Anda di halaman 1dari 19

Step 3

1. Mengapa sang ayah merasa matanya kering dan ada rasa mengganjel di mata kanannya?
Dry eye syndrome
- Glandula lacrimalis terjadi oedema sehingga tidak dapat menghasilkan air mata untuk
membasahi mata
- Sel goblet yang tidak bekerja dengan sempurna sehingga tidak dapat memproduksi musin
dengan sempurna

Mengganjel di mata

- Corpus alienum masuk ke mata sehingga mengiritasi mata sehingga terjadi pecah atau
melebarnya pembuluh darah dari mata

Tidak ada penurunan visus

- Karena tidak ada kerusakan di media refraktanya maka tidak ditemukan penurunan visus

Oedem di mata

- Oleh karena masuknya corpal ke mata maka terjadi inflamasi dan mata menjadi oedema

Makanan Penyebab Alergi


Pada orang dewasa, makanan yang paling banyak menyebabkan reaksi
alergi yaitu makanan yang berasal dari laut, seperti udang, lobster, kepiting.
Selain makanan laut, kacang-kacangan juga menyebabkan alergi pada
beberapa orang. Makanan lain yang sering menyebabkan reaksi alergi yaitu
ikan dan telur. Kacang polong merupakan salah satu makanan yang dapat
menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada seseorang yang sangat alergi.
Sejumlah kecil allergen dapat menyebabkan reaksi alergi. Pada seseorang
yang kurang sensitif, bisa saja mentoleransi sejumlah kecil makanan yang
dapat menyebabkan alergi.

Pada anak-anak, penyebab alergi makanan yang paling sering yaitu telur,
susu, kacang, dan buah. Terkadang, alergi akan hilang pada anak, namun
alergi pada orang dewasa cenderung menetap. Selain itu, pada anak lebih
banyak ditemukan alergi terhadap susu sapi atau susu kedelai dibandingkan
alergi terhadap kacang, ikan, atau udang. Orang dewasa dan anak-anak
cenderung memiliki reaksi alergi terhadap makanan yang sering
dikonsumsi. Misalnya orang di Jepang alergi terhadap nasi, dan di
Skandinavia alergi terhadap ikan kod banyak ditemukan dibanding tempat
lainnya.
http://erwinadr.blogspot.com/2009_08_01_archive.html

2. Mengapa sang anak merasa gatal dan sulit membuka mata di pagi hari dan mengalami
pembengkakan?
Ada tanda2 alergi di mata anak  inflamasi  menyebabkan oedema dan rasa gatal serta
keluar cairan putih di pagi hari
Reaksi dari alergi makanan  IG E  membantu proses kekebalan tubuh
Respond imun
Sensitifasi = tubuh memproduksi IG antibody yang spesifik (Induksi) = kontak pertama dengan
allergen ketike mengkonsumsi makanan penyebab alergi
Elisitasi = terjadi jika terdapat pajanan ulang = makan makanan yang sama yang terpapar
sebelumnya  protein mengikat molekul di sel modulator (sel basofil dan sel mass)
Pada tahapan ini menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang menyebabkan inflamasi
seperti leukotrien dan histamine
Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang
interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada
konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan
cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang
menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini
akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva
sehingga terbentuklah gambaran cobblestone

sorces : http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/konjungtivitis-vernalis.html#ixzz2TpLOcPUj
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial
Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam
http://www.tempo.com.id/medika/042002.htm
Bangunan patologis
Sebagai akibat proses infiltrasi
 Bentuknya macam-macam :
 papula,
Ujud kelainan yang menonjol dari permukaan konjungtiva dengan diameter
kurang dari 5 mm karena terkumpulnya infiltrat, neutrofil, limphocyt dan leukosit yang
lain

 folikel,

Merupakan pembesaran lymphadenoid.

Besarnya kira-kira sama.


Tersusun berderet-deret.

Lebih sering di conjunctiva palpebrae inferior

 vesicula,
 Karena terkumpulnya cairan. Batasnya tegas.
 Causa : proses degenerasi, penyakit virus (herpes), combustio.
 excrecencies,
 Hypertrophie papillair ( papula ) di palpebra superior.
 Dasar : hypertrophie papula dan adanya degenerasi hyalin permukaan datar, seperti bludru.
 Kalau lebih besar dari biasa : seperti batu yang disusun (pada tembok) = cobble stone pavement.
 Warna : merah kasar.
 Terdapat pada konjungtivitis vernalis.

 concretio,
 Disini terdapat hypertrophie yang berlebihan dan pemadatan sehingga berwarna putih seperti
kapur.
 Pemadatan ini dapat dicukil keluar.
 Sering disebut lithiasis

 phlyctaen,
 Lokasasi : konjungtiva bulbi, limbus kornea dan kornea.
 Tonjolan berwarna putih kekuningan, berisi limfosit, dengan tanda radang disekitarnya.

 pinguiculum.
 Merupakan proses regresi/ kemunduran.
 Kausa :irritasi kronis misalnya debu, asap, angin.
 Misalnya : tinggal dekat pabrik.
 Letak : pada konjungtiva bulbi yang tak tertutup palpebra.
 Terjadi dari jaringan pengikat hyalin/elastis.
3. Mengapa pada ophthalmology sang ayah ditemukan fibrovascular fiber di sisi nasal dari
conjunctiva?
Kemungkinan terjadi pelebaran dari pembulu darah yang disebabkan oleh masuknya corpal ke
bagian mata
4. Mengapa pada ophthalmology sang anak ditemukan pembengkakan palpebrae, injeksi
conjunctiva dan serous discharge?
Tanda-tanda inflamasi  pembengkakan palpebrae
Injeksi conjunctiva  oleh karena pelebaran atau pecahnya pembuluh darah A. Conjunctivita
posterior atau skelera dan episkelra atau arteri ciliar akibat dari reaksi inflamasi dan histamine
Serous discharge  keluar oleh karena pus yang terjadi dari reaksi inflamasi
Substansi yang dikeluarkan oleh tubuh dapat merupakan suatu prosesnormal atau fisiologis,
bisa juga karena penyakit (patologis)
Serous = jernih
Mucus = kental
5. Apa jenis2 mata merah?
Mata merah bisa terjadi karena:
 Pelabaran pembuluh darah konjungtiva (a. Konjungtiva posterior) atau
episclera (a. Siliar anterior)
 Pecahnya pembuluh darah konjungtiva (a. Konjungtiva posterior) atau
episclera (a. Siliar anterior)
Visus tak terganggu
Tidak ada gangguan kekeruhan pada media penglihatan.

Sidarta Ilyas . Ilmu Penyakit Mata Ed 2. 2002. FKUI: Jakarta


Benda asing masuk  tubuh akan membentuk suatu mekanisme pertahanan
tubuh  melalui reaksi inflamasi atau peradangan, yang pertama kali terjadi
adalah adanya kalor (panas) karena vasodilatasi pembuluh darah, tapi hal ini
sangat jarang terjadi pada mata karena organ nya kecil dan pembuluh
darahnya tidak banyak dan kecil-kecil, kemudian akan timbul rubor
(kemerahan) karena vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatnya aliran
darah pada daerah yang terkena, kemudian terjadi tumor (pembengkakan)
karena adanya peningkatan masa jaringan akibat edema dan transudasi
jaringan, lalu timbul dolor (rasa nyeri) karena akibat rangsangan pada serabut
saraf sensoris dan akhirnya dapat menyebabkan fungsiolesa (fungsi organ yang
terkena menjadi terganggu).
(OFTALMOLOGI UMUM, Daniel G. Vaughan dkk)

Mata merah bisa terjadi karena:


 Pelabaran pembuluh darah konjungtiva (a. Konjungtiva posterior) atau
episclera (a. Siliar anterior)
 Pecahnya pembuluh darah konjungtiva (a. Konjungtiva posterior) atau
episclera (a. Siliar anterior)
Visus tak terganggu
Tidak ada gangguan kekeruhan pada media penglihatan.

Sidarta Ilyas . Ilmu Penyakit Mata Ed 2. 2002. FKUI: Jakarta


Mata merahDalam ilmu penyakit mata, Sidarta (2010) dijelaskan bahwamata merah seperti
yang dikeluhkan pasien dapat timbul akibatterjadinya perubahan pada bola mata yang
sebelumnya berwarna putih. Mata merah tersebut dapat diakibatkan oleh pelebaran
pembuluh darah konjungtiva dan bila terjadi pelebaran pembuluhdarah konjungtiva atau
episklera atau perdarahan antara konjungtivadan sklera maka akan terlihat warna
merah.Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva ini biasanya terjadi
akibat peradangan akut pada mata, pelebaran inisendiri lebih dikenal dengan sebutan
injeksi konjungtiva yaitu peradangan arteri konjungtiva posterior, peradangan tersebut
dapatterjadi akibat pengaruh mekanik dari alergi atau infeksi bakteri,virus dan jamur.
(Sidarta, 2010)Pada penjelasan lebih lanjut oleh Sidarta (2010) selain injeksikonjungtiva
mata merah juga bisa disebabkan oleh injeksi siliar dimana terjadi pelebaran pembuluh
darah perikornea atau pada arterisiliar anterior akan tetapi pelebaran pembuluh darah ini
memilikisifat warna yang lebih ungu dibanding dengan pelebaran yangterjadi pada arteri
konjungtiva dan tidak ikut serta bila ada pergerakan dari konjungtiva karena pembuluh ini
melekat erat pada jaringan perikornea

a. gatal,
 Mekanisme : Alergen yang terdapat pada makanan adalah komponen utama
terjadinya alergi makanan. Alergen ini berupa protein yang tidak rusak pada
saat proses memasak, dan tidak rusak pada saat berada di keasaman
lambung. Akibatnya alergen dapat melenggang mulus di dalam tubuh masuk
ke peredaran darah mencapai organ yang menjadi targetnya guna
menimbulkan reaksi alergi. Mekanisme terjadinya alergi makanan melibatkan
sistem imun dan herediter/keturunan.
 Alergi makanan merupakan reaksi hipersensitif yang artinya sebelum reaksi
alergi terhadap alergen pada makanan muncul, seseorang harus pernah
terkena alergen yang sama sebelumnya. Pada saat pertama kali terkena,
alergen akan merangsang limfosit (bagian dari sel darah putih) untuk
memproduksi antibodi (IgE) terhadap alergen tersebut. Antibodi ini akan
melekat pada sel Mast jaringan tubuh manusia. Jika kelak orang tersebut
memakan makanan yang sama maka antibodi ini akan menyuruh sel Mast
untuk melepaskan histamin. Zat kimia yang bernama histamin inilah yang
menyebabkan gejala alergi makanan.
 Mekanisme alergi didominasi oleh sel mast yang mendapat paparan dari
alergen kemudian akan melepaskan enzim antibodi IgE. Pelepasan IgE akan
memicu degranulasi dan mengakibatkan ledakan histamin, leukotrien dan
mediator lainnya. Dari sinilah muncul reaksi alergi.

b. keluar secret berwarna putih kental?


Jenis sekret dan sifat nya
Macam-macam sekret:
 serous, (cair bening)

Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat
menjadi mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan
menurun sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)
 mucous, (kental bening elastis)

kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya


biasanya karena proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari
fibrin

 purulen, (cair keruh kuning)

 Makin ganas kumannya makin purulen (nanah) mis : Gonococcen

 Banyak sel yang mati, terutama leucocyt, dan jaringan nekrose

 Kuman-kumannya type ganas, fibrin sudah hancur.


 Bila ditutul kapas, ia akan terhisap, sifatnya seperti air,berwarna kuning

 Campuran : mucopurulen, kental berwarna kuning, elastis.


Penyebabnya: biasanya kuman coccen yang lain.

 membran, (keruh lengket pada permukaan, bila diangkat tak berdarah)

 Misal : pada conjunctivitis diphtherica.

 Terbentuk sekret, sel - sel lepas dan terbentuk jaringan nekrotik.

 Terjadi defek konjungtiva.

 Membran sukar dilepas dan bila dipaksa akan berdarah karena ada
ulkus dibawahnya.

 Bila dilepas /dikupas akan berdarah

 pseudomembran, (keruh lengket pada pemukaan, bila diangkat berdarah)

Seolah-olah seperti melekat pada conjunctiva tetapi mudah diambil dan tak
mengakibatkan perdarahan. Penyebabnya antara lain streptococcus
haemoliticus

 Sanguis, (cair merah ada darah)

Sekret berdarah. Terdapat pada konjungtivitis karena virus yang sangat


virulent. Sering disertai sekret purulent setelah dua/ tiga hari, karena ada super
infeksi dari bakteri komensal.

 Klasifikasi menurut injeksi ?


Injeksi konjungtiva Injeksi Injeksi episkleral
siliar/perkorneal
Asal a. konjungtiva a. siliar longus a. siliar
posterior
Memperdarahi Konj. Bulbi Kornea segmen Intraokular
anterior
Warna Merah Ungu Merah gelap
Arah aliran Ke perifer Ke sentral Ke perifer
Konjungtiva Ikut bergerak Tdk bergerak Tdk ikut bergerak
digerakkan
Dengan epinefrin Menciut Tdk Tdk
Kelainan Konjungtiva Kornea/iris Glaukoma/
endoftalmitis
Sekret + - -
Visus N Turun Sangat turun

Rx. Hipersensitivitas ada 3 fase:


6. Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan dokter untuk mengetahui etiologi dari
diagnosis pasien?
7. Terapi apa yang diberikan dokter pada ayah dan anak tersebut?
Conjunctivitis alergi
- Anti-histamin
- Corticosteroid (prednisone / dexa)
8. Factor resiko dari penyakit yang ada di scenario?

DD dan diagnosis dari scenario

Serta alasan yang mendasari

Resep obat topical mata

Conjunctivitis bacteri / virulensa

KONJUNGTIVITIS
a. DEFINISI
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini
adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan
dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen
kental (Hurwitz, 2009).

Konjungtivitis Alergi
Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan
oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et al,
2009). Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva
adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010).
b. ETIOLOGI + faktor resiko
Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa (Vaughan,
2010).
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai
dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-
tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan,
dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis
alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat
dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa-
kontak atau mata buatan dari plastik (Asokan, 2007).

c. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan sub-
kategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan
keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva,
dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan keratokonjungtivitis
vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang
berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di
konjungtiva tarsalis inferior.
Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia
merupakan keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik.
Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak
putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun, sedangkan
pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip
konjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).

d. PATOGENESIS+PATOFISIOLOGI
e. PENEGAKAN DIAGNOSIS
f. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder (Jatla, 2009).
g. PENATALAKSANAAN
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal
jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya (Vaughan, 2010).

h. PROGNOSIS

=====================================================================================

A. Definisi konjungtivitis bakteri

Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh

bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata

merah, sekret pada mata dan iritasi mata (James, 2005).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,

akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya

disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk

yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan

Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk

konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,

sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder

atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian

mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang

lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak

dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

C. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti

streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada

mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal

tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat

terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar

ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008).

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu

penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap

antibiotik (Visscher, 2009).

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang

meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah

sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan

imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan

oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada

mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva

(Amadi, 2009).

D. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai

injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada

kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis

lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata

(AOA, 2010).

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada

konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala

yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari

sewaktu bangun tidur. (James, 2005).

E. Diagnosis

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin

saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien

yang lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan

penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu

juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama

sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat

kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan

penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat

penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).

F. Komplikasi

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali

pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di

konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal

aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat

mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis

dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut

juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan

entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan

ulserasi, infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010).


G. Penatalaksanaan

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum

luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh

diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik .

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus

dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas,

2008).

Konjungtivitis Virus

A. Definisi

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh

berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat

menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan

dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).

B. Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi

adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang
paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga

dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,

Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Scott, 2010).

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan

penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan


benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang

yang terkontaminasi (Ilyas, 2008).

C. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap

jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009).

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada

etiologi.

D. Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan

etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh

adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair

berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat

subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan

selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010). Pada konjungtivitis ini

biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan

gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam (Senaratne &

Gilbert, 2005).

Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks

(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi,

sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh

enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi

benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan


subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis (Scott, 2010).

E. Diagnosis

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,

karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-

tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan

gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-

faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis

konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting juga untuk

ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang

terinfeksi (Gleadle, 2007).

Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri

berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan

lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan

waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).

F. Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti

blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya

pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan

keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).

G. Penatalaksanaan

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang

dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi,


namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah

terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksi

hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (James, 2005).

Anda mungkin juga menyukai