Anda di halaman 1dari 50

SEMINAR KEPERAWATAN

PADA NY. A DENGAN KASUS KISTA OVARIUM


DI RUANG NIFAS RSUD BANGIL

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Profesi Ners Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo

Oleh :
1. Achmad Hafirul (14901.05.18001)
2. Fathur Rozak
3. Herlina (14901.05.18021)
4. Siti Maisyaroh (14901.05.18044)
5. Siti Syarifah Nurlaili (14901.05.18046)
6. Tutik Rohani
7. Unilatin Nikmah (14901.05.18051)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ovarium merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk seperti buah
kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2
cm x 1 cm dan beratnya 5-8 gram. Struktur ovarium meliputi bagian luar
(cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel
primodial dan pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh
limpa. Ovarium merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus di
bawah tuba uterina. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita,
hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan
organ tertentu. Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur
dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi yang dimana
telur ini akan berjalan melalui tuba fallopi menuju ke uterus. Ovarium juga
merupukan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita, bentuk
tubuh wanita, rambut tubuh serta mengatur siklus menstruasi dan kehamilan
(Wiknjosastro, 2008)
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan diantaranya penyakit yang
berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium menjadi salah satu penyakit
gangguan sistem reproduksi pada wanita. Kista merupakan salah satu tumor
jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya
(Depkes RI, 2011). Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista fungsional
kerana terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ini juga
mempengaruhi siklus haid pada perempuan karena sistem hormonal yang
terganggu. Kista Fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa hari
waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung
telur (Yatim, 2005).

1
2

Kista ovarium itu sendiri memiliki resiko yaitu mengalami degenerasi


keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang
menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita. Perjalanan penyakit kista
oavrium sering disebut sillent killer atau secara diam-diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista
ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau
membesar. Jenis kista ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang
biasanya disebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum),
kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi
jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Di antara kista ovarium ini ada yang
bersifat neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat non neoplastik
(tidak memerlukan operasi) (Prawirohardjo, 2014).
Kista ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan merupakan
penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi. Menurut World
Health
Organization (WHO) pada tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertiggi
ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000 kecuali di jepang
(6,5 per 100.000). insiden di Amerika Serikat (7,7 per 100.000) relativ tinggi bila
dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika. Terdapat variasi yang
luas insidensi keganasan ovarium, rata-rata tertinggi di Negara Skandinavia (14,5-
15,3 per 100.000 populasi). Kista ovarium biasanya bersifat asimtomatik dan baru
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastatis, hingga 60%-70% pasien
datang dengan stadium lanjut, hingga penyakit ini disebut sebagai kanker
ovarium. Di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan jumlah penderita
keseluruhan kista ovarium sebanyak 20.180 orang, yang meninggal akibat kista
ovarium sebanyak 15.310 orang, dan yang masih menderita 4.870 dan kista
ovarium ditemukan melalui transvaginal sonogram hampir pada semua wanita
premenopause dan hingga 14,8 % pada wanita postmenopause. The American
Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014 sekitar 21.980 kasus baru
kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena
kanker ovarium di Amerika Serikat (WHO, 2010).
5

Menurut data statistics by country for ovarian cancer tahun 2011


mengatakan bahwa insiden kanker ovarium di indonesia adalah 20.426 kasus
dari 238.452.953 populasi. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia
angka kejadian kista ovarium mencapai 37,2% dan paling sering terdapat pada
wanita berusia antara 20-50 tahun dan jarang pada pubertas (Wiknjosastro,
2007). Studi epidemologi menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya kista
ovarium adalah nullipara, melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan
wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama pada usia
di bawah 25 tahun.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh salah satu kasus ginekologi yaitu
kista ovarium maka perlu penanganan secara kolaborasi dari petugas kesehatan
dalam pencegahan komplikasi untuk menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas wanita akibat keganasan ginekologi di Indonesia maka penulis tertarik
untuk menerapkan asuhan kista ovarium dengan pendekatan Menajemen Asuhan
Keperawatan

B. Tujuan
Dalam penulisan karya tulis ini tujuan yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Reproduksi dengan Kista Ovarium.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny “A” dengan kista
ovarium di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2019
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual yang tejadi pada
Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD Bangil Pasuruan
tahun 2019
c. Mampu menetapkan diagnosa/masalah potensial yang terjadi
pada Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD Bangil Pasuruan
tahun 2019
6

d. Mampu menetapkan rencana tindakan asuhan keperawatan pada


Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD Bangil Pasuruan
tahun 2019
e. Mampu melaksanakan tindakan asuhan yang disusun sesuai
intervensi yang telah di rumuskan pada Ny “A” dengan kista
ovarium di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2019
f. Mampu mendokumentasikan semua tindakan yang telah
diberikan pada Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD
Bangil Pasuruan tahun 2019
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


1. Genetalia Eksterna (vulva)

Yang terdiri dari:


a. Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak,
area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang
dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis
b. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita
dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak
dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.
8

c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab
dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini
mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada
yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi
untuk menjaga kerja dari sphincter ani
9

2. Genetalia Interna

a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
10

kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang


utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).

Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.


1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80
gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus.
Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah,
dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman
serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan
vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat
terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin
berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak
antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah
rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari
kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir
11

endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi.


Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua,
sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus
adalah:
1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju
os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
d. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan
diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
12

e. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan,
wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya,
bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini
menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi
pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai
kematangan organ reproduksi wanita.
13

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1. Hormon Reproduksi pada wanita
a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel
folikel sekitar sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan
LH

C. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap
bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim
dan adanya pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya
endometrium secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya
penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium.
D. Hormon-Hormon Reproduksi
14

1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum.
Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk
waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel
granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus
(LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
15

progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah


bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12
minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester
kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester
ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon
steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki
fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack,
dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin
ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus
luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga

B. Definisi Kista Ovarium


a. Kista ovarium adalah tumbuhnya jaringan abnormal yang jinak
berisi jaringan yang kental yang berada pada sistem reproduksi yaitu
ovarium (Varney, 2004:364 ).
b. Kista ovarium (kista indung telur) adalah kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)
(Nugroho Taufan,2012:92).
c. Kista ovarium adalah akumulasi cairan dalam ovarium yang
dibungkus oleh dinding yang sangat tipis (Yudidarma, 2014:124).
d. Kista ovarium mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista
tipis dan cairan dalam kista jernih dan berwarna kuning (Winkjosastro,
16

2007).
e. Kista ovarium adalah tumor jinak yang paling sering ditemui
bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk
anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun
bahan-bahan lainnya (Prayitno Herman, 2014:59).
f. Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista
fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. Kista ini juga mempengaruhi siklus haid pada perempuan
karena sistem hormonal yang terganggu. Kista Fungsional akan
mengerut dan menyusut setelah bebrapa hari waktu (1-3 bulan),
demikian pula yang terjadi bila sesorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk

C. Etiologi Kista Ovarium

Menurut Nugroho tahun 2010, timbulnya kista ovarium disebabkan


oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis
dan ovarium. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah
hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara
normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam
jumlah yang tepat.
Faktor Resiko
Penyebab terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang terjadinya
kista ovarium adalah sebagai berikut :
a. Faktor Umur
Kista sering terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi,
keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarache
dan usia diatas 45 tahun (Manuaba, 2010).
b. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan
17

apakah seseorang wanita memiliki resiko terkena kista ovarium.


