Anda di halaman 1dari 2

Beberapa rekan di Puskesmas kadang terjebak dengan kegiatan diatas, Apakah SMD (

Survei Mawas Diri ) dan PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga )
punya kesamaan? Mengingat kegiatan yang dilakukan adalah sama-sama mengumpulkan data.
Apakah hal ini membuat instrumen PIS-PK bisa menjadi instrumen SMD? Apakah hasilnya
nanti bisa mewakili analisa terhadap kebutuhan masyarakat ?

Berikut ulasannya ......

A. Persamaan
- Sama-sama melakukan survei
- Sama-sama mengumpulkan data
- Data yang dikumpulkan adalah data di masyarakat khususnya keluarga

B. Perbedaan

No Jenis SMD PIS-PK


Dasar Hukum PMK No 44 Tahun 2016 tentang PMK No 39 Thn 2016
Pedoman Manajemen tentang Pedoman
Puskesmas, Penyelenggaraan PIS-PK
Disebutkan juga dalam buku-
1
buku Juknis Program Kerja
Puskesmas yang didistribusikan
sejak Puskesmas didirikan

2 Tenaga Pelaksana Kader Tenaga Kesehatan


Instrumen Instrumen SMD 12 Indikator PIS-PK
( Bisa berubah setiap tahun (Profil Kesehatan
3 sesuai permasalahan yang Keluarga)
dihadapi masyarakat, mencakup
semua aspek)
4 Waktu Pelaksanaan Awal tahun Kapan saja sesuai RPK
Responden Beberapa keluarga yang mewakili Seluruh keluarga
5
dengan sistem sampel
Tujuan Menggali permasalahan yang Data profil kesehatan
6 dihadapi serta kebutuhan di keluarga berdasarkan 12
masyarakat indikator
Demikianlah ulasan sederhana persamaan dan perbedaan SMD dan PIS-PK.
Diharapkan rekan-rekan di Puskesmas tidak lagi terjebak dengan menggunakan instrumen
yang sama mengingat jauhnya perbedaan yang dimiliki, padahal hal tersebut dilakukan hanya
karena ketidakinginan membuat instrumen SMD atau tidak mau repot dan memberi waktu lebih
untuk melakukan analisa atas instrumen yang bukan PIS-PK. Karena jika hal ini dilakukan
tidaklah mengherankan jika tujuan SMD yang sebenarnya untuk menggali kebutuhan
masyarakat tidak optimal karena terbatas atas 12 indikator profil kesehatan keluarga di PIS-PK.

C. Simulasi Kasus

Simulasi di bawah ini jika SMD menggunakan Instrumen Survei PIS-PK.

Wilayah kerja Puskesmas A nerupakan daerah endemis Filariasis. Sebagaimana


Intrumen Penilaian Akreditasi FKTP yang juga menjadi bagian lampiran Permenkes 46
Tahun 2015 Puskesmas diwajibkan melaksanakan SMD untuk menggali permasalahan
dan kebutuhan masyarakat khususnya terkait Program Filariasis ( untuk Puskesmas A )

Puskesmas harusnya dapat menggali seberapa besar kasus filarisasis yang


terjadi, seberapa besar dampak yang dialami masyarakat, serta alternatif pemecahan yang
bisa ditawarkan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.

Jika Puskesmas menggunakan Instrumen Survei PIS-PK, maka hal ini tidak bisa
digali. Karena di dalam instrumen ini sudah tersusun pertanyaan baku yang hanya memuat
aspek 12 Indikator Keluarga Sehat. Memang dimungkinkan ada penambahan pertanyaan
dalam salah satu pasal di Permenkes 39 Tahun 2016 tentang Pedoman PIS-PK, namun
hal ini harus ditetapkan oleh Kepala Daerah. Jadi bisa dibayangkan jika dalam 1 kabupaten
terdapat 80 Puskesmas dan masing-masing mengusulkan penambahan pertanyaan dalam
survei PIS-PK perlu waktu yang lama sampai hal ini ditetapkan oleh Kepala Daerah agar
bisa dilaksanakan. Padahal hal ini tidak perlu dilakukan jika instrumen survei tidak
menggunakan PIS-PK. Belum lagi hasil analisa Indeks Keluarga Sehat dalam PIS-PK
mungkin akan mengalami perubahan karena adanya penambahan instrumen pertanyaan.

Lalu bagaimana jika di daerah lain termasuk daerah yang menjadi langganan KLB Diare?,
atau tingkat penderita kusta tinggi?, atau daerah yang mempunyai tempat penyebaran HIV
tertinggi?

Bagaimana hal ini bisa digali dengan kuisioner PIS-PK?...

Yuniastin
Kuala Kapuas, 17 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai