Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 PEMBAHASAN
KASUS UTAMA
Tuberkulosis
paru adalah penyakit
radang parenkim
paru karena infeksi
kuman. Tuberculosis
paru termasuk suatu
pneumonia yang
disebabkan oleh M.
tuberculosis.
Tuberculosis paru
mencakup 80% dari
keseluruhan
kejadian penyakit
tuberculosis,
sedangkan 20%
selebihnya
merupakan
tuberculosis
ektrapulmonar
(Darmanto, 2015).
Dalam
penelitian yang
dilakukan oleh
Datulong 2015
dengan judul

64
penelitian “
Hubungan faktor
resiko umur, Jenis
kelamin dan
Kepadatan Hunian
dengan Kejadian TB
Paru Di Desa Wori
Kecamatan Wori”
dengan hasil
penelitian bahwa
ada hubungan antara
jenis kelamin dan
umur dengan
kejadian TB namun
pada faktor
lingkungan tidak
terdapat hubungan.
Pada pasien
kelolaan Ny. M
dengan diagnose TB
paru, di ruangan
tropik. Pada saat
dilakukan
pengkajian tanggal
22 Agustus 2018
pasien mengeluh
sesak nafas, batuk,
dan mual muntah
setelah minum OAT

65
dan setelah makan.
Pasien dan keluarga
mengatakan alasan
pasien masuk rumah
sakit karena
merasakan sesak
nafas 1minggu yang
lalu, batuk berlendir
sudah 1 minggu,
tidak nafsu makan
dan mual muntah 2
kali saat dirumah.
Pasien mengatakan
akan merasakan
sesak saat
beraktivitas disertai
batuk. Keluarga dan
pasien mengatakan
pasien tengah
menjalani perawatan
6 bulan akan tetapi
sering sesak dan
mual Muntah
setelah mnum OAT.
4.2 PEMBAHASAN KASUS
KELOLAAN DAN
RESUME
4.2.1 KASUS KELOLAAN

66
1) Pasien dengan diagnose
SNH
Stroke atau disebut
juga cerebro vascular
accident (CVA)
merupakan gangguan
neurologik mendadak
yang terjadi akibat
pembatasan atau
terhentinya aliran darah
melalui sistem suplai arteri
otak. Stroke dibagi
menjadi dua jenis yaitu
stroke iskemik/stroke non
hemoragik (SNH) akibat
penyumbatan dan stroke
hemoragik akibat pecah
pembuluh di otak
( Wiloson dalam Aulia
2015).
Pada Stroke Non
Haemoragik (SNH) adalah
stroke yang disebabkan
peredaran darah ke
sebagian jaringan otak
terhenti karena sumbatan
thrombus dan embolus
yang terlepas dari jantung
atau arteri ekstrakranial

67
(arteri yang berada di luar
tengkorak) yang
menyebabkan sumbatan di
satu atau beberapa arteri
intracranial (arteri yang
berada di dalam
tengkorak). Stadium
recovery adalah stadium
pada penderita stroke
dimana terjadi reabsorbsi
oedema pada otak,
sehingga terjadi penurunan
proses desak ruang akut
yang ada didalam otak,
aktifitas reflek spinal
sudah dapat berfungsi
tetapi belum mendapat
kontrol dari sistem
supraspinal, berlangsung
sekitar 6-8 bulan setelah
terjadinya serangan stroke.
Apabila fase ini diberikan
penanganan yang baik
maka perbaikan kearah
impairment masih dapat
ditingkatkan ( Kuntono,
dalam Aulia 2015).
Tanda dan gejala
yang timbul dapat

68
berbagai macam
tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga
topisnya. Namun ada
beberapa tanda dan gejala
yang umum dijumpai pada
penderita stroke non
hemoragik yaitu: 1.
Gangguan Motorik -
Tonus abnormal
(hipotonus/ hipertonus) -
Penurunan kekuatan otot -
Gangguan gerak volunter -
Gangguan keseimbangan -
Gangguan koordinasi -
Gangguan ketahanan 2.
Gangguan Sensorik -
Gangguan propioseptik -
Gangguan kinestetik -
Gangguan diskriminatif
Gangguan Kognitif,
Memori dan Atensi -
Gangguan atensi -
Gangguan memori -
Gangguan inisiatif -
Gangguan daya
perencanaan - Gangguan
cara menyelesaikan suatu
masalah 4. Gangguan

69
Kemampuan Fungsional
Gangguan dalam
beraktifitas sehari-hari
seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian.
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh
Sofyan dkk tahun 2017
dengan judul ” Hubungan
umur, Jenis kelamin dan
Hipertensi dengan
kejadian Stroke “ dengan
hasil penelitian bahwa ada
hubungan antara umur,
jenis kelamin dan
hipertensi dengan kejadian
stroke. Dari hasil
penelitian, kejadian stroke
ditemukan paling banyak
pada golongan umur > 55
tahun (67,5%), jenis
kelamin laki-laki (52%)
dan penderita hipertensi
(88,3%).
Pada pasien
kelolaan Tn. AR dengan
diagnose stroke non
hemoragik (SNH) di
ruangan HCU Cardio.

70
Pada saat dilakukan
pengkajian pasien
mengeluh lemah, dan
terasa berat untuk
menggerakan tubuhnya
sebelah kiri, nyeri dada,
penurunan nafsu makan,
berbicara tidak jelas.
Pasien masuk rumah sakit
dengan nyeri dada, lemah
sisi kanan Dengan hasil ct
scan kepala dengan kesan,
infrak serebri bilateral,
infark pons, hypertensive
hydrocephalus..
2) Pasien dengan COR
Cedera kepala
masih merupakan
penyebab utama kematian
dan kecacatan, dan
memerlukan perawatan
Intensive Care Unit (ICU).
Cedera kepala disebabkan
oleh massa mekanik dari
luar tubuh yang
mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif dan
psikososial, dapat terjadi
sementara atau permanen,

71
dan dapat menyebabkan
penurunan kesadaran.
Pada penelitian Suryati
gusasi, Skep. M.kepyang
berjudul “profil pasien
cedera kepala sedang dan
berat yang dirawat pada
ICU dan HCU”,
menggunakan metode
penelitian deskriptif
retrospektif yang
dilakukan pada September
sampai dengan November
2016 di Instalasi Rekam
Medik RSUP Prof. Dr.
R.D. Kandou, Manado.
Besar sampel
ditentukan dengan metode
non probability sampling
yaitu purposive sampling.
Sampel penelitian adalah
pasien ICU dan HCU
dengan diagnosa cedera
kepala sedang dan berat
yang memenuhi kriteria
inklusi pada data Rekam
Medik periode September
2015 sampai dengan
Agustus 2016. Hasil

72
penelitian didapatkan
jumlah sampel 40 pasien,
dengan jenis kelamin
terbanyak laki-laki 33
orang (83%). Komplikasi
SIRS ditemui pada 23
kasus (57,5%). Paling
banyak pasien dirawat
pada 1–7 hari dan pasien
yang meninggal dunia
terbanyak pada lama rawat
1–7 hari. Pasien
meninggal dunia
berjumlah 25 orang
(62,5%) dan terbanyak
meninggal dunia setelah >
48 jam (72%); dari 25
orang yang meninggal
dunia pasien dengan
cedera kepala berat
sebanyak 18 orang (45%).
Pada pasien
kelolaan tanggal
21/07/2019 Ny. Nk, pasien
mengatakan masuk rumah
sakit aloe saboe karena
mengalami kecelakaan
yang mengakibatkan
kepala pasien terbentur

73
pada kaca mobil sehingga
pasien mengeluh nyeri
kepala dengan skala 7
masien merupakan rujukan
dari puskesmas atinggola.
3) Pasien dengan diagnose
DM
Diabetes melitus
adalah suatu keadaan
didapatkan peningkatan
kadar gula darah yang
kronik sebagai akibat dari
gangguan pada
metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein karena
kekurangan hormone
insulin. Masalah utama
pada penderita DM ialah
terjadinya komplikasi,
khususnya komplikasi DM
kronik yang merupakan
penyebab utama kesakitan
dan kematian penderita
DM (Surkesda, 2008). DM
Tipe 2 (berawal dari
resistensi insulin yang
predominan dengan
defisiensi insulin relatif
menuju ke defek sekresi

74
insulin yang predominan
dengan resistensi insulin)
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Idris
dkk tahun 2014 dengan
judul penelitian ” Pola
Makan dengan Kadar
Glukosa Darah Pasien DM
Tipe II “ dengan hasil
penelitian bahwa ada
hubungan pola makan
dengan peningkatan kadar
glukosa darah.
Pada pasien
kelolaan saat dilakukan
pengkajian, pada Ny.
E.K.D dengan diagnosa
DM tipe II di ruangan
bedah, pasien mengatakan
memiliki riwayat penyekit
DM ± 2 tahun yang lalu.
Sebelumnya pasien
memiliki riwayat DM
namun tidak terdapat luka,
biasanya langsung sembuh
± 1 minggu yang lalu,
pasien mengalami
bengkak dan nanah hingga
lama kelamaan menjadi

75
luka. Saat pengkajian
pasien mengeluh nyeri
pada bokong, pasien juga
mengalami gangguan pola
tidur.
4) Pasien dengan
Appendisitis
Apendisitis adalah
peradangan pada apendiks
vermiformis dan
merupakan penyebab
abdomen akut yang paling
sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur
baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki
berusia 10-30 tahun
(Mansjoer, 2010)
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh
Arrifudin dkk tahun 2017
dengan judul penelitian
“Faktor Risiko Kejadian
Apendisitis Di Bagian
Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu”
dengan hasil penelitian
bahwa pola makan sangat

76
beresiko terjadinya
apendisitis.
Dalam kasus kelolaan,
berdasarkan teroi dan
penelitian yang telah
ditelti bahwa pasien NN
A.D mengatakan sering
mengkonsumi makanan
yang tidak sehat seperti
makanan yang pedas,
berlemak berbiji dan
kurang minum.
5) Kolelitiasis
Batu empedu
adalah material atau kristal
yang terbentuk dalam di
dalam kandung empedu,
saluran empedu, atau
keduanya. Batu empedu
merupakan masalah
kesehatan yang signifikan
dalam masyarakat
berkembang. Studi
epidemiologi
menunjukkan bahwa
prevalensi batu empedu
berkaitan dengan
meningkatnya usia dan
lebih sering ditemukan

77
pada perempuan. Pada
penelitian yang dilakukan
oleh Asni haryanto pasien
batu empedu di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado dalam periode
Oktober 2015 - October
2016. Jenis penelitian
ialah deskriptif
retrospektif. Hasil
penelitian mendapatkan
113 kasus penyakit batu
empedu, Majoritas kasus
ialah perempuoan,
kelompok usia 60 tahun,
kadar bilirubin ≥3 mg/dl
disertai ikterik yang jelas,
dengan penanganan
operatif kolesistektomi
laparatomi dan
kolesistektomi
laparoskopik.
Pada pasien
kelolaan kolelitiasis
dialami oleh Ny. F.S yang
berjenis kelamin
perempuan, pasien
mengatakan sebelumnya
2tahun lalu pernah

78
memiliki riwayat operasi
section cesar.
6) Kolik Abdomen
Kolik abdomen
merupakan nyeri yan
gdapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan
tajam. Mekanisme
terjadinya nyeri ini adalah
karena sumbatan baik
parsial ataupun total baik
oragan tubuh berongga
atau organ yang terlibat
tersebut dipengaruhi
peristaltik.
Penatalaksanaan nyeri
pada abdominal
paindilaksanakan dengan
dua cara yaitu secara
farmakologisdan non
farmakologis.
Penatalaksanaannyeri
secara farmakologis
dilakukan secara
berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dalam pemberian
analgetik. Sedangkan
tindakan non farmakologis

79
yaitu salah satunya adalah
dengan memberikan terapi
relaksasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh
tehnik relaksasi
(autogenik)terhadap
tingkat nyeri akut pada
pasien dengan abdominal
pain.Desain penelitian
menggunakan metode
analitik dengan
pendekatan quasi
eksperiment, responden
penelitian adalah pasien
yang datang ke IGD
RSUD Karawang dengan
diagnosa abdominal
painsebanyak 30
responden. Tehnik
pengolahan data dianalisis
dengan uji independent t-
test.
Hasil penelitian
menunjukkan terdapat
pengaruh tehnik relaksasi
yang signifikan terhadap
nyeri akut pada pasien
dengan abdominal paindi

80
IGD RSUD Karawang.
Hasil analisa diperoleh
(Pv=0,000) < α (0,005).
Berdasarkan hal tersebut
maka rekomendasi dari
hasil penelitian ini adalah
kepada unitpelayanan
kesehatan untuk dapat
menerapkan prosedur
tehnik relaksasi autogenik
sebagai salah satu
alternatif untuk
menurunkan tingkat nyeri
pada pasien khususnya
abdominal pain.
Pada pasien
kelolaan diruangan bedah
RSUD Prof Dr H Aloei
saboe dengan pasien Ny.
RL mengeluh nyeri pada
bagian perut sebelumnya
pasien sering
mengkonsumsi makanan
yang berlemak.
Berhubungan erat dengan
penelitin diatas pasien
kelolaan ini memiliki
keluhan nyeri sehingga
sesuai dengan intervensi

81
diangkatlah salah satu
intervensi dengan
memberikan teknik
relaksasi.
7) Kolik renal
Kolik renal Atau
biasa dikena dengan batu
ginjal.
Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung
kemih). Proses
pembentukan batu ini
disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis)
membentuk kristal;
kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat,asam
urat dan magnesium.
Nyeri kolik pada penderita
batu ureter merupakan
gangguan urologi yang
paling menyakitkan. Nyeri
kolik timbul karena
adanya obstruksi dan
hambatan pasase material
dalam organ berongga.
Kolik sangat dipengaruhi

82
oleh ukuran batu, lokasi
batu, derajat obstruksi, dan
variasi anatomi tiap
individu
Pada kasus
kelolaan Ny. D.Y.I
diruangan Interna dengan
keluhan nyeri pada
pinggang menjalar hingga
kepaha pasien juga
mengalami konstipasi dan
gangguan pola tidur,
pasien juga mengeluh
demam naik turun dan
nyeri pada kepala.
4.2.2 RESUME
KELOLAAN
1) Sectio caesaria (G2P1A0)
Sectio caesaria
adalah suatu persalinan
buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat
janin di atas 500 gram.
Pada pasien resume
kelolaan Ny L.W

83
mengatakan rasa cemas
terhadap tindakan operasi
walaupun ini adalah
persalinan keduanya.
2) Pasien diagnose Fraktur
Fraktur atau patah
tulang ialah keadaan
dimana terjadi hilangnya
kontinuitas jaringan
tulang, (Agus, 2017).
Fraktur merupakan
ancaman potensial
maupun actual terhadap
inegritas seseorang,
sehingga akan mengalami
gangguan fisiologis
maupun spikologis yang
dapat menimbulkan
respon berupa nyeri. Nyeri
tersebut adalah keadaan
subjektif dimana
seseorang memperlihatkan
ketidaknyamanan secara
verbal maupun nonverbal.
Dari penelitian
yang dilakukan oleh
Cynthia, karakteristik
yang berhubungan dengan
tingkat nyeri pada pasien

84
fraktur, didapatkan bahwa
responden terbanyak
adalah faktor yang
mempengaruhi nyeri pada
tingkat merasa cemas
yaitu 25 responden
(59.5%) dan 22 responden
(52.4%) dengan tingkat
nyeri sedang. terdapat
hubungan antara faktor
yang mempengaruhi nyeri
dengan tingkat nyeri pada
pasien fraktur di Ruang
Bedah Rumah Sakit
Umum GMIM Bethesda
Tomohon.
Pada pasien
dengan kasus kelolaan
pada Tn. EL dengan
diagnose fraktur kompresi
di ruangan SK2P Bedah
kamar dahlia. Pasien
mengeluh nyeri. Pada saat
dilakukan pengkajian
pasien mengeluh nyeri
pada kaki kiri. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk
tusuk dengan skala nyeri 6

85
(sedang). Nyeri dirasakan
hilang timbul.
3) Herniatomi
Hernia yaitu
penonjolan isi perut dalam
rongga yang normal
melalui suatu defek. Pada
lansia dan
muskoloaponelirotik di
dinding perut, baik secara
ongenital atau yang di
dapat memberi jalan
keluar dari setiap alat
tubuh yang biasa melalui
dinding tersebut
(Mansjoer, 2008).
Pada Pasien Kelolaan
Resume Atas Nama Ny. Rl
Mengeluh Cemas Atas
Tindakan Operasi Yang
Akan Dilakukan
diruangan IBS.
4) Pasien dengan diagnose
CKD
Gagal ginjal kronis
merupakan akibat akhir
kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap.
Gagal ginjal kronik adalah

86
penurunan fungsi ginjal
yang bersifat peristen dan
ireversibel, gangguan
fungsi ginjal yang terjadi
penrunan laju filtrasi
glomerulus yang dapat
digolongkan ringan,
sedang dan berat. (Rudi,
2013).
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh
Pranandari dan Supadmi
tahun 2015 dengan judul
penelitian “faktor risiko
gagal ginjal kronik di unit
hemodialisis rsud wates
kulon progo” dengan
hasil penelitian bahwa ada
hubungan antara riwayat
penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, penggunaan
obat analgetik, merokok,
dan minuman suplemen
energy.
Pada pasien
kelolaan, saat dilakukan
pengkajian tanggal 24
oktober 2018 pasien Ny
H.A mengatakan datang ke

87
rumah sakit untuk
melakukan tindakan terapi
hemodialisa. Terapi
hemodialisa rutin
dilakukan 2 kali dalam
seminggu. Pasien terlihat
lemah,pasien masih dalam
keadaan bed rest, BAK >2
kali dalam sehari, keluarga
pasien mengatakan pasien
mengeluh sesak nafas ,
BAK tidak lancar, urin
hanya sedikitdan berwana
kuning keruh.
Pada pasien
kelolaan kedua Tn HO
dating dirumah sakit untuk
melakukuan terapi
hemodialisa yang
dilakukan rutin 2x
seminggu, pasien Nampak
lemah pasien masih dalam
keadaan bed rest, pasien
mengatakan sudah tidak
laki BAK selama 1tahun.

5) Pasien dengan osteoma

88
Osteoma
merupakan tumor jinak
yang paling sering
ditemukan dari seluruh
tumor jinak tulang,
terutama terjadi pada usia
20 – 40 thn (Arif
mutaqqin. 2008) Osteoma
sering ditemukan ditulang
tengkorak dan tulang-
tulang muka. Osteoma
yang luas dapat
menyerang clavicula,
pelvis dan jaringan tubula
tulang (osteoma
periosteal).
Pada pasien kelolaan Ny.
L.W mengeluh nyeri
kepala dirasakan semakin
memberat sejak 1 minggu,
pasien mengatakan akan
dilakukan tindakan operasi
dan pasien merasa cemas
dengan tindakan yang
diberikan tersebut.
6) Abses mandibula
Abses adalah
terkumpulnya nanah (pus)
di dalam ruang potensial

89
yang terletak di antara
fasia leher dalam, sebagai
akibat penjalaran dari
berbagai sumber infeksi,
seperti: gigi, mulut,
tenggorok, sinus
paranasal, telinga dan
leher. Gejala dan tanda
klinik dapat berupa nyeri
serta pembengkakan di
ruang leher dalam yang
terkena.
Pada pasien kelolaan ny
T.H mengatakan nyeri
pada rahang sebelah kiri,
terjadi pembengkakan dan
kemerahan yang
mengakibatkan pasien
sulit untuk memulai tidur.

90

Anda mungkin juga menyukai