Anda di halaman 1dari 6

BAHASA INDONESIA

TUGAS 3

Oleh :
MELDA EKA SARASWATI
G41202299

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2021
Tugas 1

1. Asal-usul nama Indonesia

Diawali oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda yang memakai nama Nederlandsch-Indie atau
Hinda-Belanda untuk Indonesia masa penjajahan (dimulai 1602 dan diselingi penjajahan Prancis,
Inggris, dan Jepang). Nama “Indonesia” pertamakali muncul di tahun 1850, di sebuah majalah
ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di
Singapura. Penemunya adalah dua orang Inggris: James Richardson Logan dan George Samuel
Windsor Earl.

Saat itu, nama Hindia—nama wilayah kita saat itu—sering tertukar dengan nama tempat lain.
Karena itu, keduanya berpikir, daerah jajahan Belanda ini perlu diberi nama tersendiri. Earl
mengusulkan dua nama: Indunesia atau Malayunesia. Earl sendiri memilih Malayunesia.
Sedangkan Logan yang memilih nama Indunesia. Belakangan, Logan mengganti huruf “u” dari
nama tersebut menjadi “o”. Jadilah: INDONESIA

Nama Indonesia lalu dipopulerkan oleh etnolog Jerman, Adolf Bastian melalui bukunya,
Indonesien Oder Die Inseln Des Malayischen Archipels dan Die Volkev des Ostl Asien (1884).
Pada 1924, pemakaian nama Indonesia dimulai dengan terbitnya koran Indonesia Merdeka milik
Perhimpunan Indonesia. Kemudian penggunaan secara nasional bersama-sama terucap dalam
ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 hingga akhirnya Negara kita resmi bernama Indonesia
melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Tugas 2

R.A KARTINI
Biodata :

 Nama Lengkap : Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat


 Nama julukan : R.A Kartini
 Tempat dan Tanggal Lahir : Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879
 Agama : Islam
 Orang Tua : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat (Ayah), M.A. Ngasirah (Ibu)
 Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
 Anak : Soesalit Dojoadhiningrat
 Wafat : Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904

Biografi :

 Masa Muda R.A Kartini


Biografi RA Kartini yang pertama membahas tentang kelahiran dari R A Kartini. R A
Kartini terlahir pada tanggal 21 april di tahun 2879 di kota Jepara. Kemudian nama
lengkap dari Kartini adalah Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat. Untuk sejarah RA
Kartini dan kisah hidup kartini , ia terlahir di tengah-tengah keluarga bangsawan, karena
itu ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) di depan namanya. Gelar itu digunakan oleh
Kartini sebelum dia menikah, dan apabila telah menikah maka gelar kebangsaanya akan
berubah menjadi R.A (Raden Ayu) menurut tradisi yang ada di jawa. Ayahnya yang
bernama R.M. Sosroningrat, anak dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang
bangsawan yang tengah menjabat sebagai  bupati di jepara Beliau merupakan kakek dari
Kartini. Kemudian ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang
dikarenakan oleh posisinya kala itu sebagai bupati di jepara. Kemudian ibu kartini yang
bernama M.A. Ngasirah, beliau adalah anak seorang kiai atau guru agama di daerah
Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah juga, ternyata Kartini merupakan keturunan
dari Sultan Hamengkubuwono  VI. Bahkan ada juga yang mengatakan kalau garis
keturunan ayahnya berasal dari majapahit. M.A. Ngasirah sendiri bukanlah keturunan
dari bangsawan, melainkan dari rakyat biasa saja. Oleh karena itu peraturan dari kolonial
belanda kala itu mengharuskan seorang Bupati wajib menikah dengan bangsawan juga.
Hingga pada akhirnya ayah kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama
Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seseorang bangsawan keturunan langsung dari
raja Madura kala itu. Kartini merupakan akan kelima, tetapi dia adalah anak perempuan
tertua dari 11 bersaudara. Sebagai seorang bangsawan, dia juga memiliki hak
memperoleh pendidikan.
 Pendidikan R.A Kartini
Biografi RA Kartini yang selanjutnya adalah masa pendidikan Kartini. Ayah RA Kartini
menyekolahkan Kartini di ELS (Europes Lagere School). Disinilah dia kemudian belajar
bahasa negara belanda dan kemudian bersekolah hingga dia berusia 12 tahun. Pada saat
itu menurut kebiasaan kala itu, anak perempuan harus tinggal dirumah untuk dipingit.

Pemikiran RA Kartini Tentang Emansipasi Wanita


Biografi RA Kartini yang ini membahas tentang pemikiran dari Kartini. Meski berada
dirumah, dia aktif dalam melakukan korespondensi atau bisa disebut juga surat-menyurat
dengan teman-temanya yang berada di Belanda. Karena beliau juga sudah sangat fasih
dalam berbahasa Belanda. Kemudian dari sinilah dia mulai tertarik dengan berbagai
macam pola pikir perempuan yang ada di Eropa yang dia baca dari surat kabar, majalah
dan juga buku yang dia baca. Hingga ia mulai memikirkan untuk berusaha memajukan
perempuan pribumi. Didalam pikiranya, kedudukan perempuan pribumi adalah sangat
rendah kala itu. Kartini sering kali membaca surat kabar atau majalah kebudayaan eropa
yang menjadi langgananya yang didalam surat kabar atau majalah tersebut ialah
berbahasa belanda.
Ketertarikanya dalam membaca inilah yang membuat beliau mempunyai pengetahuan
yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan kebudayaan. RA Kartini memberi perhatian
khusus pada masalah emansipasi terhadap wanita melihat perbandingan di antara wanita
eropa dan wanita pribumi. Dia juga menaruh perhatian pada masalah sosial yang sedang
terjadi pada masanya. Menurut kartini, seorang wanita perlu memperoleh kesamaan,
kebebasan, otonomi dan kesetaraan hukum. Surat-surat yang RA Kartini buat lebih
banyak berupa keluhan-keluhan tentang kondisi perempuan-perempuan yang pribumi. Ia
melihat kebudayaa jawa yang pada masa itu lebih banyak menghambat kemajuan dari
perempuan pribumi saaat itu. Ia juga mengungkapkan bahwa wanita pribumi di jawa sulit
untuk mendaatkan kemajuan karena banyaknya kendala. Ia menuliskan penderitaan
perempuan jawa yang harus dirumah untuk dipingit. Tidak bebas untuk menuntut ilmu
serta adanya adat yang menyulitkan hak kebebasan bagi perempuan pribumi.
Kartini bercita-cita ingin melihat perempuan-perempuan pribumi untuk bisa menuntut
ilmu serta belajar seperti saat ini. Pemikiran baru RA Kartini mengenai emansipasi
wanita serta hak wanita pribumi itu mengubah pandangan masyarakat seta dianggap
sebagai hal baru. Selain menyinggung keluan-keluhan wanita pribumi, RA Kartini juga
menuliskan tentang peri kemanusiaan, Nasionalisme kebijaksanaan, dan masih banyak
lagi. RA Kartini pun juga menyinggung tentang agama misalnya ia mempermasalahkan
mengapa laki-laki dapat berpoligami. Serta juga mengapa kitab suci perlu untuk dibaca
tanpa harus memahami maknanya. Kartini menjadi seorang guru dan itupun direstui oleh
ayahnya karena merupakan cita-cita dari RA Kartini. Tetapi ia tidak diijinkan untuk
meneruskan pendidikanya di Batavia mauoun ke Negeri Belanda. Hingga akhirnya RA
Karini tidak bisa meneruskan cita-citanya untk menjadi seorag guru di Batavia. Dan tida
dapat meneruskan kuliahnya di Belanda yang mana ia sudah mendapatkan beasiswa
untuk berkuliah disana. Saat Kartini berusia 24 tahun ia dinikahkan dengan K.R.M.
Adipati Ario Singgih Adhingrat pada sekitar tahun 1903. K.R.M. Adipati Ario Singgih
Adhingrat merupakan seorang bangsaawan dan juga bupati Rembang yang telah memiliki
3 orang istri. Walau begitu suami Kartini K.R.M. Adipati Ario Singgih Adhingrat
memahami betul apa yang menjadi keinginan sang istrinya itu. Karena itu Kartini diberi
kebebasan untuk mendirikan sekolah wanita pertama. Sekolah itu dibangun di sebelah
kantor pemerintah kabupaten Rembang yang pada saat ini lebih dikenal sebagai gedung
pramuka.
 Pernikahan R.A Kartini
Biografi RA Kartini selanjutnya adalah pernikahan dari R A Kartini. RA Kartini menikah
dengan seorang bangsawan yang merupakan bupati Rembang pada kala itu yaitu K.R.M.
Adipati Ario Singgih Adhingrat. Bersama suaminya RA Kartini mendapatkan seorang
anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904.
Namun, beberapa hari setelah RA Kartini melahirkan anak pertamanya, RA Kartini lalu
wafat  pada tanggal 17 September 1904. pada usia yang begitu muda yaitu 24 tahun. Dan
kemuadian ia dimakamkan di Desa Bulu, Kabupaten Rembang. Berkat dari perjuangan
yang telah dilakukanya kemudian pada tahun 1912, berdirilah sekolah wanita oleh
yayasan Kartini yang berada di Semarang kemudian semakin mleuas ke daerah Surabaya,
Yogyakarta, Malang , Madiun, Cirebon serta daerah lainya. Sekolah-sekolah yang ada
diberi nama “Sekolah Kartini” untuk menghormati jasa-jasa dari Kartini. Yayasan
tersebut adalah milik keluarga Van Deventer, yang merupakan seorang tokoh politik etis
di era kolonial Belanda.
 Terbitnya buku yang diciptakan R.A Kartini yaitu “Habis Gelap Terbitlah Terang”
Sepeninggal RA Kartini , lalu seorang pria Belanda yang memiliki nama J.H. Abendanon
yang pada saat itu menjaat sebagai menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia
Belanda. Dia mengumpulkan surat-surat yang ditulis oleh Kartini ada saat ia aktif
melakukan korespondensi dengan teman-teman yang berada di eropa saat itu. Darisana
kemudian disusun buku yang awalnya berjudul ‘Door Duisternis tot Licht‘ yang
kemudian jika diterjemahkan menjadi  ‘Kegelapan Menuju Cahaya yang Terbit’ pada
tahun 1911. Buku tersebut ternyata menarik perhatian masyarakat saat itu teruatama
kaum Belanda, hal ini disebabkan oleh yang menulis surat-surat tersebut tak lain dan tak
bukan adalah wanita pribumi. Banyak pemikiran yang merubah pola pikir masyarakat
Belanda terhadap wanita pribumi pada waktu itu. Banyak tulisan-tulisanya yang mejadi
inspirasi bagi para tokoh-tokoh indonesia pada masa itu, seperti W.R Soepratman.
Kemuadian beliau membuat lagu yang berjudul ‘Ibu Kita Kartini‘.
Kemudian saat itu presiden Soekarno mengeluarkan instruksi berupa keputusan presiden
Republik Indonesia no.108 tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964 yang berisi bahwa
Kartini ditetakan sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional. Soekarno juga menetapkan
hari lahir Kartini yaitu pada tanggal 21 April dan diperingati sebagai hari Krtini sampai
detik ini.
 Timbulnya perdebatan dari Surat-surat yang Kartini tulis
Terjadi banyak perdebatan dan kontroversi tentang surat-surat yang ditulis oleh Kartini
sehingga sebagian besarnaskah asli RA Kartini tidak diketahui kebenaranya. Ada yang
menduga bahwa J.H. Abendanon melakukan rekayasa surat Kartini, Kecurigan ini
berdasarkan pada buku Kartini terbit saat pemerintah kolonial Belanda menjalankan
polotik etis di Hindia Belanda Ketika itu. Selain itu penetapan tanggal kelahiran Kartini
juga banyak yang memperdebatkan. Pihak yang tidak menyetujui, mengusulkan bahwa
tidak hanya merayakan hari Kartini saja, namun juga hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22
Desember. Menurut sebagian golongan, wilayah dari perjuangan Kartini hanya ada di
Jepara dan Rembang saja, Kartni juga tidak mengangkat senjata untuk melawan penjajah
kolonial.
 Keturunan Kartini hingga saat ini
Biografi RA Kartini yang ini membahas tentang keturunan dari Kartini. Kartini
mempunyai seorang anak bernama R.M Soesalit Djojoadhiningrat yang merupakan hasil
pernikahan dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Kemuadian anak
Kartini yang bernama R.M Soesalit Djojoadhiningrat kala itu sempat menjabat sebagai
Mayor jendral pada masa kedudukan Jepang. Kemudian ia memiliki anak bernama RM.
Boedi Setiyo Soesalit yang menikahi seorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi
Setio Soesalit. Kemudian hasil dari pernikahan itu melahirkan 5 orang anak yaitu RA.
Kartini Setiawati Soesalit, lalu RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit,
RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, kemudian yang terakhir adalah RM. Rahmat
Harjanto Soesalit.
 Buku-buku yang diterbitkan R.A Kartini
Berikut ini adalah buku-buku yang diterbitkan oleh RA Kartini, antara lain?
1. Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
2. Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer)
3. Habis Gelap Terbitlah Terang
4. Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
5. Aku Mau.. Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella
Zeehandelaar 1899-1903.

Alasan saya menyukai beliau, karena setelah saya membaca kisah perjuangan beliau untuk
menegakkan hak asasi untuk para wanita, saya jadi lebih memahami bahwasanya derajat pria dan
wanita itu sama. Meskipun para pria memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi tidak
membuat para wanita harus berkecil hati. Karena pada dasarnya wanita juga bisa menjadi
pemimpin, seperti saat sekarang ini banyak sekali para wanita yang mencalonkan untuk menjabat
dipemerintahan. Saya juga lebih berpikiran luas bahwa masa depan para wanita bukan hanya
menjadi istri atau ibu rumah tangga. Mereka memiliki hak bebas untuk menempuh pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai