Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM REVIEW CINEMA EDUCATION

KEPERAWATAN KELUARGA

oleh

Kelompok 2

Sindi Arieska Putri 162310101124


Ninuk Profita Sari 162310101127
Widhi Cahya Kurniawan 162310101170
Firda Romadhonia P.R 162310101227
Maviratul Husniyeh 162310101246
Juwita Puspita Rini. S 162310101254

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. KEHADIRAN KELUARGA
1. GAMBARAN SINGKAT TENTANG FILM (SEBUTKAN ANGGOTA
KELUARGA DALAM FILM DAN DESKRIPSIKAN KHUSUS ANGGOTA
KELUARGA YANG AKAN MENJADI PASIEN ANDA
Film “Still Alice” menceritakan tentang seorang wanita hebat dan cerdas,
memiliki seorang suami yang setia dan 3 anak yang telah tumbuh dewasa. Bekerja
sebagai dosen di Universitas Colombia dengan berbagai prestasi dan riset dalam
bidang komunikasi. Semua berubah saat dirinya mulai lupa akan kelanjutan kata-kata
dalam sebuah presentasi risetnya dan mulai lupa akan keberadaan dirinya saat ia
tengah berlari dan tiba-tiba sampai di halaman tempatnya mengajar. Wanita itu Alice,
ia kemudian mendatangi seorang dokter saraf dan melakukan serangkaian
pemeriksaan, hasilnya ia tidak cukup kuat untuk mengingat beberapa pernyataan
yang diajukan sebelumnya dan Alzheimer merupakan diagnose medis yang sesuai
dengan kondisinya saat ini. Mundur dari pekerjaan, kehilangan kata-kata, kehilangan
memori rencana bunuh diri yang gagal, telah dirasakanoleh Alice. Namun disisi lain,
suami, anak-anak, menantu, semua mendukung dalam kesehatan dan pengobatan
Alice.
Anggota keluarga; Alice, John (suami Alice), Anna (anak pertama Alice),
Tom (anak kedua Alice), Lidya (Anak ketiga Alice), Charlie (menantu).
Deskripsi Anggota Keluarga:
a. John, suami yang setia dalam mendampingi Alice sebelum maupun sesudah di
diagnosa Alzheimer. Sempat bersitegang dengan Alice akibat Alice lupa akan
janji makan malam bersama ketua departemen John.
b. Anna, baik dan patuh kepada orang tua. Memiliki konflik dengan Lidya (anak
ketiga). Positif terhadap tes genetic Alzheimer, namun dalam penerimaan dan
koping yang baik.
c. Tom, menemani setiap ada kegiatan bersama keluarga. Tes Alzheimer
menyatakan negative terhadanya. Kuliah di jurusan kedokteran dan cukup
memantau perkembangan Alice.
d. Lidya, memiliki kebebasan dalam dirinya, tidak mau terikat, dan tidak memiliki
minat kuliah seperti yang disarankan Alice. Jarang berkumpul ketika ada acara
keluarga, dan sering bersitegang dengan Alice tentang masalah kuliah.

2. GAMBARAN ECOMAP KELUARGA TERSEBUT

Fasilitas Kesehatan

Pekerjaan

Olahraga

3. ANALISIS ECOMAP SECARA SPESIFIK TERKAIT HUBUNGAN KELUARGA


DAN LINGKUNGAN SEKITAR
Dalam gambaran Ecomap Keluarga Alice, Alice memiliki hubungan yang erat
dengan suaminya, John. Terbukti dalam film ditampilkan percakapan antara John dan
Alice bahwa John sangat menyayangi Alice apapun keadannya, begitu pula dengan
Alice kepada John. Kemudian dalam hubungannya dengan fasilitas kesehatan juga
erat, disajikan dalam film bahwa pasangan tersebut mau menerima keputusan dokter
ahli saraf mengenai penyakit Alice, rutin berkonsultasi, dan mau mengikuti saran
yang diberikan. Lalu hubungan Alice dengan pekerjaan, semenjak terdiagnosa
Alzheimer, Alice mulai kehilangan fokus, kehilangan memori, kehilangan susunan
kata yang berdampak terhadap hilangnya pekerjaannya sebagai dosen di Universitas
Colombia. Selanjutnya hubungan Alice dengan aktivitas olahraga, diketahui dalam
film juga bahwa baik sebelum maupun sesudah terdiagnosa Alzheimer, Alice tetap
semangat berolahraga yaitu berlari, meskipun sering ia kehilangan kesadaran akan
keberadaan dirinya saat berlari.
Ketiga anak Alice hidup terpisah dengan Alice dan John. Anna telah menikah
dengan Charlie, Tom di apartemen sembari kuliah di kedokteran, dan Lidya tinggal di
apartemen sedang mengejar karir dalam bidan teater. Hubungan Alice dengan Anna
dan Tom sangat kuat, Anna dan Tom selalu ada dalam setiap acara keluarga,
menuruti keputusan Alice untuk berkuliah, dan tetap mendampingi saat Alice sakit.
Sedangkan hubungannya dengan Lidya sedang, kadang bersitegang yaitu saat
membahas mengenai perkuliahan, membahas mengenai kehidupan pribadi Lidya,
namun terkadang sangat akrab, Lidya menyempatkan video call dengan Alice, dan
Alice juga masih mengunjunginya. Berbeda dengan John, John memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan ke-3 anaknya.
Hubungan Anna dan Tom dalam fasilitas kesehatan sangat kuat, disajikan
dalam film ketika Alice terdiagnosa Alzheimer melalui riwayat geneti, mereka berdua
secara aktif mau untuk melakukan pengecekan terhadap Alzheimer, meskipun Anna
positif memiliki resiko Alzheimer, namun ia memiliki koping yang baik dan
mempersiapkan tes embrio untuk calon anaknya. Sedangkan Lidya dalam hubungan
fasilitas kesehatan digambarkan sangat lemah, ia tidak ingin tahu perihal berisiko atau
tidak terhadap penyakit Azheimer yang diturunkan oleh Ibunya.

B. PENILAIAN KELUARGA DAN PRIORITAS KEBUTUHAN


1. KONDISI FISIK DAN PSIKOSOSIAL
Fisik dan psikososial keluarga baik. Tetapi setelah terdiagnosanya salah satu
keluarga penyakit Alzheimer dini kondisi fisik dan psikososialnya berubah terutama
kliennya sendiri. Banyak terjadi perubahan pada klien contohnya kemampuan
mengurus diri sendiri mulai dari bangun tidur, mandi, dan berpakaian mulai menurun
bahkan tidak bisa melakukan sendiri. Gangguan psikososial yang tampak juga pada
saat klien berniat untuk bunuh diri ketika penyakit Alzheimer yang dideritanya sudah
mencapai puncak dan tidak bisa mengingat semua yang dilakukan semasa hidupnya.

2. FAKTOR LINGKUNGAN DAN SOSIOKULTURAL; NILAI, KEYAKINAN,


RITUAL
Faktor lingkungan klien cukup baik, namun lama kelamaan klien sulit untuk
menyesuaikan dengan lingkungannya terlebih lagi dalam lingkungan pekerjaannya.
Karena seringnya klien mengalami lupa sehingga semakin parahnya alzheimer yang
di deritanya lama – kelamaan klien mundur dari pekerjaannya sebagai dosen.

3. STATUS GIZI DAN OBAT-OBATAN


Status gizi keluarga sangat baik, serta diimbangi dengan olahraga yang teratur seperti
lari yang merupakan kegiatan rutin klien. Untuk obat – obatan yang dikonsumsi klien
sebelum klien sakit seperti vitamin serta minyak biji rami, kalsium, dan zat besi saat
ini setelah terdiagnosanya klien alzheimer dini diresepkan 2 obat dari dokter spesialis
saraf yang menanganinya yaitu obat Aricept dan Namenda yang digunakan untuk
meringankan penyakit yang di deritanya

4. PENGGUNAAN SUMBER PERAWATAN KESEHATAN ATAU PENGOBATAN


ALTERNATIF
Sumber perawatan yang digunakan keluarga yaitu Rumah Sakit. Seperti
dilakukannya konsultasi pada spesialis saraf di salah satu rumah sakit, serta
dilanjutkan perawatan dirumah dengan mengkonsumsi obat yang telah diresepkan.
Keluarga tidak menggunakan pengobatan alternative yang lain.

5. DIAGNOSA MEDIS
Diagnosa medis pada film yaitu Alzheimer

6. BAGAIMANA KONDISI KLIEN MEMPENGARUHI KELUARGA DAN REAKSI


MEREKA
Kondisi klien sedikit mempengaruhi keadaan keluarga, karena peran seorang
ibu dan istri mulai berubah dengan di diagnosanya klien mengidap alzheimer dini.
Reaksi pertama yang diberikan keluarga yaitu rasa tidak bahwa klien mengidap
alzheimer dini, mengingat klien masih muda, namun dengan penjelasan yang klien
sampaikan kepada keluarga nya akhirnya keluarga mengerti bahwa klien benar-benar
terdiagnosa alzheimer. Serta anak-anaknya juga melakukan tes dini karena
dikhawatirkan 100% terkena alzheimer. Namun respon yang diberikan keluarga
positif, seperti dukungan yang selalu diberikan terhadap pengobatan yang dilakukan
klien.

7. PERSEPSI KELUARGA TENTANG KESEHATAN


Keluarganya tergolong keluarga dengan pendidikan yang tinggi sehingga
sudah mengerti tentang penyakit alzheimer yag di derita klien. Kesehatan sangat
penting menurut keluarga. Contohnya saat pertama kali ibunya di diagnosa menderita
alzheimer dan dikhawatirkan anak-anaknya menjadi korban, maka anak- anaknya
langsung melakukan tes MRI untuk megetahui hasilnya. Terlebih untuk mengurangi
gejala pada klien, klien aktif konsultasi dengan spesialis saraf serta selalu
megkonsumsi obat yang diresepkan walaupun ia tau bahwa obat yang dikonsumsi
hanya mengurangi gejala bukanlah menyembuhkan penyakitnya

8. KEKUATAN KELUARGA
Kekuatan yang diberikan kepada klien berupa dukungan yang luar biasa dari
anggota keluarganya. Suaminya selalu mendampingi klien dalam keadaan apapun,
bahkan saat klien mulai mencapai puncak penyakitnya dan bahkan lupa dengan
kegiatan sederhana seperti berpakaian suaminya lah yang membantunya. Ketiga
anaknya pun selalu mendampingi klien.
C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KELUARGA

DATA DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN JURNAL


MALADAPTIF KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWA RUJUKAN
TAN /
TERAPI
KELUARGA
Pada awalnya Tn Kesiapan 1. Mendengarkan Terapi Penelitian
Jhon dan Ny meningkatkan kekhawatiran, CARERS tentang terapi
Alice tidak koping keluarga Tn perasaan dan (Coaching, keluarga
percaya bahwa Jhon dalam pertanyaan dari Advocacy, dengan
Ny alice melakukan keluarga Education, demensia yang
terdiagnosis perawatan kesehatan Relationship berjudul
Alzheimer pada Ny Alice 2. Yakinkan and “Improving
sehingga Tn jhon dengan Alzheimer keluarga bahwa Simulation) caregiving
mendampingi Ny b.d dukungan pasien sedang sebagai cara competence,
alice ketika keluarga dalam diberikan untuk stress coping,
melakukan proses perawatan d.d perawatan pemecahan and mental
pemeriksaan pasien mampu terbaik masalah dan well-being in
menerima mengatasi informal
penyakitnya 3. Dukung stress pada dementia
aktivitas- pengasuh carers”
aktivitas social anggota
dan komunitas keluarga
dengan
penderita
demensi/alzhei
mer. Metode
yang
digunakan
melakukan
pengambilan
data dari para
pengasuh
anggota
keluarga
dengan
demensia.

