Anda di halaman 1dari 12

Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS

PENGERTIAN :Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah diatur


ketentuan tentang perkawinan yang berlaku bagi segenap warga negara dan
penduduk Indonesia, tentu termasuk didalamnya adalah warga negara yang
berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil wajib
memberikan contoh yang baik kepada bawahannya dan menjadi teladan
sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat, juga dalam
menyelenggarakan kehidupan berkeluarga.

Dalam Undang-Undang Perkawinan telah ditentukan bahwa:

"Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya/kepercayaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku."

Tentunya perkawinan yang kekal menjadi dambaan semua keluarga, namun


tidak menutup kemungkinan terjadinya perceraian dalam penyelenggaraan
kehidupan berumah tangga. Oleh karenanya bagi PNS telah diatur mengenai
Ijin perkawinan dan perceraiannya.

DASAR HUKUM :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah


Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.

2. Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor


08/SE/1983 dan Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.

PERKAWINAN :

 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang melangsungkan perkawinan pertama


wajib melaporkan kepada pejabat secara hirarkhis selambat-
lambatnya 1 tahun sejak tanggal perkawinan.Ketentuan ini juga
berlaku bagi PNS yang berstatus janda atau duda yang
melangsungkan perkawinannya kembali.

 Laporan perkawinan dibuat rangkap tiga dan dilampiri :

1. Salinan sah Surat Nikah /Akte Perkawinan untuk tata naskah masing-
masing instansi.

2. Pas foto isteri/suami ukuran 3x4 cm sebanyak 3 lembar

 SANKSI: PNS yang tidak memberitahukan perkawinan pertamanya


secara tertulis kepada Pejabat dalam jangka waktu selambat-
lambatnya satu tahun setelah perkawinan dilangsungkan, dijatuhi
salah satu hukuman disiplin berat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010).

PERCERAIAN :

 PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh ijin secara


tertulis atau surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat. PNS yang
berkedudukan sebagai penggugat harus memperoleh ijin dari Pejabat,
sedangkan bagi PNS yang berkedudukan sebagai tergugat cukup
mendapat surat keterangan dari Pejabat.

Alasan PNS Dapat Melakukan Perceraian sbb.:

 Salah satu pihak berbuat zina

 Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat atau penjudi yang sukar
disembuhkan

 Salah satu pihak meninggalkan selama 2 tahun berturut-turut tanpa


ijin dan tanpa alasan sah atau hal lain di luar
kemampuannya/kemauannya

 Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima)


tahun/hukuman yang lebih berat

 Salah satu pihak melakukan kekejaman/ penganiayaan berat

 Antara suami/isteri terjadi perselisihan terus menerus dan tidak ada


harapan untuk rukun kembali.
Permintaan Ijin Untuk Bercerai Ditolak, apabila:

 Bertentangan dengan ajaran /peraturan agama yang dianut.

 Tidak ada alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (1) PP No. 10


Tahun 1983

 Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Alasan perceraian yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat.

Permintaan Ijin untuk Bercerai Diberikan, apabila:

 Tidak bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya.

 Ada alasan sebagai mana tercantum dalam Romawi III angka 2 SE


BAKN No. 08/SE/1983.

 Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku

 Alasan perceraian yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal


sehat.

Perceraian Terjadi Atas Kehendak PNS Pria, maka :

a. Apabila anak mengikuti bekas isteri, maka pembagian gaji ditetapkan


sbb:

 1/3 gaji untuk PNS.

 1/3 gaji untuk bekas isteri.

 1/3 gaji untuk anak yang diterimakan kepada bekas isterinya.

b. Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak maka gajinya

dibagi dua, yaitu :

 ½ untuk PNS .

 ½ untuk bekas isterinya.

c. Apabila anak mengikuti PNS pria, maka pembagian gaji ditetapkan sbb :

 1/3 gaji untuk PNS pria.


 1/3 gaji untuk bekas isterinya.

 1/3 gaji untuk anaknya yang diterimakan kepada PNS pria.

d. Apabila sebagian anak mengikuti PNS yang bersangkutan dan sebagian


mengikuti bekas isteri, maka 1/3 gaji yang menjadi hak anak dibagi
menurut jumlah anak.

 Hak atas bagian gaji untuk bekas isteri sebagaimana dimaksud di atas
tidak diberikan apabila perceraian terjadi karena isteri terbukti telah
berzinah atau isteri terbukti telah melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami, dan atau
isteri terbukti menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar
disembuhkan dan atau isteri terbukti telah meninggalkan suami
selama dua tahun berturut-turut tanpa izin suami dan tanpa alasan
yang sah.

