Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN


PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SLBN KOTA GORONTALO

Delviani D. Mahera
Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir, Drs.,M.Kes
Pembimbing II Ns. Yuniar M. Soeli, M.Kep.,Sp.Kep.,J

ABSTRAK
Delviani D. Mahera. 2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental Di SLBN Kota Gorontalo. Skripsi,
Jurusan Keperawatan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Olah Raga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Sunarto Kadir,
Drs.,M.Kes, Pembimbing II Ns. Yuniar M. Soeli, M.Kep.,Sp.Kep.,J
Retardasi mental adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ)
dibawah rata-rata dan juga memiliki keterbatasan dalam kemampuan merawat diri
sendiri sehingga membutuhkan dukungan dari keluarga. Bentuk dukungan
keluarga yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, instrumental, penilaian
dan emosional. Rumusan masalah penelitian ini bagaimana hubungan dukungan
keluarga dengan kemandirian perawatan diri pada anak retardasi mental di SLBN
Kota Gorontalo. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan
dukungan keluarga dengan kemandirian anak retardasi mental di SLBN Kota
Gorontalo.
Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif korelasi
dengan pendekatan cross-sectional,instrumen penelitian menggunakan lembar
kuesioner dukungan keluarga dan kemandirian perawatan diri. Jumlah populasi
dalam penelitian ini 91 orang tua yang mempunyai anak retardasi mental di SLBN
Kota Gorontalo dan teknik samplingnya menggunakan purposive sampling,
dengan jumlah sampel 65 responden. Analisis data dilakukan secara bivariat
dengan uji chi square.
Hasil penelitian didapatkan nilai p = 0,396 (p > 0,05). Kesimpulan tidak ada
hubungan dukungan keluaga dengan kemandirian perawatan diri pada anak
retardasi mental di SLBN Kota Gorontalo. Diharapkan kepada guru, dan orang tua
agar mampu memberikan contoh prilaku mandiri pada anak retardasi mental.

Kata kunci: Dukungan keluarga, kemandirian, perawatan diri, anak,


retardasi mental
Daftar Pustaka : 64 (2009-2018)

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

PENDAHULUAN mental berjumlah 71 siswa, di SLBN


Retardasi mental yaitu anak Kabupaten Bone Bolango anak
yang memiliki karakteristik tingkat retardasi mental berjumlah 63 siswa
kecerdasan di bawah rata-rata, dan di SLBN Bone Pantai anak
lamban dalam mempelajari hal-hal retardasi mental berjumlah 53. Jadi
baru, kesulitan dalam menyesuaikan anak retardasi mental yang paling
diri terhadap perubahan, mengalami banyak di SLBN Kota Gorontalo
kesulitan dalam keterampilan dengan jumlah 155 siswa.
menolong diri sendiri atau merawat Di Sekolah Dasar Luar Biasa
diri sendiri, mengalami (SDLB) Negeri Kota Gorontalo
permasalahan berkaitan dengan tahun ajaran 2018/2019, anak yang
perilaku sosial, kurang mampu dalam berkebutuhan khusus berjumlah 243
bahasa dan pengucapan siswa. Di SDLB anak yang
(komunikasi), dan mempunyai berkebutuhan khusus berjumlah 143
masalah dalam kesehatan fisik siswa, tunanetra 2 siswa, tunarungu
(Wulandari, 2018). 31 siswa, tunagrahita (retardasi
Prevalensi anak retardasi mental) 91 siswa, tunadaksa 10 siswa
mental di dunia menurut World dan autis 9 siswa. Di SMPLB anak
Health Organization (WHO) tercatat yang berkebutuhan khusus berjumlah
sebanyak 15% dari penduduk dunia 58 siswa, tunanetra 2 siswa,
atau 785 juta orang mengalami tunarungu 13 siswa, tunagrahita
gangguan mental atau fisik (Ikawati, (retardasi mental) 41 siswa,
2017). Data WHO prevalensi tunadaksa 2 siswa dan autis tidak
retardasi mental di Indonesia saat ini ada. Di SMA anak yang
diperkirakan 1-3% dari penduduk berkebutuhan khusus berjumlah 42
Indonesia sekitar 6,6 juta jiwa, dari siswa, tunanetra 2 siswa, tunarungu 9
3% tersebut 75% merupakan siswa, tunagrahita (retardasi mental)
retardasi mental ringan dan 25% 23 siswa, tunadaksa 8 siswa dan autis
retardasi mental sedang-berat (Dewi, tidak ada. Anak retardasi mental
2017). yang paling banyak di SDLB dengan
Menurut Profil Dinas jumlah 91 siswa.
Pendidikan Provinsi Gorontalo tahun Setelah dilakukan wawancara
ajaran 2018/2019, anak retardasi dengan wawancara kepada 9
mental di SLB Provinsi Gorontalo keluarga atau orang tua retardasi
berjumlah 564. Di SLBN Kota mental, 5 orang tua mengatakan anak
Gorontalo retardasi mental berjumlah mereka sudah mandiri melakukan
155 siswa, di SLBN Kabupaten perawatan diri seperti mandi sendiri,
Gorontalo anak retardasi mental makan/minum sendiri, BAK/BAB
berjumlah 100 siswa, di SLBN sendiri, dan berpakaian, 3 orang tua
Kabupaten Gorut anak retardasi mengatakan anak mereka sudah bisa
mental berjumlah 56 siswa, di makan sendiri, tetapi mandi,
Kabupaten Boalemo anak retardasi berpakaian dan BAB/BAK masih
mental berjumlah 43 siswa di SLBN dengan bantuan atau masih ada
Paguyaman anak retardasi mental pengawasan orang tua dan 1 orang
berjumlah 23siswa, di SLBN tua mengatakan anaknya belum bisa
Kabupaten Pohuwato anak retardasi mandi sendiri harus selalu di bantu,

