Modul Skill Lab Blok 13
Modul Skill Lab Blok 13
Ciri aVR:
Semuanya negatif P waves (-), QRS (-), T (-)
*Apabila tidak ada negatif, biasanya kesalahan pemasangan elektroda.
Ciri V1-V6:
Semakin ke V6, P wave semakin tinggi.
Adanya zona transisi pada V3-V4
• Limb / Extremitas leads:
– Lead I, II dan III
• Augmented limb leads:
– aVR, aVL dan aVF
• Precordial / Chest leads
– V1, V2, V3, V4, V5, V6.
Interpretasi EKG:
Cara menghitung heart rate:
1500
𝑅−𝑅 (Kotak Kecil)
300
𝑅−𝑅 (Kotak Besar)
1. Sinus normal:
Gelombang P diikuti oleh QRS-T.
Regular
aVR selalu negatif.
Frekuensi denyut: 60-100x/menit
2. Sinus takikardi:
Frekuensi denyut: >100x/menit
3. Sinus bradikardi:
Frekuensi denyut: <60x/menit
Irama:
1. Regular
2. Irregular
Aksis
Aksis Sadapan I Sadapan aVF
Aksis Normal Positif Positif
Deviasi aksis ke Positif Negatif
kiri
Deviasi aksis ke Negatif Positif
kanan
Deviasi aksis Negatif Negatif
ekstrem
Gelombang P: Depolarisasi atrium
Interval PR: 0,12- 0,20 detik (3-5mm)
Kompleks QRS: Depolarisasi ventrikel
(0,06- 0,10 detik)
Interval QT: Waktu
keseluruhan depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
Segmen ST: Waktu akhir depolarisasi ventrikel dan awal repolarisasi ventrikel
Gelombang T: Repolarisasi ventrikel
RVH
1. Deviasi aksis ke kanan, dengan aksis QRS melebihi +100o
2. Gelombang R lebih besar daripada gelombang S di V1, sedangkan gelombang
S lebih besar daripada gelombang R di V6.
LVH
1. Deviasi aksis ke kiri melebihi -15o juga sering muncul.
2. Gelombang S di V1/V2 dijumlahkan dengan gelombang R di V6/V5 melebihi
7 kotak (> 35mm)
3. Gelombang R di aVL melebihi 11 mm.
4. Gelombang R di aVL dijumlahkan dengan gelombang S di V3 melebihi 20
pada wanita dan 28 pada pria
Heart Sound
DEFINISI :
Heart Sound atau Bunyi Jantung : vibrasi pendek yang terdengar pada siklus
jantung yang dapat didengar dengan teknik tertentu. Biasanya ada dua bunyi,
bunyi jantung I dan II. Diantaranya ada dua interval yaitu sistolik dan diastolik.
Sistolik ialah interval antara bunyi jantung I dan II sedangkan diastolik adalah
interval antara bunyi jantung II dan I dan perlu di pikirkan sifat, karakteristik dan
intensitas bunyi jantung. Bunyi jantung I dan II merupakan bunyi jantung normal.
TEKNIK :
Bunyi jantung dapat didengar dengan menempatkan telinga langsung di atas dada
penderita. Dengan stetoskop, auskultasi mudah, sopan dan bunyi terdengar lebih
keras. Stetoskop untuk orang dewasa tidak dapat dipakai pada anak. Dianjurkan
memakai stetoskop dengan panjang selang sekitar 30 cm dan diameter bagian
dalam selang kira-kira 1/8 inci. Ada 2 macam stetoskop yaitu berbentuk sungkup
dan diafragma. Sungkup lebih baik menangkap bunyi dan bising jantung bernada
rendah sedangkan diafragma untuk bunyi bernada tinggi.
KOMPLILKASI :
1. Kegagalan auskultasi karena kendala teknik dan tempat pemeriksaan.
2. Kegagalan auskultasi karena kondisi pasien yang tidak kooperatif.
I. PROSEDUR
1. Memperkenalkan diri dan menyatakan tujuan
2. Melakukan identifikasi tempat auskultasi : seperti pada gambar ini.
Ekstremitas atas
Bahu
Abduksi – Otot yang berperan adalah deltoid dan supraspinatus- (C5,C6): Pasien
mengabduksi (mengangkat) tangannya sementara kita mendorong tangannya kebawah
Adduksi – otot pektoralis mayor dan latissimus dorsi - (C6,C7,C8): pasien meng
Lengan
Fleksi – biceps dan brachialis –(C5, C6): pasien memfleksikan lengan dan kita
berusaha menariknya (narik lengannya bukan pasiennya)
Ekstensi – triceps brachii – (C7,C8): Pasien ekstensi lengan dan kita berusaha
mendorongnya
Pergelangan tangan
Fleksi – flexor carpi ulnaris dan radialis – (C6,C7): Pasien memfleksikan pergelangan
tangan dan kita menariknya
Ekstensi – externsor carpi – (C7,C8): Pasien ekstensi pergelangan tangan dan kita
mendorongnya
Jari-jari
Fleksi – flexor digitorum profundus dan sublimis (C7,C8): pasien menggenggam
kedua jari tangan kita sambil kita berusaha menarik
Ekstensi – extensor digitorum communis, extensor indicis dan extensor digiti minimi
(C7,C8): pasien meluruskan jari dan kita berusaha mendorong pada sendi
metacarpophalangeal
Abduksi – dorsal interossei – (C8,T1): Pasien melebarkan jari tangan dan kita
mendorongnya
Adduksi – volar interrosei – (C8,T1): pasien menyempitkan jari tangan dan kita
menariknya (Kebalikan abduksi)
Ekstremitas bawah
Paha
Fleksi – psoas dan iliacus – (L2,L3): pasien mengangkat kaki dan kita mendorongnya
Extensi – gluteus maximus – (L5, S1, S2): pasien mendorong kaki kebawah dan kita
menariknya
Abduksi – gluteus medius dan minimus, sartorius, dan tensor fasciae latae –
(L4,L5,S1): pasien mengangkangkan kaki dan kita berusaha merapatkannya
Adduksi – adductor longus, brevis , dan magnus – (L2,L3,L4) pasien merapatkan kaki
dan kita mengangkangkan
Lutut
Fleksi – harmstring – (L5,S1): Pasien memfleksikan lutut dan kita menariknya
Ekstensi – quadriceps femoris – (L3,l4): Lutut sedikit fleksi lalu kita mendorongnya
Pergelangan kaki
Fleksi plantar – gastrocnemius, plantaris, soleus (S1,S2): Pasien mendorong
pergelangan kaki dan kita menariknya
Dorsoflekso – tibialis anterior, extensor digitorum longus dan ekstensor hallucis
longus – (L4,L5): pasien menarik pergelangan kaki dan kita mendorongnya
Pemeriksaan klonus
Klonus adalah respon / gerakan otot secara involuntar dan ritmik yang timbul akibat
peregangan otot atau tendon secara tiba-tiba. Kondisi ini sering disertai dengan spastisitas.
a. Klonus patela
Cara pemeriksaan
o Pasien dalam keadaan berbaring, kedua tungkai dalam keadaan ekstensi / lurus
dan santai.
o Kedua tungkai terbebas dari pakaian / celana
o Pemeriksa mencengkeram suprapatella menggunakan jari telunjuk dan ibu jari
kemudian sedikit menarik ke arah proksimal dan kemudian mendorong patela
ke arah distal secara mendadak dan kuat.
o Pada akhir gerakan pemeriksa harus menahan pada posisi tersebut dan tidak boleh
melepas mendadak.
Interpretasi: bila terjadi gerakan involuntar dan ritmik yang tampak pada patela maka
berarti klonus patela / paha positif
b. Klonus kaki
Cara pemeriksaan :
o tungkai dan kaki pasien direlaksasikan
o tumit dan lutut sedikit difleksikan
o kaki sedikit diangkat
o dengan tekanan yang kuat, cepat dan bolak balik dorsofleksi dan sedikit plantar
fleksi
Interpretasi hasil pemeriksaan : bila positif maka terjadi gerakan involuntar dan ritmik
pada kaki
Refleks Fisiologis
Refleks pada tangan
Refleks biseps
- Pasien duduk atau berbaring dengan santai
- Lengan difleksikan dan tangan dalam keadaan pronasi
- Letakkan ibu jari di atas tendon biseps, kemudian pukul ibu jari tadi dengan
reflex hammer yang telah tersedia (di gambar pakai palu queen square tapi kita
pakai palu taylor kemarin)
- Lihat bisepsnya bergerak atau nggak
Refleks triseps
- Pasien duduk atau berbaring dengan santai
- Lengan difleksikan dan telapak tangan dalam keadaan pronasi
- Tangan pemeriksa menopang lengan pasien
- Pukul tendon triceps (pada fossa olecrani)
- Pemeriksa merasakan gerakan tangan pasien
Refleks brachioradialis (supinator)
- Pasien duduk atau berbaring dengan santai
- Lengan difleksikan dan telapak tangan dalam keadaan pronasi
- Pukul pada tendon brachialis. Letaknya sedikit diatas os radius
- Supaya pasien kesakitan, letakkan dua jari diatas tendon, lalu pukul jarinya
Refleks Achilles
- Terserah posisi pasiennya
- Tahan ujung kaki kearah dorsofleksi
- Pukul tendo achilles dengan cepat
b. Chaddock’s sign
Cara: pemerika menggores di bawah dan sekitar maleolus eksterna ke arah lateral
dengan palu refleks ujung tumpul
Reaksi: sama dengan Babinski’s sign
c. Gordon’s sign
Cara: pemeriksa menekan otot-otot betis dengan kuat
Reaksi: sama dengan Babinski’s sign
d. Schaeffer’s sign
Cara: pemeriksa menekan tendo Achilles dengan kuat
Reaksi: sama dengan Babinski’s sign
e. Oppenheim’s sign
Cara: pemeriksa memberi tekanan yang kuat dengan ibu jari dan telunjuk pada
permukaan anterior tibia kemudian digeser ke arah distal
Reaksi: sama dengan Babinski’ sign
f. Rossolimo’s sign
Stimulasi
Respon normal dorsofleksi ringan jari-jari kaki/tidak ada gerakan
Respon abnormal : plantar fleksi jari dengan cepat
Pemeriksaan rangsang meningeal
Pasien dalam posisi berbaring telentang dan relaks, tempatkan tangan anda di bawah
bagian belakang kepala pasien dan dengan hati-hati coba lakukan fleksi leher. Pada
keadaan normal, ia akan menekuk dengan bebas. Jika pasien memiliki rigiditas
nuchae, leher melawan fleksi dan pasien merasa kesakitan. Jika rigiditas nuchae berat,
anda dapat menaikkan kepala pasien dan badan dengan tulang belakang seperti batang
lurus atau pasien seperti patung.
Karena rigiditas nuchae yang nyata mengindikasikan iritasi meningeal, pemeriksa
harus membedakannya dari bentuk rigiditas servikal lainnya. Dengan rigiditas nuchae
yang nyata, leher hanya melawan fleksi. Leher bergerak bebas melalui rotasi dan
ekstensi, karena gerakan ini tidak meregangkan meninges, medula spinalis, dan nerve
root. Untuk menunjukkan rigiditas hanya mempengaruhi otot nuchae, lakukan dua hal
berikut ini:
o Tempatkan tangan anda pada dahi pasien. Secara pasief gulingkan kepala pasien
dari satu sisi ke sisi lainnya untuk menunjukkan rotasi kepala yang bebas meski
ada resistensi terhadap fleksi
o Kemudian angkat bahu pasien untuk membiarkan kepala jatuh ke arah belakang,
menguji kebebasan ekstensi
o Rigiditas servikal berrarti ada resistensi apapun terhadap gerakan leher ke segala
arah. Sebaliknya, rigiditas nuchae secara khusus berarti resistensi terhadap fleksi
leher, yaitu rigiditas bagian belakang leher
b. Brudzinski neck sign
Cara pemeriksaan
o Pasien dalam posis tidur telentang, kepala difleksikan oleh pemeriksa sehingga
dagu menyentuh dada
Reaksi abnormal: fleksi pangkal paha dan lutut sebagai respon terhadap fleksi leher
c. Brudzinski kontralateral
Cara pemeriksaan
Satu kaki dinaikkan (difleksikan) dan kaki lain diturunkan (ekstensi). Abnormalnya
jika saat kaki yang naik itu diturunkan, kaki yang lain malah naik.
Brudzinski ada 2 lagi yaitu cheek sign dan symphysis sign. Yang cheek pas kau tekan di
pipinya (dibawah os zygomaticum) terjadi fleksi lengan. Sedangkan yang symphysis pas
ditekan, timbul fleksi kaki
d. Kernig sign
Cara pemeriksaan
o Pasien berbaring lurus di tempat tidur
o Fleksi kan paha (naikkan) terus fleksikan lutut (naikkan)
o Ulangi untuk sisi yang lain
Interpretasi hasil :
o Normalnya >135 derajat
o Resistensi terhadap pelurusan lutut: Kernig’s sign—bilateral mengindikasikan
iritasi meningeal; jika unilateral, mungkin terjadi pada radikulopati (bandingkan
dengan straight leg raising)
f. Lhermitte’s phenomenon
Cara pemeriksaan :
o Fleksikan leher pasien ke arah depan; hal akan menghasilkan perasaan seperti
tersengat listrik, biasanya menjalar ke arah punggun
o Pasien mungkin mengeluhkan hal ini secara spontan atau anda dapat
memeriksanya dengan melakukan fleksi pada leher
o Kadang pasien memiliki perasaan yang sama pada saat ekstensi (reverse
Lhermitte’s)
Interpretasi
o Hal ini mengindikasikan adanya proses patologi di daerah servikal—biasanya
demielinisasi.
o Kadang terjadi pada mielopati spondilitik servika atau tumor servikal.
Pemeriksaan sensorik
a. Pemeriksaan getaran
b. Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
Mata pasien ditutup (bukan mata kita). Terus jari-jari dia digerakkan. Tanya
kepada pasien arah kita gerakkan kakinya
Istilah
Beberapa istilah sehubungan dengan gangguan sensasi nyeri superfisial
adalah sebagai berikut: