13
14
− Fungsi operasional
- Pengadaan tenaga kerja (SDM)
- Pengembangan
- Kompensasi
- Pengitegrasian
- Pemeliharaan
- Pemutusan hubungan kerja
2.1.3 Leadership
Hughes, Ginnett, Curphy (2009:4) menyatakan leadership merupakan
fenomena kompleks yang melibatkan pemimpin, pengikut, dan lingkungan. Ebert
dan Griffin (2007:266) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses dan perilaku
yang digunakan oleh seseorang, seperti manajer, untuk memotivasi, menginspirasi,
dan mempengaruhi perilaku orang lain.
Pengertian kepemimpinan menurut Wirawan (2013:697) adalah sebagai
proses pemimpin menciptakan visi dan melakukan interaksi saling mempengaruhi
dengan para pengikutnya untuk merealisasi visi. Sedangkan definisi menurut Rivai
dan Mulyadi (2003:2) kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan
juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas
yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.
2.1.3.1 Self-leadership
Menurut Curral dan Marques-Quinteiro (2009:165) mengatakan bahwa self-
leadership adalah konstruk psikologis yang merupakan kapasitas seseorang untuk
peningkatan kinerja melalui repertoar dari kognitif yang sedang berlangsung, strategi
motivasi dan perilaku menavigasi diri. Menjadi salah satu sifat atau kecenderungan,
self-leadership merupakan kompetensi untuk membimbing diri sendiri di situasi
menantang yang mengedepankan pencapaian tujuan dan mengajukan penetapan
tujuan dan tujuan berjuang. Dari manajemen diri perspektif, self-leadership
didasarkan pada manajemen tujuan strategi, menjelaskan bagaimana dan mengapa.
Menurut Curral dan Marques-Quinteiro (2009:165) Self-leadership memiliki tiga
15
dimensi yaitu behavior focused strategies, natural self reward strategies, dan
constructive though pattern strategies.
Menurut Rivai dan Mulyadi (2003:58) Self-leadership adalah perluasan
strategi yang difokuskan pada perilaku, pola pikir, dan perasaan, yang digunakan
untuk memengaruhi atas diri sendiri. Self-leadership juga dapat dianggap sebagai
bentuk dari kepengikutan atau mungkin lebih tepatnya leadership fokus pada diri
sendiri yang mampu membatasi kembali kepengikutan tradisional. Sedangkan
menurut Neck dan Manz pada Kalyar (2013:22) Self-leadership is defined as a
process of influencing or leading oneself through the use of specific sets of
behavioral and cognitive strategies. Pearce dan Manz pada Kalyar (2013:22)
mengatakan Self-leadership dibutuhkan dalam organisasi yang memerlukan inovasi
berkelanjutan. Pearce dan Manz pada Kalyar (2013:22) juga mengatakan bahwa
ketika karyawan terdorong untuk membimbing diri mereka dalam mendefinisikan
masalah, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan mengidentifikasi peluang
dan tantangan sekarang atau masa depan, kreatifitas mereka telah terdorong.
berwujud atau materiil seperti ucapan selamat pada diri sendiri atau berlibur
akhir pekan di pegunungan
− Self-punishment mencakup mekanisme umpan balik negatif yang berusaha
untuk membimbing perilaku pribadi seseorang menuju tujuan yang
diinginkan dengan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan atau tidak
efektif.
− Self-Cueing tentang individu dengan strategi membimbing pribadi yang
memungkinkan dia untuk tidak melupakan target dan tujuan dan untuk
mencapai tingkat kinerja yang diinginkan.
akan menjadi sebuah praktik. Inovasi dapat terjadi pada produk, proses, pasar, desain,
atau pelayanan.
Davila, Epstein, Shelton (2013:33) mengatakan ada tiga pengukuran inovasi
yaitu:
1. Plan – mendefinisikan dan strategi komunikasi
Membuat asumsi mengenai sumber nilai eksplisit dan jelas, pilih strategi
yang dimaksud, dan klarifikasi ekspektasi mengenai strategi organisasi
2. Monitor
Melacak pelaksanaan dari usaha inovasi untuk menilai perubahan di
lingkungan, ikut campur tangan bila perlu, dan mengevaluasi kinerja
3. Learn – identifikasi peluang baru
Belajar mengenai solusi baru untuk mencapai tujuan kinerja, bisnis baru, atau
peluang teknologi
Goal Orientation yang kuat mendorong fokus pada akhir dari tugas tersebut dibuat
dan bagaimana hasil akhir tersebut akan mempengaruhi baik seseorang atau seluruh
perusahaan. Dengan Goal Orientation yang kuat akan dapat secara akurat menilai
efek dari mencapai tujuan serta kemampuan untuk memenuhi tujuan tertentu tersebut
dengan sumber daya dan kemampuan saat ini.
Goal Orientation
(X1)
(X2)
2.3 Hipotesis
1. Tujuan-1
H0 = Goal Orientation tidak berpengaruh terhadap Work Role Innovation
H1 = Goal Orientation berpengaruh terhadap Work Role Innovation
2. Tujuan-2
H0 = Work Motivation tidak berpengaruh terhadap Work Role Innovation
H1 = Work Motivation berpengaruh terhadap Work Role Innovation
3. Tujuan-3
H0 = Goal Orientation dan Work Motivation tidak berpengaruh terhadap
Work Role Innovation
H1 = Goal Orientation dan Work Motivation berpengaruh terhadap Work
Role Innovation
4. Tujuan-4
H0 = Goal Orientation dan Work Motivation tidak berpengaruh terhadap Self-
Leadership
H1 = Goal Orientation dan Work Motivation berpengaruh terhadap Self-
Leadership
28
5. Tujuan 5
H0 = Self-Leadership tidak berpengaruh terhadap Work Role Innovation
H1 = Self-Leadership berpengaruh terhadap Work Role Innovation
6. Tujuan 6
H0 = Goal Orientation dan Work Motivation tidak berpengaruh terhadap
Work Role Innovation dengan Self-Leadership sebagai mediator
H1 = Goal Orientation dan Work Motivation berpengaruh terhadap Work
Role Innovation dengan Self-Leadership sebagai mediator
29