"Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya/kepercayaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku."
DASAR HUKUM :
PERKAWINAN :
1. Salinan sah Surat Nikah /Akte Perkawinan untuk tata naskah masing-
masing instansi.
PERCERAIAN :
Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat atau penjudi yang sukar
disembuhkan
½ untuk PNS .
c. Apabila anak mengikuti PNS pria, maka pembagian gaji ditetapkan sbb :
Hak atas bagian gaji untuk bekas isteri sebagaimana dimaksud di atas
tidak diberikan apabila perceraian terjadi karena isteri terbukti telah
berzinah atau isteri terbukti telah melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami, dan atau
isteri terbukti menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar
disembuhkan dan atau isteri terbukti telah meninggalkan suami
selama dua tahun berturut-turut tanpa izin suami dan tanpa alasan
yang sah.
PNS yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin
tertulis lebih dahulu dari Pejabat.
1. Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
Pejabat.
8. Data Pendukung :
2. PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat
dan diajukan secara tertulis serta dicantumkan alas an yang lengkap yang mendasari
permintaan izin perceraian.
Alasan-alasan untuk melakukan perceraian (Surat Edaran Kepala BKN Nomor 08/SE/1983) :
1) Salah satu pihak berbuat zinahpat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang
lebih berat secara terus menerus;
2) Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan;
3) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alas an yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuan/kemauannya;
4) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih
berat secara terus menerus setelah perkawinan berlangsung;
5) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan
pihak lain.
Khusus di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, masalah izin perkawinan dan perceraian PNS
telah di atur dalam :
d. Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 474.2/53 /BKD, tanggal
25 Oktober 20010 perihal izin perkawinan dan perceraian PNS.
Dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan, PNS Provinsi Jawa Barat yang akan
melangsungkan perceraian, prosedur yang harus ditempuh adalah : PNS mengajukan
permohonan perceraian disertai alasan-alasan, ditujukan kepada kepala Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), Kepala OPD memeriksa, memberikan pembinaan, penasihatan, dan dibuatkan
BAP, Kepala OPD meneruskan permohonan perceraian kepada Kepala BKD dilengkapi :
BAP, keterangan dari BP4, foto copy akta nikah, kesepakatan kedua belah pihak, keterangan
Kelurahan/Kepala Desa, BKD memeriksa, memberikan pembinaan, penasihatan, dan
dibuatkan BAP, untuk selanjutnya diproses izin perceraiannya.
Di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pejabat yang diberi kewenangan mengeluarkan izin
perceraian adalah : Sekretaris Daerah (PNS Gol IV/a s/d IV/c), dan Kepala BKD (PNS Gol
III/d ke bawah).
3. PNS pria yang akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh izin lebih dahulu dari
Pejabat;
4. Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat apabila
memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif.
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri dalam arti bahwa isteri
menderita penyakit jasmaniah atau rohaniah sedemikian rupa yang sukar disembuhkan;
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan;
a. Ada persetujuan tertulis yang dibuat secara ikhlas oleh isteri PNS yang bersangkutan,
dan disahkan oleh atasan PNS yang bersangkutan serendah-rendahnya pejabat eselon IV;
b. PNS pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai
lebih dari seorang isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak
penghasilan;
c. Ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan, bahwa ia akan berlaku adil
terhadap-isteri-isteri dan anak-anaknya.
5. PNS wanita tidak diizinkan untuk menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari PNS;
6. PNS dilarang hidup bersama dengan wanita atau pria sebagai suami isteri di luar ikatan
perkawinan yang sah;
7. Sanksi :
PNS dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sebagai PNS, apabila :
2) Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat;
4) Menjadi isteri kedua/ketika/keempat dari pria yang bukan PNS tanpa memperoleh izin
lebih dahulu dari Pejabat;
5) Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan perkawinan yang sah dan
setelah diperingatkan secara tertulis oleh Pejabat, tidak menghentikan perbuatan hidup
bersama itu.
Sebagaimana di sebutkan di atas, bahwa pada tahun 2010. PNS Pemerintah Provinsi Jawa Barat
yang melangsungkan perceraian sebanyak 40 (empat puluh) orang, dan rata-rata usianya di atas
40 (empat puluh) tahun dan rata-rata sudah memiliki anak.
Untuk mempertahankan rumah tangga supaya tidak terjadi perceraian, perlu di tempuh upaya :
4. Menyadari status dan posisi sebagai PNS sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat;
Sedangkan ketentuan khusus yang mengatur tentang izin perkawinan PNS untuk beristri lebih dari satu (poligami)
terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (“PP 45/1990”),
khususnya dalam Pasal 4 PP 45/1990 yang berbunyi:
(1) Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin lebih dahulu
dari Pejabat.
(2) Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri kedua/ketiga/keempat.
(3) Permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis.
(4) Dalam surat permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), harus dicantumkan alasan yang
lengkap yang mendasari permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang