Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT

1. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien;


2. Setiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etika umum dan menghormati hak
pasien;
3. Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).

4. Pelayanan yang seragam;


a. Rumah Sakit dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
menerapkan prinsip non diskriminasi, yaitu pelayanan yang seragam
tanpa membedakan status sosio - ekonomi, budaya, agama dan waktu
pelayanan;
b. Asuhan pasien yang seragam terefleksi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh
PPA yang kompeten, dapat dilakukan setiap hari, setiap minggu atau
setiap waktu;
2) penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis
dan perneriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada
populasi yang sama;
3) pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama di semua unit
pelayanan dirumah sakit;
4) pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit;
5) penerapan serta penggunaan regulasi, form dan rekam medis yang
sama dalam asuhan klinis pasien

5. Asuhan Terintegrasi
a. Asuhan pasien dilaksanakan secara terintegrasi oleh semua pemberi
asuhan (dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, bidan, nutrionis,
farmasi klinis, analis kesehatan, fisioterapis, okupan terapis, terapis
wicara, pelaksana sosio medis, psikolog);
b. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berfokus pada pasien dan
mencakup elemen sebagai berikut:
1) Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
2) DPJP sebagai Ketua tim PPA;
3) DPJP melakukan koordinasi danintegrasi asuhan inter PPA dan
bertugas dalam seluruh fase asuhanrawat inap pasien serta
teridentifikasi dalam rekam media pasien;
4) Bila kondisi pasien membutuhkan lebih dari 1 (satu) DPJP,
ditetapkan DPJP utama;
5) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan berkolaborasi secara
interprofesional;
6) Perencanaan pemulangan pasien yang terintegrasi;
7) Asuhan gizi yang terintegrasi;
8) Peran MPP dalam mendorong penerapan pelayanan dan asuhan yang
terintegrasi antarPPA.
9) Rencana asuhan dan pemberian asuhan diintegrasikan dan
dikoordinasikan di dan antar berbagai unit pelayanan
10) Residen bisa menjadi pemberi asuhan pasien apabila sudah ada
standing order dari DPJP secara tertulis dan diinformasikan kepada
pasien/keluarganya. Setiap rencana asuhan dan tindakan yang akan
dilakukan oleh residen harus ada verifkasi dari DPJP.
6. Pelayanan Instalasi
a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat termasuk kamar operasi IGD, Rawat
Inap, Rawat Intensif, Laboratorium, Radiologi, Hemodialisa, PONEK,
Kamar Jenasah dan Unit Bank Darah dilaksanakan dalam 24 jam;
b. Pelayanan Rawat Jalan dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan jadwal
praktek dokter pada jam kerja;
c. Pelayanan Hemodialisa elektif sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan;
d. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan pada jam kerja pada kasus
elektif dan pelayanan 24 jam pada kasus cito/ emergensi. Pelayanan cito
dilaksanakan dengan sistem on-call;
e. Pelayanan gawat daruratan tanpa membayar uang muka;
f. Pelayanan Obstetri Neonatologi Emergensi Komprehensif dilaksanakan
dalam 24 jam, mulai dari layanan IGD, kamar bersalin, instalasi bedah,
ruang rawat gabung, ICU, ruang perinatologi, rawat jalan obsgin dan
anak, laboratorium dan radiologi.
7. Pelayanan Perekam Medis :
a. Setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis (Unit Numbering
System) baik pelayanan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap maupun
penunjang lainnya;
b. Setiap Pasien berhak mengakses terhadap informasi kesehatan dirinya
sendiri salah satunya hak mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit
yang diderita termasuk data-data medisnya;
c. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) bertanggung jawab atas
kelengkapan pengisian pada dokumen rekam medis;
d. Dalam pelayanan rekam medis tidak semua orang bisa mengakses
dokumen rekam medis karena bersifat RAHASIA ( CONFIDENSIAL);
e. Pemusnahan Dokumen rekam medis in aktif dilakukan oleh Panitia
Rekam Medis yang dibentuk oleh manajemen RSUD Pandan Arang (tidak
dilakukan oleh Instalasi Rekam Medis sendiri).

8. Skrining Dan Triase


a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah
pasien dapat dilayani di Rumah sakit;
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratoium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya;
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk mempriotitaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
d. Yang bisa diterima di RS adalah kasus selain yang dibawah ini :

1) Pasien dengan diagnosis :

a) TBC dengan XDR / MDR.


b) Semua pasien Psikiatri rawat inap
c) Kanker yang perlu konsultan hematologi, onkologi medis serta
memerlukan kemoterapi.
d) Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
e) Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
f) SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif)
g) Pasien KLL indikasi penanganan bedah syaraf

2) Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau


menyetujui dirawat dokter lain;
3) Bila tempat tidur yang dikehendaki pasien tidak ada, kecuali
pasien menyetujui naik kelas atau turun kelas;

4) Tidak tersedia bed diruang perawatan khusus, tidak tersedia


peralatan yang sangat diperlukan oleh pasien yang tidak bisa
ditunda pengadaannya;

9. Pelayanan Pasien :
a. Pemberian pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan kepada semua
pasien dilaksanakan secara seragam;
b. Para pemberi asuhan pasien harus menuliskan perintah didalam
Dokumen Rekam Medis pasien di Catatan Terintegrasi;
c. Semua pelayanan resusitasi yang diberikan kepada pasien harus
dilakukan dengan prosedur yang seragam yang ditetapkan oleh RS;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup sehari-hari pasien koma
sepenuhnya dilakukan oleh perawat;
e. Pasien dengan Alat Bantu Hidup (Ventilator) harus dicegah terhadap
kejadian VAP (Ventilator Associated Pneumonia);
f. Semua pasien dengan penyakit menular ditempatkan di ruang pasien
tersendiri dengan alat pelindung diri yang ditetapkan;
g. Semua pasien dengan Daya Tahan Tubuh Rendah (Immunosupressed)
ditempatkan di ruang pasien tersendiri dengan alat pelindung diri yang
ditetapkan;
h. Setiap pasien yang memiliki resiko jatuh, kecenderungan melukai diri
sendiri, menghambat proses pengobatan perlu dilakukan restrain;
i. Pemenuhan kebutuhan dasar hidup sehari-hari pasien geriatri, anak-
anak, lemah dan ketergantungan bantuan dilakukan sepenuhnya oleh
perawat;
j. Semua pasien rawat jalan dengan diagnosa penyakit kronis dilakukan
asesmen awal kembali setiap 3 bulan dan untuk penyakit akut setiap 1
bulan.

10. Identifikasi
a. Setiap pasien yang dirawat di Rumah Sakit diidentifikasi dengan 2 (dua)
kriteria yang sudah ditetapkan Rumah Sakit;
b. Pemasangan dan pelepasan gelang diatur dalam prosedur yang telah
ditetapkan;
c. Setiap pasien yang masuk rawat inap, hemodialisa dan observasi lebih
dari 6 jam di IGD harus dipasangkan gelang identitas pasien;
d. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi
darah atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan sampel darah
dan spesimen lain unt pemeriksaan laboratorium, sebelum pemeriksaan
radiologis, dan sebelum dilakukan tindakan operatif atau invasif lainnya;
e. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU dan kamar operasi dengan tetap
memperhatikan data pada gelang identitas pasien.

11. Transfer/Perpindahan Di Dalam Rumah Sakit


Penerimaan atau perpindahan pasien antar ruang rawat inap, unit
pelayanan intensif atau pelayanan khusus ditentukan dengan kriteria dan
petugas yang telah ditetapkan.

12.Transfer Keluar Rumah Sakit/ Rujukan


a. Rujukan keluar rumah sakit ditujukan kepada rumah sakit/unit sesuai
kebutuhan kondisi pasien;
b. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaandiagnostik/terapi/spesimen
yang tidak tersedia di Rumah sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah
sakit lain, temasuk juga bagi pasien yang memerlukan rujukan rawat
inap yang diindikasikan karena penyakitnya;
c. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan
fasilitas pelayanan kesehatan dari mana pasien berasal;
d. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses
rujukan serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama
transportasi;
e. Kerjasama yang resmiatau tidak resmi dengan rumah sakit penerima;
f. Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
g. Merujuk pasien adalah mengirim pasien yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan atau fasilitas khusus yang tidak tersedia ke Rumah Sakit
Lain atau atas keinginan pasien / keluarga pasien;
h. Setiap pasien yang akan dirujuk harus dalam kondisi stabil. Kriteria
stabil disini adalah :
1)Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas.
2)Oksigenasi adekuat.
3)Tidak dalam keadaan syock.
4)Tidak kejang.
5)Imobilasi fraktur (bila ada);
i. Sebelum merujuk pasien, petugas yang berwenang wajib menghubungi
RS tujuan terlebih dahulu;
j. Dokter yang sedang bertugas wajib mengisi lembar rujukan;
k. Pasien dirujuk dengan menggunakan ambulans dari Rumah Sakit atau
Rumah Sakit tujuan, lengkap dengan alat-alat penujang kehidupan yang
dibutuhkan ataupun menggunakan kendaraan sendiri;
l. Pasien gawat darurat dirujuk dengan pendampingan dari perawat
perujuk agar dapt memberikan pertolongan Bantuan Hidup Dasar jika
diperlukan;
m. Pasien yang tidak gawat darurat dapat dirujuk dengan menggunakan
kendaraan sendiri / ambulans tanpa pendamping;
n. Bila pasien dirujuk ke luar kota, maka pendamping (dokter/perawat)
harus mendapat surat tugas dari pimpinan rumah sakit dan setelah
selesai wajib memberi alporan kepada atasan yang memberi tugas;
o. Pasien dapat dirujuk ke RS rekanan ataupun RS sesuai pilihan pasien
/keluarga pasien.

13. Penundaan Pelayanan


Pasien mendapatkan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan
atau pengobatan dan alternatif yang tersedia sesuai dengan kebutuhan
klinik pasien.

14.Hambatan Dalam Pelayanan


Rumah sakit berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa dan budaya serta
penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan.

15.Pemulangan Pasien
a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien Rumah Sakit
tersebut harus menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan. Kriteria
pasien pulang:
1.Masalah utama yang berhubungan dengan penyakit pasien selesai.
2.Kondisi pasien stabil.
3.Permintaan pasien atau keluarga (dengan menandatangani surat
pernyataan pulang paksa).
4.Pasien meninggal.
5.Diijinkan DPJP.
6.Telah menyelesaikan semua urusan administrasi;
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien;
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang
dan kelanjutan pelayanan medis.

16.Resume Pasien Pulang


a. Resume asuhan pasien dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang dari
rumah sakit;
b. Salinan resume pasien pulang ditempatkan dalam rekam medis dan
sebuah salinan diberikan kepada pasien atau keluarganya.

17.Transportasi
a. Transportasi milik Rumah Sakit harus sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian , kondisi dan
pemeliharaan;
b. Transportasi diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien;
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak
atau milik Rumah Sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa.

18.Hak Pasien Dan Keluarga


a. Menghormati kebutuhan privasi pasien;
b. Mengambil langkah untuk melindungi barang milik pasien dari
pencurian dan kehilangan;
c. Pelayanan melindungi dari kekerasan fisik;
d. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan yang beresiko,
mendapatkan perlindungan yang layak;
e. Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau
keluarga;
f. Pasien dan keluarga diberitahu tentang hasil asuhan dan pengobatan,
termasuk kejadian yang tidak diharapkan;
g. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan
didalam maupun diluar Rumah Sakit;
h. Pernyataan persetujuan (informed consent) dari pasien didapat melalui
proses yang ditetapkan Rumah Sakit dan dilaksanakan oleh staf yang
terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien;
i. Informed consent diperoleh sebelum operasi, tindakan invasive lain,
anestesi, penggunaan darah atau produk darah dan tindakan serta
pengobatan lain yang beresiko tinggi;

19.Penolakan Pelayanan Dan Pengobatan


a. Rumah Sakit memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak
atau tidak melanjutkan pengobatan;
b. Rumah Sakit menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan
dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not
Resuscitate).

20.Pelayanan Pasien Resiko Tinggi


a. Rumah Sakit memberikan pelayanan resusitasi di rumah sakit;
b. Rumah sakit mengidentidikasi staf untuk dilatih memberikan resusitasi
yaitu staf medis dan non medis (sekeruti, sopir, petugas registasi, kasir
dan customer service);
c. Rumah Sakit mengatur penanganan, penggunaan dan pemberian darah
dan produk darah;
d. Rumah Sakit mengatur perawatan pasien yang menggunakan alat bantu
kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma;
e. Rumah Sakit mengatur perawatan pasien yang menderita penyakit
menular dan penurunan kekebalan tubuh (immune –suppressed);
f. Rumah Sakit mengatur perawatan pasien yang menjalani dialisis;
g. Rumah Sakit mengatur penggunaan alat pengekang (restraint) dan
perawatan pasien yang memakai alat pengekang;
h. Rumah Sakit mengatur perawatan pasien, lanjut usia , orang dengan
keterbatasan, anak –anak dan populasi yang berisiko diperlakukan tak
senonoh;
i. Rumah Sakit tidak melayani kemoterapi . Rumah Sakit mengarahkan
asuhan pasien yang mendapat kemoterapi ke Rumah Sakit tipe B atau A
yang mempunyai layanan kemoterapi;
j. Rumah sakit tidak melayani donasi dan tidak memberikan ijin penelitian
observasi dengan obyek pasien/manusia.
21. Assemen Pasien
a. Semua pasien yang dilayani Rumah Sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui proses asesmen yang baku;
b. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi, yang dapat melakukan asesmen;
c. Asesmen awal medis dan keperawatan di Instalasi Rawat Jalan
dilaksanakan dalam waktu maksimal 2 jam atau lebih dini/cepat sesuai
kondisi pasien;
d. Asesmen awal di Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan dalam waktu
maksimal 30 menit atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien;
e. Asesmen awal medis dan keperawatan rawat inap dilaksanakan oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dlm waktu 24 jam setelah
pasien masuk rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai dengan kondisi
pasien;
f. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge planning) dan kebutuhan pendampingan manajer
pelayanan pasien (MPP);
g. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu sesuai
panduan asesmen, untuk menetapkan respon terhadap pengobatan dan
untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien;
h. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan;
i. Skrining nyeri, risiko nutrisional dan risiko jatuh dilakukan oleh perawat
pada asesmen awal keperawatan;
j. Isi minimal asesmen awal pasien rawat rawat jalan, gawat darurat dan
rawat inap adalah :
1) status fisik
2) psiko-sosio-spiritual
3) ekonomi
4) riwayat kesehatan pasien
5) riwayat alergi
6) asesmen nyeri
7) risiko jatuh
8) asesmen fungsional
9) risiko nutrisional
10) kebutuhan edukasi
11) perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)
20. Manajemen Obat
a. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
dilaksanakan melalui sistem satu pintu yang aman, bermutu,
bermanfaat, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat;
b. Semua obat-obat yang perlu diwaspadai dikelola dengan prosedur
khusus yang telah ditetapkan rumah sakit;
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila diperkenankan
kebijakan;
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi
label yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses
(restrict access);
e. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi seleksi, perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan, distribusi atau penyaluran,
pelayanan sediaan farmasi dan pemantauan.
f. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan
farmasi/perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit;
g. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi
klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat;

21. Manajemen Nutrisi


Semua pasien diskrining untuk menentukan status gizi

22. Surgical Safety Checklist


a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan/pemberian
tanda;
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi pra operasi
tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar dan fungsional;
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan
mencatat/mendokumentasikan prosedur sebelum insisi/time out tepat
sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
23. Pelayanan Sedasi
Pelayanan sedasi dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten.

24. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit


a. Pencegahan dan pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dilakukan oleh
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi;
b. Semua staff dan karyawan harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit;
c. Ruang Lingkup area kerja komite pencegahan dan pengendalian infeksi
rumah sakit adalah semua unit atau bagian yang ada di Rumah Sakit;
d. Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang
berlaku.

23. Risiko Jatuh


a. Semua pasien yang dirawat inap di Rumah sakit harus dilakukan
asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan;
b. Semua pasien yang dianggap beresiko jatuh harus diterapkan langkah-
langkah untuk mengurangi risiko jatuh;
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan
secara tidak disengaja.

24. Dokter Penanggungjawab Pelayanan(DPJP)


a. Penetapan Dokter Penanggung jawab Pelayanan (DPJP) sepenuhnya
hak pasien, berpedoman pada panduan DPJP ;
b. Pada pasien yang dirawat lebih dari satu DPJP, harus ditetapkan DPJP
utama, berdasarkan kasus yang dominan;
c. DPJP di ICU adalah dokter spesialis anestesi;
d. DPJP bertanggungjawab terhadap semua pelayanan kepada pasien;
e. DPJP wajib melengkapi berkas rekam medis pasien;
f. DPJP wajib memenuhi hak pasien;
g. DPJP pada kasus pasien operasi adalah dokter operator.

25. Komunikasi Efektif :


a. Komunikasi antar petugas kesehatan dilakukan dengan metode SBAR;
b. Perintah lisan dan atau melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut;
c. Perintah lisan dan atau melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut;
d. Perintah dan hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

26. Manajemen Nyeri


a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit dilakukan
asesmen mengenai nyeri;
b. Asesmen nyeri menggunakan :
1)Pasien dewasa : Numeric Pain Scale (NPS)
2)Pasien anak < 1 Tahun : Neonatal Infants Pain Scale (NIPS)
3)Pasien anak 1-3 Tahun : Face Legs Activity Cry Consolability Scale
(FLACCS)
4)Pasien anak > 3 Tahun : Wong Baker Faces Rating Scale (WBFRS)
5)Pasien dewasa, anak dan bayi yang tidak sadar : Comfort Scale.
27. Program Nasional (Prognas)
Program Nasional di Rumah Sakit meliputi :
a) Program PONEK
b) Program TB DOT’S
c) Program HIV/AIDS
d) Program Geriatri
e) PPRA

28. Manajemen di Instalasi


a. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;
b. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan;
c. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali;
d. Setiap bulan wajib membuat laporan kinerja dan mutu.
29.Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
a. Dalam melaksanakan tugasnya setiap karyawan rumah Sakit dan pihak
eksternal yang bekerja dilingkungan Rumah Sakit wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), termasuk
dalam penggunaan alat Pelindung diri (APD);
b. Rumah sakit mendukung, memberikan perlindungan pada seluruh orang
dan benda yang berada dalam lingkungan rumah sakit;
c. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
dilakukan oleh Tim K3.

30. Tanggap Darurat Bencana


a. Tanggap Darurat Bencana dilaksakanan olehTim Bencana;
b. Saat terjadi bencana RSUD Pandan Arang Boyolali akan mengaktifkan
system tanda bahaya dan kode kegawat daruratan.

31. Kalibrasi
Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai