PENDAHULUAN
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
bahwa prevalensi gagal ginjal kronis di Indonesia dengan usia lebih dari 15 tahun
yaitu 0,2% dari jumlah penduduk. Tahun 2014 jumlah penduduk yaitu
252.124.458 jiwa, maka terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis.
presentasi 0,5% dan Jawa Barat ada pada urutan ke tiga bersamaan dengan daerah
Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, NTT dan Sulawesi Selatan dengan
pre1sentasi 0.3%.2
Gagal ginjal bersifat ireversibel dan pada akhir stage atau pada keadaan
tertentu memerlukan terapi ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi
ginjal.1 Indonesian Renal Registry 2012 melaporkan bahwa rata-rata pasien PGK
diikuti transplantasi 16%, CAPD 3%. Dan setiap tahunnya terjadi peningkatan
jumlah pasien yang mengikuti Hemodialisa, baik pasien yang baru maupun yang
tetap.3
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah
1
membran semi permeabel dengan kompartemen dialisat. 1 Selama hemodialisa
akibat prosedur hemodialisa dan akibat faktor penderita. Salah satu komplikasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen. Dalam proses
hemodialisa, darah yang berada di luar tubuh (extrakorporeal) akan lebih mudah
tubing, udara dan membran dialisis. Pembekuan darah yang berlebihan pada blood
line dan dialiser, menyebabkan blood line dan dialiser harus di ganti dengan yang
baru. Dan pada orang dewasa ini berarti kehilangan 120-250 ml darah.
menyebabkan tromboemboli.1
Preoperasi 6. <48 jam setelah prosedur invasive (angiograms dan biopsi renal).5
3
Gambar 2.1 Proses koagulasi
Jalur Ekstrintik
Proses koagulasi dalam darah in vivo di mulai oleh jalur ekstrintik yang
melibatkan komponen dalam darah dan pembuluh darah. Komponen utama adalah
Tissue factor, suatu protein membran instrintik yang berupa rangkaian polipeptida
tunggal yang diperlukan sebagai kofaktor faktor VIII dalam jalur instrintik dan
faktor V dalam common pathway. Tissue actor ini akan disintesis oleh makrofag
dan sel endotel bilaman mengalmi induksi oleh endotoksin dan sitokin seperti
interleukin 1 dan Tumor nrcrosis factor. Komponen plasma utama dari jalur
Jalur ekstrintik akan diaktivasi apabila tissue factor yang berasal dari sel-
sel yang mengalami kerusakan atau stimulasi kontak dengan faktor VII dalam
4
peredaran darah dan akan membentuk suatu kompleks dengan ion ca. Kompleks
Jalur Instrintik
extrintik, dimulai oleh komponen darah yang sepenuhnya ada berada dalam sistem
pembuluh darah. Proses koagulasi terjadi sebagai akibat dari aktivasi dari faktor
ataupun inhibisi faktor XI. Protein contact system ini akan berperan sebagai
yaitu diaktifkan oleh kompleks faktor XIIa dan high moleculer weight kininogen
atau sebagai regulasi feed back negatif dari trombin. Regulasi negatife feed back
ini juga terjadi pada faktor VIII dan faktor V, hal ini yang menerangkan tidak
dan HMWK.6
Faktor IXa akan membentuk suatu kompleks dengan faktor VIIIa degan
bantuan adanya fosfolipid dan kalsium yang kemudian akan mengaktifkan faktor
X menjadi Xa. Faktor Xa akan mengikat faktor V bersama dengan kalsium dan
5
kompleks yang bekerja mengkonversi protrombin menjadi trombin. Faktor IX
Common pathway
Bila telah terbentuk faktor Xa baik melalui faktor ekstrintik dan instrintik
maka akan terjadi konversi protombin menjadi trombin. Bersama dengan vit K
dependen yang lain akan suatu kompleks protrombinase (faktor Xa, V, fosfolipid
kurang lebih 300.000 kali lipat dengan hasil yang didapat dariaktivasi enzim
dan VII, membran trombosit, protein S dan protein C. Dapat dikatakan trombin
konsentrasi yang tinggi dalam plasma dan granul trombosit. Trombin ini akan
fibrin monomer dan selanjutnya membentuk fibrin polimer. Pengikatan fibrin ini
akan menjadikan fibrin resisten terhadap degradasi plasmin dan keadaan ini juga
diperkuat oleh pengan a2 plasmin inhibitor yang melindungi dari fibrin terhadap
6
Mekanisme terakhir untuk membatasi pembentukan bekuan darah adalah
fibrinolisis. Mekanisme ini diperlukan untuk reparasi pembuluh darah dan struktur
darah.6
dengan pasti dan waktu yang tepat, sel endotel akan melepaskan plasminogen
terikat pada fibrin menjadi bentuk aktif yaitu plasmin, yang nantinya akan
Sistem Inhibisi
pembuluh darah. Anti trombin III merupakan suatu inhibitor utama terhadap
faktor IXa,Xa, dan trombin. Didalam darah terdapat cukup anti trombin III
dengan adanya heparin, akan tetapi bila sudah terbentuk trombus maka trombin
7
Activated Partial Thromboplastin Time
Protombin time
beberapa faktor pembekuan darah (hemofilia) atau adanya inhibisi pada proses
kelainan dalam jalur ekstrintik. Pemeriksaan ini juga mendeteksi kadar fibrinogen
2.3 PATOGENESIS
faktor koagulasi sirkulasi dan efek agen eksogen pada sistem koagulasi.7
8
a) Rendahnya blood flow (QB)
memicu aktivasi mediator inflamasi yaitu komponen Komplemen, sel darah putih
dan trombosit. Aktivasi ini dapat terjadi dengan atau tanpa tanpa heparin dan
dialiser.7
permukaan membran dialiser, Maka jenis dialiser juga penting. Misalnya dialiser
tubing yang terbuat dari karet silikon lebih tinggi akumulasi fibrin dan
trombositnya, di banding dengan bahan plastik lainnya. faktor yang juga perlu di
antitrombin III (AIII) dan telah dicatat kasus resistensi berat pada penurunan AIII
lebih dari 60%. AIII adalah suatu proses protease inhibitor dengan berat 65
9
terjadi clotting extracorporeal yang berat, terutama bila penyebab clotting bukan
dari mekanik seperti rendahnya QB dan bila gagal ginjal berhubungan dengan
d) Agent Farmakologi
anemia pada PGK juga menunjukkan perbaikan fungsi trombosit pada pasien
hiperkoagulasi yang disebabkan oleh karena beberapa sebab, antara lain defisiensi
Insiden trombosis arteri dan vena pada pasien gagal ginjal kronik cendrung
10
diantaranya kadar fibrinopeptide A di plasma yang berasal dari pemecahan fibrin
berlebihan pada pasien gagal ginjal kronik yang asimtomatik, mengapa hal ini
Anti Trombin III (AT-III). Peningkatan aktifitas trombosit dan terdapatnya high
penurunan fungsi ginjal dan semakin meningkat pada gagal ginjal terminal.
Pada pasien dengan risiko perdarahan aktif dapat diupayakan pemberian heparin
11
dengan molekul rendah. Jenis heparinisasi ada 3 yaitu heparinisasi rutin, minimal
Heparinisasi rutin
Pemberian heparin rutin atau standar diberikan pada pasien stabil tanpa risiko
pembekuan.
Heparinisasi minimal
berikut :
12
3) Lebih disukai dengan cara sbb :infus heparin konstan 250-2000 unit/jam
(biasanya 600 unit/jam, setelah bolus dikurangi atau tidak diberikan bolus
awal (750 unit dan cek ACT/ Activated Clothing Time setelah 3 menit)
Free heparin
1) Bilas sirkuit dialiser dengan NaCL 0,9 % yang telah dicampur heparin
3000-5000 unit.
tubuh pasien)
4) Bilas sirkuit dialisis tiap 15-30 menit dengan cairan NaCL 0,9 % sebanyak
13
Low Molecular Weight heparin:
a. Enoxaparin sodium
Dosis : 0,5-1mg/kg BB, disuntikkan ke jalur arteri. Dari sirkuit dialisis pada awal
dialisis, akan cukup untuk dialisis selama 4 jam. Bila tampak cincin vibrin tambah
suntikan 0,5-1mg/kgBB
- BB < 50 kg : 0,3ml
- BB 50-69 kg : 0,4ml
- BB > 70 kg : 0,5ml
Disuntikkan ke dalam jalur arteri dari sirkuit dialisis pada awal hemodialisis
besar yang menghambat faktor XIIa, XIa, Xa dan IIa. Enoxaparin (Lovenox)
adalah antikoagulan dengan berat molekul yang rendah (low molecular weight
adalah antikoagulan yang menghambat Faktor Xa. LMWH dan Arisxtra bekerja
14
Gambar 2.2 Gambar cara kerja antikoagulan8
1) Secara visual :
15
5) Tes masa pembekuan
heparin atau pada kasus dengan free heparin, dapat meningkatkan frekuensi
Bekuan darah pada sebagian besar blood line dan dialiser (severe clotting) 5,9
1) Bilas dengan normal saline hingga venous line terlihat jernih, stop blood pump
2) Hubungkan blood line baru pada dialiser, unclamp arterial line dan jalankan
16
4) Lanjutkan dialisis dan pertimbangkan pegukuran heparin ulang (50-100 mg/kg
5) Bila terdapat clotting pada blood line dan dialiser, segera masukkan darah ke
dalam tubuh pasien dan pasang blood line dan dialiser yang baru.
Penatalaksaan Medis1,6,8,9
hiperagregabilitas.
yang hiperkoagulabilitas.
atau bila patogenesis nya tidak jelas, maka dapat diberikan low molecular
2.8 Komplikasi
17
3) Hipotensi dapat terjadi akibat berkurangnya volume darah
5) Keluhan mual, pusing nyeri dada, kram dapat timbul akibat komplikasi-
komplikasi di atas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian pasien
18
3) Kaji warna darah pada dialiser :berbeda lebih gelap dibandingkan dengan
warna AVB
4) Kaji warna dialiser dan AVBL sesudah dibilas
Pengkajian mesin
19
3. Membrane
mucus lembab
BAB IV
KESIMPULAN
menuju dialyser, darah yang kontak dengan udara, plastik tubing, dan membran
dialiser, dapat memicu terjadinya bekuan darah. Bekuan darah yang masuk
20
kedalam tubuh manusia dapat menyebabkan tromboemboli. Untuk mencegah
pemberian heparin pada pasien. Pada pasien dengan free heparin (pasien dengan
yaitu QB yang rendah, kontak darah dengan bahan sintetik, kofaktor koagulasi
darah. Pada kasus bekuan darah clotting masukkan darah pasien, lakukan sirkulasi
tertutup, heparin 2000 u, lanjutkan dialisis. Pada kasus bekuan darah total ganti
blood line dan dialiser yang baru dan lakukan kembali rinsing dan priming.
dilakukan. Pada kasus clotting total, darah yang terbuang dapat menyebabkan
21