Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 25 Batam di didirikan pada tahun 2006, tahun beroperasi

tahun 2006/2007. SMP Negeri 10 Batam ini telah memiliki akreditasi A

dan tanggal penetapan akreditas tersebut yaitu pada tahun 2013.

Status kepemilikan tanah milik Pemerintah dan memiliki luas tanah sekitar

6.998 m2.

SMP Negeri 25 Batam, merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama

Negeri yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, yang beralamat di Tiban

Indah Permai, Tiban Indah Sekupang - Batam. Sama dengan SMP pada

umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMP Negeri 25 Batam

ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas VII sampai

Kelas IX. SMPN 25 Batam memiliki total 18 ruang kelas (kelas VII

hingga kelas IX).

SMP Negeri 25 Batam banyak memiliki fasilitas-fasiltas berupa ruang

kelas, ruang kepala sekolah, ruang majelis guru, ruang BP, ruang OSIS,

perpustakaan, laboratorium komputer, laboratorium IPA, kantin, ruang

keterampilan, lab bahasa, toilet dan asrama guru.

Data Guru, Tu dan Staff yang ada di SMP Negeri 25 Batam sesuai dengan

pendidikan terakhir. Guru tetap (PNS) pendidikan terakhir D1, D3, S1

dengan jumlah laki-laki terdapat 9 orang dan perempuan terdapat 35

49
orang, dan Guru tetap (PNS) pendidikan terakhir S2 dan S3dengan jumlah

perumpuan terdapat 2 orang. GTT (Honor) pendidikan terakhir D3 dan S1

dengan jumlah laki-laki terdapat 1 orang. GTT (Honorer) pendidikan

terakhir SMA dengan jumlah 1 orang. Staf Tata Usaha berjumlah 3

orang,serta pesuruh sekolah termasuk penjaga sekolah dan kebersihan

berjumlah 3 orang.

Kurikulum Sekolah yang pernah digunakan di SMP Negeri 25 pada tahun

2014-2015 yaitu untuk kelas VII dan VIII menggunakan Kurikulum 2013,

sedangkan kelas IX menggunakan Kurikulum KTSP. Sedangkan dari

tahun 2015-sekarang 2019 Kurikulum yang digunakan dari kelas VII

sampai kelas IX yaitu menggunakan Kurikulum 2013.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran setiap

variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari

variabel-variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel

dependen.

a. Pengetahuan

Dari Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri SMP

Negeri 25 Batam dengan jumlah 72 responden. Data yang diperoleh

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

50
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pada Remaja Putri
SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun 2019

f Persentase
No. Pengetahuan
(n) (%)
1 Baik 58 80,6
2 Kurang 14 19,4
Jumlah 72 100
Sumber: Data Primer dan Sekunder, Mei-Juli 2019

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

remaja putri SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun 2019 yaitu yang terdiri

dari 72 responden adalah berpengetahuan baik yaitu sebanyak 58

responden (80,6%).

b. Sikap

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMP

Negeri 25 Kota Batam dengan jumlah 72 responden. Data yang diperoleh

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Sikap Pada Remaja Putri
SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun 2019

f Persentase
No. Sikap
(n) (%)
S 1 Baik 60 83,3
2 Kurang 12 16,7
u Jumlah 72 100

mber: Data Primer dan Sekunder, Mei-Juli 2019

51
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sikap remaja

putri di SMP Negeri 25 Kota Batam tahun 2019 yaitu yang terdiri dari 72

responden adalah memiliki sikap baik yaitu sebanyak 60 responden

(83,3%).

c. Tindakan Pencegahan Mengkonsumsi Alkohol

Dari Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri SMP

Negeri 25 Kota Batam dengan jumlah 72 responden. Data yang diperoleh

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan Mengkonsumsi Alkohol
Pada Remaja Putri SMP Negeri 25
Kota Batam Tahun 2019

f Persentase
No. Tindakan Pencegahan
(n) (%)
1 Baik 61 84,7
2 Kurang 11 15,3
Jumlah 72 100
Sumber: Data Primer dan Sekunder, Mei-Juli 2019

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan

yang dilakukan oleh remaja putri SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun2019

yang terdiri dari 72 responden adalah memiliki tindakan pencegahan yang

baik yaitu sebanyak 61 responden (84,7%).

52
5.2.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua

variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Selanjutnya

untuk melihat adanya hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji Chi-

Square dengan p<0,05.

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Terhadap


Mengkonsumsi Alkohol Pada Remaja Putri

Dari Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri SMP

Negeri 25 Kota Batam dengan jumlah 72 responden. Data yang diperoleh

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Terhadap
Mengkonsumsi Alkohol Pada Remaja Putri
SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun 2019

Variabel
Variabel Independen
Dependen
Pengetahuan Tindakan Pencegahan Total P-Value
No
Baik Kurang
F % f % n %
1 Baik 52 72,2 6 8,3 58 100
0,01
2 Kurang 9 12,5 5 6,9 14 100
Total 61 11 72
Sumber: Data Primer dan Sekunder, Mei-Juli 2019

Berdasarkan tabel 5.4 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari

dari 58 responden, 58 responden yang memiliki pengetahuan yang baik

dengan memiliki tindakan pencegahan baik terdapat 52 responden (72,2%).

Dari 58 responden yang memiliki pengetahuan yang baik dengan memiliki

tindakan pencegahan kurang terdapat 6 responden (8,3%). Dari 14

53
responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan memiliki tindakan

pencegahan baik terdapat 9 responden (12,5%). Sedangkan dari 14

responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan tindakan pencegahan

kurang terdapat 5 responden (6,9%).

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan uji chi-square. Di

peroleh Nilai p-value = 0,01 Sehingga dapat di tarik kesimpulan Ho di tolak

dan Ha diterima. Hal ini ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan

Dengan Tindakan Pencegahan Alkohol Pada Remaja Putri SMP Negeri 25

Batam.

b. Hubungan Sikap Dengan Pencegahan Terhadap Mengkonsumsi


Alkohol Pada Remaja Putri
Dari Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri SMP Negeri 25
Kota Batam dengan jumlah 72 responden. Data yang diperoleh disajikan
dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Terhadap
Mengkonsumsi Alkohol Pada Remaja Putri
SMP Negeri 25 Kota Batam Tahun 2019
Variabel
Variabel Independen
Dependen
Sikap Tindakan Pencegahan Total P-Value
No
Baik Kurang
F % f % n %
1 Baik 54 90 6 10 60 100
0,00
2 Kurang 7 58,3 5 41,7 12 100
Total 61 11 72
Sumber: Data Primer dan Sekunder, Mei-Juli 2019

54
Berdasarkan tabel 5.5 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dari

dari 72 responden, 60 responden yang memiliki sikap yang baik dengan

memiliki tindakan pencegahan baik terdapat 54 responden (90%). Dari 60

responden yang memiliki sikap yang baik dengan memiliki tindakan

pencegahan kurang terdapat 6 responden (10%). Dari 12 responden yang

memiliki sikap kurang dengan memiliki tindakan pencegahan baik terdapat

7 responden (58,3%). Sedangkan dari 12 responden yang memiliki sikap

kurang dengan tindakan pencegahan kurang terdapat 5 responden (41,7%).

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan uji chi-square. Di

peroleh Nilai p-value = 0,00 Sehingga dapat di tarik kesimpulan Ho di tolak

dan Ha diterima. Hal ini menunjukkam bahwa ada hubungan yang signifikan

antara Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Alkohol.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pembahasan Univariat

a. Pengetahuan Tentang Tindakan Pencegahan Mengkonsumsi

Alkohol

Dari hasil penelitian dari 72 responden diperoleh sebanyak 58

responden (80,6%) memiliki pengetahuan yang baik dan 14 responden

(19,4%) memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas remaja putri di SMP Negeri 25 Kota Batam memiliki

pengetahuan yang baik .

