“SEJARAH KEPERAWATAN”
DOSEN PEMBIMBING :
EFITRA,S.Kp.M.Kes
DISUSUN OLEH :
1) AVIS YUDI PUTRA
2) DEWI NOFITA GUSRINA
3) GUSTIA ANGGUN RIZOVI
4) RIVA JONITA
5) SINTA ARYA NINGSIH
6) SRI MARISA ANANDA
KELAS : 1.A
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui nilai dan kepercayaan dalam keperawatan
BAB II
ISI
2.1 Nilai nilai dan kepercayaan dalam keperawatan
a. Etika
Merupakan peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi prilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik maupun buruk serta merupakan suatu
tanggung jawab moral.
b. Etik
Merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral atau
ilmu kesusilan yang menyangkut aturan atau prinsip penentuan tingkah laku yang baik dan
buruk, kewajiban dan tanggung jawab.
c. Etiket
d. Moral
Merupakan perilaku yang diharapkan masyarakat atau merupakan standar prilaku yang harus
diperhatikan seseorang menjadi anggota kelompok atau masyarakat dimana ia berada atau
nilai yang menjadi pegangan bagi seseorang suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Dengan demikianmoral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu
tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar
prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursingethics)merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan.
1. Kode Etik
Kode etik adalah suatu pernyataan formal mengenai suatu standar kesempurnaan dan
nilai kelompok. Kode etik adalah prinsip etik yang digunakan oleh semua anggota
kelompok, mencerminkan penilaian moral mereka sepanjang waktu, dan berfungsi sebagai
standar untuk tindakan profesional mereka.
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar
prilaku atau bentuk pedoman atau panduan etik prilaku profesi keperawatan secara
professional dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan
perlindungan bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan. (Aiken, 2003).
Para ahli falsafah moral telah mengemukakan beberapa teori etik, yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontologi.
a. Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir. Pendekatan ini sering
disebut dengan ungkapan theendfustifiesthemeans atau makna dari suatu tindakan
ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil dengan
kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.Contoh penerapan
teori ini misalnya bayi-bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada
nantinya menjadi beban di masyarakat.
b. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti tugas. Teori ini berprinsip
pada aksi atau tindakan. Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin
bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan
tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh.
Penerapan teori ini perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya seperti tindakan
abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri
hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk. Prinsip etika
keperawatan meliputi kemurahan hati (beneficence). Inti dari prinsip kemurahan hati adalah
tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan pasien dan menghindari
perbuatan yang merugikan atau membahayakan pasien. Prinsip ini seringkali sulit diterapkan
dalam praktik keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak
yang merugikan pasien, serta tidak ada kepastian yang jelas apakah perawat bertanggung
jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan kesehatan, keselamatan dan
keamanan pasien.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu baik secara nasional maupun internasional. Kode etik keperawatan di Indonesia
telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia melalui
Musyawarah Nasional PPNI di jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia terdiri dari 4 bab dan 16 pasal yaitu :
1) Bab 1, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga, dan masyarakat.
2) Bab 2, terdiri dari lima pasal menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
tugasnya.
3) Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap sesama
perawat dan profesi kesehatan lain.
4) Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan.
5) Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap
pemerintah, bangsa, dan tanah air.
b) Perawat, wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
d) Perawat, dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik, agama yang dianut, dan kedudukan sosial.
Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lain sebagai
berikut :
a) Perawat, memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya,
baik dalam memelihara keserasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluru.
b) Perawat, berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
b. Kode Etik Keperawatan Menurut ICN (International Council 0f Nurses Code forNurses)
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang didirikan
pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs. BedfordFenwich di HanoverSquar, London dan direvisi
pada tahun 1973. Uraian Kode Etik ini diuraikan sebagai berikut :
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas, perawat perlu
meningkatkan keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai yang ada di
masyarakat, menghargai adat kebiasaan serta kepercayaan inidividu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat yang menjadi pasien atau klien. Perawat dapat memegang teguh rahasia
pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan bila diperlukan oleh pihak yang
berkepentingan atau pengadilan.
Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain di luar keperawatan. Perawat dapat melindungi dan
menjamin seseorang, bila dalam masa perawatannya merasa terancam.
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar praktek
keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan perawatan secara profesional.
Perawat, sebagai anggota organisasi profesi, berpartisipasi dalam memelihara kestabilan
sosial dan ekonomi sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktek keperawatan.
Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar perawat dalam
menjalankan setiap tugas dan fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat
manusia. Tujuan kode etik keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan.
2) Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan
yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
1. Pengertian Nilai
Nilai merupakan suatu keyakinan personal mengenai harga atas suatu ide tingkah laku,
kebiasaan atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang mempengaruhi tingkah laku.
Nilai-nilai berhubungan satu sama lain serta membentuk sistem nilai. Perawat juga tekah
menetapkan nilai dan harus mengembangkan kesadaran bagaimana sistem nilai mereka
sendiri akan mempengaruhi klien. Pemahaman sistem nilai akan memahami perawat
bertindak secara profesional.
Tata nilai merupakan rambu-rambu atau aturan yang dpat membatasi perilaku, peran,
peran dan etika internal perawat. Tata nilai keperawatan adalah nilai yang terkandung
didalam proses sharing yang dilakukan perawat,serta sangat mempengaruhi berbagai
tindakan keperawatan.
a. Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang sesuai denagntututan hati nuraninya (pengertian secara umum)
b. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran,
keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada
tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973).
c. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau
keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusus (Znowski, 1974)
2) Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten.
Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara
intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan kannya.
Untuk praktik sebagai perawat profesional, diperlukan nilai-nilai yang sesuai dengan
kode etik profesi, antara lain dengan:
d. Seorang perawat yang menghargai hak privasi pasien akan menerapkan kepada pasien,
sebagai berikut :
3) Menyediakan tempat konsultasi bagi pasien dcengan pemuka agama atau anggota
keluyarga yang sedang sedih
a. Altruisme
Pada altruisme salah satu yang penting adalah sifat empati atau merasakan perasaan
orang lain di sekitar kita. Hanya altruisme timbal balik yang mempunyai dasar biologis.
Kerugian potensial dari altruisme yang dialami individu diimbangi dengan kemungkinan
menerima pertolongan dari individu lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa altruisme
merupakan bagian “sifat manusia” yang ditentukan secara genetika, karena keputusan untuk
memberikan pertolongan melibatkan proses kongnisi sosial komplek dalam mengambil
keputusan yang rasional (Latane&Darley, Schwartz, dalam Sears, 1991).
Perawat yang memiliki nilai yang baik pasti akan menggali metode dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberdayakan asuhan yang efektif (Bishof&Scudder,
1990). Mereka menunjukkan kepedulian terhadap klien dengan mendukung dan menguatkan
klien, sehingga klien dapat sembuh dari sakitnya, dapat mengatasi kelemahannya, dan hidup
lebih sehat. Mereka peduli dengan kesejahteraan klien. Kehadiran kepedulian seringkali
membantu proses penyembuhan (Bishof&Scudder, 1990).
b. Persamaan
Persamaan adalah mempunyai hak dan status yang sama, sikap yang dapat ditunjukkan
perawat yaitu menerima, adil atau tidak diskrinatif.
c. Empati
Adalah berusaha menempatkan diri pada seseorang yang bersangkutan sehingga dapat
merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang besangkutan tersebut. Empati berbeda
dengan simpati, sikap melibatkan perasaan terhadap sesuatu hal, sehingga tidak dapat lagi
berfikir objektif merupakan sikap simpati yang tidak seharusnya dimiliki oleh perawat.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi multivitamin dosage
tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super keras akan menyembuhkan rasa
terpelentirnya hati seorang pasien yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada
hal yang tidak bisa di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal,
ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.
d. Kebebasan
Kebebasan adalah memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri,
harapan, disiplin, serta kebebasan.
e. Keadilan
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
f. Otonomi
Otonomi adalah kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip
otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktekprofesioanal merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
g. Non- Malefience
Non –malefience adalah tidak melukai atau tindak menimbulkan bahaya atau cidera
bagi orang lain.
h. Benefience
Benefience adalah hanya melakukan suatu yang baik, kebaikan, memerlukan penegakan
dari kesalahan atau kejahatan orang lain. Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu
yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan
otonomi.
i. Kejujuran
Kejujuran adalah berarti dengan penuh dengan kebenaran nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.
Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus
ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti
jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctorsknowsbest” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki
hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.
j. Fidelity