 Meskipun perceraian terjadi atas kehendak isteri yang bersangkutan,


hak atas bagian gaji untuk bekas isteri tetap diberikan apabila
ternyata alasan isteri mengajukan gugatan cerai karena dimadu, dan
atau karena suami terbukti telah berzinah, dan atau suami terbukti
telah melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir
maupun batin terhadap isteri, dan atau suami telah terbukti menjadi
pemabuk, pemadat dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau
suami telah meninggalkan isteri selama dua tahun berturut-turut
tanpa izin isteri dan tanpa alasan yang sah.

Apabila Perceraian Terjadi Atas Kehendak Bersama Suami Isteri,


maka pembagian gaji diatur sbb.:

 Apabila perkawinan tidak menghasilkan anak, maka pembagian gaji


berdasarkan kesepakatan bersama.

 Dengan tidak mengurangi ketentuan di atas, apabila semua anak


mengikuti bekas isteri, maka 1/3 gaji untuk anak dan diterimakan
pada isteri.

 Apabila sebagian anak mengikuti PNS ybs dan sebagian mengikuti


bekas isteri maka 1/3 gaji dibagi jumlah anak (sebagian ikut
isteri/suami).

SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat


berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010) bila :
1. Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin dari Pejabat bagi yang
berkedudukan sebagai Penggugat atau tanpa surat keterangan bagi
yang berkedudukan sebagai Tergugat, terlebih dahulu dari Pejabat.

2. Apabila menolak melaksanakan pembagian gaji dan atau tidak mau


menandatangani daftar gajinya sebagai akibat perceraian

3. Tidak melaporkan perceraiannya kepada Pejabat dalam jangka waktu


selambat-lambatnya satu bulan setelah terjadinya perceraian.

4. Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan tidak


meneruskan pemintaan izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian untuk melakukan perceraian, dan atau untuk beristri lebih
dari seorang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah ia menerima permintaan izin atau pemberitahuan adanya
gugatan perceraian.

5. Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap permintaan izin


perceraian atau tidak memberikan surat keterangan atas
pemberitahuan adanya gugatan perceraian, dan atau tidak
memberikan keputusan terhadap permintaan izin untuk beristri lebih
dari seorang dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah ia menerima izin atau pemberitahuan adanya gugatan
perceraian.

PNS Pria Yang Akan Beristri Lebih Dari Seorang:

 PNS yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin
tertulis lebih dahulu dari Pejabat.

 Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri


lebih dari seorang, wajib memberikan pertimbangan kepada Pejabat.

 Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin untuk beristri


lebih dari seorang, wajib menyampaikan kepada pejabat melalui
saluran hirarki selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung mulai
tanggal ia menerima surat permintaan izin tersebut.

 Setiap pejabat harus mengambil keputusan selambat-lambatnya 3


(tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima surat permintaan izin
tersebut.
 Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh
Pejabat apabila memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat
alternatif dan ketiga syarat kumulatif, yakni :

Syarat alternatif (salah satu harus terpenuhi) :

 Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya, karena menderita sakit


jasmani/rokhani.

 Isteri mendapat cacat badan/penyakit lain yang tidak dapat


disembuhkan.

 Isteri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurang-


kurangnya 10 tahun.

Syarat komulatif (semua harus terpenuhi) :

 Ada persetujuan tertulis secara iklas dari isteri dan disahkan


atasannya.

 PNS pria mempunyai penghasilan yang cukup.

 PNS pria berlaku adil terhadap isteri-isterinya dan anaknya.

SANKSI : PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat berdasarkan


Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010) bila:

1. Beristri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari
Pejabat.

2. Tidak melaporkan perkawinanya yang kedua/ketiga/keempat kepada


Pejabat dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun setelah
perkawinan dilangsungkan.

PNS Wanita Tidak Diijinkan Menjadi Isteri Kedua, Ketiga,


Keempat:

 PNS wanita tidak diizinkan menjadi isteri kedua/ketiga/keempat.

 Seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri


kedua/ketiga/keempat dilarang menjadi PNS.
 PNS wanita yang akan menjadi istri kedua/ketiga/keempat dari pria
bukan PNS wajib memperoleh ijin tertulis dari Pejabat dan memenuhi
syarat sesuai Romawi V angka 3SE BAKN No. 08/SE/1983.

 SANKSI :PNS Wanita yang menjadi istri kedua/ketiga/keempat dijatuhi


hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980.

Hidup Bersama Di Luar Ikatan Perkawinan Yang Sah:

 PNS dilarang hidup bersama diluar ikatan perkawinan yang sah.

 Yang dimaksud hidup bersama diluar perkawinan yang sah adalah


melakukan hubungan sebagai suami isteri dengan wanita yang bukan
isterinya atau dengan pria yang bukan suaminya yang seolah-olah
merupakan suatu rumah tangga

 SANKSI :PNS dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat


berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 (sekarang
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010) bila melakukan hidup
bersama di luar ikatan perkawinan yang sah dengan wanita yang
bukan isterinya atau dengan pria yang bukan suaminya.