Seperti yang dikemukakan Notoadmojo (2010) Pengetahuan

merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan

55
terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaan, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang juga dipengaruhi oleh faktor informasi yang

merupakan kemudahan untuk mempercepat seseorang dalam memperoleh

pengetahuan yang baru dan sumber informasi dapat diperoleh melalui media

cetak ( surat kabar, majalah ), media elektronik ( televisi, radio, internet )

dan melalui kegiatan tenaga kesehatan seperti pelatihan yang diadakan (

Dokter, Perawat, Bidan ). Menurut Notoadmojo ( 2010 ) bahwa semakin

banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan

seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya

seseorang akan berprilaku dan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang

dimiliki.

Teori diatas mendukung hasil penelitan yang peneliti lakukan.

Pada hasil penelitian didapatkan mayoritas remaja putri yang memiliki

pengetahuan yang baik yaitu 80,6%. Pengetahuan ini didapatkan dari iklan-

iklan televise, media internet, penyuluhan terhadap bahaya alkohol yang

menjadi program puskesmas terdekat, serta adanya banner yang tertempel

didinding kelas dan lingkungan tempat tinggal. Dari media informasi

tersebut remaja menjadi ingin tahu akan kandungan dan efek dari minuman

beralkohol. Hal ini terbukti pada hasil kuesioner tersebut, putri dengan

pengetahuan yang baik banyak menjawab setuju dan sangat setuju dengan

pernyataan bahwa alkohol merupakan minuman keras yang mengakibatkan

gangguan kesehatan, kecanduan dan berhubungan dengan tindakan

56
kriminalitas. Pada hasil penelitian juga terdapat remaja putri yang memiliki

pengetahuan kurang terhadap alkohol. Walaupun telah banyak media

informasi seperti yang disebutkan diatas, beberapa remaja masih belum

mengetahui jenis-jenis alkohol yang beredar dimasyarakat sehingga masih

terdapat bahwa minuman tersebut bukanlah minuman keras. Selain faktor

tersebut, beberapa kebudayaan juga menggunakan alkohol dalam perayaan

tertentu sehingga mempengaruh tingkat pengetahuan responden tersebut.

Adanya media informasi tersebut memberikan pengaruh terhadap

pengetahuan. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian Anshari ( 2016 ),

yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Minuman

Beralkohol Dengan Sikap Pencegahan Alkoholik Pada Mahasiswa

Program Studi Agribisnis Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri)

Malang” Bahwa dari 48 responden , 31 responden ( 64,6% ) responden

yang berpengetahuan baik terhadap tindakan pencegahan alkohol.

b. Sikap Terhadap Tindakan Pencegahan Mengkonsumsi Alkohol

Hasil penelitian dari 72 responden diperoleh sebanyak 60 responden

(83,3%) memiliki sikap yang baik dan 12 responden (16,7%) memiliki

sikap yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja putri di

SMP Negeri 25 Kota Batam memiliki sikap yang baik terhadap tindakan

pencegahan mengkonsumsi alkohol.

Menurut Notoadmojo ( 2010 ) Sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Sikap dapat dipengaruhi oleh orang lain, menurut Azwar (2000 ) faktor –

57
faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengaruh orang lain yang

dianggap penting. Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki

sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi atau berhubungan dan untuk menghindari konflik dengan orang

yang dianggap penting tersebut.

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek. Thomas dan Znaniecki

menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak

suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal

psikologis yang murni dari individu (Purely Psychic Inner State), tetapi

sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual artinya

proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri individu. Keunikan ini

dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari norma-

norma yang ingin dipertahankan dan dikelola individu (Wawan Dan Dewi,

2011).

