Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
2
Barat, dan Sumatera Utara. Pati tapioka sangat potensial dikembangkan karena
harganya murah dan diproduksi secara masal dalam skala industri sehingga
terjamin ketersediaannya sebagai bahan baku (Chivrac dkk, 2010 dalam Kumoro
dan Purbasari, 2014).
Selain itu, sagu juga merupakan komoditas penghasil karbohidrat potensial,
khususnya pati. Indonesia merupakan negara yang memiliki areal pertanaman
sagu terluas di dunia. Provinsi Riau merupakan daerah rawa bergambut yang
memiliki potensi tanaman sagu yang tinggi. Berdasarkan data dari badan pusat
statistik tahun 2014, luas areal tanaman sagu di provinsi Riau terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2010 luas areal tanaman sagu di
provinsi Riau sebesar 81.841 Ha dan mengalami peningkatan hingga tahun 2014
mencapai 83.513 Ha dengan produksi tepung sagu mencapai 825.943,6 ton
tanaman sagu (BPMD, 2010 dalam Rifaldi, 2017). Pati sagu juga prospektif
dikembangkan sebagai bahan baku industri substrat fermentasi butanol-etanol,
plastik biodegradable, gula cair, penyedap makanan, dan bioethanol (Yuniarti dkk,
2014).
perbandingan 10:40, 20:30, 25:25, 30:20 dan 40:10. Sedangkan, variabel tetapnya
adalah gliserin sebanyak 30 ml, asam asetat sebanyak 7,5 ml, aquades sebanyak
250 ml, dengan kecepatan pengadukan yaitu 4 rpm selama 35 menit dengan suhu
pemanasan yaitu, 120°C. Hasil penelitian menunjukkan bioplastik yang dihasilkan
dari kelima komposisi memiliki tekstur kenyal, padat, berwarna putih kekuningan
dan halus, tetapi ada sedikit gelembung udara jika ditinjau dari segi permukaan
fisik dan permukaan mikroskopis dengan perbesaran 10 kali. Dari hasil analisis uji
kekuatan mekanik bioplastik yang memiliki nilai kekuatan tarik paling tinggi
terdapat pada komposisi bahan 40:10 yaitu 0,37 MPa, sedangkan untuk nilai
elongation at break paling tinggi terdapat pada komposisi 30:20 yaitu 49,28 %.
Uji biodegradasi terhadap bioplastik menunjukkan bahwa bioplastik mengalami
penurunan berat yang cukup signifikan yaitu pada komposisi 10:40.
Yuniarti dkk (2014) melakukan penelitian sintesis dan karakterisasi
bioplastik berbasis pati sagu. Bahan yang digunakan yakni pati sagu sebanyak
10 gram, aquades sebanyak 150 ml, asam asetat 60 % dan 1 N, dan gliserol.
0
Waktu pemasakan dilakukan selama 10 menit dengan suhu 150 C dan
pengadukan dilakukan secara manual. Adapun perlakuan yang dilakukan
sebanyak 8 kombinasi ( asam asetat + gliserol) meliputi; A = 7 ml + 2 ml (4,4 %),
B = 8 ml + 2 ml (5 %), C = 9 ml + 2 ml (4,3 %), D = 10 ml + 2 ml (6,2 %), E = 7
ml + 3 ml (4,3 %), F = 8 ml + 3 ml (4,9 %), G = 9 ml + 3 ml (5,6 %) dan H = 10
ml + 3 mL (6,1 %). Hasil WVTR (Water Vapor Transmission Rate) terbaik pada
perlakuan 6,1 % (10 mL + 3 ml) dengan nilai 5,28 g/m2.jam, hasil analisis
ketebalan 0,021 cm, kekuatan tarik 3,72 MPa, pemanjangan 16,65 %, dan
kristalin 14,39 % dan bioplastik dapat terdegradasi secara alami dengan media
pasir dan mikroba EM4 selama 24 hari.
Penelitian ini akan membuat bioplastik yang menggunakan bahan baku
tepung tapioka dan tepung sagu dengan total berat keduanya adalah 50 gram,
dengan perbandingan 10:40, 20:30, 25:25, 30:20, 40:10 menggunakan gliserin
sebagai plastisizer dan asam asetat yang berfungsi untuk menghomogenkan
campuran. Bioplastik yang dihasilkan akan dianalisa untuk mengetahui kekuatan
tarik, ketebalan, ketahanan air dan kemampuan biodegradasi.
4