Resiko wanita terkena kista ovaium adalah sebesar 1,6%. Apabila
sesorang wanita memiliki anggota keluarga yang mengidap kista,
resikonya akan meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009).
Dalam tubuh kita ada terdapat gen-gen yang berpotensi memicu
kanker yaitu protoonkogen, protoonkogen ini bisa berubah menjadi
onkogen karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat
sehingga dapat memicu timbulnya sel kanker.
c. Faktor Reproduksi
Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi,
menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau lebih
muda (<12 tahun) merupakan faktor resiko berkembangnya kista
ovarium. Siklus haid yang tidak teratur juga merupakan faktor resiko
terjadinya kista ovarium (Manuaba, 2010).
d. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-
obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang
diuretik. Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon
gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang
berlebihan (Wiknjosastro, 2007).
e. Faktor Lingkungan
Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu
mengkonsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi
alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap rokok atau
zat berbahaya lainnya, stress dan kurang aktifitas atau olahraga bisa
memicu terjadinya suatu penyakit (Bustam, 2007).
D. Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma Disebabkan karena ketidak seimbangan
hormon esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
18

Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang


berkurang di dalam korteks
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
( Ignaiuvicus, Bayne : 2001 )
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simplek, kista ini bertangkai dan dapat menyebabkan
torsi ( putaran tangkai ). Diduga kista ini adalah sejenis kistadenoma
serosum yang kehilangan kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.Tindakanya adalah pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.
b. Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
e. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
( Winjosastro : 2010 )
E. Patofisiologi
Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang
disebabkan oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada
normalnya tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus
tinggi meningkatkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjaradrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista.
19

Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul


atau rongga abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan
dalam aliran darah yang menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan
atau atrofi uterus pada menopause. Torsi atau berputarnya tumor
bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang dapat dipalpasi pada
abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa pada
pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan
gejala, sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat
timbul jika terjadi perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga
menimbulkan anemia; penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan
sering berkemih dan urgensi, serta potensial untuk terjadinya sistitis;
penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri jika tumor
berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai.
20

F. Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala
dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa
berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai
karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial.
Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan
hormonal berupa gangguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa
asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor
atau gangguan peredaran darah karena penyebab lain. (Sjamjuhidajad,
2004)
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena
besarnya, terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak
ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan
tidak memberi gejala klinik yang berarti.
1. Gejala akibat tumor ovarium :
a) Gejala akibat pertumbuhan
b) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
c) Mengganggu miksi dan defekasi
d) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada
tungkai bawah.
e) Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa
sesak.
2. Gejala akibat perubahan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
menjadi tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa
dapat menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma
menimbulkan amenore.
3. Gejala klinik akibat komplikasi.
a) Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)
Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah
banyak akan terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala
klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
21

b) Putaran tangkai.
Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara
berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen.
Perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan medis.
c) Terjadi infeksi pada tumor.
Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen
seperti : apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista
dermoid cenderung mengalami perdarahan disusul pernanahan.
d) Robekan dinding kista.
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma
(jatuh, pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang,
tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan
bebas dapat berlangsung terus kedalam rongga peritoneum.
e) Degenerasi ganas kista ovarium.
Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak,
seperti kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.
4. Sindrom Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat
fibromaovarii, acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma
ovarii, maka sindroma akan hilang dengan sendirinya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologi
a. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi
dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita
tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar
manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per
detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence
acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan
bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas
echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista,
asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada
USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding
22

dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak


bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini
dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang
halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari
elemen-elemen darah di dalam kista.
1) Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan
endovaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa
serta struktur intra abdominal lainnya, seperti ginjal, hati, dan
asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan
dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
2) Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara
detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria
kosong.
3) Kista Dermoid
Gambaran USG kista dermiod di bawah ini menunjukkan d di
bawah ini menunjukkan komponen yang padat yang dikelilingi
dengan kalsifikasi.
4) Kista Endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level echoes pada
endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
5) Polikistik Ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.

2. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi
lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang
organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium
dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
3. Laparaskopi
23

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor


berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu
4. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.
5. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu diperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista bila dinding kista tertusuk
H. Penatalaksanaan
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1. Operasi untuk mengambil tumor: Dapat menjadi besar dan
kemungkinan degenerasi ganas.
2. Saat operasi dapat didahului dengan frozen section untuk
kepastian ganas dan tindakan operasi lebih lanjut.
3. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga kepastian
klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi
4. Operasi tumor ganas diharapkan debulking yaitu dengan
pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan tumor sampai
dalam batas aman diameter sekitar 2 cm. Setelah mendapatkan radiasi
dan kemoterapi atau dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak
mungkin jaringan tumor. Kistoma ovarii diatas umur 45 thn sebaiknya
dilakukan terapi profilaksis.
5. Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait and
see. Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais teratur tanpa gejala
dan hasil USG menunjukkan kista yang berisis cairan maka dilakukan
pemeriksaan tindakan menunggu dan melihat dan kista ini akn
memnghilang 2-3 bulan kemudian . Penggunaan pil kontrasepsi dapat
digunakan untuk terpi kista fungsional
6. Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh atau
tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka dapat dihilangkan dengan
pembedahan.Jika tumor besar atau ada komplikasi maka dilakukan
pengangkatan ovarium disertai saluran tuba ( salpingo ooferektomi ) dan
24

dilakukan pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan


histerektomi.
I. Komplikasi
1. Torsi
Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan
ukuran sedang. Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara
berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri, perputaran
tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan
segara memerlukan tindakan.
2. Ruptur dari kista
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma.
Jika kista hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan
dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan
yang timbul secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus
kedaslam rongga peritoneum.
3. Suppurasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri
sendiri, yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih
sering terkena radang.
4. Perubahan keganasan
Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang
berbentuk sarcoma.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
b.Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomer
register
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: nyeri di sekitar area jahitan
2) Riwayat kesehatan sekarang: mengeluhkan ada/tidaknya
gangguan ketidaknyamanan
3) Riwayat kesehatan dahulu: pernahkah menderita penyakit seperti
yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi
4) Riwayat kesehatan keluarga: adalah anggota keluarga yang
menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi
5) Riwayat obstretikus, meliputi:
- Menstruasi: menarche, lama, siklus, jumlah, warna, dan bau
- Riwayat perkawinan: berapa kali menikah, usia pernikahan
- Riwayat persalinan
- Riwayat KB
25

2. Pengkajian post operasi rutin


1) Kaji tingkat kesadaran
2) Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, respiration
rate
3) Auskultasi bunyi napas
4) Kaji turgor kulit
5) Pengkajian abdomen
a. Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
b. Auskultasi bising usus
c. Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
d. Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
e. Kaji status balutan
6) Kajian terhadap nyeri atau mual
7) periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan
dan menanyakan lamanya di bawah anestesi
1. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan darah lengkap (Hb,
hematokrit, lekosit)
b. Terapi: terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun
peroral sesuai program dari dokter
2. Perubahan pola fungsi
Data yang didapat dalam kasus kista ovarium menurut
Doenges (2000) adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola
istirahatdan jam kebiasaan tidur. Adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur, missal: ansietas, nyeri, keterbatasan,
partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan/cairan
Gejala: mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat
badan
c. Neurosensori
Gejala: pusing dan sinkope
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri/derajat bervariasi, misalnya:
ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan
proses penyakit)
e. Eliminasi
Gejala: perubahan pada pola defekasi, missal: darah pada
feses, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urinarius
misalnya: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih
f. Pernapasan
26

Gejala: merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang


merokok), pemajanan abses
g. Integritas ego
Gejala: faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang
perubahan dalam penampilan insisi pembedahan,
perasaantidak berdaya, putis asa, depresi, menarik diri
h. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah
i. Keamanan
Gejala: pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan
matahari lama, berlebihan, demam, ruam kelit/ulserasi
j. Seksualitas
Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan
k. Interaksi sosial
Gejala: ketidakadekuatan/kelemahansistim pendukung, riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Preoperasi
1. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3. PK perdarahan
Post operasi
4. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
5. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
6. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tingkat
nyeri berkurang yang ditunjukkan dengan skala, sebagai berikut:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan

2. Panjang episode nyeri

3. Ekspresi nyeri wajah

4. Frekuensi nafas

5. Tekanan darah

6. Nadi

Intervensi:
1. Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi
obat analgesic yang diresepkan
c. Pilih rute intravena daripada rute intramuscular, untuk injeksi
pengobatan nyeri yang sering, jika memungkinkan
d. Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesic
narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasanya
2. Manajemen lingkungan: kenyamanan
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b. Hindari paparan dan aliran udara yang tidak perlu, terlalu panas
maupun terlalu dingin
c. Monitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh terhadap adanya
tanda-tanda tekanan atau iritasi
3. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
c. Dukung istirahat /tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
2. Diagnosa Keperawatan: Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi dengan skala sbb:
1. Berat 4. Ringan
2. Cukup berat 5. Tidak ada
3. Sedang

No Indikator 1 2 3 4 5

1. Kemerahan
2. Vesikel yang tidak keras
permukaanya
3.
Cairan luka yang berbau
4.
5. busuk
Nyeri
Kolonisasi kultur area luka

Intervensi :
a. Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap
pasien
2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
3. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
4. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
5. Lakukan tindakan – tindakan pencegahan yang bersifat universal
b. Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentangan terhadap infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluargapasien mengenai perbedaan antara
infeksi virus dan bakteri
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
5. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
BAB III
RINGKASAN KASUS

Pasien mengatakan 20 tahun yang lalu sudah mengetahui bahwa mengidap


kista ovarium setelah memeriksakan diri ke dokter, akan tetapi pasien menolak
untuk dilakukan operasi, selama 20 tahun pasien tidak pernah menjalani
perawatan, hanya dibiarkan saja. dan pada akhir tahun 2018 pasien mneyetujui
untuk dilakukan operasi karena kista ovariumnya dirasa semakin membesar yang
menyebabkan nyeri, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri dengan skala 5,
berkurang dengan istirahat dan merubah posisi (dari terlentang ke miring dan
sebaliknya) hingga terjadi permasalahan pada BAB nya yaitu terjadi
konstipasi( sakit saat mengedan) namun tidak ada BAB darah. Dan pada tgl 26-
02-18 pasien di bawa ke RSUD Bangil untuk dilakukan operasi melalui MNE.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN POST NATAL

I. IDENTITAS
Istri Suami
Nama :Ny. A Nama :Tn.
Umur :45 th umur :49 th
Suku/ bangsa :Jawa Suku/bangsa :Jawa
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SD Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pegawai Pekerjaan :Guru
Alamat :Pasuruan Alamat :Pasuruan
Status pernikahan :Janda Status pernikahan :Wafat

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri bertambah sat bergerak, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan 20 tahun yang lalu sudah mengetahui bahwa mengidap
kista ovarium, akan tetapi pasien menolak untuk dilakukan operasi, dan pada
akhir tahun 2018 pasien mneyetujui untuk dilakukan operasi karena kista
ovariumnya semakin membesar yang menyebabkan nyeri hingga
permasalahan pada BAB nya. Dan paa tgl 26-02-18 pasien di bawa ke RSUD
Bangil untuk dilakukan operasi

IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan dalam keluarganya mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi dan kista ovarium
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
------------ : Serumah
X : Meninggal

V. TINDAKAN/ OPERASI YANG DILAKUKAN


Pasien mengatakan kemaren pada tanggal 27-02-19 menjalani operasi kista
ovarium

VI. MEROKOK/ALKOHOL
Pasien mengatakan tidak pernah merokok atau minum alkohol
VII RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPRITUAL
1. Komunikasi : Baik
2. Keadaan emosional : Kooperatif
3. Hubungan dengan keluarga : Akrab
4. Hubungan dengan orang lain : Akrab
5. Proses berpikir : Terarah
6. Ibadah/spritual : Pasien bedrest di tempat tidur
7. Pengambilan keputusan dalam keluarga:
8. Beban kerja dan kegiatan sehari : Pegawai

VIII. Kebutuhan dasar khusus


1. Pola nutrisi
 Dirumah Pasien mengatakan makan 3x sehari , nasi, daging, telur , sayur,
dan ikan, nafsu makan baik, tidak memiliki alergi , terhadap makanan.
2. Pola eliminasi
 Dirumah pasien mengatakan Bak 5x sehari, warna , kuning , bau khas,
tidak ada keluhan saat kencing.
 Di RS Pasien mengatakan tidak BAB
3. Pola personal hygiene.
 Dirumah Pasien mengatakan mandi 2x sehari dengan menggunakan
sabun,sikat gigi, cuci rambut , oral hygene setelah makan pagi.
 Di RS pasien mengatakan tidak mandi tapi hanya diseka 1x sehari tidak
memakai sabun,oral hygiene.
4. Pola tidur dan istirahat
 Dirumah pasien mengatakan tidur malam biasanya dari jam 22.00- 04.00
wib, tidur siang 1-2 jam tidak ada kebiasan sebelum tidur.
 Di RS pasien mengatakan tidur malam dari jam 23.00 -04,00, tidur tidak
nyenyak, tidak tidur siang , tidak ada kebiasan sebelum tidur.
5. Pola aktivitas dan latihan
 Dirumah Pasien mengatakan hanya bersih-bersih dirumah
 Di RS pasien mengatakan tampak sangat berhati-hati bila bergarak,
tampak meringis bila bergerak, aktivitas tampak d bantu keluarga

IX. Data Umum Kesehatan Saat Ini


A. Keadaan Umum
- Status Obstetrik : P3000 A000
- Keadaan umum : cukup
- Kesadaran : komposmentis, GCS 4-5-6
- BB/TB : 58 Kg/ 158 cm
- Vital Sign : TD : 110/70 Mmhg
N : 86 x/m
S : 37,1
RR : 20 x/m
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Inspeksi : berbentuk simetris, rambut berwarna hitam, tidak ada
jejas atau lebam serta tidak ada oedema, pada leher tidak
ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan, tidak ada distensi vena
jugular.
2. Mata
Inspeksi : berbentuk simetris, tidak ada pembengkakan palpebra,
sklera tidak ikterik, pupil isokor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
3. Hidung
Inspeksi : berbentuk simetris, tidak ada pernafasan cuping hdung,
tidak ada
Pendarahan.
Palpasi : tidak terdapat polip, tidak aada nyeri tekan, tidak ada
benjolan
4. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, tidak ada
pendarahan
5. Telinga
Inspeksi : berbentuk simetris, tidak ada bettle sign, tidak ada kotoran
yang keluar
6. Dada dan payudara
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ics 5
Perkusi : terdapat bunyi pekak
Auskultasi : s1 dan s2 tunggal
Payudara
Inspeksi :simetris kanan-kiri, kendur, tidak ada benjolan lesi.
Palpasi : tida terdapat nyeri tekan
Puting susu : puting susu terlihat menonjol
Pengeluaran ASI : Pasien mengatakan tidak ada pengeluaran asi .

Abdomen
Inspeksi : terdapat luka bekas post op, luka horizontal, panjang kira
kira kurang lebih 7-10cm, luka tampak dibalut dengan kassa steril,
kassa dalam keadaan bersih.
Auskultasi : bising usus 12x/ menit
Perkusi : terdapat bunyi tympani
Kandung kemih : kosong karena terpasang kateter
7. Perineum dan genetalia
Vagina : integritas kulit baik. Tidak terdapat oedema/
memar
Tanda REEDA : tidak ada
Hemoroid : tidak ada
8. Ekstermitas
Atas : tidak oedema dan terpasaang inful RL disebelah
tangan kanan pasien
Bawah : tidak terdapat oedema . tidak terdapat virises pada
kedua kaki
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 27 – 02 – 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Keterangan


Hematologi
Darah lengkap
Leukosit (WBC) 17,48 3,70 – 10,1
Neutrofil 16,9
Limfosit 0,5
Monosit 0.1
Eosinofil 0,0
Basofil 0,0
Neutrofil % 96,4 % 39,3 – 73,7
Limfosit % 2,9 % 18,0 - 48,3
Monosit % 0,6 % 4,40 – 12,7
Eosinofil % 0,0 % 0,600 – 7,30
Basofil % 0,1 % 0,00 – 1,70
Eritrosit (RBC) 5,156 101 4,2 – 11,0
Hemoglobin 15,79 g/dl 12,0 – 16,0
(HGB)
Hematokrit (HCT) 44,53 % 38 – 47
MCV 86,38 81,1 – 96,0
MCH 30,63 pg 27,0 – 31,2
MCHC 35,46 g/dl 31,8 – 35,4
RDW 11,06 % 11,5 – 14,5
PLT 336 155 – 366
MPV 7,364 fl 6,90 – 10,6
ANALISA DATA
Nama Klien :ny.A
No. REG :

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Pembesaran kista Nyeri akut
P: pasien mengatakan Ovarium
Nyeri setelah oprasi 
Q: pasien mengatakan oovorektomi
Seperti di iris iris 
R: pasien mengatakan Luka oprasi
Di bagianperut kiri 
Bawah Diskontinuitas jaringan
S: pasienmengatakan 3 
T: pasien mengatakan Nyeri akut
Hilang timbul.

DO: wajah pasien meri


Ngis, pasien tampak
Melindungi area yang nye
Nyeri, pasien gelisah,
Perilaku distraksi.,
Pasien fokus pada diri
Sendiri.
ANALISA DATA
Nama Klien :ny.A
No. REG :

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS: Pasien mengatakan ooverektomi Resiko infeksi
Terasa panas di area 
Luka post oprasi Kerusakan integritas jaringan
kulit

DO: teraba hangat di Perawatan luka
Sekitar area luka, 
Warna kemerahan Masuknya patogen ke dalam
Di sekitar area luka, jaringan kulit
Kerusakan integritas 
Kulit. Penurunan sistem imun

Resiko infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien :ny.A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium

No Tgl Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 26/02/19 Nyeri akut b/d -setelah dilakukan tindakan keperawatan selama A. manajemen nyeri
agens cidera fisik. 1x24 jam di harapkan nyeri berkurang
1. lakukan pengkajian nyeri secara
Atau teratasi.
Secara komprehensif
2. observasi adanya petunjuk non
Indikator DP DT
verbal
1. nyeri yang di laporkan 3 4
3. observasi tanda tanda vital
2. panjang episode nyeri 3 4
4. dukung istirahat
3. ekspresi wajah 3 4
4. frekuensi nafas 3 4
B.manajemen lingkungan
5. tekanan darah 3 4
1. ciptakan lingkungan tenang
6. nadi 3 4
2.monitor kulit terhadap adanya
Tanda tanda tekanan
3. kolaborasi dengan tim medis dalam
Pemberian obat anti nyeri.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien :ny.A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium

No Tgl Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 26/02/19 Resiko infeksi b/d -setelah dilakukan tindakan keperawatan selama A.kontrol infeksi
1x24 jam di harapkan resiko infeksi berkurang
Prosedur invasif 1. bersihkan lingkungan dengan baik
atau tidak ada.
2. anjurkan pasien cuci tangan dengan
baik
Indikator DP DT
3 pastikan tehnik cuci tangan yang
1. kemerahan 3 4
tepat
2. cairan luka 4 5
3. nyeri 3 4

Indikator DP DT B. perlindungan infeksi

1. identifikasi faktor resiko 3 4 1. tingkatkan asupan nutrisi dan cairan

2. mengidentifikasi gaya 3 4 Yang cukup

Hidup 2.kolaborasi dengan tim medis dalam

3. hindari paparan ancaman 3 4 Pemberian obat antibiotik

Kesehatan
.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny. A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : nyeri akut

TTD
No TGL IMPLEMENTASI
PERAWAT
1 26/02/19 A. manajemen nyeri
(15: 00) 1.melakukan pengkajian nyeri secara Secara komprehensif
# P: pasien mengatakan Nyeri setelah oprasi
Q: pasien mengatakan Seperti di iris iris
R: pasien mengatakan Di bagianperut kiri Bawah
S: pasienmengatakan 3
T: pasien mengatakanHilang timbul.

(15:02) 2.mengobservasi adanya petunjuk non verbal


# wajah pasien meringis, pasien tampak Melindungi area yang Nyeri,
pasien gelisah,Perilaku distraksi., Pasien fokus pada diri Sendiri.

(15:03) 3. mengobservasi tanda tanda vital


# TD:100/60 N:80 S: 37,6 RR: 18

(15:04) 4. mendukung istirahat


# pasien bedrest total

B.manajemen lingkungan
(15:05) 1. menciptakan lingkungan tenang
# lingkungan tenang

(15:06) 2.memonitor kulit terhadap adanya Tanda tanda tekanan


#tidak terdapat nyeri tekan di kulit lainnya kecuali diarea abdomen

(15:07) 3. mengkolaborasikan dengan tim medis dalam Pemberian obat anti nyeri
# pemberian antrain
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny. A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : resiko infeksi

TTD
No TGL IMPLEMENTASI
PERAWAT
1 26/02/19
A.kontrol infeksi
(15:10) 1.membersihkan lingkungan dengan baik
# meja pasien, dan tempat tidur pasien tertata dengan rapi
(15:11) 2. menganjurkan pasien cuci tangan dengan baik
#mengajari pasien cuci tangan dengan tehnik 6 langkah
(15:12) 3. mempastikan tehnik cuci tangan yang tepat
#pasien mencontohkan cuci tangan dengan 6 langakah

B. perlindungan infeksi
(15:13) 1. meningkatkan asupan nutrisi dan cairan Yang cukup
#pasien hanya menghabiskan makanan 5 sendok dari RS
(15:14) 2. mengkolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian obat antibiotik
#memberikan obat ceftriaxone iv sesuai resep dokter

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny.A Tgl Pengkajian :27/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : nyeri akut

No TGL EVALUASI
1 27/02/19 S: P: pasien mengatakan Nyeri setelah oprasi Q: pasien mengatakan Seperti di iris iris
(15:20) R: pasien mengatakan Di bagianperut kiriBawah S: pasienmengatakan 3
T: pasien mengatakanHilang timbul.

O: wajah pasien meringis, pasien tampak melindungi area yang nyeri, pasien gelisah,Perilaku distraksi.,
Pasien fokus pada diri Sendiri.

Indikator DP DT Indikator DP DP
1. nyeri yang di laporkan 3 4 4. frekuensi nafas 3 4
2. panjang episode nyeri 3 4 5. tekanan darah 3 4
3. ekspresi wajah 3 4 6. nadi 3 4

A: kista ovarium, masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi :
A. manajemen nyeri
1. lakukan pengkajian nyeri secara Secara komprehensif
2. observasi adanya petunjuk non verbal
3. observasi tanda tanda vital
4. dukung istirahat

B.manajemen lingkungan
1. ciptakan lingkungan tenang
2.monitor kulit terhadap adanya Tanda tanda tekanan
3. kolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian obat anti nyeri.

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny.A Tgl Pengkajian :27/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : resiko infeksi

No TGL EVALUASI
1 27/02/19 S: Pasien mengatakan Terasa panas di area Luka post oprasi
(15:20)
O: teraba hangat di sekitar area luka warna kemerahan Di sekitar area luka kerusakan integritas kulit.

Indikator DP DT Indikator DP DP
1. kemerahan 3 4 1. identifikasi faktor resiko 3 4
2. cairan luka 4 5 2. mengidentifikasi gaya Hidup 3 4
3. nyeri 3 4 3. hindari paparan ancaman 3 4
Kesehatan

A: kista ovarium, masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi :

A.kontrol infeksi
1. bersihkan lingkungan dengan baik
2. anjurkan pasien cuci tangan dengan baik
3 pastikan tehnik cuci tangan yang tepat

B. perlindungan infeksi
1. tingkatkan asupan nutrisi dan cairan Yang cukup
2.kolaborasi dengan tim medis dalamPemberian obat antibiotik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.

5.2 Saran
Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan tanda dan
gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai