.
Banyak orang yang menantiku di sana, meskipun mereka
belum mengenalku dan sebaliknya. Namun aku yakin ada
yang bisa kulakukan, dan bahaya dalam petualang itu lebih
berharga daripada seribu hari penuh ketenangan dan ke­
nyamanan.”

Setelah lelaki itu selesai membaca tulisan Mari, anggota


Persaudaraan kembali ke bangsal dan kamar masing-
masing, berkata dalam hati, Mari akhirnya benar-benar jadi
gila.
www.facebook.com/indonesiapustaka

258

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 258 4/13/2018 10:08:19 AM


Eduard dan Veronika memilih restoran termahal di Ljubljana,
memesan menu terbaik dan minum tiga botol anggur buatan 1988,
salah satu anggur terbaik abad ini. Selama makan malam, tidak
sekali pun mereka menyebut-nyebut Villete, masa lalu, atau masa
datang.

”A suka cerita tentang ular itu,” kata Eduard


ku

sambil mengisi gelas Veronika dengan anggur


untuk kesekian kalinya. ”Tetapi nenekmu terlalu tua untuk
menafsirkannya dengan tepat.”
”Hormati nenekku!” geram Veronika yang mabuk,
membuat orang-orang di sana menoleh ke arah mereka.
”Bersulang untuk nenek perempuan muda ini!” kata
www.facebook.com/indonesiapustaka

Eduard, yang segera berdiri. ”Bersulang untuk nenek pe­


rempuan gila di hadapanku ini, yang melarikan diri dari
Villete!”
Orang-orang kembali menikmati makanannya, pura-
pura tidak melihat apa-apa.

259

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 259 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Bersulang untuk nenekku!” paksa Veronika.


Pemilik restoran menghampiri meja mereka.
”Jaga sopan-santun!”
Sejenak mereka diam, tetapi kemudian melanjutkan
bercakap-cakap dengan suara keras, melantur, dan ber­
sikap tidak sopan.
Pemilik restoran kembali menghampiri mereka dan
menyuruh keluar tanpa harus membayar.
”Bayangkan, berapa banyak yang seharusnya kita ba­
yar untuk anggur mahal itu,” kata Eduard. ”Ayo cepat
keluar sebelum ia berubah pikiran.”
Pemilik restoran memang tidak berubah pikiran. Dit­
ariknya kursi Veronika, cara sopan untuk mengusir gadis
itu secepatnya dari restoran.

Mereka berjalan menuju ke tengah-tengah alun-alun kecil


di pusat kota. Veronika menengadah, melihat kamarnya di
lantai atas biara, dan ia sudah tidak mabuk lagi. Ia ingat,
tidak lama lagi dirinya akan mati.
”Ayo kita beli anggur lagi,” ajak Eduard.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Ada bar di dekat alun-alun. Eduard membeli dua bo­


tol, dan keduanya duduk meminum anggur itu.
”Apa yang salah dengan penafsiran nenekku tentang
lukisan itu?” tanya Veronika.
Eduard terlalu mabuk sehingga sulit mengingat-ingat

260

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 260 4/13/2018 10:08:19 AM


Veronika Memutuskan Mati

apa yang telah diucapkannya ketika di restoran, tetapi ke­


mudian ingatannya pulih.
”Kata nenekmu, perempuan itu berdiri di atas ular
karena ia harus menguasai kebaikan dan kejahatan. Itu
penafsiran yang manis, romantis, tetapi bukan itu yang
sesungguhnya. Aku pernah melihatnya, itu adalah salah
satu visi tentang firdaus yang kubayangkan. Aku selalu
bertanya-tanya mengapa mereka selalu menggambarkan
Perawan Maria seperti itu.”
”Dan ternyata kenapa?”
”Karena Perawan Maria itu menggambarkan energi
perempuan. Ia adalah sang penguasa ular, yang melam­
bangkan kearifan. Kalau kamu perhatikan cincin Dr Igor,
terlihat lambang kedokteran: dua ular membelit sebatang
tongkat. Cinta itu di atas kearifan, seperti Perawan Maria
di atas ular. Baginya, segala sesuatu merupakan inspirasi.
Ia tidak menilai mana yang baik dan mana yang jahat.”
”Apakah kamu tahu yang lain?” tanya Veronika. ”Pe­
rawan Maria tidak pernah memikirkan pendapat orang
tentang dia. Bayangkan bila ia harus menjelaskan me­
ngenai Roh Kudus kepada setiap orang. Ia tidak men­
www.facebook.com/indonesiapustaka

jelaskan apa-apa, ia hanya berkata: ‘Itulah yang terjadi.’


Tahukah kamu apa yang dikatakan oleh orang-orang?”
”Tentu. Ia dianggap gila.”
Keduanya tertawa. Veronika mengangkat gelasnya.

261

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 261 4/13/2018 10:08:19 AM


Paulo Coelho

”Selamat. Kamu mesti melukis visi tentang firdaus itu,


bukan hanya membicarakannya saja.”
”Akan kumulai dengan melukis kamu.”

Di samping alun-alun ada sebuah bukit kecil. Di puncak­


nya terdapat istana kecil. Veronika dan Eduard mendaki
jalan yang curam sambil menyumpah-nyumpah dan ter­
tawa, tergelincir es dan kelelahan.
Di samping istana itu terdapat alat derek besar ber­
warna kuning. Bagi orang yang baru pertama kali datang
ke Ljubljana, alat derek itu memberi kesan istana itu se­
dang dipugar dan akan segera rampung. Namun penduduk
Ljubljana tahu alat itu sudah ada di sana sejak beberapa
tahun lalu, dan tidak seorang pun mengerti mengapa
demikian. Veronika bercerita kepada Eduard bahwa bila
anak taman kanak-kanak disuruh menggambar istana
Ljubljana, mereka juga selalu menggambarkan alat derek
itu.
”Lagipula alat itu lebih terawat daripada istana itu sen­
diri.”
www.facebook.com/indonesiapustaka

Eduard tertawa.
”Seharusnya sekarang kamu sudah mati,” katanya,
masih di bawah pengaruh alkohol, tetapi dengan nada
khawatir. ”Jantungmu semestinya tidak kuat untuk men­
daki.”

262

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 262 4/13/2018 10:08:20 AM


Veronika Memutuskan Mati

Veronika mencium Eduard lama-lama.


”Tatap wajahku,” kata gadis itu. ”Ingat-ingat dengan
mata jiwamu agar suatu hari nanti kamu bisa melukiskan­
nya. Kalau kamu mau, itu bisa menjadi titik awal. Kamu
harus kembali melukis. Itu permintaanku yang terakhir.
Kamu percaya Tuhan?”
”Ya.”
”Kalau begitu, bersumpahlah atas nama Tuhanmu
bahwa kamu akan melukisku.”
”Aku bersumpah.”
”Dan bahwa setelah melukis aku, kamu akan terus
melukis.”
”Aku tidak yakin bisa bersumpah untuk yang satu
itu.”
”Bisa. Dan terima kasih, kamu telah memberi makna
dalam hidupku. Aku lahir di dunia ini untuk mengalami
berbagai hal: mencoba bunuh diri, menghancurkan jan­
tungku, bertemu denganmu, mendatangi istana ini, dan
membuatmu memahat wajahku dalam jiwamu. Inilah satu-
satunya alasan mengapa aku hadir di dunia: untuk me­
ngembalikanmu ke jalur yang telah kamu tinggalkan. Ja­
www.facebook.com/indonesiapustaka

ngan membuatku merasa hidupku sia-sia.”


”Aku tidak tahu apakah ini terlalu dini atau malah ter­
lambat, tetapi seperti halnya kamu, aku ingin mengatakan
bahwa aku mencintaimu. Kamu tidak harus mempercayai­
nya, mungkin aku konyol, hanya fantasiku.”

263

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 263 4/13/2018 10:08:20 AM


Paulo Coelho

Veronika memeluk Eduard, dan meminta Tuhan yang


tidak diyakini keberadaannya agar memanggilnya saat itu
juga.
Ia pejamkan matanya, dan ia tahu Eduard melaku­
kannya juga. Veronika terlelap, tanpa mimpi. Kematian
yang manis; aroma anggur dan belaian di rambutnya.
www.facebook.com/indonesiapustaka

264

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 264 4/13/2018 10:08:20 AM


Eduard merasakan bahunya diguncang-guncang oleh sese­orang.
Ketika ia membuka mata tampaklah hari sudah terang.

”P ke Balai Rakyat, kamu boleh berteduh di


ergilah

sana kalau mau,” kata polisi. ”Kamu bisa kedi­


nginan di sini.”
Eduard segera ingat apa yang terjadi semalam. Se­
orang perempuan meringkuk dalam pelukannya.
”Ia… ia mati.”
Tetapi perempuan itu bergerak dan membuka mata­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nya.
”Ada apa?” tanya Veronika.
”Tidak ada apa-apa,” kata Eduard sambil membantu­
nya bangkit. ”Barangkali satu keajaiban telah terjadi: hari
baru dalam kehidupan.”

265

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 265 4/13/2018 10:08:20 AM


Baru saja Dr Igor memasuki ruang konsultasi dan menyalakan
lampu—karena matahari masih terlam­bat terbit dan musim dingin
tampaknya berkepan­jangan—seorang perawat me­ngetuk pintu.

H ari

hati.
ini segalanya mulai lebih awal, katanya dalam

Ini akan menjadi hari yang cukup sulit, karena ia


harus berbicara dengan Veronika. Ia sudah menyusun­nya
selama seminggu, dan semalaman ia tidak dapat me­
mejamkan mata.
”Ada kabar buruk,” kata si perawat. ”Dua pasien
www.facebook.com/indonesiapustaka

menghilang: anak duta besar dan gadis dengan masalah


jantung.”
”Kamu benar-benar tidak becus; keamanan di rumah
sakit ini memang kurang ketat.”
”Tapi belum pernah ada yang mencoba melarikan

266

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 266 4/13/2018 10:08:20 AM


Veronika Memutuskan Mati

diri,” kata perawat, yang terlihat ketakutan. ”Kami pikir itu


tidak mungkin terjadi.”
”Keluar kamu! Sekarang aku harus membuat laporan
untuk pemilik rumah sakit, memberi tahu polisi, dan
mengambil tindakan yang perlu. Beritahu semuanya aku
tidak mau diganggu; ini perlu berjam-jam!”
Perawat itu berlalu, wajahnya tampak pucat, sadar
tanggung jawab persoalan itu akan jatuh di pundaknya,
karena begitulah cara penguasa memperlakukan orang
yang lemah. Tak diragukan lagi, ia bakal dipecat sebelum
hari berakhir.

Dr Igor mengambil notes, meletakkannya di atas meja dan


mulai menulis; kemudian ia berubah pikiran.
Ia matikan lampu dan duduk di ruangan yang hanya
sedikit diterangi oleh sinar matahari yang baru terbit, ia
tersenyum. Berhasil.
Sebentar lagi ia akan membuat catatan yang diperlu­
kan, menjelaskan satu-satunya penyembuh bagi Vitriol:
kesadaran akan kehidupan. Lalu menguraikan tentang pe­
www.facebook.com/indonesiapustaka

nyembuhan yang ia terapkan dalam tes besar pertamanya


ter­hadap pasien: kesadaran akan kematian.
Mungkin ada bentuk penyembuhan lain, tetapi Dr
Igor memutuskan memusatkan tesisnya di seputar satu
hal, di mana ia berkesempatan bereksperiman secara

267

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 267 4/13/2018 10:08:20 AM


Paulo Coelho

ilmiah berkat seorang perempuan muda yang, tanpa di­


sadari, telah menjadi bagian dari takdirnya. Ketika pertama
kali datang perempuan itu dalam kondisi sangat buruk,
hampir koma. Selama seminggu gadis itu terombang-
ambing antara hidup dan mati, waktu yang cukup untuk
memberi Dr Igor gagasan cemerlang bagi eksperimennya.
Segala sesuatunya bergantung pada satu hal: kapasitas
gadis itu untuk bertahan.
Dan ia berhasil, tanpa ada akibat serius, tanpa gang­
guan kesehatan yang tak tersembuhkan; jika bisa menjaga
diri, ia bisa hidup selama atau lebih lama daripada si dok­
ter.
Tetapi Dr Igor satu-satunya orang yang tahu itu, se­
bagaimana ia tahu bunuh diri yang gagal, cepat atau lam­
bat, akan diulang lagi oleh pelakunya. Mengapa tidak di­
manfaatkan saja sebagai kelinci percobaan, dengan melihat
apakah ia bisa menyingkirkan Vitriol dari organisme gadis
itu.
Dr Igor kemudian menjalankan rencananya itu.
Dengan obat yang disebut Fenotal ia membuat efek
serangan jantung buatan. Selama seminggu gadis itu men­
www.facebook.com/indonesiapustaka

dapat suntikan obat tersebut, dan tentu sangat ketakutan,


karena ia punya waktu untuk memikirkan kematian dan
merenungkan kembali hidupnya. Dengan cara itulah, me­
nurut tesis Dr Igor (bab terakhir tulisannya akan diberi
judul ”Kesadaran akan Kematian Membangkitkan Se­

268

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 268 4/13/2018 10:08:20 AM


Veronika Memutuskan Mati

mangat Hidup yang Besar”), gadis tersebut akan meng­


hilangkan sepenuhnya Vitriol dari organismenya dan ke­
mungkinan tidak akan mencoba bunuh diri lagi.
www.facebook.com/indonesiapustaka

269

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 269 4/13/2018 10:08:20 AM


Ia seharusnya menemui gadis itu hari ini, memberitahukan bahwa
berkat obat tadi ia berhasil membalikkan kondisi jantungnya.
Kepergian gadis itu membuatnya bebas, tidak perlu berdusta lagi.

D r Igor tidak menyadari daya tular penyembuhan


yang ia lakukan. Sebagian besar pasien di Villete
takut terhadap kesadaran akan kematian mereka, yang da­
tang perlahan dan tak dapat dielakkan. Barangkali mereka
akan mencari apa yang telah hilang dalam hidup ini, dan
terpaksa mengevalusi kembali hidup mereka.
www.facebook.com/indonesiapustaka

Mari telah mendatanginya dan minta diizinkan keluar.


Pasien lain memintanya mempelajari kembali kasus me­
reka. Namun si anak duta besar itu yang lebih mengkha­
watirkan, karena ia menghilang begitu saja, barangkali
membantu Veronika melarikan diri.

270

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 270 4/13/2018 10:08:20 AM


Veronika Memutuskan Mati

Barangkali mereka masih bersama-sama, pikirnya.


Bila ingin kembali, anak sang duta besar itu tahu di
mana letak Villete. Dr Igor amat bahagia sehingga tidak
memperhatikan soal-soal kecil.

Beberapa saat kemudian muncul keraguan: Cepat atau


lambat, Veronika akan menyadari dirinya tidak akan mati
akibat serangan jantung. Mungkin ia akan mendatangi se­
orang dokter ahli, yang akan mengatakan jantungnya
normal-normal saja. Ia akan berpendapat dokter yang me­
rawatnya di Villete sama sekali tidak becus; tetapi, siapa
yang berani melakukan penelitian terhadap hal yang dila­
rang membutuhkan tekad dan nyali yang besar.
Namun bagaimana dengan hari-hari selanjutnya, yang
membuat gadis itu selalu ketakutan karena kematian akan
segera datang?
Dr Igor merenungkan pertanyaan itu beberapa lama
dan menyimpulkan, itu tidak masalah. Gadis itu akan
menganggap setiap hari sebagai keajaiban—dan sebenar­
nya memang demikian jika kita melihat betapa banyak hal
www.facebook.com/indonesiapustaka

tak terduga yang bisa terjadi setiap detik dalam hidup kita
yang rapuh ini.

***

271

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 271 4/13/2018 10:08:20 AM


Paulo Coelho

Cahaya mentari semakin terang; saat itu penghuni rumah


sakit sedang sarapan. Sebentar lagi ruang tunggu Dr Igor
akan penuh. Ia akan menghadapi berbagai persoalan se­
perti biasa. Lebih baik ia segera membuat catatan untuk
tesisnya.
Dengan cermat ia menuliskan percobaan terhadap
Veronika itu; laporan mengenai lemahnya sistem penga­
manan gedung itu akan dikerjakannya nanti.

Hari St. Bernadette, 1998


www.facebook.com/indonesiapustaka

272

Veronika Memutuskan Mati - Content.indd 272 4/13/2018 10:08:20 AM


www.facebook.com/indonesiapustaka
VERONICA DESIDES TO DIE.pdf 1 5/8/18 4:02 AM

PAULO COELHO

PAULO COELHO
Veronika yang berumur 24 tahun seakan memiliki
kehidupan sempurna––muda dan cantik, punya
kekasih, keluarga yang menyayanginya, pekerjaan
yang disukainya. Namun ada sesuatu yang hilang
dalam hidupnya. Maka, pada suatu pagi bulan
November yang dingin, Veronika menenggak

Veronika
segenggam pil tidur dan berharap tidak akan bangun
lagi. Tapi dia terbangun––di rumah sakit jiwa, dan
diberitahu hidupnya tinggal beberapa hari lagi.

Memutuskan

Veronika Memutuskan Mati


Terinspirasi dari peristiwa-peristiwa dalam

Mati
kehidupan Coelho sendiri, Veronika Memutuskan Mati
mempertanyakan arti kegilaan dan merayakan
individu-individu yang dianggap tidak normal
berdasarkan standar yang berlaku di masyarakat.
Berani dan mencerahkan, kisah ini menggambarkan
wanita muda yang berada di persimpangan, antara
putus asa dan keinginan untuk bebas, serta apresiasi
atas setiap hari yang membawa harapan baru.
www.facebook.com/indonesiapustaka

NOVEL 17+
978-602-03-8528-0 DIGITAL

Harga P. Jawa Rp68.000

Anda mungkin juga menyukai