Anda di halaman 1dari 3

AUDIT MEDIS/AUDIT KEMATIAN KASUS DHF ANAK

Tanggal: 17 November 2021-11-17 Ruang Komdik

Kronologis:
Pasien datang rujukan dari RS Wawir
Anak 9 tahun
Dengan DHF grade 3
Membutuhkan PICU.
Lab : AT turun, Hct meningkat. Klinis lain tidak disertakan.

Assesment IGD:
Ulang Lab : AT : …….. Hct: ……
Nyeri perut.
Tanda perdarahan masif (-).
Belum ada tanda shock.
Asesmen: DHF grade 1.

Masuk bangsal.
Tidak ada tanda shock.
Advice: Cek Vital sign / 4 jam.
Awasi tanda kegawatan.
Sore kondisi pasien gelisah. Ngamuk seperti anak kecil.
Pemeriksaan fisik: ada tanda shock.
Advice masuk PICU.

PICU:
Masuk cairan.
Semakin gelisah.
Tanda shock (++).
Cairan lebih masif (Loading).
Infus 1 line karena coba 2 line gagal.
Cek ulang Lab: AT < 20.
Perdarahan masif dari mulut dan dari BAB darah.
Kesadarana turun.
Shock hilang timbul.
Pasien meninggal.
Dx: DHF grade IV dengan DSS disertai/diperberat dengan DIC.

Analisis dari DPJP:


1. DPJP:
*Belum mencari penyebab hipertensi  ureum creatinin belum diperiksa.
*Tidak melakukan pencatatan RM lengkap.

2. IGD
Asesmen IGD dan penalaksanaan yang sudah dilakukan di IGD sulit diakses karena sudah eRM, sehingga
DPJP tidak membaca asesmen IGD

3. Ruang ranap Dadap Serep:


*Infus line hanya 1 line padahal pasien overweight harusnya 2 line
*Monitoring di rawat inap kurang intensif, EWS belum dilakukan

4. PPK
PPK disusun tahun 2016, belum direvisi.
Rekom IDAI tidak pakai grade I II dst. Tetapi sejak tahun 2009 pakai warning sign.
Perlu diskusi intern KSM Anak
5. Laborat
Memastikan terjadinyaDIC perlu lab FDP (jarang diperiksa). RSPA belum bisa, sehingga harus dikirim ke
lab luar (sekitar 1,6juta)

Analisa dari dr. Faishal, SpA (mitra bestari/KSM Anak)


- Perlu pemantauan laborat (hematokrit) lebih inten (bila perlu per 2 jam), terutama setelah loading
cairan, untuk memastikan terjadinya hemokonsentrasi atau tidak, evaluasi tanda-tanda shock , dan
evaluasi terapi cairan
- AT hanya untuk evaluasi ada / tidaknya perdarahan, jika ada perdarahan terindikasi untuk pemberian
trombosit.

dr. Sigit SpRad (ka komdik)


-Pada kasus ini didapat perbedaan diagnosis perujuk dengan RSPA (perujuk DHF gr I, sementara
diagnosis masuk di RSPA DHF gr 1)  Asesmen IGD dan asemen awal DPJP perlu dipertajam lagi dan
perlu lebih cermat
-infus line  kesulitan pasang infus 2 jalur sebaiknya ada tenaga yang ahli dalam memasang infus
pada kasus yang sulit
-EWS  revisi PPK DHF terkait EWS
-ERM IGD  di bangsal belum ada ERM. Ruang atau DPJP kesulitan untuk mengakses informsi/data
pasien dari IGD.
-Tidak ada dokter jaga bangsal sehingga pengawasan pasien-pasien dengan perubahan klinis yang bisa
terjadi secara cepat bisa terlewatkan masa kritisnya

dr. Noor Alifah SpA (mitra bestari/KSM anak)


Jika ada rujukan dari RS, dan sudah diperiksa langsung oleh sejawat SpA, maka sebaiknya kita ikuti advis
perujuk tersebut, walau masih mungkin nanti overdiagnosis.

Bu Esti (Bu Dwi Esti Winahyu) (karu Dapser)


-mohon ada print out dari IGD untuk bangsal pada kasus-kasus tertentu.
-Mohon diadakan lagi lembar evaluasi pasien DHF

dr. Sri Ningsih (case manager)


PPK di IGD  penting untuk pegangan dokter IGD

dr. Ika (Pelayanan)


PPK
- Perlu PPK 10 besar penyakit di IGD, yang membuat PPK KSM, bukan IGD
- Rujukan ke RSPA dari RS tipe di bawahnya, mestinya dikarenakan di RS tipe bawahnya tidak memiliki
fasilitas selengkap RSPA, misalnya ruang PICU
- Anamnesi, pemeriksaan fisik, lab  lengkap  baru konsul DPJP
- Perhatian khusus pada penanganan DHF di IGD karena kasus meningkat. Termasuk kasus leptospira
juga.
- Perhatian untuk catatan rekam medik agar lebih lengkap

Tambahan diskusi:
-Bangsal menggunakan tensimeter digital  akurasi dipertanyakan. Apakah kasus ini betul dengan
hipertensi?
-IGD tidak punya manset tensimeter anak
- lembar evaluasi pasien DHF  jika akan digunakan dapat dikonsultasiken ke komkep
- EWS di semua bangsal belum jalan

Kesimpulan
- Jika ada rujukan dari RS, dan sudah diperiksa langsung oleh sejawat SpA, maka sebaiknya kita ikuti
advis perujuk tersebut, walau masih mungkin nanti overdiagnosis.
- Rujukan ke RSPA dari RS tipe di bawahnya, mestinya dikarenakan di RS tipe bawahnya tidak memiliki
fasilitas selengkap RSPA, misalnya ruang PICU
- Monitoring di rawat inap perlu ditingkatkan, EWS perlu dilakukan/dinilai
- Perlu adanya dokter ruangan
- Peningkatan ketrampilan pemasangan infus terutama untuk kasus-kasus sulit
- Data RM untuk bisa dan mudah diakses dimanapun
- Revisi PPK secara berkala, minimal 3 tahun sekali
- Penyediaan alkes di IGD dan ruang ranap inap secara lengkap

Anda mungkin juga menyukai