0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kebudayaan Nusa Tenggara Timur dan ke-Indonesiaannya. Dokumen juga membahas tentang peran generasi milenial dan media sosial dalam mempromosikan ke-Indonesiaan, serta pentingnya mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan HAM dalam memperkuat kesadaran kebangsaan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebudayaan Nusa Tenggara Timur dan ke-Indonesiaannya. Dokumen juga membahas tentang peran generasi milenial dan media sosial dalam mempromosikan ke-Indonesiaan, serta pentingnya mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan HAM dalam memperkuat kesadaran kebangsaan.
Dokumen tersebut membahas tentang kebudayaan Nusa Tenggara Timur dan ke-Indonesiaannya. Dokumen juga membahas tentang peran generasi milenial dan media sosial dalam mempromosikan ke-Indonesiaan, serta pentingnya mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan HAM dalam memperkuat kesadaran kebangsaan.
Kita selalu mendengar cerita-cerita yang memberikan kita inspiransi dan saat ini kita mau bercerita tentang keindonesiaan dan terus membangun kesadaran bahwa Nusa Tenggara Timur bagian yang utuh dari NKRI. Kalau ke Alor maka akan mendengar orang mengatakan Taraniti Dohe Noko (sehati sejiwa membangun kampung halaman), Kalau ke Belo akan mendengar orang mengatakan Neonhida Laranhida, di dataran timor ada ungkapan yang mirip yakni Nekafmese Ansaofmese. Sebenarnya mendengar ungkapan-ungkapan kebudayaan di setiap suku di nusa tenggara timur ini mengandiung 1 filosofi yang juga memberikan kontribusi untuk indonesia dari dulu dan hari ini yakni menuju pembangunan yang lebih baik,sumbangsi dan nilai gotong royong. Indonesia pada awal kemerdekaan sampe hari ini telah merumuskan keindonesiaan dengan memilih pancasila sebagai dasar negara dan undang-undang dasar 1945, lalu negara republik indonesia 15 tahun terkahir ini menyambutnya dengan sebutan empat pilar sebagai dasar negara. Semenjak kemerdekaan awal berdiri negara kita, NTT (Nusa tenggara) dan Bali tetap berkomitmen menjadi bagian dari sunda kecil dan hari ini menjadi provinsi nusa tenggara barat dan provinsi nusa tenggara timur. Lalu refelski hari ini bagi kita semua, apakah kita bangga, bersyukur dan berani mengatakan bahwa saya indonesia-kita indonesia, saya provinsi nusa tenggara timur dan saya NKRI dihadapan banyak orang dalam diskusi-diskusi regioinal,nasional maupun internasional? ataukah kita merasa minder atau merasa malu ? Hari ini kita berhadapan dengan persoalan-persoalan yang membuat kita berpikir secara serius tentang kenegaraan kita karena kita juga berhadapan dengan tantangan berita-berita bohong yang membuat kita harus betul-betul mempersiapkan diri, berinteraksi dengan benar agar kita mampu menjadi penyebar-penyebar informasi benar yang berguna untuk memberikan motivasi yang berbudaya, beriman,berkarakter dan berilmu. Mimpi kita bahwa orang-orang muda kedepan mampu menempatkan diri sebagai orang indonesia yang memiliki karakter,mereka orang- orang yang percaya diri,mereka menjadi tokoh inspiratif yang menyatukan,merangkul dan memberikan inspirasi untuk banyak orang agar bisa mengembangkan talenta membangun indonesian yang semakin kuat. Nusa tenggara timur menjadi provinsi yang sangat memberikan kontribusi dalam hal budaya dan hal-hal nasionalisme untuk negara kesatuan republik indonesia. NTT terus berefleksi 1) Bagaimana mesti merawat Keindonesiaa kita dalam konteks budaya provinsi nusa tenggara timur supaya dimamapun kita berada,kita tidak malu untuk mengatakan bahwa kita dari provinsi nusa tenggara timur dan bagian dari indonesia dan kita mau memberikan sesuatu dari provinsi nusa tenggara timur untuk indonesia dan untuk dunia. 2) Bagaimana menggagas ide yg di ungkapan dalam kalimat pendek untuk membangun persatuan sebagaimana Taraniti Dohino,tetapi dengan kata dan gagasan ini harus di ikuti dengan aktifitas-aktifitas yang menghidupkan gagasan ini. 3) Perjumpaan-perjumpaan lintas identitas harus tampak dalam perilaku, bukti, simbol dan aktifitas yang menginspirasi banyak orang untuk menyatukan perbedaan. 4) kebudayaan adalah salah satu aktifitas dari tindak budaya dan bermasyarakat, dengan tantangan Hoax, tindakan-tindakan radikal, kelompok pemecah belah bangsa kelompok yang ingin mengganti dasar negara dengan paham-paham yg dapat merusak nilai- nilai budaya, sehingga Kebudyaan di Nusa tenggara timur dengan nilai-nilai universal kebudayaan yang menjadi fondasi kehiupan bermasyarakat yag harus terus diangkat. Sebab selama ini lebh banyak tahu tentang budaya Jawa atau Bali, harapan sessungguhnya yakni semua orang mengetahui dan memiliki sikap saling menghargai budaya masing-masing dan mengedapkan budaya sebagai orang Indonesia.
Orang Muda, Sosial Media dan Ke-Indonesiaan
Orang muda saat ini banyak memiliki media sosial baik itu facebook, instagram, twitter,pinterace, youtube, phat, website dan lainnya. Media sosial efeknya begitu luar biasa sampai orang yang ada di kampung juga ingin mengakses media sosial. Sadar atau tidak sadar dunia kita adalah dunia internet dan media sosial. Kita adalah pelaku-pelaku yang setiap harinya membuka internet, tahun 2017 rilis resmi menyebutkan bahwa indonesia urutan keempat pengguna media sosial terbanyak dengan 270 juta jiwa, dan satu orang bisa memiliki lebih dari satu akun facebook/sosialmedia. Teknologi mempermudah kita untuk memberi kecepatan, kepraktisan, kemudahan tetapi pada saat yang sama teknologi meyajikan konten-konten kekerasan, pornografi, provokasi, penipuan dan lain sebagainya. Dalam survei gusdurian, 13 tahun terakhir dukungan kepada pancasila menurunt sekitar 10% dan dukungan untuk NKRI bersyariah naik 9%. Pertanyaannya adalah menurut anda apakah yang melatarbelakangi hal ini? Bagaimana dengan generasi milenial yang lahir di tahun 2000-an? Hasil survei menyebutkan bahwa mereka membutuhkan tafsir pancasila yang baru ? Saat ini ada 22,4% millenial yang tidak mendukung pemimpin yang non muslim, 19,5% milenial menyatakan indonesia lebih ideal menjadi negara yang khalifah artinya dari 19,5% itu adalah satu dari lima milenial itu setuju dengan sistem khalifah. Pilihan ini paling banyak terjadi pada milenial perempuan baik junior maupun senior yang setuju pada sistem negara khalifah. Tetapi milenial ini juga masih sangat cinta keluarga, artinya masih ada potensi kita untuk memberikan narasi yang lebih baik berbasis keluarga sebagai bagian dari melindungi keluarga dan melindungi indonesia. Bicara tentang kebangsaan yang luas maka ada potensi ekstrimisme, tetapi dalam konteks sederhana milineal ini ingin membuktikan bahwa mereka ingin membahagiakan orang tua dan ingin menjadi kaya sehngga menjadi pertimbangan saat merumuskan narasi keindonesiaan.