Oleh :
1. Achmad Hafirul (14901.05.18001)
2. Fathur Rozak
3. Herlina (14901.05.18021)
4. Siti Maisyaroh (14901.05.18044)
5. Siti Syarifah Nurlaili (14901.05.18046)
6. Tutik Rohani
7. Unilatin Nikmah (14901.05.18051)
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ovarium merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk seperti buah
kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3 cm x 2
cm x 1 cm dan beratnya 5-8 gram. Struktur ovarium meliputi bagian luar
(cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel
primodial dan pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan pembuluh
limpa. Ovarium merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus di
bawah tuba uterina. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita,
hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan
organ tertentu. Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur
dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi yang dimana
telur ini akan berjalan melalui tuba fallopi menuju ke uterus. Ovarium juga
merupukan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita, bentuk
tubuh wanita, rambut tubuh serta mengatur siklus menstruasi dan kehamilan
(Wiknjosastro, 2008)
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan diantaranya penyakit yang
berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium menjadi salah satu penyakit
gangguan sistem reproduksi pada wanita. Kista merupakan salah satu tumor
jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya
(Depkes RI, 2011). Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista fungsional
kerana terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista ini juga
mempengaruhi siklus haid pada perempuan karena sistem hormonal yang
terganggu. Kista Fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa hari
waktu (1-3 bulan), demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung
telur (Yatim, 2005).
1
2
B. Tujuan
Dalam penulisan karya tulis ini tujuan yang diharapkan adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Gangguan Sistem Reproduksi dengan Kista Ovarium.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny “A” dengan kista
ovarium di RSUD Bangil Pasuruan tahun 2019
b. Mampu merumuskan diagnosa/masalah aktual yang tejadi pada
Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD Bangil Pasuruan
tahun 2019
c. Mampu menetapkan diagnosa/masalah potensial yang terjadi
pada Ny “A” dengan kista ovarium di RSUD Bangil Pasuruan
tahun 2019
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab
dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini
mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
e. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
f. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada
yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior
g. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi
untuk menjaga kerja dari sphincter ani
9
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri
membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
10
e. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan,
wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya,
bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan
folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen
merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini
menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi
pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum
melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan
kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder.
Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari
yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai
kematangan organ reproduksi wanita.
13
C. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap
bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim
dan adanya pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya
endometrium secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya
penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium.
D. Hormon-Hormon Reproduksi
14
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai
untuk penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan
pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum.
Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk
waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel
granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus
(LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
15
2007).
e. Kista ovarium adalah tumor jinak yang paling sering ditemui
bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk
anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun
bahan-bahan lainnya (Prayitno Herman, 2014:59).
f. Kista Ovarium merupakan rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga sebagai kista
fungsional karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu
ovulasi. Kista ini juga mempengaruhi siklus haid pada perempuan
karena sistem hormonal yang terganggu. Kista Fungsional akan
mengerut dan menyusut setelah bebrapa hari waktu (1-3 bulan),
demikian pula yang terjadi bila sesorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk
F. Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Sebagian besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat
pertumbuhan, aktivitas hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala
dan tanda tersebut berupa benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa
berat, gangguan atau kesulitan defekasi karena desakan, udem tungkai
karena tekanan pada pembuluh balik atau limfa dan rasa sesak karena
desakan diafragma ke kranial.
Bila tumor tersebut menghasilkan hormon, kadang ada gangguan
hormonal berupa gangguan haid. Mungkin timbul komplikasi berupa
asites, atau gejala sindrom perut akut, akibatnya putaran tungkai tumor
atau gangguan peredaran darah karena penyebab lain. (Sjamjuhidajad,
2004)
Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena
besarnya, terdapat perubahan hormonal atau terjadi penyulit. Tumor jinak
ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan
tidak memberi gejala klinik yang berarti.
1. Gejala akibat tumor ovarium :
a) Gejala akibat pertumbuhan
b) Menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah
c) Mengganggu miksi dan defekasi
d) Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi atau oedema pada
tungkai bawah.
e) Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak ada nafsu makan, rasa
sesak.
2. Gejala akibat perubahan hormonal.
Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
menjadi tumor dapat menimbulkan patrun menstruasi. Tumor sel granulosa
dapat menimbulkan hipermenore, sedang tumor arhenoblastoma
menimbulkan amenore.
3. Gejala klinik akibat komplikasi.
a) Perdarahan intra tumor (perdarahan didalam kista)
Perdarahan yang terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah
banyak akan terjadi distensi cepat dari kista, menimbulkan gejala
klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
21
b) Putaran tangkai.
Tumor bertangakai sering terjadi perputaran tangkai, secara
berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri abdomen.
Perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen
mendadak dan memerlukan tindakan medis.
c) Terjadi infeksi pada tumor.
Terjadi jika dekat pada tumor terdapat sumber kuman patogen
seperti : apendiksitis, divertikulitis, atau salpingitis akut. Kista
dermoid cenderung mengalami perdarahan disusul pernanahan.
d) Robekan dinding kista.
Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma
(jatuh, pukulan pada perut). Jika kiste hanya mengandung cairan serus
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang,
tetapi jika disertai perdarahan yang timbul secara akut perdarahan
bebas dapat berlangsung terus kedalam rongga peritoneum.
e) Degenerasi ganas kista ovarium.
Keganasan kista ovarium dapat terjadi pada beberapa kista jinak,
seperti kistadenomaovarii musinosum, dan kista dermoid.
4. Sindrom Meigs
Sindrom yang ditemukan oleh Meigs menyebutkan terdapat
fibromaovarii, acites, dan hidrotoraks. Dengan tindakan operasi fibroma
ovarii, maka sindroma akan hilang dengan sendirinya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologi
a. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi
dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita
tidak bisa mendengarnya sama sekali . Suara yang dapat didengar
manusia mempunyai frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per
detik = Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence
acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan
bermacam-macam echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas
echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista,
asites, pembuluh darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada
USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat
(kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding
22
2. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi
lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian petunjuk tentang
organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium
dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.
3. Laparaskopi
23
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperasi
1. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3. PK perdarahan
Post operasi
4. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
5. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
6. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tingkat
nyeri berkurang yang ditunjukkan dengan skala, sebagai berikut:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Nyeri yang dilaporkan
4. Frekuensi nafas
5. Tekanan darah
6. Nadi
Intervensi:
1. Pemberian analgesik
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
sebelum mengobati pasien
b. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi
obat analgesic yang diresepkan
c. Pilih rute intravena daripada rute intramuscular, untuk injeksi
pengobatan nyeri yang sering, jika memungkinkan
d. Monitor tanda vital sebelum dan setelah memberikan analgesic
narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasanya
2. Manajemen lingkungan: kenyamanan
a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b. Hindari paparan dan aliran udara yang tidak perlu, terlalu panas
maupun terlalu dingin
c. Monitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh terhadap adanya
tanda-tanda tekanan atau iritasi
3. Manajemen nyeri
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
c. Dukung istirahat /tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
2. Diagnosa Keperawatan: Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan resiko infeksi dapat teratasi dengan skala sbb:
1. Berat 4. Ringan
2. Cukup berat 5. Tidak ada
3. Sedang
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Kemerahan
2. Vesikel yang tidak keras
permukaanya
3.
Cairan luka yang berbau
4.
5. busuk
Nyeri
Kolonisasi kultur area luka
Intervensi :
a. Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap
pasien
2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
3. Pakai sarung tangan steril dengan tepat
4. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
5. Lakukan tindakan – tindakan pencegahan yang bersifat universal
b. Perlindungan infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentangan terhadap infeksi
3. Ajarkan pasien dan keluargapasien mengenai perbedaan antara
infeksi virus dan bakteri
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
5. Anjurkan asupan cairan dengan tepat
BAB III
RINGKASAN KASUS
I. IDENTITAS
Istri Suami
Nama :Ny. A Nama :Tn.
Umur :45 th umur :49 th
Suku/ bangsa :Jawa Suku/bangsa :Jawa
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SD Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Pegawai Pekerjaan :Guru
Alamat :Pasuruan Alamat :Pasuruan
Status pernikahan :Janda Status pernikahan :Wafat
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
------------ : Serumah
X : Meninggal
VI. MEROKOK/ALKOHOL
Pasien mengatakan tidak pernah merokok atau minum alkohol
VII RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPRITUAL
1. Komunikasi : Baik
2. Keadaan emosional : Kooperatif
3. Hubungan dengan keluarga : Akrab
4. Hubungan dengan orang lain : Akrab
5. Proses berpikir : Terarah
6. Ibadah/spritual : Pasien bedrest di tempat tidur
7. Pengambilan keputusan dalam keluarga:
8. Beban kerja dan kegiatan sehari : Pegawai
Abdomen
Inspeksi : terdapat luka bekas post op, luka horizontal, panjang kira
kira kurang lebih 7-10cm, luka tampak dibalut dengan kassa steril,
kassa dalam keadaan bersih.
Auskultasi : bising usus 12x/ menit
Perkusi : terdapat bunyi tympani
Kandung kemih : kosong karena terpasang kateter
7. Perineum dan genetalia
Vagina : integritas kulit baik. Tidak terdapat oedema/
memar
Tanda REEDA : tidak ada
Hemoroid : tidak ada
8. Ekstermitas
Atas : tidak oedema dan terpasaang inful RL disebelah
tangan kanan pasien
Bawah : tidak terdapat oedema . tidak terdapat virises pada
kedua kaki
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 27 – 02 – 2019
Kesehatan
.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny. A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : nyeri akut
TTD
No TGL IMPLEMENTASI
PERAWAT
1 26/02/19 A. manajemen nyeri
(15: 00) 1.melakukan pengkajian nyeri secara Secara komprehensif
# P: pasien mengatakan Nyeri setelah oprasi
Q: pasien mengatakan Seperti di iris iris
R: pasien mengatakan Di bagianperut kiri Bawah
S: pasienmengatakan 3
T: pasien mengatakanHilang timbul.
B.manajemen lingkungan
(15:05) 1. menciptakan lingkungan tenang
# lingkungan tenang
(15:07) 3. mengkolaborasikan dengan tim medis dalam Pemberian obat anti nyeri
# pemberian antrain
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny. A Tgl Pengkajian :26/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : resiko infeksi
TTD
No TGL IMPLEMENTASI
PERAWAT
1 26/02/19
A.kontrol infeksi
(15:10) 1.membersihkan lingkungan dengan baik
# meja pasien, dan tempat tidur pasien tertata dengan rapi
(15:11) 2. menganjurkan pasien cuci tangan dengan baik
#mengajari pasien cuci tangan dengan tehnik 6 langkah
(15:12) 3. mempastikan tehnik cuci tangan yang tepat
#pasien mencontohkan cuci tangan dengan 6 langakah
B. perlindungan infeksi
(15:13) 1. meningkatkan asupan nutrisi dan cairan Yang cukup
#pasien hanya menghabiskan makanan 5 sendok dari RS
(15:14) 2. mengkolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian obat antibiotik
#memberikan obat ceftriaxone iv sesuai resep dokter
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny.A Tgl Pengkajian :27/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : nyeri akut
No TGL EVALUASI
1 27/02/19 S: P: pasien mengatakan Nyeri setelah oprasi Q: pasien mengatakan Seperti di iris iris
(15:20) R: pasien mengatakan Di bagianperut kiriBawah S: pasienmengatakan 3
T: pasien mengatakanHilang timbul.
O: wajah pasien meringis, pasien tampak melindungi area yang nyeri, pasien gelisah,Perilaku distraksi.,
Pasien fokus pada diri Sendiri.
Indikator DP DT Indikator DP DP
1. nyeri yang di laporkan 3 4 4. frekuensi nafas 3 4
2. panjang episode nyeri 3 4 5. tekanan darah 3 4
3. ekspresi wajah 3 4 6. nadi 3 4
B.manajemen lingkungan
1. ciptakan lingkungan tenang
2.monitor kulit terhadap adanya Tanda tanda tekanan
3. kolaborasi dengan tim medis dalam Pemberian obat anti nyeri.
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : ny.A Tgl Pengkajian :27/02/19
No. Reg : Dx Medis :kista ovarium
Dx. Keperawatan : resiko infeksi
No TGL EVALUASI
1 27/02/19 S: Pasien mengatakan Terasa panas di area Luka post oprasi
(15:20)
O: teraba hangat di sekitar area luka warna kemerahan Di sekitar area luka kerusakan integritas kulit.
Indikator DP DT Indikator DP DP
1. kemerahan 3 4 1. identifikasi faktor resiko 3 4
2. cairan luka 4 5 2. mengidentifikasi gaya Hidup 3 4
3. nyeri 3 4 3. hindari paparan ancaman 3 4
Kesehatan
P: lanjutkan intervensi :
A.kontrol infeksi
1. bersihkan lingkungan dengan baik
2. anjurkan pasien cuci tangan dengan baik
3 pastikan tehnik cuci tangan yang tepat
B. perlindungan infeksi
1. tingkatkan asupan nutrisi dan cairan Yang cukup
2.kolaborasi dengan tim medis dalamPemberian obat antibiotik
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena
perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel
telur dari ovarium. Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan
dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir.
5.2 Saran
Terdapat banyak sekali penyakit-penyakit pada sistem reproduksi dengan tanda dan
gejala yang hampir sama. Kita perlu memahami dengan baik konsep medis agar dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara tepat. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa.