: Diagnosa medis gagal ginjal kronis masuk tanggal 27 Okt 2014. Program HD
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang DC, pemberian
oksigen 3 liter/mnt sekitar 15 menit yang lalu
Obat injeksi furosemid 2x1 amp
TD 150/80 mmHg, P 30x/mnt, N 100x/mnt, oedem ekstermitas bawah dan asites
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mmHg, ureum 237
Kesadaran composmentis, bunyi napas ronki
: Saya pikir masalah pasien gangguan pola napas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih. Pasien tampak stabil
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon
S : Selamat pagi/siang/malam dokter, saya perawat ruang .. melaporkan pasien
nama Tn. A mengalami penurunan pengeluaran urin 40cc/24 jam, mengalami sesak
napas
B
: Diagnosa medis gagal ginjal kronis masuk tanggal 27 Okt 2014. Program HD
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang DC, pemberian
oksigen 3 liter/mnt sekitar 15 menit yang lalu
Obat injeksi furosemid 2x1 amp
TD 150/80 mmHg, P 30x/mnt, N 100x/mnt, oedem ekstermitas bawah dan asites
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mmHg, ureum 237
Kesadaran composmentis, bunyi napas ronki
: Saya pikir masalah pasien gangguan pola napas dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit lebih. Pasien tampak stabil
Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi antara perawat dan dokter. Dokter lebih memperhatikan karena informasi yang
ringkas, perawat bekerja lebih cepat dan mengkomunikasikan masalah dengan jelas serta
dapat memberikan kesempatan menyampaikan saran kolaborasi.
Teknik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan
antar perawat. SBAR digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan komunikasi efektif
saat serah terima informasi pasien yang berujung pada peningkatan patient safety.
Keuntungan SBAR adalah kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif, dokter percaya
pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien, dan dapat
memperbaiki komunikasi yang berujung pada perbaikan keamanan pasien. Dengan
komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan ke pasien.
Maka dalam komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan
konteks baik bahasa dan informasi, alur yang sistematis, dan budaya.