Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pola hubungan manusia dengan sang khaliq yakni Allah SWT. (hablu minallah) sangat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Karena pada hakikatnya pada jiwa
setiap orang pasti terdapat dua sifat yang bertentangan, yakni akhlak terpuji dan akhlak
tercela.
Dimana akhlak terpuji akan senantiasa berorientasi pada kebaikan-kebaikan yang
membawa maslahah, baik kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang lain yang dalam hal ini
disebut dengan istilah akhlak al-mahmudah atau akhlak al-karimah dan perilaku tercela
berupa sifat-sifat yang senantiasa mengarahkan manusia untuk berbuat keburukan yang
daripadanya akan mendatangkan madharat terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang
dalam hal ini disebut dengan istilah akhlakul madzmumah.
Meskipun demikian dalam makalah ini tidak serta merta membahas semua pokok kajian
tentang akhlak yang berkaitan dengan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah, melainkan
dalam makalah ini akan lebih spesifik membahas topik yang berkenaan dengan akhlak
madzmumah yakni meliputi akhlak madzmumah terhadap Allah SWT, akhlak madzmumah
terhadap dirinya sendiri maupun akhlak madzmumah terhadap orang lain dan hal-hal lain
yang berkaitan dengannya.
Sehingga dengan kita mengetahui hal-hal yang berkenaan dengan akhlak tercela tersebut
kita sebagai hamba Allah SWT yang taat, dapat selalu mawasdiri terhadap akhlak
madzmumah dan senantiasa menghindarinya sehingga jalan kita untuk meraih ridho dan
mendekatkan dir kita kepada-Nya akan menjadi lapang dan mudah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dari Akhlak Madzmumah ?
2. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Terhadap Allah?
3. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Terhadap Diri Sendiri ?
4. Apa Saja yang Termasuk Kategori Akhlak Madzmumah Kepada Orang Lain?
5. Apa saja Contoh dari sifat-sifatAkhlak Madzmumah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian akhlak madzmumah.
2. Memahami tentang kategori akhlak madzmumah terhadap Allah.
3. Mengidentifikasi tentang kategori akhlak madzmumah terhadap diri sendiri.
4. Mendiskripsikan tentang kategori akhlak madzmumah kepada orang lain.
5. Menyebutkan Contoh dari sifat-sifatAkhlak Madzmumah
D. Manfaat Penulis
1. Bagi penulis : menambah wawasan keilmuwan dalam bidang karya tulis ilmiah
khususnya yang berkaitan dengan aqidah akhlaq bila diaktualisasikan dalam kehidupan
sehari-hari
2. Bagi pembaca : dapat mengetahui Akhlaq madzmumah dan konsekuensinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian akhlak madzmumah

Akhlak secara bahasa 1berarti tindakan, perilaku, dan juga perangai. Adapun
madzmumah sendiri memiliki arti kekejian (radza’il), buruk atau tercela. Adapun semua
biang sifat-sifat buruk juga disebut dengan akhlak yang tercela yang dari padanya dapat
terbentuk sifat tercela yang menjijikan di dalam jiwa (khaba’its fi al-nafs), penyakit dalam
jiwa dan juga sifat yang merusak (shifat muhlikat), Sehingga dengan demikian akhlak
madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti
yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tidak
mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak
dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan yang bertentangan
dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu
adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh
manusia. Dan daripadanya akan memberikan dampak negatif terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain yang berada disekitarnya.
Pendapat lain juga menyebutkan 2bahwasanya yang disebut dengan akhlak madzmumah
ialah semua sifat, perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai negatif.
Meskipun demikian menurut AL-Ghazali asal mula yang menjadi biang dari adanya akhlak
madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses nafsu seksual, nafsu untuk berkata berlebihan,
amarah hebat, rasa iri, rasa dendam, cinta dunia, cinta harta, kebakhilan, kemegahan,
kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap diri sendiri, dan untuk membuang biang-
biang dari sifat tersebut dapat dilakukan dengan jalan ridyadhah dan membiasaan menahan
diri atau mujahadah.