Positif atau negatifnya sikap dalam pencegahan alkohol

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada penelitian ini mayoritas remaja

putri di SMPN 25 Kota Batam memiliki sikap yang baik terhadap tindakan

pencegahan alkohol yaitu (83,3%) . Pada penelitian ini, banyaknya sikap

yang baik terhadap pencegahan alkohol ini dipengaruh oleh media dan

orang terdekat. Media memberikan informasi tentang akibat-akibat dari

tindakan meminum minuman keras sehingga tampak pada kuesioner

banyak remaja putri yang setuju bahwa tindakan tersebut adalah terlarang,

58
menimbulkan kecanduan,dan tidak memiliki manfaat. Media yang

dimaksudkan diatas dapat berasal dari tv, radio, pendidikan agama dan

moral keseharian. Sedangkan orang terdekat yang dimaksud adalah teman

dan lingkunga tempat tinggal. Adanya anggapan bahwa minuman tersebut

terlarang dan berakibat buruk pada lingkungan tersebut, mempengaruhi

sikap responden sehingga juga beranggapan bahwan minuman alkohol

terlarang pada lingkungan tempat tinggalnya. Pada penelitian ini juga

masih terdapat remaja putri yang memiliki sikap yang buruk yaitu

(16,7%), walaupun telah terdapat faktor yang disebutkan diatas, namun

faktor emosional dapat menyebabkan sikap responden menjadi tidak baik.

emosi berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego sehingga masih terdapat anggapan

bahwa dengan minum minuman beralkohol dapat terlihat lebih gaul dan

mengurangi beban.

Sejalan dengan penelitian dari penelitian Anshari ( 2016 ), yang

berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Minuman Beralkohol

Dengan Sikap Pencegahan Alkoholik Pada Mahasiswa Program Studi

Agribisnis Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang” Bahwa

dari 48 responden , 20 responden ( 41,7% ) yang sikap pencegahan

alkoholik masuk kategori negatif dan sebagian besar (58,3%) sikap

pencegahan alkoholik pada responden masuk kategori positif berjumlah 28

orang

59
c. Tindakan Pencegahan

Dari hasil penelitian dari 72 responden diperoleh sebanyak 61

responden (84,7%) memiliki tindakan yang baik dan 11 responden

(15,3%) memiliki tindakan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

mayoritas remaja putrid SMP Negeri 25 Kota Batam memiliki tindakan

pencegahan yang baik.

Tindakan merupakan suatu teori dalam memahami tindakan yang

perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dalam suatu

keadaan. Ketika tindakan sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis

tindakan itu akan selalu dijalankan. Namun ketika tindakan sudah tidak

efektif maka akan muncul kepedulian pada teori tindakan serta usaha

untuk memperbaikinya (Johnson, 2012, Dalam Hombing, 2015).

Menurut Noorkasiani (2009) tindakan baik atau maupun kurang

dipengaruhi berbagai faktor diantaranya disebabkan seperti faktor

predisposisi yaitu sikap keyakinan, nilai, motivasi, dan pengetahuan. Suatu

sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas

dan sarana prasarana. Pengalaman pribadi haruslah memberi kesan kuat

untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Sikap dan pengetahuan

dapat mempengaruhi tindakan masyarakat.

Teori diatas sejalan dengan hasil dari penelitian yang peneliti

lakukan, didapat kan hasil tindakan pencegahan pada remaja putri

mayoritas memiliki tindakan pencegahan yang baik yaitu (84,7%). Hal

60
tersebut dikarenakan nilai yang tertanam dalam diri remaja yang diperoleh

langsung dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan

masyarakat yang membentuk keyakinan remaja putri tersebut menghindari

dari berbuatan mengkonsumsi alkohol, menghindari teman yang mengajak

meminum minuman beralkohol, dan tidak berfikir bahawa meminum

minuman beralkol adalah hal yang keren. Pada hasil penelitian juga

terdapat remaja putri yang memiliki tindakan kurang terhadap alkohol.

Dikarenakan suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu

tindakan, maksud dari pernyataan tersebut adalah dengan pengetahuan dan

sikap yang baik masih belum berwujud dalam tindakan sejalan dengan

banyaknya remaja putri yang menjawab pernyataan di kuesioner bahwa

remaja putri akan mempertimbangkan kandungan alkohol yang terdapat

dalam minuman beralokohol.

5.3.2 Pembahasan Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Pencegahan

Dari hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p-value sebesar

0,01. Hal ini menunjukkan p-value < 0,05 yang berarti bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 72 responden, 58

responden yang memiliki pengetahuan yang baik dengan tindakan

pencegahan yang baik terdapat 52 responden (72,2%). Dari 58 responden

yang memiliki pengetahuan yang baik dengan tindakan pencegahan yang

kurang terdapat 6 responden (8,3%). Dari 14 responden yang memiliki

61
pengetahuan yang kurang dengan tindakan pencegahan yang baik terdapat

9 responden (12,5%). Sedangkan dari 14 responden yang memiliki

pengetahuan yangkurang dengan tindakan pencegahan yang kurang

terdapat 5 responden (6,9%). Jumlah ini lebih banyak daripada responden

dengan tingkat pengetahuan kurang. Pengetahuan responden baik tentang

tindakan pencegahan mengkonsumsi alkohol ini juga disebabkan karena

lingkungan yang banyak memberikan informasi tentang bahaya minuman

beralkohol atau minuman keras. Tingkat pengetahuan juga diduga

berhubungan erat dengan tindakan pencegahan mengkonsumsi alkohol

tersebut.

Hasil penelitian ini pun sesuai dengan pernyataan (Sulystyowati,

2012). Yaitu pengetahuan sangat berpengaruh karena pengetahuan

menentukan sikap dan tindakan remaja terhadap perilaku konsumsi

minuman beralkohol orang-orang yang ada disekitarnya. Lawrencen

Green, menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan perilaku

seseorang yaitu faktor predisposisi, diantaranya adalah pengetahuan.

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

b. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan

Dari hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p-value sebesar

0,00. Hal ini menunjukkan p-value < 0,05 yang berarti bahwa ada

hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan.

62
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari dari 72

responden, 60 responden yang memiliki sikap yang baik dengan memiliki

tindakan pencegahan baik terdapat 54 responden (90%). Dari 60

responden yang memiliki sikap yang baik dengan memiliki tindakan

pencegahan kurang terdapat 6 responden (10%). Dari 12 responden yang

memiliki sikap kurang dengan memiliki tindakan pencegahan baik

terdapat 7 responden (58,3%). Sedangkan dari 12 responden yang

memiliki sikap kurang dengan tindakan pencegahan kurang terdapat 5

responden (41,7%).

Distribusi sikap dengan tindakan pencegahan nampak bahwa

sebagian besar remaja putri memiliki sikap baik. Hal ini menunjukkan

bahwa kesadaran responden tentang tindakan pencegahan minuman keras

sudah cukup baik. Seiring dengan berkembangnya dunia informasi, maka

remaja dengan mudah mengakses berita-berita tentang kejadian-kejadian

negatif tentang minum-minuman keras. Berita-berita tentang dampak

buruk minum-minuman keras, baik dari media televisi, koran, dan internet

menyebabkan remaja sedikit banyak mempengaruhi sikap remaja terhadap

tindakan pencegahan mengkonsumsi alkohol. Hasil ini sejalan dengan

pendapat dari Azwar (2005) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap antara lain berasal dari media masa

dimana media masa dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media masa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh

informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam

63
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Pemahaman

akan baik buruk, garis pemisah antara suatu yang boleh yang tidak

dilakukan.

Peneliti menyimpulkan bahwa sikap merupakan predisposisi

(penentu) yang memunculkan adanya tindakan yang sesuai dengan

sikapnya. Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikan

sebagai suatu hal yang baik (positif) maupun kurang baik (negatif),

kemudian diinternalisasikan ke dalam dirinya (Dalimunthe, dkk, 2012). Ini

juga sesuai dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa faktor

predisposisi dalam hal ini sikap berhubungan dengan perilaku atau

tindakan seseorang.

64

Anda mungkin juga menyukai