Syarat Pengajuan Perceraian Bagi PNS:

1. Surat Pengantar dari SKPD

2. Surat Panggilan kedua belah pihak dari SKPD

3. BAP/Keterangan Kronologis Gugat Cerai dari SKPD

4. Surat Keterangan Gugat Cerai dari Lurah diket. Camat (asli)

5. Surat Keterangan Gugat Cerai dari BP4 (asli)

6. Surat Panggilan 1 & 2 untuk kedua belah pihak dari BKD

7. BAP/Keterangan Kronologis Gugat Cerai dari BKD

8. Data Pendukung :

o - Fotocopy Surat Nikah, KK, KTP Suami/Istri

o - Fotocopy Keputusan Pangkat Terakhir


9. Masing2 dibuat 2 rangkap.

Popok-Pokok Materi PP No. 10/1983 Jo PP No.45/1990 Dan SE Kepala BKN Nomor


08/SE/1983

1. PNS yang melangsungkan perkawinan pertama wajib memberitahukan secara tertulis


kepada pejabat selambat-lambatnya 1 tahun setelah perkawinan berlangsung, demikian juga
bagi PNS yang telah menjadi duda/janda yang melangsungkan perkawinan lagi. Maksud
harus adanya pemberitahuan perkawinan adalah berkaitan dengan masalah gaji dan dibuatkan
kartu suami dan kartu isteri;

2. PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat
dan diajukan secara tertulis serta dicantumkan alas an yang lengkap yang mendasari
permintaan izin perceraian.

Alasan-alasan untuk melakukan perceraian (Surat Edaran Kepala BKN Nomor 08/SE/1983) :

1) Salah satu pihak berbuat zinahpat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang
lebih berat secara terus menerus;

2) Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan;

3) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alas an yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuan/kemauannya;

4) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih
berat secara terus menerus setelah perkawinan berlangsung;

5) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan
pihak lain.

Khusus di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, masalah izin perkawinan dan perceraian PNS
telah di atur dalam :

a. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 474.2/Kep.480-BKD/2009 tentang Tim


Pelaksana Penyelesaian Perkawinan Dan Perceraian Bagi PNS Di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat;

b. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor : 875.2/Kep.694-BKD/2009 tentang


Pendelegasian Wewenang Penetapan Dan Pemberian Kuasa Menandatangani Keputusan
Dan Surat-Surat Di Bidang Kepegawaian;
c. Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 062/34/BKD, tanggal 2
Juni 2009 perihal kelengkapan usul penjatuhan hukuman disiplin dan izin perceraian;

d. Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor : 474.2/53 /BKD, tanggal
25 Oktober 20010 perihal izin perkawinan dan perceraian PNS.

Dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan, PNS Provinsi Jawa Barat yang akan
melangsungkan perceraian, prosedur yang harus ditempuh adalah : PNS mengajukan
permohonan perceraian disertai alasan-alasan, ditujukan kepada kepala Organisasi Perangkat
Daerah (OPD), Kepala OPD memeriksa, memberikan pembinaan, penasihatan, dan dibuatkan
BAP, Kepala OPD meneruskan permohonan perceraian kepada Kepala BKD dilengkapi :
BAP, keterangan dari BP4, foto copy akta nikah, kesepakatan kedua belah pihak, keterangan
Kelurahan/Kepala Desa, BKD memeriksa, memberikan pembinaan, penasihatan, dan
dibuatkan BAP, untuk selanjutnya diproses izin perceraiannya.

Di Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pejabat yang diberi kewenangan mengeluarkan izin
perceraian adalah : Sekretaris Daerah (PNS Gol IV/a s/d IV/c), dan Kepala BKD (PNS Gol
III/d ke bawah).

3. PNS pria yang akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh izin lebih dahulu dari
Pejabat;

4. Izin untuk beristri lebih dari seorang hanya dapat diberikan oleh Pejabat apabila
memenuhi sekurang-kurangnya salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif.

Syarat alternatif terdiri dari :

a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri dalam arti bahwa isteri
menderita penyakit jasmaniah atau rohaniah sedemikian rupa yang sukar disembuhkan;

b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan;

c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurang-kurangnya 10


(sepuluh) tahun.

