Anda di halaman 1dari 4

Transfusi darah Definisi Darah lengkap atau komponen darah dimasukkan ke dalam sirkulasi vena, biasanya untuk mengobati

abnormalitas klinis. Kekurangan sel darah merah dapat mengakibatkan hipoksia dan sistem sirkulasi memerlukan darah yang cukup dalam pembuluh darah untuk mempertahankan tekanan darah, frekuensi jantung dan fungsi sirkulasi lainnya. The Departement of Health (DoH, 1994) menganjurkan untuk segera membereikan darah lengkap untuk melaksanankan perdarahan obstetrik yang masif. Bagian maternitas memiliki dua unit darah O rhesus negatif yang siap digunakan untuk transfusi segera pada ibu sambil menunggu hasil pemeriksaan silang darah. Dalam hal ini, transfusi darah diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan. Transfusi darah terkadang merupakan pengobatan yang kontroversial, beberapa kelompok keagamaan menolak transfusi, terdapat kemungkinan penularan penyakit, darah merupakan pengobatan yang mahal yang ketersediaannya cukup bervariasi. Place (1998) menyatakan bahwa tangggung jawab dari transfusi yang efektif ada pada perawat (bidan),karena mereka terlibat secara aktif dalam pemberian transfusi yang aman dan benar pada ibu. Indikasi - Hipovolemia - Hemoglobin rendah - Gangguan pembekuan darah - Transfusi tukar darah untuk janin atau bayi - Penyakit darah tertentu Darah dapat diberikan dalam berbagai bentuk : darah lengkap, sel darah merah (tanpa plasma), trombosit, plasma segar beku, sel darah putih, dan kriopresipitat (faktor pembekuan). Beberapa bentuk lainnya yang jarang dipakai juga tersedia. Golongan darah Golongan darah antara lain adalah golongan darah A, B, AB, atau O rhesus negatif atau positif. Golongan ditentukan berdasarkan ada tidaknya antigen pada permukaan seldarah merah dan antibodi dalam serum. Misalnya, golongan darah A memiliki antigen A di permukaan dan antibodi B dalam serum. Tabel Pemberian darah yang tidak kompatibel akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi, yang menyebabkan terjadinya aglutinasi atau menggumpalnya sel daraah merah, reaksi transfusi yang serius yang berpotensi menyebabkan gagal ginjal dan kematian. Golongan darah O dikenal sebagai donor universal (tidak mengandung antigen untuk melawan antibodi), sementara golongaan darah AB dikenal sebagai resipien universal (tidak memiliki antibodi untuk melawan anti-gen asing). Delapan puluh lima persen memiliki antigen tambahan pada sel darah merahnya, yaitu faktor rhesus. Bila darah rhesus positif diberikan pada individu rhesus negatif akan terbentuk antibodi, diserai efek hemolisis pada pemberian darah rhesus positif berikutnya. Donor universal yang sebenarnya adalah golongan darah O dengan rhesus negatif (Rh -) sedangkan resipien universal yang sebenarnya adalah golongan darah AB dengan faktor rhesus positif (RH +). Bahaya transfusi darah - inkompatibilitas transfusi: tanda-tanda aglutinasi dan hemolisis meliputi demam, kemerahan, menggigil, rigor, nyeri pinggang, sakit kepala, nyeri dada, takikardia, takipnea, hipotensi,hematuria, hemoragi, oliguria, ansietas, dan kemungkinan kematian. - Kelebihan sirkulasi di saat hamil ibu mengalami peningkatan volume darah sebanyak 1,5 liter, hal ini menyebabkan ibu mudah mengalami hipovolemi; cairan terkumpul di dalam

paru (terjadi edema paru), memnimbulkan dispnea, hipertensi, takikardia, batuk dan peningkatan tekanan vena sentral Penularan penyakit: darah harus di skrining secara cermat untuk adanya hepatitis B dan C serta HIV, tetapi selalu ada risiko kecil terjadinya penularan infeksi melalui darah Reaksi demam: antibodo trombosit sel darah putih dapat menyebabkan hemolisis. Ibu mengalami hiperpireksia, rigor, berkeringat, dan takikardia Reaksi alergik: reaksi yang terparah adalah anafilaksis, reaksi yang paling banyak terjadi adalah gatal-gatal dan ruam Hipotermia: transfusi darah yang dingin dalam juumlah banyak dan cepat dapat menyebabkan hipotermia dan aritmia jantung Tromflebitis, embolisme udara, kelebihan zat besi, kelebihan kalium dan kekurangan kalsium merupakan bahaya lain yang dapat muncul akibat transfusi.

Alat Sel darah yang rapuh dan besar jarang diberikan melalui pompa infus, tetapi melalui setinffus khusus untuk darah dengan jumlah tetesan 15 tetes per ml (sedangkan set intravena standar adalah 20 tetes per ml). Ukuran kanula yang berada di dalam vena harus 19G atau lebih; adanya kompresi pada sel-sel darah akan merusak sel-sel darah tersebut. Sebuah filter dipasang pada infus untuk menyaring adanya debris; filter yang lebih kecil dapat digunakan untuk transfusi lebih dari 4 unit. Darah lengkap dikemas dalam satu unit denganjumlah kira-kira 500 ml; pengumpulan dan penyimpanannya harus dilakukan secara cermat, yang setiap unitnya memiliki waktu kadaluwarsa dan pada suhu antara 2-6oC. Penanganan unit darah harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya kerusakan sel. Darah ditransfusikan sendiri; biasanya didahului dengan pemberian NaCl 0,9% agar darah dappat mengalir dengan lancar. Transfusi harus diberikan dalam waktu 15 menit setelah darah dikeluarkan dari lemari pendingin (Campbell, 1996). Tidak perlu dilakukan penghangatan bila unit darah baru akan diberikan dalam waktu 4 jam. Namun demikian, bila transfusi perlu diberikan secara tepat, harus digunakan penghangat darah sampai darah mencapai suhu 37oC. Penghangatan darah dengan cara lainnya harus dihindari karena ketidakakuratannya. Penekan kantong atau pompa khusus terkadang digunakan bila transfusi harus dilakukan secara cepat sambil tetap mengingat kerapuhan sel. Semua prinsip asepsis dan tindakan kewaspadaan umum harus dilakukan seperi padainfus intravena lainnya danpotensiaal kontak dengancairan tubuh. Port harus di tutup dengan plastik yang ditarik ke belakang; set infus kemudian di masukkan ke dalam port sperti pada infus yang lainnya. Pemberian transfusi darah Ibu harus memberikan persetujuantindakan sebelum transfusi diputuskan dan diresepkan. Darah dikirim untuk dilakukan pencocokan silang; seorang bidan dapat melakukan hal ini, tetapi permintaan transfusi darah harus di tanda tangani oleh dokter kebidanan. Darah diperiksa oleh petugas laboratorium yang mengambil darah tersebut dari laboratorium, tetapi bidan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa darah sudah diperiksa sesuai dengan protokol unit (sering dilakukan bersama bidan lain). Pemeriksaan ini mencakup pemeriksaan terhadap : - Catatan tentang resep - Bentuk darah dengan label kantong darah (label darah terkadang dilepas dan ditempelkan pada catatan ibu) - Golongandarah dan faktor rhesus ibu - Nomer identitas pada catatan dan gelang identitas yang di pakai ibu (bila ada) - Tanggal kadaluwarsa - Tampilan darah, adanya gelembung atau perubahan warna Transfusi hanya dapat dilakukan bila kedua bidan merasa yakin bahwa secara rinci keseluruhan halhal tersebut sudah sesuai. Proses tersebut dilakukan untuk melindungi ibu dari kesalahan pemberian transfusi. Nomor seri darah ditulis dalam catatan ibu, dan mencakup :

- waktu mulai pemberian dan habisnya setiap unit - keseimbangan cairan - tanda-tanda vital selama transfusi berlangsung dan observasi kondisi ibu, catat secara rinci setiap reaksi - kecepatan dan tetesan transfusi - rujukan dan semua obat yang diberikan Transfusi harus di lakukan secara benar, dankanula harus di observasi untuk adaanya tanda-tanda ekstravasi. Jumlah tetesan per menit dihitung berdasarkan: Jumlah yang akan di transfusi (ml) X 15 (mis tetes per ml) Jumlah jam transfusi dalam menit Misal jika satu unit harus di transfusikan selama 4 jam, berapa kecepatan transfusinya ? 500X15 240 Jawab : kira-kira 31 tetes per menit Masalah dalam transfusi Infus dapat dihentikan bila vena mengalami spasme akibat darah yang dingin. Kompres hangat dapat mendilatasi vena dan memperlancar aliran darah. Sumbatan kanula dapat dilatasi dengan membilasnya menggunakan NaCl 0,9%. Namun bila sudah terlalu lama, darah akan membeku dalam slang sehingga diperlukan set transfusi baru (Mallett dan Bailey, 1996). Ibu diberi bel panggil dan diminta untuk menyembunyikannya bila ia mengalami kesulitan atau bila aliran transfusi terhenti. Observasi Dilakukan observasi terhadap tanda-tanda vital, yang disertai dengan pengkajian dan observasi keadaan ibu. Sebagai contoj pada ibu yang tidak sadar, ia tidak dapat mengomunikasikan nyeri atau dada sesak yang ia alami, tetapi tanda-tanda vitalnya akan menunjukkan adanya gejala abnormalitas tersebut, Tranter (1995) menyatakan observasi dasar yang harus dilakukan dengan pemeriksaan suhu dan nadi 15 menit kemudian, 30 menit kemudian dan lalu di lanjutkan setiap jam selama transfusi. Tekanan darah juga harus diukur setiap jam; adanya tanda dan gejala seperti yang disebutkan di atas harus selalu di observasi, terutama untuk adanya perubahan pernapasan. Transfusi darah 50 ml pertama harus diberikan dalam waktu 5-10 menit dengan observasi yang ketat untulk adanya reaksi hemolitik (Tranter,1995) Bila tejaadi penyimpangan dari kondisi normal, bidaan harus menghentikan transfusi dan memanggil ahli kebidanan jika keadaannya mendesak. Harus selalu tersedia obat gawat darurat untuk mengobatianafilaktik dan oksigen juga harus siap tersedia untuk berjaga-jaga seandainya diperlukan. Bila dicurigai terjadi edema paru, ibu hendaknya duduk dengan posisi tegak. Pelaksanaan transfusi Untuk pemberian transfusi jangka panjang, set transfusi dan filternya harus diganti setiap 12 jam sekali; dan daerah penusukkannya harus digannti setiap 48 jam sekali. Kantong darah bekas dapat di kembalikan ke bank darah yang akan didiamkan selam 72 jam sebelum dibuang dengan cara yang benar. Bila tidak dilakukan transfusi atau infus lanjutan, set intravena tersebut dilepas. Bila cairan lanjutan akan diberikan melaui infus maka set transfusi diganti dengan setinfus standar. Pembuangan settransfusi harus sesuai protokol, seringkali di masukkan ke dalam kontak benda tajam. Pada saat transfusi selesai, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pada hari berikutnya dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan hitung darah lengkap dan urea serta elektrolit. Prosedur pemberian transfusi darah

Prosedur berikut ini dapat digunakan untuk pemberian transfusi sebanyak 4-6 unit. Transfusi masif dalam jumlah besar memunculkan barbagai masalah yang berbeda seperti penghangatan, transfusi yang cepat dan pemantauan CVP. - Dapatkan persetujuan tindakan dari ibu, ambil dari lemari pendingin khusus darah - Bilas set transfusi dan filter dengan larutan NaCl 0,9% (kantong 50 ml) dan sambungkan ke kanula, pastikan bahwa ibu merasa nyaman dan infus mengalir dengan baik. - Lakukan dan catat hasil observasi tanda-tanda vital - Cuci tangan dan pasang sarung tangan non-steril - Periksa darah dengan bidan lainnya (seperti di atas), cocokkan kembali identitas ibu, jika sudah benar, ganti kantong NaCl 0,9% dengan teknik aseptik dan sambungkan darah dengan slang - Pastikan bahwa ibu merasa nyaman, dengan bel panggil terletak dalam jangkauan ibu - Transfusikan 50 ml pertama selama 5-10 menit berikutnya sambil mengobseravasi ibu secara ketat - Lakukan pencatatan - Setelah 15 menit periksa kembali tanda-tanda vital dan periksa aliran transfusi - Periksa kembali tanda-tanda vital setelah 30 menit, kemudian setiap jam - Observasi ibu selama transfusi dan panggil dokter obstetrik jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan - Bila transfusi sudah selesai, pakai sarung tangann, lepas set transfusi, buang dengan benarm dan kirimkan kembali kantong darah yang telah kosong ke bank darah - Kaji kembali tanda-tanda vital dan lakukan pencatatan - Pemeriksaan darah ulang dilakukan pada hari berikutnya. Peran dan tanggung jawab bidan Secara ringkas pepran dan tanggung jawab bidan adalah : - Bertanggung jawab memeriksa darah sesuai protokol unit - Menghitung waktu transfusi - Mewaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi - Melakukan rujukan bila perlu - Memberikan asuhan dan melakukan observasi yang kontinu selama dan sesudah transfusi - Melakukan pencatatan dengan benar

Anda mungkin juga menyukai