1
Akhlak secara bahasa

2
Pendapat lain juga menyebutkan

3
B. Kategori akhlak madzmumah terhadap Allah.

Sebagaimana telah dibahas pada makalah sebelumnya yang menyatakan bahwa ruang
lingkup akhlak adalah meliputi akhlak terhadap sang khaliq atau Allah SWT, akhlak terhadap
diri sendiri, dan juga akhlak kepada sesama manusia.
Adapun diantara sikap dan perilaku manusia yang termasuk bentuk dari akhlak tercela terhadap
Allah SWT. yaitu :
1. Ria
Sifat ria berhubungan erat dengan sifat sum’ah yang mana menurut imam Ghazali ria berasal dari
kata ru’ya yang berarti memperlihatkan, atau secara jelasnya dapat difahami dengan “ingin
dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan atau pujian” sedangkan sum’ah berasal dari
kata sama’ yang berarti mendengar, memperdengarkan, atau juga menceritakan (amal kebaikan).
Sehingga dari pemaknaan tersebut dapat difahami bahwa yang dimaksud dengan sum’ah disini
yakni sifat suka menceritakan amal perbuatan agar didengar orang dengan maksud untuk
mendapatkan pujian atau simpati.
Dengan demikian antara ria dan sum’ah, keduanya merupakan sifat tercela dan menghilangkan
sifat ikhlas karena amal kebaikan yang dilakukan tidak semata-mata karena Allah SWT semata,
tetapi karena ingin mendapat pujian atau kekhawatiran mendapat celaan dari orang lain. Adapun
hadits yang berkenaan dengan larangan untuk berbuat ria dan sum’ah yakni sebagai berikut :
]‫س َّم َع هللاُ بِ ِه َو َم ْن يَ َرائى هللا بِ ِه [رواه البخا ري‬
َ ‫َم ْن‬
Artinya : “barang siapa (berbuat baik) karena ingin didengar oleh orang lain (sum’ah), maka
Allah akan memperdengarkan kejelekannya kepada orang lain. Dan barang siapa (berbuat baik)
karena ingin dilihat orang lain (ria) maka Allah akan memperlihatkan kejelekannya kepada orang
lain.” (H.R. Bukhari).
Adapun sifat ria dan sum’ah akan membawa dampak buruk terhadap pelakunya, diantaranya
yaitu :
a. Allah SWT tidak menerima sedikitpun amalan ibadah dari pelaku ria, bahkan mereka akan
menerima azab sebagai balasannya, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Ali Imran Ayat 188
b. Mendapat dosa besar karena ria termasuk perbuatan syirik sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad

4
c. Menghapus pahala amal baik dan tidak selamat dari bahaya kekafiran, karena ria sangat dekat
dengan kekafiran, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 264.

2. Nifak
Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi istilah
yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan keimanannya.
Menurut Imam Ghozali dalam kitanbnya Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa kata munafik
adalah diambil dari kata Nafiqa’ul yarbu (liang binatang seperti tikus, kakinya lebih panjang dari
tangannya, ekor dan telinganya lebih panjang kalau dibandingkan dengan tikus). Disebutkan
bahwa yarbu memiliki dua buah liang, sebuah disebut nafiqa’ dan sebuah lagi disebut qasia’. Dia
bisa menampakkan dirinya pada liang yang satu dan keluar lagi dari liang yang lain. Oleh karena
itulah orang yang berbuat demikian disebut munafik, sebab dia menampakkan dirinya bahwa dia
seorang yang Islam, tetapi dia keluar dari Islam itu kea rah kafir. Kemunafiksn itu ada dua
macam:
a) Kemunafikan yang mengeluarkan dari agama dan mengantarkan orang kepada golongan
orang-orang kafir serta membawa ke dalam golongan orang-orang yang diabadikan di dalam
neraka.
b) Kemunafikan yang membimbing pemiliknya ke neraka pada batas waktu tertentu atau
mengurangi dari derajat kemuliaan dan menurunkan dari tingkat sadiqin.

C. Kategori akhlak madzmumah terhadap diri sendiri

Yang termasuk akhlat tercela terhadap diri sendiri diantaranya adalah:


1. ‘Ananiya
‘Ananiyah yaitu 3sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois atau ingin
menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap individualistik.
Manusia adalah makhluk sosial (zone poloticon) yang sepanjang hidupnya sangat membutuhkan
bantuan orang lain, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh sebab itu sifat ‘ananiyah