Pada waktu Hambatan interaksi 1. Sertakan 1. Mengajarka


tertentu Ny Alice social pada Ny Alice anggota keluarga n keluarga
mulai susah dan keluarga karena dalam tanda dan
ketika berbicara penyakit Alzheimer perencanaan, gejala saat
dengan anaknya b.d kendala pemberian, dan pasien
yaitu lidya dan komunikasi d.d evaluasi kehilangan
apa yang pasien susah saat perawatan fungsi dan
dibicarakan oleh berbicara sejauh yang ikut
mereka tidak diinginkan mendampin
berhubungan gi saat
2. Monitor proses perawatan
kognitif, tahap
anatomis, dan selanjutnya
fisiologis terkait
dengan 2. Memonitor
kemampuan apakah
berbicara pasien
melakukan
3. Siapkan untuk pertukaran
berinteraksi pesan yang
dengan akurat
menggunakan dengan
kontak mata dan orang lain
sentuhan yang atau
sesuai keluarga

4. Anjurkan ikut 3. Mengajak


berpartisipasi pasien untuk
dalam kelompok berinteraksi
dan/ atau dengan
kegiatan anggota
reminiscence keluarga dan
individu tetangga

Setelah di Kesiapan 1. Jadwalkan 1. Melakukan


beritahu oleh meningkatkan kunjungan screening
kedua orang tua manajemen terkait dengan dini
mereka bahwa kesehatan keluarga perkembangan berdasarkan
penyakit Tn Jhon melakukan situasi dan riwayat
Alzheimer yang pemeriksaan strategi yang keluarga
di derita oleh kesehatan secara dini tepat
ibunya adalah karena penyakit 2. Melakukan
karena genetik genetic d.d anggota 2. Dapatkanriwayat perawatan
Anna dan Tom keluarga pasien kesehatankeluar kesehatan
melakukan melakukan ga yang sesuai karena hasil
pemeriksaan. pemeriksaan screening
3. Bantu pasien yang tidak
untuk normal
beradaptasi
dengan adanya
perubahan peran

4. Beri saran
kepada pasien
dengan temuan
abnormal
mengenai
alternative
pengobatan atau
kebutuhan untuk
evaluasi lebih
lanjut

D. TERAPI KELUARGA
Judul film : Still Alice
Masalah keluarga : Masalah keluarga itu muncul ketika Alice
mengidap penyakit Alzheimer yang mengakibatkan daya ingatannya menurun. Sehingga
membuat keluarganya harus beradaptasi dengan hal tersebut.

Terapi keluarga : Menggunakan teknik pemecahan masalah dan


simulasi untuk melatih pengasuh.

Pengertian terapi keluarga : Menurut Kartini Kartono dan Gulo dalam kamus
psikologi, family therapy (terapi keluarga) adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana
masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya.
Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan.
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga
sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari
observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual pempunyai
konsekuensi dan konteks social.

Indikasi terapi keluarga : Terapi keluarga akan sangat bermanfaat jika


digunakan pada kasus yang tepat.Indikasi terapi keluarga menurut walrond skinner
adalah:
a. Gejala yang timbul merupakan ekspresi disfungsi dari sistem keluarga.
b. Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa perubahan dalam hubungan anggota
keluarganya dapat merupakan masalah secara individual.

Kontraindikasi terapi keluarga : Keluarga yang tidak bisa berpartisipasi aktif, serta
tidak mampu memahami emosi dari anggota keluarga

Persiapan terapi keluarga : Mengumpulkan data tentang satus mental, fisik,


beban, dan sumber koping keluarga yang akan diajarkan teknik ini

Prosedur terapi keluarga :


1 Prainteraksi
Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu
dengan pasien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi
dan rasa takut dalam diri sendiri; menganalisis kekuatan dan keterbatasan
professional diri sendiri; mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan;
dan merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien.

2 Orientasi
Dalam tahap ini perawat menetapkan alas an klien untuk mencari bantuan;
membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; menggali pikiran,
perasaan dan tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien;
menetapkan tujuan dengan klien; dan, merumuskan bersama kontrak yang bersifat
saling menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung jawab,
harapan, tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan
kerahasiaan.

3 Kerja
Tugas perawat pada tahap ini adalah menggali stresor yang relevan,
meningkatkan pengembangan penghayatan dan penggunaan mekanisme koping
klien yang konstruktif,serta membahas dan atasi perilaku resisten.
4 Terminasi
Tugas perawat pada tahap ini adalah membina realitas tentang perpisahan
meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan serta menggali secara
timbale balik perasaan penolakan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang
terkait lainnya.

Evaluasi terapi keluarga :


Para penulis menggambarkan penelitian percontohan Program Pusat Reitman
CARERS, yang menggunakan teknik pemecahan masalah dan simulasi untuk pelatihan
ketrampilan di pengasuh informal. Mereka menyimpulkan bahwa hasil mereka
mendukung keefektifan Program dalam meningkatkan kompetensi pengasuhan,
kemampuan mengatasi stress dan kesejahteraan mental di pengasuh yang merawat
anggota keluarga dengan demensia.

Sumber referensi :
Journal “Improving caregiving competence, stress coping, and mental well-being in
informal dementia carers”
Somaryati, Sri Astutik.2013.Family Therapy dalam Menangani Pola Asuh Orang Tua
yang Salah pada Anak Slow Learner. Vol.3, No.01

E. CRITICAL APPRAISAL
Nama Penulis : Mary Chiu, Virginia Wesson, Joel Sadavoy
Judul Jurnal : Improving caregiving competence, stress coping, and mental
well-being in informal dementia carers
Volume Jurnal :3
Nomor Jurnal : 2220-3206
Tujuan :

Penelitian pada jurnal “Improving caregiving competence, stress coping, and


mental well-being in informal dementia carers” bertujuan untuk mempelajari
efektifitas pola asuh seperti “melatih, advokasi, hubungan dan stimulasi dengan
teknik pemecahan masalah untuk keluarga dengan penderita dimensia informal.

Metodologi :

Pada penelitian ini melibatkan tujuh puluh tiga pengasuh untuk anggota
keluarga dengan dimensia. Peneliti melakukan pengumpulan intervensi data pengasuh
menggunakan langkah-langkah validasi depresi, penugasan, pelayanan, serta peran.
Intervensi berbasis bukti untuk wali informal yang terdiri dari 3 komponen yang
terintergrasi yakni; psikoterapi, Tknik pemecahan masalah, dan akuisisi
keterampilan untuk interaksi menantang saat tertentu dalam pengasuhan. Dalam hasil
penelitian ini yang akan didemonstrasikan adalah pengurangan mengatasi berbasis
emosi, peningkatan penugasan, dan mengurangi beban. Pada penilitian ini sudah
terstruktur dan membutuhkan partisipasi aktif karena mereka akan memperoleh
pengetahuan dan mampu mengembangkan kompetensi pengasuhan. Intervensi ini
adalah perencanaan pertama yang memanfaatkan sistematis pasien untuk
memerankan peran keluarga yang anggotanya menderita dimensia. Peneliti
melakukan uji ANOVA untuk menentukan apakah ada perubahan dalam skor
tergantung pada nilai dasar masing-masing tiap pengasuh.

Hasil dan Pembahasan :

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah dari tujuh puluh tiga
pengasuh yang dianalisis, sebagian besar pesertanya adalah perempuan
(79,5%).Sebanyak 69,9% adalah pasangan, dan 30,1% adalah anak-anak dari
penerima perawatan. Tentang 31,5% dari wali memiliki sejarah masa lalu penyakit
jiwa ( misalnya, depresi), Hasil dari penjaga menunjukkan peningkatan persepsi diri
penjaga kompetensi (1,26 ± 1,92, P < 0,0001), dan penurunan yang signifikan dalam
emosi- koping fokus (diukur oleh Inventarisasi Mengatasi dari negosiasi Stres -2,37 ±
6,73, P < 0,01). Kedua, ditemukan bahwa wali dengan skor dasar yang lebih
dikompromikan paling diuntungkan dari intervensi, karena mereka mengalami
statistik signifikasi perbaikan stres mengatasi gaya (kurang orientasi emosi), rasa
penguasaan, dan beban.
Pengasuh keluarga informal menyediakan sebagian besar perawatan yang
diberikan kepada individu dengan demensia. peran pengasuhan umumnya tidak siap
dan memiliki sedikit pengetahuan tentang beberapa keterampilan untuk menangani
demensia. Secara khusus, mereka sering tahu sedikit tentang gejala psikologis prilaku
demensia (BPSD) yang hampir pasti muncul selama perjalanan penyakit.
Kesenjangan pengetahuan ini adalah penyebab terutama signifikan banyak studi
melaporkan bahwa BPSD adalah fitur yang paling memberikan tantangan untuk
pengasuh dimensia dan bahwa BPSD memberikan kontribusi beban paling besar pada
pengasuh, seperti dari kesulitan fisik, psikologis, sosial dan keuangan yang dialami
oleh mereka saat merawat orang dengan demensia.

Pada jurnal penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan.Ia tidak memiliki


kelompok kontrol yang tetap sehingga membuat kemungkinan untuk menyingkir
kanbahwa faktor-faktor lain, seperti berlalunya waktu atau regresi untuk rata rata, dan
juga penelitian ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan dalam pencatatan
selama program. Rencana masa depan mencakup pelaksanaan kelompok kontrol
selama waktu yg di tetapkan dari wali dan diterima untuk program seelanjutnya.
Kesulitan kedua terletak pada kenyataan bahwa Pengasuh mengatakan mereka sulit
untuk mengatur emosinya, keterbatasan ketiga adalah bahwa penerima perawatan
tidak dievaluasi baik sebelum atau setelah partisipasi dalam program. Dengan
demikian, peneliti mungkin susah untuk mendapatkan hasil dari progres yang didapat
selama penelitian karena masalah pengasujan tidak dilakukan pencatatan sebelum dan
sesudahnya. Peneliti juga mendapatkan refrensi teknik dalam situs lain. Namun
kemungkinan terlalu sulit untuk mencapai keberhasilannya. Tetapi kesulitan tersebut
dapat diselesaikan sehingga program ini sukses sepenuhnya disebarkan diberbagai
pengaturan lainnya.

Implikasi Keperawatan :

Kita sebagai perawat hendaknya harus selalu memberikan asuhan


keperawatan yang tepat guna mencapai hasil yang maksimal dari intervensi yang
telah dibuat. Dalam kasus Alzheimer sendiri, perawat harus memiliki ilmu
pengetahuan yang cukup agar dapat membantu pasien serta dalam pemberian therapy,
karena sebagaimana kita tahu bahwa penyakit Alzheimer dapat membuat seseorang
yang menderita akan mengalami kelupaan bahkan dengan hal-hal kecil saja, untuk
itu, selain ilmu pengetahuan yang cukup agar mampu memberikan asuhan keerawatan
yang tepat, perawat juga harus bisa menumbuhkan sikap Care, Core and Cure.

Anda mungkin juga menyukai