Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada
abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat
kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur
pelayaran yang ramai.
Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai
peninggalan Kerajaan Kadiri diharapkan dapat membantu memberikan lebih
banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan
Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka
karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Syiwa Catur Muka atau
bermuka empat.
Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan
pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan,
sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri,
Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan
masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga
sehingga terjadilah peperangan.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada
perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan
menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah
kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain
ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak
menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil
karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah
dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas
Jenggala.
Anusapati merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganak-tirikan
dirinya, padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken
Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar anak
tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama Tunggul
Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Raden Wijaya dalam prasasti Balawi tahun 1305 menyatakan dirinya sebagai
anggota Wangsa Rajasa. Menurut Nagarakretagama, Wijaya adalah putra Dyah
Lembu Tal, putra Narasinghamurti. Menurut Pararaton, Narasinghamurti alias
Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng putra Ken Arok pendiri
Wangsa Rajasa.
Namun ada juga pendapat lain, dimana Raden Wijaya juga mengambil Dara
Jingga yang juga salah seorang putri Kerajaan Melayu sebagai istrinya selain dari
Dara Petak, karena Dara Jingga juga dikenal memiliki sebutan sira alaki dewa —
dia yang dinikahi orang yang bergelar dewa.
Arya Damar tiba di Bali bergabung dengan Gajah Mada yang bersiap
menyerang Tawing. Sempat terjadi kesalahpahaman di mana Arya Damar
menyerbu lebih dulu sebelum datangnya perintah. Namun keduanya akhirnya
berdamai sehingga pertahanan terakhir Bali pun dapat dihancurkan.