Anda di halaman 1dari 10

Medicus Darussalam VOL.

1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

Perubahan Nilai D-Dimer Sebelum dan Sesudah


Pemberian Deksametason Pada Penderita Tumor Otak

Difference in D-dimer Level Before and After


Administration of Dexametason in Patients with Brain Tumor

Yunni Diansari*, Achmad Junaidi*, Selly Marisdina*, Mediarty Syahrir**,


Ida Maya*, Rafika Monalisa*, Dya Anggraeni*

*Departemen Neurologi FK Unsri/RSMH Palembang, **Divisi Hematoonkologi


Departemen Penyakit Dalam FK Unsri/RSMH Palembang

Abstrak
Latar Belakang : Tumor otak merupakan salah satu jenis tumor yang memiliki resiko cukup tinggi
terhadap angka kejadian trombosis sistemik. Tromboemboli merupakan salah satu komplikasi non
neurologi pada pasien dengan tumor otak. Hal ini dikaitan dengan adanya kondisi hiperkoagulasi
pada pasien dengan tumor. Salah satu mekanisme terjadinya hiperkoagulasi pada penderita tumor
adalah berkaitan dengan produksi dan pengeluaran sejumlah sitokin proinflamasi normal di
endotel vaskular. Adanya pengaktifan sistem koagulasi darah ditandai dengan peningkatan D-
dimer. Deksamatason merupakan golongan anti inflamasi yang paling sering digunakan untuk
tatakaksana edema serebri pada tumor otak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara pemberian deksametason dengan nilai D-dimer pada pasien tumor otak
Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan design before and after pada
pasien tumor otak yang direkrut secara konsekutif dan tidak dalam kemoterapi, radioterapi atau
dengan riwayat penyakit serebrovaskular. Diagnosis tumor otak didasarkan hasil CT Scan kepala
atau MRI kepala. D-dimer plasma diambil dengan metode kuantitatif. Seluruh pasien dengan gejala
edema serebri pada saat masuk rumah sakit diberikan terapi deksametason selama 7 hari. Nilai
D-dimer diperiksa sebelum dan setelah 7 hari pemberian deksametason. Uji Wilcoxon digunakan
untuk melihat hubungan antara nilai D-dimer sebelum dan sesudah pemberian deksametason.
Hasil : Subjek penelitian ini adalah perempuan sebanyak 32 orang dan laki-laki 20 orang.
Sebagian besar subjek penelitian berusia 20-59 tahun (82,7%) dengan lesi tumor yang paling
banyak soliter (69,2%) dan jenis tumor primer (71,2%). 76,9% subjek penelitian memperlihatkan
peningkatan nilai D-dimer pada pemeriksaan awal. Nilai D-dimer rerata sebelum pemberian
deksametason adalah 2,45 dan sesudah pemberian deksametason adalah 2,17. Tidak terdapat
perbedaan bermakna rerata nilai D-dimer sebelum dan sesudah pemberian deksametason ( P value
= 0,379)
Kesimpulan : Pemberian deksametason pada pasien tumor otak tidak mempengaruhi perubahan
nilai D-dimer secara signifikan
Kata kunci : deksametason, D-dimer, tumor otak

Abstract
Background: Incidence of thromboembolic events are quite common in brain tumor patient which
thromboembolic event itself is one of non-neurologic complication in brain tumor. This condition is
correlated with hypercoagulated state in patient with malignancy. Activation of coagulation system
is marked with increasing of D-dimer level. One of mechanism hypercoagulated condition in
malignancy is associated with production and releasing of proinflammatory cytokine in vascular
endotel. Dexametason is one of antiinflamatory agent that usually used to manage cerebral edema
in brain tumor. The aim of this study is to analyse the relationship between D-dimer level before
and after dexametason administration in brain tumor patient.
Methods: This is an experimental study with a before and after design on patients with brain tumor,
recruited consecutively and not receiving chemotherapy, radiotherapy nor cerebrovascular events.
Diagnosis of brain tumor is based on neuroimaging of the brain. D-dimer plasma level is obtained
with quantitative method. Dexametason is administrated to all patients within 7 day. D-dimer level

1
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

were measured before dexametason administration dan the eight day after dexametason
administration. Wilcoxon test is used to analyse the relationship between D-dimer level before and
after dexametason administration.
Results: Subjects of this study is comprised of 32 women and 20 men. Most are in the group of 20-
59 years old (82,7%), with solitary tumor lesion (69,2 %) and primary brain tumor (71,2%). 76,9%
of subjects show increasing of D-dimer level before dexametason administration. Mean of D-dimer
level before and after administration of dexametason are 2,45 and 2,17. There is no significant
difference in mean of D-dimer level (P value= 0,379)
Conclusion: Administration of dexametason in brain tumor patients does not affect D-dimer level
significantly.
Keywords: brain tumor, dexametason, D-dimer level.

PENDAHULUAN medikamentosa awal yang paling


Angka kejadian tumor otak semakin sering diberikan pada penderita tumor
meningkat setiap tahunnya. otak yang dirawat baik yang dirawat
Berdasarkan beberapa survei, saat ini jalan maupun dirawat inap.
angka mejadian tumor otak metastasis Deksametason dapat mengakibatkan
bahkan lebih tinggi dibandingkan down regulasi pada dua faktor
dengan tumor otak primer. Semakin angiogenik utama yaitu Vascular
tinggi angka kejadian tumor otak Endothelial Growth Factor (VEGF)
tersebut, berkaitan dengan semakin dan Interleukin sehingga dapat
banyak komplikasinya, baik itu memperbaiki permeabilitas vaskular
komplikasi neurologi maupun dan menurunkan nilai D-dimer
komplikasi non-neurologi. plasma pasien tumor otak.4,5
Hiperkoagulasi merupakan salah satu Penelitian ini bertujuan untuk
komplikasi non-neurologi yang mengetahui pengaruh pemberian
berkaitan dengan tumor otak. deksametason selama satu minggu
Telah diketahui bahwa tumor
terhadap perubahan nilai D-Dimer
berkaitan dengan resiko trombosis.
Tumor otak memiliki presentase pada penderita tumor otak.
kejadian trombosis paling tinggi
dibandingkan dengan tipe keganasan METODOLOGI
yang lain, yaitu 26%.1 Tumor otak Penelitian ini merupakan penelitian
Kejadian trombosis ditemukan sekitar eksperimental dengan desain before
20% pada tumor otak metastasis dan and after dengan rancangan one
20-30% pada glioma.2 group pretest dan posttest.
Sel tumor dapat mengaktifkan sistem Pengambilan data dilakukan Januari
koagulasi darah melalui beberapa 2018 sampai November 2018.
mekanisme yaitu produksi aktivitas Kriteria inklusi adalah semua pasien
prokoagulan, fibrinolitik, proagregasi tumor otak yang dirawat inap di
dan pelepasan sitokin proinflamasi bangsal Neurologi RSMH. Diagnosis
Tumor Necrosis Factor (TNF), tumor otak ditegakkan berdasarkan
Interleukin-1 (IL-1), proangiogenik hasil pemeriksaan CT scan atau MRI
Vascular Endothelial Growth Factor kepala. Pasien dengan riwayat
(VEGF) serta interaksi langsung penyakit serebrovaskular atau
dengan pembuluh vaskular host (sel- mengkonsumsi golongan antiplatet
sel endothelial, leukosit, monosit, dan antikoagulan dikeluarkan dari
makrofag dan platelet melalui penelitian ini. Pasien yang menjalani
molekul adhesi.1,2,3 kemoterapi dan radioterapi juga
Deksametason merupakan terapi dikeluarkan dari penelitian ini.
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

Pengukuran nilai D-dimer plasma Dikatakan hiperkoagulasi jika


awal dilakukan sebelum pemberian didapatkan nilai D-dimer >0,5.
deksametason. Pengukuran nilai D-
Dimer plasma akhir dilakukan 7 hari HASIL
setelah pemberian deksametason. Didapatkan 52 subjek, dengan jenis
Deksametason diberikan pada saat kelamin wanita sebanyak 61,5 %.
penderita masuk rumah sakit dengan Mayoritas subjek penelitian ini tidak
dosis awal 10 mg dilanjutkan 4 mg
memiliki riwayat merokok. Tumor
setiap 6 jam. Penurunan dosis
dilakukan secara bertahap setiap 3 otak primer merupakan tumor otak
hari. Darah vena diambil untuk yang terbanyak pada penelitian ini.
dilakukan pengukuran nilai D-dimer. Secara lengkap karakteristik subjek
Pemeriksaan D-dimer dilakukan penelitian ini dapat terlihat pada tabel
dengan metode kuantitatif D-dimer 1.
latex agglutination. Nilai normal
rujukan D-dimer adalah 0,5.

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian (n=52)


Karakteristik N (%)
Usia
- 20 - 59 tahun 43 82,7
- > 60 tahun 9 17,3
Jenis Kelamim
- Laki-laki 20 38,5
- Perempuan 32 61,5
Merokok
- Perokok 20 38,5
- Bukan perokok 32 61,5
Devisit Motorik
- Abnormal 51 98,1
- Normal 1 1,9
Jumlah Lesi Tumor
- Multiple 16 30,8
- Tunggal 36 69,2
Jenis Tumor
- Metastasis 15 28,8
- Primer 37 71,2
Trombosit
- > 400.000 6 11,5
- < 400.000 46 88,5
Leukosit
- > 10.000 34 65,4
- < 10.000 18 34,6

Pengukuran nilai D-dimer sebelum didapatkan rerata nilai D-dimer akhir


pemberian deksametason didapatkan yaitu 2,17 ± 3,38. Hasil analisis
nilai rerata 2,45 ± 3,63. Setelah selengkapnya disajikan pada tabel 2
pemberian deksametaon satu minggu

3
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

Tabel 2. Pengukuran nilai D-dimer


Nilai D Dimer N Rerata ± SD Median Rentang
(Minimum – Maksimum)
Nilai D-dimer 52 2,45 ± 3,63 1,18 0,26 – 19,53
Awal
Nilai D-dimer 52 2,17 ± 3,38 0,83 0,20 – 18,32
Akhir

Kategori nilai D-dimer penurunan jumlah subjek dengan nilai


dikelompokkan menjadi tinggi (>0,5) D-dimer yang tinggi. Tetapi secara
dan normal (< 0,5). Hasil analisis keseluruhan 71,2% subjek masih
didapatkan bahwa sebelum menunjukkan nilai D-dimer dengan
pemberian deksameason sebagian kategori tinggi setelah pemberian
besar subjek memiliki nilai kategori deksametason. Hasil analisis
tinggi yaitu 76,5% sedangkan setelah selengkapnya pada grafik berikut ini:
diberikan deksametason terdapat

76.9
80 71.2
70
60
50
Tinggi
40 28.8 Normal
30 23.1
20
10
0
D Dimer Awal D Dimer Akhir
Grafik 1. Pengukuran nilai D-dimer sebelum dan sesudah pemberian
deksametason

Hasil uji statistik didapatkan bahwa pemberian deksametason menurun


tidak terdapat perbedaan rerata nilai namun tidak signifikan dibandingkan
D-dimer sebelum dan setelah dengan nilai D-dimer awal. Hasil
pemberian deksametason (p value = analisis selengkapnya disajikan
0,379). Nilai D-dimer akhir setelah sebagai berikut:

Tabel 3. Perbedaan Rerata nilai D-dimer Sebelum dan Setelah Pemberian


Deksametason
Nilai D-dimer n Rerata±SD Median (Min – Mak) p value
Nilai D-dimer 52 2,45 ± 3,63 1,18 (0,26 – 19,53) 0,379
Awal

Nilai D-dimer 52 2,17 ± 3,38 0,83 (0,20 – 18,32)


Akhir
*Uji wilcoxon test
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

Analisis multivariat antara berbagai deksametason. Tabel 4


variabel perancu dilakukan untuk memperlihatkan tidak ada varibel
melihat apakah ada pengaruh faktor- yang berpengaruh secara bermakna
faktor tertentu terhadap nilai D-dimer terhadap pengukuran nilai D-dimer
awal sebelum pemberian awal.

Tabel 4. Hubungan berbagai variabel perancu dengan nilai D-dimer awal


Variabel Nilai D-dimer Total p-
Value
Tinggi normal
n (%) n (%) n (%)

Usia
20-59 tahun 29( 14(32, 43 0,257
67,4) 6)
≥ 60 tahun 8 (88,9) 1 (11,1) 9
Jenis
kelamin 0,276
Laki-laki 12(60,0 8(40,0) 20
)
Perempuan 25(78,1 7(21,9) 32
)
Jumlah lesi
Multipel 13(81,3 3 (18,8) 16 0,340
)
Tunggal 24 12 36
(66,7) (33,3)
Jenis tumor
Metastasis 11 4 (26,7) 15 1,000
(73,3)
Primer 26 11(29,7 37
(70,3 )
Merokok
Perokok 13 7(35,0) 20 0,646
(65,0)
Bukan 24 8 (25,0) 32
perokok (75,0)
Leukosit
>10.000 28(82,4 6 (17,6) 34 0,300
)
≤ 10.000 12 6 (33,3) 18
(66,7)
Trombosit
>400.000 4 (66,7) 2 (33,3) 6 0,612
≤ 400.000 36 10 46
(78,3) (23,1)

105
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

DISKUSI bersama dengan trombosit, GP Ib,


Peningkatan risiko trombosis GP IIb/IIIa, faktor von Willebrand
dikaitkan dengan perubahan aliran dan faktor jaringan (kolagen).
darah, cedera pada endotel vaskular Adanya trombus yang menyumbat
dan perubahan dalam konstitusi darah aliran darah membuat tubuh akan
yang disebut sebagai trias virchow. melakukan homeostasis untuk
Telah diketahui bahwa trombosis dan menghancurkan trombus tersebut.
keganasan dihubungkan oleh D-dimer merupakan hasil akhir
beberapa mekanisme patofisiologis pemecahan fibrin oleh plasmin. Jadi
yang kompleks.6,7,8,9 pemeriksaan D-dimer akan sangat
Sel tumor dapat mengaktivasi bermanfaat baik secara langsung
sistem koagulasi darah melalui ataupun tidak langsung untuk
beberapa mekanisme seperti produksi mengetahui adanya pembentukan
faktor prokoagulan, aktivitas maupun pemecahan trombus. 18,19
fibrinolitik, proagregasi, pelepasan Kadar D-dimer yang lebih tinggi
sitokin proinflamasi dan dari nilai normal rujukan
proangiogenik serta interaksi menunjukkan adanya produk
langsung dengan pembuluh vaskular degradasi fibrin dalam kadar yang
dan sel darah melalui molekul adhesi. tinggi, yang menunjukkan adanya
Faktor prokoagulan yang diproduksi pembentukan dan pemecahan
oleh sel tumor adalah Tissue Factor trombus dalam tubuh dan berkaitan
(TF) dan Cancer Procoagulant (CP). dengan kondisi hiperkoagulasi.
2,10,11,12
Selain itu sel tumor juga Kadar D-dimer yang normal dapat
memproduksi dan mengeluarkan digunakan untuk menyingkirkan
sejumlah sitokin proinflamasi normal diagnosis banding gangguan
di endotel vaskular, contohnya TNF-a pembekuan darah sebagai penyebab
dan IL-1b. dari gejala klinik yang ada.7,19,20
Beberapa temuan terbaru Insiden hiperkoagulasi pada
menunjukkan kaitan antara proses keganasan bervariasi tergantung
angiogenesis dan keadaan dari jenis keganasan itu sendiri.
hiperkoagulasi pada keganasan, Tumor otak merupakan salah satu
seperti ekspresi TF di endotel jenis keganasan yang memiliki
vaskular jaringan tumor terbukti angka kejadian hiperkoagulasi
berkorelasi kuat dengan inisiasi cukup tinggi. Pada penelitian ini
angiogenesis. Ekspresi TF juga telah didapatkan hiperkoagulasi pada
terbukti berkorelasi positif dengan 76,9% subjek.
kepadatan mikrovesel dan ekspresi Telah diketahui bahwa
modulator angiogenik (VEGF). keganasan itu sendiri merupakan
VEGF menginduksi salah satu kondisi yang mendasari
hiperpermeabilitas dengan tindakan adanya hiperkoagulasi. Beberapa
langsung pada endotelium dan faktor komorbid yang berpengaruh
mendorong aktivasi platelet dan terhadap hiperkoagulasi terkadang
adhesi secara in vitro. 9,13,14,15,16,17 dapat dijumpai bersamaan pada
Trombosis disebabkan oleh penderita keganasan seperti kebiasaan
adanya sumbatan trombus atau merokok, imobilisasi, trombositosis
embolus pada pembuluh darah. dan adanya infeksi yang dapat
Trombus tersusun oleh fibrin ditandai dengan peningkatan nilai
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

leukosit. Beberapa faktor komorbid paresis pada pasien memiliki resiko


yang kemungkinan mempunyai kejadian trombosis lebih tinggi
pengaruh terhadap peningkatan kadar dibandingkan pasien dengan
D-dimer dijumpai juga pada ambulasi normal. Hal ini dikarenakan
penelitian ini, seperti leukositosis dan pada paresis motorik dapat
defisit motorik yang didapatkan menyebabkan aliran balik vena akan
mayoritas pada subjek penelitian. menjadi lambat, sehingga
Meskipun demikian analisis statistik meningkatkan resiko trombosis pada
menunjukkan tidak ada hubungan ekstremitas.2,4
bermakna antara leukositosis dan Merokok dapat meningkatkan
defisit motorik dengan peningkatan agregasi trombosit karena zat kimia
nilai D-dimer pada penelitian ini. dalam rokok akan merangsang
Infeksi juga dapat mempengaruhi tromboksan A2. Tromboksan A2
kaskade koagulasi sehingga instrinsic akan mengaktifkan produksi
pathway teraktivasi ketika ada infeksi trombosit dan berperan pada kaskade
bakteri yang masuk kedalam tubuh koagulasi.16,30 (19,23) Penelitian yang
dan akan berujung pada pembentukan dilakukan oleh Yu J dan kawan–
trombin dan fibrin yang kawan yang menyatakan bahwa ada
menghasilkan cross linked. Menurut korelasi positif antara merokok
penelitian Kolodziejzyk dan kawan- dengan viskositas darah.23 Pada
kawan, sel leukosit memberikan penelitian ini tidak didapatkan
dampak pada proses koagulasi darah hubungan merokok terhadap kadar D-
dan sistem hemostatik dengan dimer. Hasil ini bertentangan dengan
mengaktivasi platelet mengeluarkan penelitian sebelumnya. Hal ini
neutrofil elastase, sekresi mungkin disebabkan oleh karena
trombomodulin oleh sel endotelial jumlah populasi pasien penelitian
dan menghambat antitrombin.4,21 lebih banyak perempuan dan
Pada penelitian ini, sekitar 65,4% didapatkan bahwa semua sampel
pasien mengalami peningkatan penelitian yang berjenis kelamin
jumlah leukosit. Hasil ini berbeda bila perempuan pada penelitian ini tidak
dibandingkan dengan penelitian ada yang merokok.
Setiawan, di mana penelitian tersebut Trombositosis juga
menyatakan bahwa lebih banyak merupakan faktor yang berkaitan
pasien yang memiliki leukosit normal dengan resiko hiperkoagulasi. Pada
(58,5%) dibandingkan dengan yang penelitian ini juga menunjukkan
meningkat sebanyak 41,2%. Pada sebagian besar subjek (88,5%)
pasien tumor otak, adanya defisit memiliki nilai trombosit dalam batas
motorik yang menyebabkan normal. Penelitian Setiawan dan
imobilisasi juga berkontribusi kawan-kawan juga menunjukkan
terhadap kondisi hiperkoagulasi. bahwa mayoritas pasien memiliki
Defisit motorik yang berat dapat nilai trombosit normal sebanyak
menyebabkan penderita tirah baring 88,1%. Menurut Suega dan kawan-
dalam waktu yang lama sehingga kawan, trombositosis ( trombosit >
aliran balik vena menjadi lambat dan 400.000 / µl ) merupakan faktor
dapat meningkatkan resiko trombosis resiko terbentuknya trombosis dan
yang mempengaruhi kadar D- terjadi pada sekitar 35-50,6 % pasien
dimer.4,19,20,22 Menurut penelitian kanker. 2,4
Setiawan dan kawan-kawan kondisi

107
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

Faktor tumor sendiri belum bisa mengalami perbaikan dan


ditentukan apakah jenis dan jumlah menurunkan permeabilitas sawar
lesi tumor itu berpengaruh terhadap darah otak sehingga dapat
4,5,7,23,16,24
kondisi hiperkoagulasi. Pada mengurangi edema otak.
penelitian ini jenis tumor dan jumlah Efek terapeutik deksametason yang
lesi tidak bermakna terhadap paling penting adalah kemampuannya
peningkatan nilai D-dimer. Temuan untuk mengurangi respons
serupa didapatkan pada penelitian peradangan secara dramatis dan untuk
yang telah dilakukan Suega dan menekan imunitas. Telah diketahui
kawan –kawan yang menjelaskan bahwa penurunan dan penghambatan
bahwa jumlah lesi tumor tidak limfosit dan makrofag perifer
memiliki korelasi bermakna antara memegang peranan, juga
penanda koagulasi dengan tipe menghambat fosfolipase A2, secara
keganasan yang menggolongkan pada tidak langsung juga menghambat
tumor primer (tunggal) dan tumor pelepasan asam arakidonat, prekursor
sekunder (multipel). Penelitian prostaglandin dan leukotrien, dari
Setiawan dan kawan-kawan juga fosfolipid yang terikat pada
mendapatkan hasil yang serupa. membran. Salah satu mekanisme
Penelitian Suega dan kawan-kawan terjadinya hiperkoagulasi pada
menunjukkan bahwa penggolongan keganasan melalui disfungsi endotel
tumor primer dan metastasis memiliki akibat VEGF yang diproduksi sel
kadar D-dimer preoperatif lebih kanker. Deksametason diperkirakan
tinggi pada pasien dengan volume dapat memperbaiki disfungsi endotel
tumor yang lebih besar dan multiple. sehingga dapat menurunkan kadar D-
4,7
dimer plasma pada pasien tumor otak.
Kortikosteroid diperkenalkan Pada penelitian ini, setelah pemberian
sebagai perawatan pasien tumor otak deksametason selama satu minggu,
hampir 50 tahun yang lalu 71,2% subjek masih menunjukkan
berdasarkan efektivitasnya pada nilai D-dimer diatas rujukan normal.
edema yang disebabkan tumor. Penurunan nilai D-dimer hanya
Deksametason merupakan salah satu didapatkan pada 5,7% subjek.
kortikosteroid sintetis yang paling Analisis statistik menunjukkan bahwa
efektif dan direkomendasikan untuk tidak ada perbedaan bermakna
tatalaksana edema serebri pada tumor terhadap perubahan nilai D-dimer
otak. Deksametason dapat setelah pemberian deksametason.
menurunkan ekspresi VEGF melalui Temuan ini serupa dengan penelitian
aktivasi reseptor glukokortikoid Setiawan dan kawan-kawan yang
(Glucocorticoid Receptor/ GR), menjelaskan bahwa tidak terdapat
sehingga memperbaiki disfungsi perbedaan antara kadar D-dimer
sawar darah otak. Selain itu sebelum terapi deksametason dan
deksametason mempunyai afinitas sesudah pemberian terapi
yang kuat pada GR, yang deksametason selama 4 hari.
menimbulkan penurunan ekspresi Penjelasan terhadap hasil tersebut
eNOS (endothelial nitric oxide karena kadar D-dimer dalam plasma
synthase). Penurunan eNOS akan merupakan resultan dari beberapa
mengakibatkan produksi NO oleh sel faktor yang berpengaruh yang tidak
endotel menurun, sehingga tight dapat dikendalikan secara
junctions pada sawar darah otak keseluruhan dalam penelitian ini.
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

SIMPULAN 9. Aishiama K, Yoshimoto Y. Screening


Pada penelitian ini memperlihatkan strategy using seqeunsial serum D-
dimer assay for detection and
bahwa pemberian steroid tidak dapat prevention of venous
menurunkan resiko terjadinya thromboembolism after elective brain
thrombosis. Olek karena itu tumor surgery. British Journal of
diperlukan pemberian terapi lain Neurosurgery. 2013;27(3):348-54
untuk menurunkan resiko trombosis
10. Van Zaane B, Nur E, Squizzato A,
pada pasien tumor otak yang Gerdes VE, Buller HR, Dekkers OM,
mengalami hiperkoagulasi. Brandjes DP. Systematic review on the
effect of glucocorticoid use on
DAFTAR PUSTAKA procoagulant, anti-coagulant and
1. Elyamany G, Alzahrani AM, Bukhary fibrinolytic factors. Journal of
E. Cancer-associated thrombosis: an Thrombosis and Haemostasis.
overview. Clinical Medicine Insights: 2010;8(11):2483-93.
Oncology. 2014;8:129-37.
11. Dietrich J, Rao K, Pastorino S, Kesari
2. Jenkins EO, Schiff D, Mackman N, S. Corticosteroids in brain cancer
Key NS. Venous thromboembolism in patients: benefits and pitfalls. Expert
malignant gliomas. Journal of Review of Clinical Pharmacology.
Thrombosis and Haemostasis. 2011;4(2):233-42.
2010;8(2):221-27.
12. Kostaras X, Cusano F, Kline GA, Roa
3. Hawbaker S. Venous W, Easaw J. Use of dexamethasone in
thromboembolism in the cancer patients with high-grade glioma: A
population: pathology, risk, and clinical practice guideline. Current
prevention. Journal of The Advance Oncology. 2014;21(3):493-503.
Practional in Oncology. 2012;3(1):23-
33. 13. Ay C, Dunkler D, Pirker R, Thaler J,
Quehenberger P, Wagner O, Zielinsky
4. Setiawan A, Pudjanarko,Tugasworo D. C, Pabinger I. High D-dimer levels are
Pengaruh Pemberian Deksametason associated with poor prognosis in
Terhadap Kadar D Dimer Plasma pada cancer patients. Haematologica.
Pasien Tumor Otak. Medica Hospitalia. 2012;97(8):1158-64.
2015;3(1):25–31.
14. Chu AJ. Tissue Factor, Blood
5. Yano A, Fujii Y, Iwai A, Kageyama Y, Coagulation, and Beyond: An
Kihara K Glucocorticoids Suppress Overview. International Journal of
Tumor Angiogenesis and In vivo Infammation. 2011;2011:1-30.
Growth of Prostate Cancer Cells. Clin
Cancer Research. 2006;12(10):3003-9. 15. Roskoki R. Vascular endothelial
growth factor (VEGF) signaling in
6. Blann AD, Dunmore S. Arterial and tumor progression. Critical Reviews in
venous thrombosis in cancer patients. Oncology Hematology.
Cardiology Research and 2007;62(3):179-213.
Practice.2011;394740.
16. Olson JD. D-dimer: An Overview of
7. Suega K, Bakta IM. Correlation Hemostasis and Fibrinolysis, Assays,
between clinical stage of solid tumor and Clinical Applications. Advance in
and D dimer as a marker of coagulation Clinical Chemistry. 2015;69:1-46.
activation. Acta Medica Indonesia.
2011;43(3):162-67. 17. Ay C, Dunkler D, Simanek R, Thaler J,
Koder S, Marosi C, Zielinski C,
8. Jain S, Harris J, Ware J. Platelets: Pabinger I. Prediction of venous
Linking hemostasis and cancer. thromboembolism in patients with
Arterioscler Thromb Vasc Biol. cancer by measuring thrombin
2010;30(12):2362-7. generation: Results from the vienna

109
Medicus Darussalam VOL. 1, NO 2, MARET 2019
Jurnal Ilmiah Kedokteran P-ISSN : 2655-4259 E-ISSN : 2655-8521

cancer and thrombosis study. Journal of degradation products (FDPs) in tumor


Clinical Oncology. 2011;29(15):2099- progression. Contemporary Onkology.
103 2013;17(2):113-19

18. Barber M, Langhorne P, Rumley A, 22. Ay C, Pabinger I. Tests predictive of


Lowe GDO, Stott DJ. D-dimer predicts thrombosis in cancer. Thrombosis
early clinical progression in ischemic Research. 2010;125(2):12-15
stroke: Confirmation using routine
clinical assays. Stroke. 23. Yu J, Li D, Lei D, Yuan F, Fei F, Zhang
2006;37(4):1113-15 H, et al. Tumor-Specific d-Dimer
concentration ranges and influencing
19. Castellone D. Overview of hemostasis factors: A cross-Sectional study. PLoS
and platelet physiology. In: Cielsa B, One. 2016;11(11).
ed. Hematology in Practice.
Philadelphia, USA; 2007:230-240. 24. De Robles P, Fiest KM, Frolkis AD,
Pringsheim T, Atta C, St Germain-
20. Loof TG, Deicke C, Medina E. The role smith C, et al. The worldwide incidence
of coagulation/ fibrinolysis during and prevanlence of primary brain
Streptococcus pyogenes infection. tumors: a systematic review and meta-
Frontiers in Celular and Infection analisis. Neuro-Oncology.
Microbiology. 2014;4:1-8. 2015;17(6):776-83.
21. Kolodziejczyk J, Ponczek M. The role
of fibrinogen, fibrin and fibrinogen

Anda mungkin juga menyukai