1 Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan tempat dilakukannya pelayanan kesehatan kepada masyarakat berupa
pemeriksaan, perawatan, tindakan medis, hingga terapi dan pemberian obat-obatan. Disamping itu,
terdapat juga berbagai hal yang menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit mulai dari sistem
manajemen hingga sarana dan prasarana pendukungnya. Dari sekian banyak proses yang terlibat
dalam proses pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit, terdapat berbagai macam risiko
yang dapat memengaruhi keselamatan pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Keselamatan terhadap pasien telah
menjadi perhatian di berbagai negara diantaranya ditunjukkan dengan adanya Aliansi Dunia untuk
Keselamatan Pasien dari WHO. Dengan bergesernya fokus pelayanan kesehatan menjadi patient
centered care, maka keselamatan pasien semakin menajadi fokus prioritas di berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Standar Akreditasi Nasional Rumah Sakit dalam elemen penilaian standar PKMP 10,
dipersyaratkan adanya pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien. Pada tahun 2016,
Alfajri,dkk melakukan penelitian mengenai budaya keselamatan pasien di antara perawat di RSA
UGM. Berdasarkan penelitian tersebut, dikatakan bahwa perlu adanya pengukuran budaya
keselamatan pasien pada profesi tenaga kesehatan lainnyadisamping perawat untuk memberikan
gambaran budaya keselamatan pasien secara lebih luas.
2. Metode
Pengukuran budaya keselamatan pasien ini menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari AHRQ
Hospital Survey on Patient Safety kepada karyawan di RSA UGM pada. Pengambilan data dilakukan
dalam bulan September 2018. Sesuai dengan AHRQ Hospital Survey on Patient Safety, terdapat dua
belas kategori keselamatan pasien yang diukur, yaitu kerjasama tenaga kesehatan dalam setiap unit,
supervisor, pembelajaran dalam unit, dukungan manajemen, presepsi tentang keselamatan pasien,
umpan balik, keterbukaan komunikasi, frekuensi insiden yang dilaporkan, kerjasama antar unit kerja,
kecukupan staff, serah terima pasien dan respon terhadap hukuman jika terjadi eror.
Populasi dalam survei pengukuran budaya keselamatan pasien ini meliputi tenaga medis dan
staf karyawan RSA UGM yang bersentuhan langsung terhadap pelayanan kepada pasien diantaranya
dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, radiografer, psikolog, bidan, perawat gigi,
apoteker,asisten apoteker, petugas gizi, petugas rekam medik, analis, terapis, dan petugas
keamanan. Kuesioner disebarkan masing-masing unit yang memberikan pelayanan kepada pasien.
Didapatkan jumlah populasi sebanyak 518 orang. Selanjutnya jumlah sampel ditentukan
menggunakan rumus Slovin dengan derajat kepercayaan sebesar 5 % dan didapatkan sebanyak 226
orang karyawan.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
518
𝑛=
1 + (518 𝑥 0,052 )
𝑛 = 226
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dari 226 karyawan yang menjadi responden, 57% diantaranya sudah bekerja lebih
dari 3 tahun di RSA UGM.dan 23% diantaranya baru bekerja kurang dari satu tahun.
Berdasarkan pernyataan responden, lama bekerja di unit saat ini cukup bervariatif,
yaitu yang sudah bekerja < 1 tahun sebanyak 33%, 1 – 2 tahun sebanyak 21%, dan >3 tahun
sebanyak 42%.
Waktu kerja sebagian besar responden yaitu 60-79 jam jam seminggu (77%).
Sebagian besar karyawan di RSA UGM sudah bekerja 1 – 5 tahun (46%) sebagai
profesinya saat ini.
3.1.5 Penilaian Keselamatan Pasien di RSA UGM
Menurut presepsi 226 karyawan RSA UGM yang menjadi responden, yang berpendapat
keselamatan pasien di RSA UGM sudah baik sedbanyak (69%) dan 23% berpresepsi keselamatan
pasien di RS UGM masih kurang (Gambar.1).
