TINJAUAN PUSTAKA
Jerman, pertama kali mnemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu
melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya efek
X (Rasad, 2010).
dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu,
7
2.1.2 Proses Terjadinya Sinar-X
berikut :
potensial tinggi.
8
Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat
1. Daya Tembus
kV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat
atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.
2. Peretebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka
sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan
hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan
berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi
9
4. Efek fotografik
a. Fluorosensi
saja.
b. Fosforisensi
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
7. Efek Biologi
2.1.4 Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
10
elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak
mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X,
dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari,
1. Radiasi Pengion
dengan materi. Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel
alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi
partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel
neutron.
informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang
Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel
genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki,
11
sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan
efek somatik. Efek genetik adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari
individu yang terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek
bervariasi sehingga dapat dibedakan menjadi efek segera dan tertunda. Efek
segera adalah efek kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada
individu dalam waktu singkat setelah individu terpapar radiasi seperti eritema
(memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan
tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan paska radiasi. Sedangkan
efek tertunda merupakan radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama
(bulanan atau tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak atau kanker.
Bila ditinjau dari dosis radiasi, efek radiasi dapat di bedakan menjadi
efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang
stokastik adalah efek yang terjadi akibat paparan radiasi dengan dosis yang
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (BAPETEN, 2011). Asas
12
yang cukup mendalam dan diketahui bahwa manfaat dari kegiatan tersebut
2. Asas Optimasi
Achievebel. Asas ini menghendaki agar paparan radiasi dari suatu kegiatan
Asas ini menghendaki agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang
dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang
proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara
fisika maupun secara kimia. Sistem pencernaan ini terdiri dari saluran
mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar
saliva, hati, kandung empedu dan pancreas. Saluran pencernaan yang terletak di
Fungsi utama dari sistem ini adalah untuk menyediakan makanan, air,
dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi.
Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses berikut:
13
1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
oleh tubuh.
6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga
Dinding saluran terusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga
sentral) ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia berfariasi sesuai
fungsi regia.
absorpsi. Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari
dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan
absorpsi.
14
3) Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan
serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus meissner (pleksus
C. Muskularis eksterna terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam
rah depan.
2) Pleksus auerbach (pleksus mienterik) yang terdiri dari serabut saraf dan
longitudinal luar.
D. Serosa (adventisia), lapisan keempat dan paling luar yang disebut juga
peritoneum viseral. Lapisan ini terdiri dari membrane serosa jaringan ikat
dan jaringan ikat bersatu dengan jaringan ikat di sekitarna area tersebut
15
a. Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.
parietal.
ganda yang merefleks balik dari peritoneum visceral. Lipatan ini berfungsi
pada duodenum, lambung dan usus besar. Lipatan ini tergantung seperrti
A. Rongga Mulut
terdapat gigi, lidah, dan air ludah (air liur). Ketiga komponen itu berperan
16
untuk mencerna makanan di dalam mulut. Gigi dan lidah mencerna
1. Gigi
gigi tersebut yaitu gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham.
2. Lidah
17
rasa makanan. Lidah peka terhadap panas, dingin, dan adanya
berbeda. Rasa pahit terasa di bagian pangkal lidah, rasa manis terasa di
bagian ujung lidah, rasa asam terasa di bagian tepi kiri dan kanan lidah,
3. Kelenjar Ludah
liur. Makanan menjadi licin dan mudah ditelan.Selain itu, air liur
mencerna zat tepung (amilum) secara kimiawi menjadi zat gula. Itulah
sebabnya, saat mengunyah nasi dalam waktu lama kita akan merasakan
liter ludah. Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim
amilase, zat anti bakteri, dll. Fungsi ludah adalah melumasi rongga
4. Esofagus (Kerongkongan)
18
yang mengatu rmakanan agar tidak masuk ketrakea (tenggorokan).
rongga mulut dan lambung. Kedua saluran ini dipisahkan oleh sebuah
kerongkongan.
1. Rongga oral
Rongga vestibulum (bukal) yang terletak di antara gigi, dan bibir dan
pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di
bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah dibagian
19
Gambar 2.3 Rongga Mulut
2. Faring
menuju esofagus.
20
3. Esofagus(kerongkongan)
C. Lambung
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.
dan lambung.
b. Fundus adalah bagian yang menonjol ke sisi kiri atas mulut esophagus.
21
c. Badan lambung adalah bagian yang terilatasi di bawah fundus, yang
yang konkaf disebut kurvatur kecil: tepi lateral badan lambung yang
D. Usus Halus
menyatu dengan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan
22
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
yang dimulai di mulut dan lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim
E. Pankreas
23
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
F. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi,
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah
yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk
ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati
umum.
24
Gambar 2.8 Hati
G. Kandung Empedu
H. Usus Besar
nutrient telah dicerna dan di absorpsi dan hanya menyisakan zat-zat yang
tidak tercerna. Usus besar tidak memiliki vili, plicae cilculares (lipatan
sirkular) dan diameternya lebih lebar, panjantnya lebih pendek, dan daya
renggangnya lebih besar disbandingkan usus halus. Usus besar terdiri dari
25
(bagian saluran dengan panjang 12-13cm, yang berakhir pada saluran anal
1. Usus besar mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolit dari
semi padat.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Orang dewasa dan
26
anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Suatu cincin berotot (sfingter ani)
2.1.9 Fisiologi
teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu
proses menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot
menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak,
27
suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan
dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3)
tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.
2. Fase Oral
kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang
makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika
3. Fase Faringeal
perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini.
Fase inimelibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling
tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak
keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke
28
Untuk meluncurkan bolus kebawah. Lidah dubantu oleh dinding
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan
dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter
akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke
posisi awal. Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan
kesemuanya adalah reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi
sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan
4. Fase Esophageal
Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini
serebri. Suatu interval selama 820 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi
2.1.10 Etiologi
Disfagia sering disebabkan oleh penyakit otot dan neurologis. Penyakit ini
miastenia gravis, distrofi otot, dan poliomyelitis bulbaris. Keadaan ini memicu
trakea atau bronkus (Price, 2006). Disfagi esophageal mungkin dapat bersifat
29
esophagus dan tumor-tumor ekstrinsik atau instrinsik esofagus, yang
sfingter bagian atas atau bawah. Gangguan disfagi yang sering menimbulkan
disfagi adalah akalasia, scleroderma, dan spasme esophagus difus (Price, 2006).
2.1.11 Patofisiologi
menelan tergantung pada ukuran bolus makanan yang ditelan, diameter lumen
1. Disfalgia Mekanis
lintasan untuk gerakan menelan. Pada orang dewasa, lumen esofagus dapat
berdilatasi hingga 2,5 cm, gejala disfagia dapat terjadi tetapi keadaan ini
selalu terdapat kalau diameter esofagus tidak bisa mengembang hingga diatas
1,3 cm. lesi yang melingkar lebih sering mengalami disfagia daripada lesi
2. Disfalgia motorik
deglutisi yang disebabkan oleh penyakit pada otot lurik atau otot polos
30
2.1.12 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari disfagia dapat dilihat dengan adanya gangguan pada
daripada makanan padat atau setengah padat. Batuk dan regurgitasi nasal
menunjukkan kelemahan otot-otot palatum atau faring bagian atas. Suara serak,
nyeri menelan, dan nyeri telinga merupakan gejala tumor hipofaring. Sedang
d. Sialorrhea
g. Pneumonia berulang
i. Regusgitasi Nasal
2. Disfalgia Esophageal
d. Pneumonia rekuren
31
2.1.13 Komplikasi
pada kehidupan pasien. Pasien yang mengalami disfagia masalah yang sering
ditemukan adalah kehilangan nafsu makan serta penurunan berat badan yang
diakibatkan oleh asupan nutrisi yang berkurang. Dalam manejemen gizi pada
pasien yang mengalami disfagia harus lebih diperhatikan lagi tentang cara
penyediaan makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien agar
32
2.1.15 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda
asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut
tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke
rongga pleura dan pneumotoraks jarang terjadi tetapi dapat timbul akibat
komplikasi tindakan endoskopi. Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat
disebabkan oleh aspirasi dari air liur atau minuman dan pada pemeriksaan fisik
subkutan.
obstruksi saluran nafas dengan bunyi stridor, karena menekan dinding trakea
berguna untuk pemeriksaan organ ini. Persiapan radiogram dada dan film
Lapisan barium esofagus dengan demikian seharusnya tidak dipakai sebagai zat
33
kontras jika esofagoskopi direncanakan singkat setelah radiogram dilakukan.
termasuk pengukuran tekanan intraluminal. Pada penyelidikan ini, tuba terisi air
A. Defenisi Oesofagogram
B. Tujuan
2. Anatomic Anomalies
3. Foreign Bodies
menghubungkan tenggorokan).
34
8. Spasme oesophagus (otot pada kerongkongan kita yang mengalami
kejang, atau kontraksi otot yang tidak teratur, tidak terkordinasi dan bisa
sangat kuat).
D. Kontra Indikasi
sebelumnya.
E. Persiapan Pasien
2. Baju Pasien
3. Marker R/L
7. Sarung tangan
G. Prosedur Pemeriksaan
35
H. Teknik Pemeriksaan
1. Proyeksi AP
B. Faktor teknik :
a. Film 43 x 35 cm memanjang
d. Posisi Objekt :
E. FFD : 100 cm
H. Catatan :
I. Kriteria radiograf :
36
b. Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint
simetris )
penyinaran
d. Faktor eksposi :
2. Proyeksi Lateral
B. Faktor teknik :
a. Film 43 x 35 cm memanjang
baik )
C. Posisi Objek :
37
b. Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
notch
F. FFD : 100 cm
I. Catatan :
J. Kriteria radiograf :
dan jantung
b. Posisi :
media kontras.
penyinaran
d. Faktor eksposi :
38
- Teknik yang digunakan mampu menampakkan
B. Faktor teknik :
b. Film 43 x 35 cm memanjang
C. Posisi Pasien : Erect / berdiri (lebih baik karena pengisian lebih baik)
D. Posisi Objek :
pasien.
39
E. CR : Tegak lurus terhadap kaset
notch
G. FFD : 100 cm
J. Catatan :
K. Kriteria radiograf :
b. Posisi :
penyinaran
d. Faktor eksposi :
40
- Teknik yang digunakan mampu menampakkan
B. Faktor teknik :
a. Film 43 x 35 cm memanjang
lebih baik)
D. Posisi Objek :
kepala.
41
d. Pertengahan thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR
/ meja
jugular notch
G. FFD : 100 cm
J. Catatan :
diekspose
2-3 tegukan.
K. Kriteria radiograf :
d. Faktor eksposi :
42
- Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
43
2.2 Kerangka Konsep
Kesimpulan:
Untuk mengetahui gambaran pemeriksaan esofagogram dengan klinis
disfalgia di Instalasi Radiologi RSUD Gambiran Kediri
Gambar 2.16 Kerangka Konsep
44
45
46
47
48