3
Pengertian Ananiyah

5
sangat tidak pantas dimiliki oleh manusia, sebab hal ini bertentangan dengan naluri manusia itu
sendiri. Sikap perilaku ‘aniyah atau mementingkan diri sendiri, merupakan sikap yang tidak
terpuji. Selain itu, dapat menimbulkan akibat negatif bagi pelakunya, diantara dampak dari sifat
ini yaitu :
a. Dibenci banyak orang karena didunia ini tidak ada seorangpun yang suka terhadap perbuatan
yang mementingkan dirinya sendiri.
b. tidak akan mendapatkan banyak teman karena semua orang akan meninggalkannya.
c. Mendatangkan banyak musuh tanpa disadarinya.
2. Putus asa
Putus asa 4adalah hilangnya suatu harapan, cita-cita, keinginan dan gairah hidup untuk meraih
masa depan yang gemilang. Putus asa selain merupakan sifat tercela yang harus dihindari dan
dijauhi, juga termasuk sifat buruk yang dapat merugikan pelakunya.
Sifat putus asa harus dihindari oleh semua orang, meskipun sedang ditimpa musibah atau beban
yang sangat berat, hendaknya kita tidak boleh berputus asa. Sebab sikap perilaku putus asa hanya
dilakukan oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah. Adapun hal-hal negatif yang
ditumbuhkan dari sikap putus asa sangat banyak, misalnya banyak orang yang rela mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri, atau hilang akalnya menjadi gila dan sebagainya.
Oleh karena itu betapa pentingnya kita mengenal nilai-nilai negative akibat perbuatan putus asa
dalam kehidupan kita, sehingga kita tidak terjerumus kejurang perbuatan nista tersebut. Adapun
nilai-nilai negatif akibat perbuatan putus asa antara lain sebagai berikut:
a. Manusia tidak terpeliharanya keimanannya kepada Allah SWT, sebab orang yang putus asa
tidak lagi berharap akan datangnya rahmat Allah SWT.
b. Tidak memiliki semangat untuk meraih sukses pada masa yang akan datang dan tidak
menjadikan kegagalan hari ini sebagai pengalaman yang berharga yang harus dijadikan pelajaran
bagi langkah selanjutnya.
c. Cenderung menyalahkan orang lain dan diri sendiri, bahkan menyalahkan Allah SWT, dengan
takdir buruknya, dan tidak mau mengevaluasi diri atas kegagalan atau beban yang menimpanya.
3. Tamak
Menurut bahasa, tamak artinya 5serakah, rakus atau ambisius. Adapun menurut istilah, tamak

4
Pengertian Putus asa
5
Pengertian tamak

6
sikap perilaku tidak puas atas apa yang telah dimilikinya. Sikap tamak atau serakah merupakan
sikap tercela yang harus dihindari dan dijauhi.
Adapun dampak negatif yang timbul dari sikap tamak diantaranya yaitu :
a. Bersikap tidak ikhlas atas apa yang diberikan Allah SWT kepadanya dengan selalu berusaha
untuk mendapatkan yang lebih baik banyak dari apa yang sudah ada.
b. Munculnya banyak keinginan untuk memiliki apa yang menjadi milik orang lain dan itu hanya
akan membuat diri kita tersiksa.
c. Tumbuh sikap yang membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan yang dimiliki orang
lain dengan tujuan untuk saling menjatuhkan.
4. Takabur
Menurut bahasa takabur artinya sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa diri paling besar.
Adapun menurut istilah takabur adalah sikap perilaku menyombongkan diri terhadap orang lain.
Takabur juga dapat diartikan sebagai sikap perilaku menganggap orang lain lebih rendah
dibandingkan dirinya.
Diantara nilai-nilai negatif yang ditimbulkan akibat perbuatan takabur adalah sebagai berikut:
a. Hidupnya banyak dipengaruhi oleh hawa nafsu setan, sehingga akal sehatnya kurang
berfungsi.
b. Tidak pernah instropeksi diri sehingga selamanya tidak mengenali kekurangan dan kelemahan
dirinya.
c. Tidak mendapat ampunan dari Allah sepanjang kesombongan masih bercokol dihatinya.

D. Kategori akhlak madzmumah terhadap orang lain

1. Hasad
Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Adapun menurut istilah hasad ialah sifat iri
atau tidak suka kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah, baik berupa prestasi maupun
materi kekayaan. Sifat hasad muncul dari keinginan yang berlebihan terhadap apa yang diraih
oleh orang lain, sedangkan jalan untuk memperoleh seperti yang didapat oleh orang lain tersebut
telah tertutup. Tertutup jalannya karena tidak memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oarang
lain yang sukses tersebut.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan hasad:
a. Mengandung sikap perilaku iri dan dengki

7
b. Mengandung sikap perilaku suka mencari-cari kesalahan orang lain
c. Mengandung sikap perilaku suka melempar kesalahan pada orang lain (berburuk sangka)
2. Ghibah
Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib atau
kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya itu. Kebiasaan
seperti itu, biasanya disebabkan oleh kebiasaan seseorang yang kurang memperhatikan dirinya
sendiri karena merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Selain itu, dapat juga disebabkan
oleh rasa benci terhadap oarang yang sedang dibicarakan.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan ghibah:
a. Memutuskan ikatan silaturrahmi antara sesama saudara muslim
b. Menimbulkan sikap balas dendam dari pihak yang digunjing
c. Menimbulkan permusuhan dan persengketaan
d. Mendapat kutukan dan murka dari Allah SWT
e. Melanggar etika berbicara dalam pergaulan
3. Fitnah
Fitnah artinya perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang dimaksudkan untuk
menjatuhkan, menjelekkan, menodai nama baik orang lain, atau merugikan kehormatannya.
Mefitnah merupakan perbuiatan yang sangat tercela yang harus dihindari dari setiap muslim.
Sebab perbuatan memfitnah sangat besar bahayanya dibandingkan dengan perbuatan membunuh
sekalipun. Jika membunuh hanya merusak jasmani orang maka memfitnah dapat merusak
mental, jiwa dan raga sekaligus.
Nilai-nilai negatif akibat perbuatan fitnah
a. Dijauhi banyak orang
b. Jiwanya resah dan gelisah
c. Mendapat dosa besar

8
E. Contoh dari sifat-sifat Akhlak Madzmumah

Contoh Akhlak Mazmumah (Tercela) antara lain, yaitu:

A. Syirik
Syirik dalam pemahaman tauhid berarti menyekutukan atau membuat tandingan-tandingan
terhadap ALLAH. Tandingan-tandingan ini dikenal dengan istilah ‘ilah’ (sebagaimana yang
telah dijelaskan pada tulisan terdahulu) dan dapat berupa seseorang atau sesuatu baik yang
berwujud nyata maupun ghaib, baik benda hidup maupun mati. Misalnya meng-ilahkan orang
salih atau pemuka adat, meng-ilahkan patung-patung atau candi, meng-ilahkan jin, meng-ilahkan
kuburan keramat, meng-ilahkan pohon kayu keramat atau batu keramat, dan lain-lain yang
dianggap dapat memberikan perlindungan, menyelamatkan, mengabulkan permohonan (doa),
dan menjadi tumpuan harapan dalam hidup.
Ummat Nasrani, sebagai contoh, adalah kelompok yang syirik dan bukan kafir (lihat kembali
defenisi istilah kafir di atas). Karena di dalam hati seorang Nasrani mempercayai adanya Tuhan
Bapa sebagai pencipta dan penguasa alam, mempercayai roh kudus sebagai perantara wahyu dan
mempercayai Tuhan Anak (Jesus) yang diyakini akan menyelamatkan mereka kelak di hari
kiamat. Demikian pula pada ummat Budha, Hindu, atau kepercayaan animisme/dinamisme yang
mempercayai dewa-dewa (yang sejatinya adalah jin) merupakan contoh lain kelompok yang
syirik lagi sesat. Berbeda dengan mereka yang telah dicap ‘kafir’, pelaku syirik masih memiliki
kesempatan untuk memperoleh ampunan dari ALLAH apabila mereka bertaubat dengan sebenar-
benar taubat dan berikrar untuk tidak kembali kepada kesesatannya.
B. Munafik
Munafik adalah musuh terbesar dalam Islam. Mereka yang termasuk dalam golongan orang
munafik mengakui adanya ALLAH sebagai satu-satunya RABB dan Pencipta alam semesta,
menerima Islam sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridhai ALLAH, namun dalam
pelaksanaan syariatnya mereka memilih-milih mana yang mereka inginkan dan mana yang tidak
sesuai dengan kepentingan mereka di dunia. Orang yang termasuk dalam golongan ini juga
cenderung untuk menyatakan keimanannya dengan lisannya namun berdusta dalam hati dan
amalannya.
Dalam riwayat perjuangan Rasulullah di masa-masa awal penyebaran Islam, ketika beliau

9
(SAW) dimusuhi secara terang-terangan, dizhalimi dan diancam keselamatan hidupnya, perintah
untuk qital (berjihad dengan berperang) untuk mempertahankan Islam dan membela Rasulullah
(SAW) adalah kewajiban setiap laki-laki muslim yang diperintahkan ALLAH sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan perangilah di jalan ALLAH orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya ALLAH tidak menyukai orang yang melampau batas.”
(QS. Al-Baqarah: 190)
Setelah turun ayat tersebut tidak satu dua orang sahabat yang menyatakan siap berperang
melawan kaum kafir dan musyrik Makkah. Hampir semua sahabat yang sehat fisiknya bersedia
mengasah pedang untuk menegakkan agama ALLAH. Namun pada kenyataannya ketika seruan
untuk berperang itu datang, tidak satu dua orang sahabat pula yang lari, bersembunyi atau pura-
pura sakit karena takut dan merasa tidak mempunyai kepentingan dalam perang Rasulullah.
Demikianlah keimanan orang-orang munafik yang terbatas di lisan saja tapi tidak pada hati dan
amalannya. Padahal belum sempurna iman seseorang kecuali ia masuk ke dalam Islam secara
keseluruhan dengan lisan, hati dan amal perbuatannya sesuai dengan syariat Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah),
dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

C. Hasud
Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah
tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat
seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi.
Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu
penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki orang
lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah menjadi kedengkian. Penyakit
kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah menjadi penyakit yang lebih buruk lagi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Akhlak madzmumah dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang tidak baik, yang
tidak seperti yang seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang
dalam nilai, tidak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak
dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.

2. Kategori akhlak madzmumah terhadap Allah.


Sebagaimana telah dibahas pada makalah sebelumnya yang menyatakan bahwa ruang
lingkup akhlak adalah meliputi akhlak terhadap sang khaliq atau Allah SWT, akhlak
terhadap diri sendiri, dan juga akhlak kepada sesama manusia.
Adapun diantara sikap dan perilaku manusia yang termasuk bentuk dari akhlak tercela
terhadap Allah SWT. yaitu : A. Ria B. Nifak
3. Kategori akhlak madzmumah terhadap diri sendiri
Yang termasuk akhlat tercela terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
A. ‘Ananiya
‘Ananiyah yaitu sikap mementingkan diri sendiri. Dapat pula diartikan dengan egois atau
ingin menang sendiri karena kedua sikap itu memiliki kesamaan, yakni sikap
individualistik.
Manusia adalah makhluk sosial (zone poloticon) yang sepanjang hidupnya sangat
membutuhkan bantuan orang lain, untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh
sebab itu sifat ‘ananiyah sangat tidak pantas dimiliki oleh manusia, sebab hal ini
bertentangan dengan naluri manusia itu sendiri. Sikap perilaku ‘aniyah atau
mementingkan diri sendiri, merupakan sikap yang tidak terpuji.
B. Nifak
Nifak dari segi bahasa memiliki arti berpura-pura pada agamanya. Sedangkan dari segi
istilah yaitu orang yang menyembunyikan kekafirannya namun menyatakan
keimanannya.
Menurut Imam Ghozali dalam kitanbnya Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa kata

11
munafik adalah diambil dari kata Nafiqa’ul yarbu (liang binatang seperti tikus, kakinya
lebih panjang dari tangannya, ekor dan telinganya lebih panjang kalau dibandingkan
dengan tikus).
4. Kategori akhlak madzmumah terhadap diri sendiri
a. Hasad
Hasad menurut bahasa adalah Iri atau tidak suka. Adapun menurut istilah hasad ialah
sifat iri atau tidak suka kepada orang lain yang mendapat nikmat Allah, baik berupa
prestasi maupun materi kekayaan.
b. Ghibah
Ghibah ialah menggunjing, yaitu suatu perbuatan atau tindakan membicarakan aib
atau kekurangan orang lain, tanpa diketahui oleh orang yang sedang dibicarakannya
itu.
c. Fitnah
Fitnah artinya perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang dimaksudkan
untuk menjatuhkan, menjelekkan, menodai nama baik orang lain, atau merugikan
kehormatannya.
5. Contoh Akhlak Mazmumah (Tercela) antara lain, yaitu: A. Syirik B. munafik C. hasud

B. Saran
Dalam pembahasan kali ini penulis menyarankan kepada semua
mahasiswa/mahasiswi yang membaca makalah ini untuk bisa memahami tentang
“Akhlaq madzmumah dan konsenkuensinya”.

Setelah melakukan pembahasan dan penjabaran mengenai ahlak madzmumah , maka


memberikan saran yang diantaranya sebagai berikut :

1. Kiranya kita dalam berperilaku dan berbuat selalu mengarahkan diri kita terhadap
ahlak terpuji .
2. Untuk menghindari perilaku tercela atau ahlak madzmumah .

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Arif, Ahmad Adib, Akidah Akhlak , (Semarang : Aneka Ilmu,2009)


Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 2
Nuh, Sayyid Muhammad, Mengobati Tujuh Penyakit Hati, (Bandung : Mizan
Pustaka,2004)
Quasem, Muhammad Abul, Etika Al-Ghazali, (Bandung : PUSTAKA, 1988)
Sy, A. Wahid, Akidah Akhlak II, ( Bandung : ARMICO, 2009 ), Cet. 1

13

Anda mungkin juga menyukai