Kurang
23%
Baik
69%
Dalam 1 tahun terakhir, 40% responden menyatakan terdapat 1-2 insiden yang dilaporkan
dan sebanyak 30% responden menyatakan tidak ada insiden yang dilaporkan.
Pelaporan Insiden
11-20 Tidak
insiden > 21 insiden Menjawab
0% 1% 6%
6-10
insiden
8%
3-5 insiden
15% Tidak ada
insiden yang
dilaporkan
30%
1-2 insiden
40%
Berdasarkan Modul AHRQ Hospital Survey on Patient Safety. Terdapat 12 kategori yang dinilai.
Setiap katagori terdiri dari 3 – 4 pertanyaan yang mendukung dan dianalisis dalam 3 katagori yaitu
respon positif, respon netral dan respon negatif (Gambar.3)
87.9%
78.8% 81.5%
77.9%
72.3% 73.2% 74.4%
68.3%
59.9%
36.4%
33.7%
27.6% 29.8%
22.2% 25.0%
17.4% 19.7%
16.8% 15.6%
13.4% 11.1% 12.5%
7.8% 6.7% 9.4%
5.5% 5.2% 5.9%
1.0% 2.9%
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Netral
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Negatif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Respon Positif
Kerjasama Supervisor Pembelajaran Dukungan Persepsi Umpan balik Keterbukaan Kerjasama Serah terima Respon
karyawan di dalam unit manajemen tentang komunikasi karyawan pasien pemberian
setiap unit keselamatan antar unit hukuman jika
pasien terjadi eror
3.2.2 Supervisor
Dalam katagori supervisor, 72,3% karyawan yang menjadi responden mempunyai respon positif
terhadap supervisor/pemimpin,sedangkan respon negatif sebanyak 5,5%.
Kurang Baik
64% 36%
Kurang
12%
Cukup
28% Lebih
60%
Katagori respon terhadap hukuman jika terjadi eror menunjukkan hal yang bervariasi. Sebanyak
36,4% menyatakan respon positif, 33,7% respon netral dan 29,8% respon negatif. Sebagian
karyawan masih merasa bahwa kesalahan yang mereka perbuat akan berpengaruh negatif kepada
mereka dan mereka masih merasa takut jika kesalahan mereka akan disimpan dalam berkas
kepegawaian pribadi.
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dari hasil dari survei keselamatan pasien di RSA UGM menggunakan Modul AHRQ Hospital
Survey on Patient Safety ditunjukkan bahwa 10 dari 12 kategori memiliki respon positif yang
lebih dari 50% (Kerjasama karyawan dalam setiap unit kerja, Pembelajaran dalam unit,
Dukungan manajemen dan Kerjasama karyawan antar unit kerja, supervisor, kecukupan staf,
Keterbukaan komunikasi, Presepsi tentang keselamatan pasien, Umpan balik, Serah terima
pasien), 1 kategori menunjukkan respon negatif (Frekuensi insiden yang dilaporkan) dan 1
kategori menunjukkan presentase yang hampir seimbang antara respon positif, respon netral
dan respon negatif (respon pemberian hukuman bila terjadi eror).
4.1.2 Budaya pelaporan insiden dinilai masih kurang (64%).
4.1.3 Jumlah karyawan dinilai sudah cukup bahkan 60% responden menyatakan jumlah karyawan
sudah lebih dari cukup.
4.1.4 Menurut 69% sampel karyawan yang bekerja di RSA UGM, secara umum keselamatan pasien
di RSA UGM sudah baik.
4.2 Saran
4.2.1 Survei budaya keselamatan pasien menggunakan Modul AHRQ Hospital Survey on Patient
Safety kepada karyawan RSA UGM diharapkan dapat menjadi masukan untuk kebijakan dan
perencanaan kegiatan dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien khususnya di RSA
UGM.
4.2.2 Survei budaya keselamatan pasien perlu dilakukan secara berkala untuk memonitor dan
mengevaluasi program-program yang berkaitan dengan peningkatan keselamatan pasien.
5. Daftar Pustaka