Syarat kumulatif meliputi :

a. Ada persetujuan tertulis yang dibuat secara ikhlas oleh isteri PNS yang bersangkutan,
dan disahkan oleh atasan PNS yang bersangkutan serendah-rendahnya pejabat eselon IV;

b. PNS pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai
lebih dari seorang isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak
penghasilan;

c. Ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan, bahwa ia akan berlaku adil
terhadap-isteri-isteri dan anak-anaknya.
5. PNS wanita tidak diizinkan untuk menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari PNS;

6. PNS dilarang hidup bersama dengan wanita atau pria sebagai suami isteri di luar ikatan
perkawinan yang sah;

7. Sanksi :

PNS dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sebagai PNS, apabila :

1) Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat;

2) Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat;

3) Menjadi isteri kedua/ketiga/keempat dari PNS;

4) Menjadi isteri kedua/ketika/keempat dari pria yang bukan PNS tanpa memperoleh izin
lebih dahulu dari Pejabat;

5) Melakukan hidup bersama dengan pria/wanita di luar ikatan perkawinan yang sah dan
setelah diperingatkan secara tertulis oleh Pejabat, tidak menghentikan perbuatan hidup
bersama itu.

Upaya Mencegah Perceraian

Sebagaimana di sebutkan di atas, bahwa pada tahun 2010. PNS Pemerintah Provinsi Jawa Barat
yang melangsungkan perceraian sebanyak 40 (empat puluh) orang, dan rata-rata usianya di atas
40 (empat puluh) tahun dan rata-rata sudah memiliki anak.

Untuk mempertahankan rumah tangga supaya tidak terjadi perceraian, perlu di tempuh upaya :

1. Memahami makna dan hakikat serta tujuan perkawinan;

2. Memahami hak dan kewajiban suami isteri;

3. Mentaati peraturan perundang-undangan;

4. Menyadari status dan posisi sebagai PNS sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat;

5. Setiap ada permasalahan diselesaikan secara bersama-sama sebagai suami isteri;

6. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Alloh SWT.


Permintaan ijin untuk bercerai ditolak, apabila :
Bertentangan dengan ajaran Agama/peraturan Agama yang dianut. Tidak ada alasan sebagai tercantum
dalam angka 2 diatas. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Alasan
perceraian yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat. Permintaan ijin untuk bercerai diberikan,
apabila: Tidak bertentangan dengan ajaran/pert. Agama yang dianutnya. Ada alasan sebagai mana
tercantum dalam angka 2 diatas. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
Alasan perceraian yang dikemukakan tidak bertentangan dengan akal sehat.

APABILA PERCERAIAN TERJADI ATAS KEHENDAK PNS PRIA, MAKA IA WAJIB


a. Apabila anak mengikuti bekas isteri, maka pembagian gaji ditetapkan sbb 1/3 gaji untuk PNS. 1/3 gaji
untuk bekas isteri. 1/3 gaji untuk anak yang diterimakan kepada bekas isterinya. b. Apabila perkawinan
tidak menghasilkan anak maka gajinya dibagi dua, yaitu ½ untuk PNS . ½ untuk bekas isterinya. c. Apabila
anak mengikuti PNS pria, maka pembagian gaji ditetapkan sbb : 1/3 gaji untuk PNS pria. 1/3 gaji untuk
bekas isterinya. 1/3 gaji untuk anaknya yang diterima PNS pria. d. Apabila sebagian anak mengikuti PNS
yang bersangkutan dan sebagian mengikuti bekas isteri, maka 1/3 gaji yang menjadi hak anak dibagi
jumlah anak. Hak atas bagian gaji untuk bekas isteri sebagaimana dimaksud di atas tidak
diberikan apabila perceraian terjadi karena isteri terbukti telah berzinah atau isteri terbukti telah
melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap suami, dan atau isteri
terbukti menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau isteri terbukti telah
meninggalkan suami selama dua tahun berturut-turut tanpa izin suami dan tanpa alasan yang sah.
Meskipun perceraian terjadi atas kehendak isteri yang bersangkutan, hak atas bagian gaji untuk bekas
bagian isteri tetap diberikan apabila ternyata alasan isteri mengajukan gugatan cerai karena dimadu, dan
atau karena suami terbukti telah berzinah, dan atau suami terbukti telah melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat baik lahir maupun batin terhadap isteri, dan atau suami telah terbukti menjadi
pemabuk, pemadat dan penjudi yang sukar disembuhkan, dan atau suami telah meninggalkan isteri
selama dua tahun berturut-turut tanpa izin isteri dan tanpa alasan yang sah.

Sedangkan ketentuan khusus yang mengatur tentang izin perkawinan PNS untuk beristri lebih dari satu (poligami)
terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil (“PP 45/1990”),
khususnya dalam Pasal 4 PP 45/1990 yang berbunyi:

(1) Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin lebih dahulu
dari Pejabat.

(2) Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri kedua/ketiga/keempat.

(3) Permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis.
(4) Dalam surat permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), harus dicantumkan alasan yang
lengkap yang mendasari permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang

Anda mungkin juga menyukai