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

makan masih dengan dibantu karena eksternal yaitu lingkungan, cinta dan
anak tidak bisa mengambil makanan kasih sayang, dukungan keluarga,
dengan sendok, BAK/BAB masih pengalaman dalam kehidupan. Anak
dibantu dan anak setiap harinya tunagrahita yang tidak mendapatkan
harus memakai pampers (popok) dan intervensi secara terus menerus dari
untuk berinteraksi sosial 8 orang tua lingkungan berdampak
mengatakan anak mereka dapat berlambannya anak menjadi mandiri,
menjalin hubungan baik dengan untuk membuat anak mampu
teman-teman di sekolah maupun di menjadi mandiri maka dibutuhkan
rumah, namun ada 1 orang tua adanya dukungan dari orang tua.
mengatakan anaknya tidak mau Dukungan sendiri memiliki empat
berinteraksi atau bersosialisasi jenis yaitu: dukungan instrument,
dengan teman disekeliling rumahnya dukungan informasional, dukungan
karena ia selalu di ejek oleh teman- penilaian, dukungan emosional.
temannya, sehingganya anak tersebut Orang tua yang memiliki anak
selalu berada di rumah. retardasi mental dalam melatih
Dukungan keluarga yang kemandirian anak, sesekali kita harus
diberikan orang tua yaitu 5 orang tua membiarkan anak melakukan apa
mengatakan mereka selalu yang mungkin bisa mereka lakukan,
memberikan dukungan informasi, jangan terlalu memanjakkan hanya
memfasilitasi, memberikan kasih karena mereka mempunyai
sayang dan selalu memberikan pujian kecerdasan jauh di bawah normal.
kepada anak ketika anak bisa Berdasarkan dengan uraian di atas
melakukan perawatan diri sendiri, 1 masih ada anak retardasi mental yang
dari orang tua mengatakan belum mandiri atau belum bisa
memberikan dukungan informasi melakukan perawatan diri, masih
kepada anak, memfasilitasi, selalu dengan bantuan keluarga atau
memberikan perhatian, dan jarang orang tuanya dan masih ada orang
memberikan pujian kepada anak. 3 tua yang jarang memberikan
orang tua mengatakan jarang dukungan kepada anak. Sehingga
memberikan dukungan informasi peneliti tertarik untuk melakukan
kepada anak, memfasilitasi, penelitian mengenai “Hubungan
memberikan kasih sayang dan Dukungan Keluarga dengan
perhatian, namun jarang memberikan Kemandirian Perawatan Diri Pada
pujian kepada anak ketika anak dapat Anak Retardasi Mental di SLBN
melakukan sesuatu sendiri. Kota Gorontalo”.
Kemandirian bukanlah Pada dasarnya setiap manusia
keterampilan yang muncul secara memiliki hak yang sama untuk
tibatiba tetapi perlu diajarkan dan memperoleh kebahagiaan dalam
dilatih pada anak agar tidak hidupnya. Setiap orang berhak untuk
menghambat tugas-tugas tumbuh dan berkembang dalam
perkembangan anak selanjutnya. lingkungan yang kondusif dan
Menurut Wiyani (2013) Beberapa suportif, termasuk bagi mereka yang
faktor yang mendukung kemandirian mengalami retardasi mental. Akan
anak adalah faktor internal yaitu tetapi realita yang terjadi tidaklah
fisiologis dan psikologis, faktor selalu demikian. Banyak penyandang

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

retardasi mental yang belum mampu dukungan keluarga dengan


melakukan kegiatan sehari-hari atau kemandirian perawatan diri pada
kemandirian dalam merawat diri anak retardasi mental.
sendiri bukan semata-mata karena Penelitian dilakukan di SLBN
ketunaannya, tetapi dikarenakan Kota Gorontalo pada bulan April-
lingkungan yang kurang mendukung Juni 2019. Populasi pada penelitian
sehingga diperlukan bimbingan dari ini yaitu seluruh orangtua yang
pihak keluarga atau masyarakat agar mempunyai anak Retardasi Mental
penyandang retardasi mental tingkat SDLB Kota Gorontalo.
memiliki kemampuan dalam Sampel penelitian ini adalah
merawat diri sendiri. orangtua dari anak reterdasi mental
Anak retardasi mental akan yang bersekolah di SLBN Kota
sangat tergantung pada peran serta Gorontalo tingkat SDLB sebanyak
dan dukungan penuh dari keluarga. 65 responden.
Dukungan dan penerimaan dari Pengambilan sampel
setiap anggota keluarga akan menggunakan teknik simpling, yaitu
memberikan energi dan kepercayaan purposive sampling. Dimana
dalam diri anak retardasi mental populasi dalam penelitian ini 91
untuk lebih berusaha meningkatkan orang tua yang mempunyai anak
setiap kemampuan yang dimiliki, retardasi mental di SLBN Kota
sehingga hal ini akan membantunya Gorontalo tingkat SDLB, sampel
untuk dapat hidup mandiri, lepas dari didapatkan 65 responden dimana
ketergantungan pada bantuan orang yang menjadi responden berdasarkan
lain. kriteria inklusi dan eksklusi.
Menurut Sari, 2017, dukungan Instrument penelitian ini
keluarga merupakan bentuk menggunakan kuisioner dukungan
pemberian dukungan terhadap keluarga dan kemandirian perawatan
anggota keluarga lain yang diri.
mengalami permasalahan dan HASIL PENELITIAN
dukungan keluarga merupakan Berdasarkan hasil penelitian
tindakan, sikap dan penerimaan terhadap 65 responden adalah
keluarga terhadap anggota sebagai berikut:
keluarganya. Dukungan keluarga a. Karakteristik Responden
adalah suatu keadaan yang 1. Distribusi Responden
bermanfaat bagi individu yang Berdasarkan Umur
diperoleh dari orang lain yang dapat
dipercaya, sehingga seseorang akan Tabel 4.1 Distribusi Responden
tahu bahwa ada orang lain yang Berdasarkan Umur
memperhatikan, menghargai dan Umur Jum Persent
mencintainya. orang lah (n) ase (%)
METODE PENELITIAN Minim 33 50.8%
Metode penelitian yang um 29
digunakan adalah pendekatan Mixim 32 49.2%
kuantitatif korelasi dengan um 61
pendekatan cross-sectional yaitu Jumla 65 100%
untuk mengetahui hubungan h

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Sumber : Data Primer, 2019. Karyaw 1 1.5%


Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari an
65 responden, sebagian besar orang Pengen
tua dari anak retardasi mental dara Bentor
minimum berumur 29 tahun yaitu 33 Petani
responden (50.8%) dan maximum Peterna
berumur 61 tahun yaitu 32 responden k
(49.2%). Jumlah 65 100%
2. Distribusi Responden Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan tabel 4.3 diketahui
Berdasarkan Pendidikan dari 65 responden, pekerjaan orang
Pendidi Jum Perse tua yang terbanyak yaitu sebagai ibu
kan lah (n) ntas (%) rumah tangga (IRT) berjumlah 33
SD 12 18.5% responden (50.8%), dan pekerjaan
SMP 13 20.0% orang tua yang paling sedikit yaitu
SMA 30 46.2% peternak berjumlah 1 responden
D1 2 3.1% (1.5%), petani sebanyak 1 responden
S1 7 10.8% (1.5%) .
S2 1 1.5% 4. Distribusi Responden
Jumlah 65 100% Berdasarkan Umur Anak
Sumber : Data Primer, 2019. Tabel 4.4 Distribusi Responden
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui Berdasarkan Umur Anak
dari 65 responden, dimana Umu Juml Persent
pendidikan orang tua dari anak r Anak ah (n) as (%)
retardasi mental yang tertinggi yaitu 7 15 23.1%
berpendidikan SMA sebanyak 30 tahun 9 13.8%
responden (46.2%) dan yang 8 11 16.9%
terendah berpendidikan S2 yaitu 1 tahun 10 15.4%
responden (1.5%). 9 8 12.3%
3. Distribusi Responden tahun 12 18.5%
Berdasarkan Pekerjaan 10
Tabel 4.3 Distribusi Responden tahun
Berdasarkan Pekerjaan 11
Pekerj Jum Persen tahun
aan lah (n) tas (%) 12
IRT 33 50.8% tahun
Wirasw 8 12.3% Juml 65 100%
asta 4 6.2% ah
Honore 4 6.2% Sumber : Data Primer, 2019.
r 4 6.2% Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
Pedaga 3 4.6% dari 65 responden, anak retardasi
ng 3 4.6% mental paling banyak berumur 7
Guru 2 3.1% tahun berjumlah 15 responden
Buruh 2 3.1% (23.1%) dan sebagian anak memiliki
PNS 1 1.5%

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

umur 11 tahun berjumlah 8 sebagian besar adalah anak pertama


responden (12.3%). berjumlah 28 responden (43.1%),
5. Distribusi Responden dan yang paling sedikit yaitu anak
Berdasarkan Jenis Kelamin keenam berjumlah 1 responden
Tabel 4.5 Distribusi Responden (1.5%).
Berdasarkan Jenis Kelamin b. Hasil Analisis Univariat
Anak 1. Distribusi responden
Jenis Jum Persen berdasarkan dukungan
Kelamin lah (n) tas (%) keluarga pada anak retardasi
Laki- 34 52.3% mental
laki 31 47.7% Tabel 4.7 Distribusi Responden
Peremp Berdasarkan Dukungan
uan Keluarga Pada Anak
Jumlah 65 100% Retardasi Mental
Sumber : Data Primer, 2019. Dukun Ju Persen
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui gan mlah tasi (%)
dari 65 responden, sebagian besar Keluarga (n)
anak retardasi mental berjenis Kurang 1 1.5%
kelamin laki-laki sebanyak 34 Baik 64 98.5%
responden (52.3%) dan sebagian Jumlah 65 100%
berjenis kelamin perempuan yaitu 31 Sumber : Data Primer, 2019.
responden (47.7%). Berdasarkan tabel 4.7 diketahui
6. Distribusi Responden dari 65 responden, hampir seluruh
Berdasarkan Urutan Anak keluarga memberikan dukungan
Tabel 4.6 Distribusi Responden keluarga baik pada anak retardasi
Berdasarkan Urutan Anak mental sebanyak 64 responden
Urur Juml Persent (98.5%) dan sebagian memberikan
an Anak ah (n) as (%) dukungan keluarga kurang pada anak
Perta 28 43.1% retardasi mental sebanyak 1
ma 10 15.4% responden (1.5%).
Kedu 15 23.1% 2. Distribusi responden
a 7 10.8% berdasarkan kemandirian
Ketig 4 6.2% perawatan diri pada
a 1 1.5% anak retardasi mental
Keem Tabel 4.8 Distribusi Responden
pat Berdasarkan Kemandirian
Kelim Perawatan Diri Pada
a Anak Retardasi Mental
Keena Kemandi Ju Persen
m rian mlah tasi (%)
Juml 65 100% perawatan (n)
ah diri
Sumber : Data Primer, 2019. Tidak mandiri 38 58.5%
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui Mandiri 27 41.5%
dari 65 responden, dapat dilihat Jumlah 65 100%
bahwa anak retardasi mental Sumber : Data Primer, 2019.

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui keluarga kurang yang diberikan


dari 65 responden, dapat dilihat oranga tua kepada anak dalam
bahwa anak retardasi mental perawatan diri menjadikan anak
sebagian besar tidak mandiri mandiri tidak ada.
berjumlah 38 responden (58.5%) dan PEMBAHASAN
sebagian anak retardasi mental yang a. Dukungan Keluarga
mandiri berjumlah 27 responden Dukungan keluarga dalam
(41.5%). perawatan diri anak merupakan
c. Hasil Analisis Univariat bagian yang penting karena keluarga
Tabel 4.9 Distribusi Responden adalah pihak yang selalu berada
Berdasarkan Dukungan dekat dengan anak. Dukungan
Keluarga Dengan keluarga mengenai perawatan diri
Kemandirian yang baik tentunya dapat
Perawatan Diri Pada Anak Retardasi meningkatkan status kesehatan anak
Mental melalui praktik perawatan diri.
Duku Kemandirian Berdasarkan hasil penelitian di
ngan Perawatan Diri Anak SLBN Kota Gorontalo dari 65
p.V
Keluarg Retardasi Mental alueresponden, hampir seluruh responden
a Mandi Tidak memberikan dukungan keluarga baik
ri Mandiri kepada anak retardasi mental
n % n % berjumlah 64 anak (98.5%)
Kura 0 0 1 1 sedangkan sebanyak 1 (1.5%)
ng 00.0 responden memberikan dukungan
0.3
Baik 2 4 3 5 96 keluarga kurang. Untuk dukungan
7 2.2 7 7.8 keluarga yang diberikan orangtua
Jumla 2 4 3 5 adalah tentang pentingnya perawatan
h 7 2.2 8 8.5 diri kepada anak sebanyak 64
Sumber : Data Primer, 2019. responden (98.4%), keluarga selalu
Berdasarkan tabel 4.9 dapat memberikan penjelasan atau
dilihat bahwa 65 responden dengan mengingatkan apa yang seharusnya
dukungan keluarga baik yang anak lakukan pada saat perawatan
diberikan orang tua kepada anak diri seperti mandi, makan/minum,
retardasi mental dalam perawatan berpakaian, BAK/BAB sebanyak 63
diri menjadikan anak tidak mandiri responden (96,9%) dan keluarga
sebanyak 38 anak retardasi mental peduli terhadap perawatan diri anak
(58.5%), dukungan keluarga baik sebanyak 64 responden (98.4%).
diberikan orang tua kepada anak Teori menurut Roberts dan
retardasi mental dalam perawatan Greene (2009) menyatakan bahwa
diri dapat menjadikan anak mandiri dukungan keluarga adalah tindakan
sebanyak 27 anak retardasi mental yang dilakukan oleh anggota
(42.2%), dan dukungan keluarga keluarga ketika mereka memberikan
kurang yang diberikan orang tua bantuan kepada anggota keluarga
kepada anak retardasi mental dalam yang lain. Dukungan yang diberikan
perawatan diri dapat membuat anak yaitu dukungan informasi (berupa
tidak mandiri berjumlah 1 anak memberikan penjelasan atau
retardasi mental dan dukungan mengingatkan apa yang seharusnya

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

dilakukan), dukungan instrumental akan selalu menemani anak,


(berupa menyediakan barang yang memberikan perhatian, membantu
dibutuhkan, memberikan contoh hal kebutuhan anak serta dapat
yang belum dimengerti), dukungan membimbing anak dan orang tua
emosional (menunjukkan kasih yang selalu bersama anak agar anak
sayang dan perhatian), dan dukungan selalu dibawah pengawasan orang
penilaian (pujian atas keberhasilan tuanya dan yang paling penting
yang sudah dapat dikerjakan secara adalah orang tua bersama anak pada
mandiri). Sesuai dengan penelitian saat yang tepat sehingga dapat
yang diungkapkan Riza (2012), yang memenuhi kebutuhannya dengan
mengatakan dukungan keluarga cepat.
dapat mempengaruhi kehidupan dan Keberadaan orang tua sangat
kesehatan anak. Hal ini dapat terlihat penting dan besar pengaruhnya di
bila dukungan keluarga baik maka dalam perkembangan anak. Orang
pertumbuhan dan perkembangan tua yang selalu berada di dekat anak-
anak relatif stabil, tetapi bila anaknya akan mudah memberikan
dukungan pada anak kurang baik perhatian kepada anak-anaknya
maka anak akan mengalami dibandingkan dengan orang tua yang
hambatan pada dirinya. Adapun hasil jauh atau kadang menemani anak
penelitian Warsiti (2016), mereka. Hal ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa dukungan pendapat Schaefer (2010)
keluarga sangat mempengaruhi anak keberadaan orang tua bersama anak
dalam melakukan sesuatu dalam dapat memberikan perhatian kepada
kehidupannya. Menurut Istanti anak seperti dapat mengontrol
(2013), kemampuan anak retardasi perkembangan anak dalam kegiatan
mental yang mempunyai kemampuan sehari-hari, dapat memberikan
tinggi untuk melakukan sesuatu semangat anak dalam kegiatan
dapat disebabkan karena adanya belajar, dapat memberikan kasih
dukungan dari lingkungannya baik sayang kepada anak dan dapat
dari keluarga (orang tua) maupun mencegah anak dari segala sesuatu
dari orang lain disekitarnya yang tidak baik. Sehingga
Berdasarakan hasil penelitian dibutuhkan orang tua untuk selalu
sebagian besar dukungan keluarga memberikan dukungan keluarga
yang diberikan adalah kategori baik. kepada anak, khususnya pada anak
Hal ini didukung oleh karakteristik retardasi mental.
responden berdasarkan pekerjaan Peneliti berasumsi bahwa pada
orang tua yang sebagian besar penelitian ini mengapa hampir
sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) seluruh orang tua memberikan
sebanyak 30 responden (46,2%), dukungan keluarga baik kepada anak
dimana bahwa orang tua sebagai IRT retardasi mental, karena orang tua
akan selalu menemani atau selalu menyadari bahwa anak mereka
berada bersama anaknya selama 24 adalah anak yang memiliki
jam. Menurut Harmaini (2013) keterbatasan intelektual dan
bahwa orang tua sebagai ibu rumah keterbatasan keterampilan
tangga akan selalu bersama anak (perawatan diri), sehingganya dengan
selama 24 jam, sehingga orang tua keterbatasan yang dimiliki anak

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

tersebut akan membuat anak mental (67.6%) pada saat bermain


bergantung pada orang-orang melipat kertas origami tidak pernah
disekitar lingkungannya khususnya mampu dan 43 anak retardasi mental
keluarga (orang tua). Oleh karena itu (66.1%) pada saat menggambar
orang tua selalu memberikan bebas anak tidak pernah mampu,
dukungan keluarga seperti dukungan adanya hasil kuesioner bahwa anak
informasi (berupa memberikan retardasi mental dalam melakukan
penjelasan atau mengingatkan apa perawatan diri selalu dibantu dan
yang seharusnya dilakukan dalam kadang dibantu oleh orang tuanya
melakukan sesuatu), dukungan sehingga membuat anak retardasi
instrumental (berupa menyediakan mental menjadi tidak mandiri.
barang yang dibutuhkan, Teori menurut Izzaty (2005)
memberikan contoh hal yang belum bahwa penyebab anak tidak mandiri
dimengerti), dukungan emosional karena anak tersebut terbiasa
(menunjukkan kasih sayang dan menerima bantuan yang berlebihan
perhatian), dan dukungan penilaian dari orang-orang disekitar mereka
(pujian atas keberhasilan yang sudah yaitu orang tua ataupun orang lain.
dapat dikerjakan secara mandiri). Pada penelitian juga mengapa anak
b. Kemandirian Perawatan Diri retardasi mental tidak mandiri dalam
Berdasarkan hasil penelitian di melakukan perawatan diri, karena
SLBN Kota gorontalo didapatkan anak retardasi mental memiliki
dari 65 responden, anak yang tidak keterbatasan intelektual dan
mandiri sebanyak 38 responden keterbatasan keterampilan adaptif
(58.5%) dan anak yang mandiri (perawatan diri), jadi dengan
sebanyak 27 responden (41.5%), keterbatasan yang dimiliki anak
dengan hasil jawaban kuesioner juga retardasi mental sehingganya anak
didapatkan bahwa ada 27 anak akan sulit melakukan sesuatu sendiri.
retardasi mental dalam melakukan Menurut Istanti (2013) anak retardasi
kebersihan diri seperti mandi kadang mental memiliki intelektual yang
dibantu orang tuanya, 21 anak rendah yang membuat anak
retardasi mental (32.3 %) pada saat mengalami keterbatasan dalam
membersihkan diri setelah eliminasi berbagai bidang salah satunya yaitu
(BAB) selalu dibantu orang tuanya, dalam hal kemampuan melakukan
42 anak retardasi mental (64.6%) perawatan diri seperti mandi, berhias,
pada saat makan dan minum kadang dan toileting.
dibantu oleh orang tua mereka, 28 Pada penelitian ini mengapa
anak retardasi mental (43.0%) pada anak retardasi mental banyak yang
saat berpakaian kadang dibantu tidak mandiri, hal ini didukung oleh
orang tua mereka, 31 anak retardasi karakteristik responden berdasarkan
mental (47.6%) pada saat bermain pendidikan orang tua, meskipun
dan berkomunikasi dengan teman di pendidikan yang tertinggi
rumah dan disekolah kadang diawasi berpendidikan SMA, namun
orang tua mereka, 30 anak retardasi responden pada penelitian ini juga
mental (46.1%) pada saat banyak berpendidikan SMP dan SD
mempersihkan tempat tidur tidak yaitu 25 responden (38.5%). Hal ini
pernah mampu, 44 anak retardasi menunjukkan bahwa tingkat

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

pendidikan orang tua dari anak dimanja dan selalu mendapatkan


retardasi masih kurang baik perlakuan istimewah, sehingga
dikarenakan masih banyak sebagian besar anak retardasi mental
berpendidikan SD dan SMP, oleh walaupun sudah diberikan dukungan
karena itu masih banyak anak yang keluarga anak masih belum mandiri
tidak mandiri dikarenakan dalam melakukan perawatan diri.
pendidikan orang tua juga dapat Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian berpengaruh pada kemandirian
dukungan untuk tingkat kemandirian menurut Solahudin yaitu faktor
anak retardasi mental dalam internal (emosi dan intelektual yang
melakukan perawatan diri. Hal ini dimiliki anak) dan faktor eksternal
sejalan dengan pendapatnya (lingkungan, status ekonomi
Apriyanto (2012), semakin baik keluarga, stimulasi, pola asuh, cinta
tingkat pengetahuan keluarga maka dan kasih sayang, kualitas informasi
semakin baik dampaknya bagi anak dengan orang tua dan status
perkembangan anak dan semakin pekerjaan ibu (Salina, 2016). Pada
rendah tingkat pengetahuan keluarga penelitian ini ialah melihat
semakin buruk dampaknya bagi kemandirian pada anak retardasi
anak, sehingga tingkat pendidikan mental, sesuai dengan faktor yang
yang rendah berdampak pada dapat mempengaruhi kemandirian
kurangnya pengetahuan keluarga yaitu salah satunya faktor internal
tentang kebutuhan-kebutuhan anak (intelektual). Karena anak retardasi
retardasi mental dan cara mendidik mental adalah anak yang memiliki
anak retardasi mental menjadi keterbatasan intelektual (IQ),
mandiri. sehingga anak retardasi walaupun
Pada penelitian ini juga selalu diberikan dukungan keluarga
mengapa sebagian besar anak tidak seperti menjelaskan atau
mandiri, hal ini didukung dengan mengingatkan apa yang harus
urutan anak diketahui dari 65 dilakukan pada saat perawatan diri,
responden, anak pertama sebanyak anak tersebut tidak akan mampu atau
28 responden (43.1%). Pada lamban mengingatnya. Jadi mengapa
penelitian ini sebagian besar pada penelitian ini anak retardasi
responden yang memiliki anak mental sudah diberikan dukungan
retardasi mental adalah anak keluarga namun tidak mandiri dalam
pertama. Hal ini sejalan dengan melakukan perawatan diri, karena
pendapat menurut Santrock (2010) disebabkan oleh faktor internal yang
bahwa anak pertama ialah anak yang dimiliki oleh anak retardasi mental
selalu dikatakan anak yang paling yaitu keterbatasan intelektual. Faktor
disayang serta paling dimanja, secara intelektual anak dapat berperan
sosial dapat diterima karena anak penting untuk mengembangkan
pertama anak yang sangat dinantikan kemandirian anak, karena apabila
kelahirannya oleh pasangan suami anak memiliki kemampuan untuk
istri. Pada penelitian ini sebagian bertindak ataupun mampu
besar anak retardasi mental ialah mengambil keputusan dengan sendiri
anak pertama dari responden tanpa harus meminta bantuan maka
sehingganya anak tersebut selalu anak akan lebih mandiri. Hal ini

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

sesuai dengan yang dikemukakan karakter yang mandiri. Sesuai yang


oleh Wiyani (2013) bahwa dijelaskan Fathi (2011) bahwa orang
kecerdasan atau kemampuan kognitif tua merupakan pendidikan pertama
yang dimiliki seorang anak memiliki dalam membentuk karakter
pengaruh terhadap pencapaian kepribadian seorang anak, sehingga
kemandirian anak. Anak yang nantinya kepribadian anak tersebut
mampu bertindak dan mengambil sesuai dengan apa yang diterapkan
keputusan sendiri hanya akan dan dibiasakan dalam kehidupan
mungkin dimiliki oleh anak yang sehari-hari dalam lingkungan
mampu berfikir yang sama dengan keluarganya. Sehingga berdasarkan
tindakannya tanpa harus selalu dari paparan di atas, yang menjadi
didampingi ataupun dibantu dalam faktor paling berpengaruh
setiap kegiatan (dalam Salina, 2016). menyebabkan anak menjadi tidak
Adapun faktor lain yang mandiri adalah pola asuh yang
menyebabkan anak retardasi mental overprotektif, yaitu pola asuh yang
tidak mandiri walaupun sudah terlalu melindungi atau memanjakan
diberikan dukungan keluarga yaitu anak dan terlalu membantu anak
faktor eksternal yakni pola asuh dalam segala kegiatan atau tugas
orang tua. Sejalan dengan hasil anak.
kuesioner bahwa orang tua dari anak c. Hubungan Dukungan
retardasi mental mereka masih selalu Keluarga Dengan Kemandirian
membantu dan kadang membantu Perawatan Diri Pada Anak Retardasi
anak dalam melakukan perawatan Mental
diri atau mengambil alih tugas Hasil uji statistik menggunakan
anaknya dalam melakukan perawatan uji chi-squart diperoleh nilai p value
diri, sehingga anak mereka tidak =0.396 (p > 0.05), ini berarti dapat
mandiri dalam melakukan perawatan dilihat pada tabel 4.9 bahwa tidak
diri walaupun selalu diberikan ada hubungan dukungan keluaga
dukungan keluarga.Hal ini menurut dengan kemandirian perawatan diri
Hurlock (2012) pola asuh yang pada anak reatrdasi mental di SLBN
diterapkan oleh ayah ataupun ibu Kota Gorontalo, karena nilai
mempunyai peran yang nyata Asymo.Sig= 0.396 lebih besar dari p
membentuk perilaku anak, begitu 0.05, dengan hasil analisis bivariat,
juga dengan kemandirian anak. dukungan keluarga baik yang
Apabila anak dimanjakan dan diberikan orang tua kepada anak
diberikan perhatian yang berlebihan retardasi mental dalam perawatan
serta pembiasaan atau batasan yang diri menjadikan anak tidak mandiri
tidak konsisten oleh orang tua maka sebanyak 38 anak retardasi mental
akan dapat menghambat pencapaian (58.5%), dukungan keluarga baik
kemandirian anak. Pola asuh dari diberikan orang tua kepada anak
orang tua kepada anak sangat retardasi mental dalam perawatan
menentukan karakter dan tumbuh diri dapat menjadikan anak mandiri
kembang anak sehingga sudah sebanyak 27 anak retardasi mental
semestinya orang tua menyadari (42.2%), dan dukungan keluarga
bahwa menjadi sosok yang kurang yang diberikan orang tua
demokratis agar anak dapat memiliki kepada anak retardasi mental dalam

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

perawatan diri dapat membuat anak pencapaian kemandirian anak. Anak


tidak mandiri berjumlah 1 anak yang mampu bertindak dan
retardasi mental dan dukungan mengambil keputusan sendiri hanya
keluarga kurang yang diberikan akan mungkin dimiliki oleh anak
oranga tua kepada anak dalam yang mampu berfikir yang sama
perawatan diri menjadikan anak dengan tindakannya tanpa harus
mandiri tidak ada. Dari penjelasan di selalu didampingi ataupun dibantu
atas bahwa tidak selamanya dalam setiap kegiatan (dalam Salina,
dukungan keluarga baik memberikan 2016). Seperti penelitian yang
kemandirian pada anak retardasi dilakukan oleh Puspasari (2012)
mental. Namun ada faktor-faktor dengan mendapatkan hasil pada
yang mempengaruhi kemandirian. tingkat kemandirian anak retardasi
Sesuai dengan teori menurut mental didapatkan hasil cukup
Solahudin (2012) menyatakan mandiri. Untuk dapat melakukan
terdapat dua faktor yang personal hygiene bagi anak
mempengaruhi kemandirian anak tunagrahita maka diperlukan latihan
yaitu faktor internal (emosi dan secara terus menerus berbeda dengan
intelektual anak) dan faktor eksternal anak normal yang diajarkan beberapa
(lingkungan, status ekonomi kali sudah dapat mengerti dan hafal
keluarga, stimulasi, pola asuh, cinta apa yang diajarkan. Sesuai yang
dan kasih sayang, kualitas informasi diungkapkan Semiun (2017),
anak dengan orang tua dan status menyatakan bahwa anak tunagrahita
pekerjaan ibu). dengan kemampuan intelektual
Hasil penelitian ini anak rendah perlu diajarkan secara terus-
retardasi mental banyak yang tidak menerus dan konsisten agar dapat
mandiri dalam melakukan perawatan melakukan keterampilan-
diri, karena anak retardasi mental keterampilan hidup sederhana seperti
memiliki keterbatasan intelektual dan perawatan diri dan kegiatan rumah
keterbatasan melakukan (dalam Sari, 2017). Adapun faktor
keterampilan adaptif (perawatan diri) lain yang menyebabkan anak
yang dimilikinya, seperti salah satu retardasi mental tidak mandiri
faktor yang mempengaruhi walaupun sudah diberikan dukungan
kemandirian yaitu intelektual. keluarga yaitu faktor eksternal yakni
Dalam hal ini, faktor intelektual anak pola asuh orang tua. Pola asuh dari
dapat berperan penting untuk orang tua kepada anak sangat
mengembangkan kemandirian anak, menentukan karakter dan tumbuh
karena apabila anak memiliki kembang anak sehingga sudah
kemampuan untuk bertindak ataupun semestinya orang tua menyadari
mampu mengambil keputusan bahwa menjadi sosok yang
dengan sendiri tanpa harus meminta demokratis agar anak dapat memiliki
bantuan maka anak akan lebih karakter yang mandiri, sehingga
mandiri. Hal ini sesuai dengan yang yang menjadi faktor paling
dikemukakan oleh Wiyani (2013), berpengaruh menyebabkan anak
bahwa kecerdasan atau kemampuan menjadi tidak mandiri adalah pola
kognitif yang dimiliki seorang anak asuh yang overprotektif, yaitu pola
memiliki pengaruh terhadap asuh yang terlalu melindungi atau

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

memanjakan anak dan terlalu Jadi walaupun belum dapat


membantu anak dalam segala membuat anak retardasi mental
kegiatan atau tugas anak. mandiri, dukungan keluarga dalam
Sesuai dengan hasil penelitian tingkat kemandirian anak retardasi
Hidayanti (2016), telah diperoleh mental tetap diberikan untuk
bentuk pola asuh orang tua yaitu pola meminimalkan ketergantungan anak
asuh demokratis terhadap retardasi mental. Sesuai dengan
kemandirian anak. Menurut Chabib pendapat Sari (2010), bahwa
Thoha (2015), menyatakan bahwa perkembangan anak tidak lepas dari
pola asuh demokratis ditandai pengawasan dan arahan dari orang
dengan anak diberi kesempatan tua disekitar mereka. Kemandirian
untuk tidak selalu tergantung kepada menjadi salah satu hal yang sangat
orang tua, orang tua sedikit memberi penting bagi anak karena ini akan
kebebasan kepada anak untuk menjadi dasar bagi mereka untuk
memilih apa yang terbaik bagi bertahan hidup sampai dewasa.
dirinya. Anak didengarkan Dimana saat anak tumbuh maka
pendapatnya, dilibatkan dalam sedikit demi sedikit anak akan
kegiatan sehari-hari terutama yang melepas diri dari orang tua dan
menyangkut dengan kehidupan anak belajar untuk menghadapi
itu sendiri. Adapun perilaku anak pengalaman yang baru.
yang memiliki pola asuh yang SIMPULAN
demokratis, yaitu anak menjadi 1. Dukungan keluarga yang
mandiri, dapat mngontrol diri, diberikan orang tua pada anak
mempunyai hubungan baik dengan retardasi mental di SLBN Kota
teman, mempunyai minat terhadap Gorontalo, hampir seluruh
hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang tua memberikan
orang lain. Anak yang memiliki pola dukungan keluarga baik
asuh ini mempunyai sikap berjumlah 64 anak retardasi
kemandirian yang tinggi mulai dari mental (98.5%) dan anak yang
hal mengurus diri sendiri di rumah kurang mendapatkan dukungan
dan di sekolah (dalam Awalunisah, keluarga berjumlah 1 anak
2015). retardasi mental (100.0%).
Memperoleh kemandirian yang 2. Kemandirian anak retardasi
utuh dapat dibentuk dalam mental di SLBN Kota
karakteristik kepribadian anak, Gorontalo, sebagian besar anak
dengan memberikan kesempatan dan tidak mandiri sebanyak 38
tanggung jawab anak akan responden (58.5%) dan anak
mempunyai konsep diri, penghargaan yang mandiri sebanyak 27
terhadap diri sendiri, dan responden (41.5%).
kemampuan mengatur diri sendiri 3. Berdasarkan uji statistik
atau merawat diri sendiri, dari menggunakan uji chi-squart
pembentukan perilaku ini yang diperoleh nilai p value = 0.396
diikuti dengan pembiasaan dan (p > 0.05), ini berarti dapat
dukungan dari orang terdekat akan disimpulkan bahwa tidak ada
menjadikan anak mandiri. hubungan dukungan keluaga
dengan kemandirian perawatan

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

diri pada anak retardasi mental memiliki rasa percaya diri dalam
di SLBN Kota Gorontalo. kehidupan sehari-hari.
SARAN 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Bagi Institusi Diharapkan kepada peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat selanjutnya hendaknya meneliti
menjadi sumber pengetahuan ilmiah variabel lain yang berhubungan
untuk menambah wawasan dan dengan kemandirian anak retardasi
pengetahuan untuk institusi, serta mental selain dukungan keluarga,
dapat dijadikan referensi dan bahan misalnya faktor-faktor yang
buku ajar dikeperawatan anak, mempengaruhi anak retardasi mental
khususnya terkait dengan menjadi mandiri dalam melakukan
perkembangan kemampuan perawatan diri.
perawatan diri pada anak DAFTAR PUSTAKA
berkebutuhan khusus. Apriyanto, N. 2012. Seluk-Beluk
2. Bagi Lembaga Pendidikan Tunagrahita & Strategi
(SLB) Pembelajarannya. Yogjakarta:
Diharapkan dapat menjadi Javalitera.
bahan evaluasi bagi guru, karena Awalunisah, S. 2015. Hubungan Pola
guru sebagai pengganti orang tua Asuh Orang Tua dengan
ketika anak disekolah, sehingga Kemandirian Anak di
peneliti menyarankan agar guru Kelompok BI PAUD Andine
diharapkan dapat memberikan Palu. Jurnal Mahasiswa Ilmu
kesempatan kepada anak untuk Keperawatan 10(1): 1-9.
belajar mandiri misalnya Dewi, V. 2017. Hubungan Pola Asuh
menyelesaikan tugas tanpa harus Orang Tua Dengan Tingkat
sering dibantu, mengenakan atau Kemandirian Anak Retardasi
melepaskan sepatu sendiri, Mental Ringan Di SDLB
mengambil buku atau makanan serta YPLB Banjarmasin. Jurnal
minuman sendiri. Karena salah satu An-Nadaa :21 -25.
tujuan dari pendidikan yaitu Fathi. 2011. Mendidik Anak dengan
menjadikan anak dapat mandiri dan Alqur’an. Bandung : Pustaka
bisa melakukan sesuatu tanpa harus Oasis.
sering dibantu oleh orang lain. Hidayanti, Nur. 2016. Strategi Guru
3. Bagi Orang Tua Pendidikan Agama Islam
Diharapkan orang tua agar Dalam Meningkatkan
dapat lebih memberikan kesempatan Religiusitas Siswa di SDIT Az-
anak dan mendukung anak dalam Zahrah Sragen Kota,
melakukan sesuatu, baik itu dalam Kecamatan Sragen. Tesis.
melakukan kegiatan sehari-hari Universitas Muhammadiyah
dirumah (perawatan diri) ataupun Surakarta, 1. Diakses pada 3
menentukan pilihan. Selain itu orang Desember 2016, dari
tua juga diharapkan dapat http://eprints.ums.ac.id
menerapkan pola asuh yang tepat Hurlock, Elizabeth, B. 2012.
agar anak dapat tumbuh dan Perkembangan Anak Jilid 2
berkembang dengan baik serta (penerjemah: Meitasari
Tjandrasa). Jakarta: Erlangga.

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Ikawati, Y. 2017. Biopsychosocial Penerjemah: Chusairi dan


Factors Associated with Mental Damanik).Jakarta: Erlangga.
Retardation in Children Aged Salina, E. Thamrin, Sutarmanto.
6-17 Years in Tulungagung 2016. Faktor-faktor Penyebab
District, East Java. Jurnal of Anak Menjadi Tidak Mandiri
Epidemology and Publich Pada Usia 5-6 Tahun Di
Health 2(2): 120 -129. Raudatul Athfal Babussalam.
Istanti, F. 2013. Kemampuan Jurnal Ilmiah Kesehatan 7(10):
Perawatan Diri Anak Retardasi 45-55.
Mental di SLB C Wiyata Schaefer, C. 2010. Mendidik
Dharma II Yogyakarta. Skripsi. Mendisiplinkan Anak,
Universitas Gajah Mada diterjemahkan Conny
Yogyakarta. Semiawan dan Turman Sirait.
Izzaty, Eka, R. 2005. Mengenali Jakarta: Kesaint Blanc.
Permasalahan Perembangan Semiun. 2017. Kesehatan Mental 3.
Anak Usia TK. Jakarta: Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Depdiknas. Puspasari, D. 2012. Makna Hidup
Puspasari, D. 2012. Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik
Penyandang Cacat Fisik Postnatal Karena Kecelakaan.
Postnatal Karena Kecelakaan. Jurnal Psikologi Klinis dan
Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 1(2): 3-7.
Kesehatan Mental 1(2): 3-7. Thohi. 2015. Butir-Butir Tata
Riza. 2012. Dukungan keluarga Lingkungan.Jakarta: PT. Bina
dalam hospitalisasi anak usia Aksara.
pra sekolah di rumah sakit Warsiti. 2016. Hubungan Dukungan
umum daerah Langsa. Skripsi. Keluarga Dengan Perawatan
Program Studi S-1 Diri Pada Anak Retardasi
Keperawatan Universitas Mental Di SLB Negeri 1
Sumatera Utara. Bantul. Skripsi. Program Studi
Sari, O. A. 2017. Hubungan Ilmu Keperawatan Universitas
Dukungan Keluarga Dengan Aisyiyah. Yogyakarta.
Tingkat Kemandirian Personal Wiyani, N. A. 2013. Fator-faktor
Hygiene Anak Tunagrahita di Kemandirian Pada Anak
SLB Tunas Mulya Kelurahan Retardasi Mental. Jurnal
Sememi Kecamatan Benowo. Ilmiah Kesehatan 12(1): 53 -
Jurnal Ilmiah Kesehatan 10(2): 54.
165 -171. Wulandari, D. R. 2016. Strategi
Santrock, J.W. 2016. Life Span Pengembangan Perilaku Adaptif
Development(Perkembangan Anak Tunagrahita Melalui Model
Masa Hidup, Jilid 2, Pembelajaran Langsung. Jurnal
Ilmiah Kesehatan 12(1): 53 -54.

DELVIANI D. MAHERA / 841415204


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

DELVIANI D. MAHERA / 841415204

Anda mungkin juga menyukai