Anda di halaman 1dari 4

By: Uti Abdulloh (JFLegalNetwork)

ATURAN HUKUM JIKA PNS INGIN BERPOLIGAMI

Ketentuan dalam pasal 1 angka 3 undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tetang Aparat
Sipil Negara menyebutkan bahwa: Pegawai negeri sipil (PNS) adalah warga Negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai aparat sipil Negara (ASN) secara tetap
oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabata pemerintahan.

Sedangkan ketentuan khusus yang mengatur tentang izin perkawinan PNS untuk beristri
lebih dari satu (Poligami) terdapat dalam peraturan pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin perkawinan dan dan
perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yang mana dalam ketentuan pasal 4 menjelaskan:

1. Pegawai negeri sipil pria yang anak beristeri lebih dari seorang, wajib memperoleh
izin lebihdahulu dari pejabat;
2. Pegawai negeri sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi isteri
kedua/ketiga/keempat;
3. Permintaan izin sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara
tertulis;
4. Dalam permintaan surat izin sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3), harus
dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan izin untuk beristeri
lebih dari seorang.

Selanjutnya dalam penjelasan pasal 4 ayat (2) peraturan pemerintah Nomor 45


Tahun1990 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin
perkawinan dan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil disebutkan pengertian bahwa selama
kedudukan sebagai isteri kedua/ketiga/keempat dilarang menjadi PNS.
Disampingitu, dari ketentuan ini dapat kita simpulkan bahwa seorang laki-laki tidak
diperbolehkan menikah lebih dari satu isteri dengan seorang wanita yang bersetatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena ini akan menjadikan sebagai isteri kedua laki-laki tersebut.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita dilarang menjdi isteri kesdua/ketiga/keempat dengan kata
lain, hanya bisa menikah wanita yang bukan berstatus Pegawai Negeri Sipil.

Mengenai syarat memperoleh ijin terlebihdahulu dari pejabat, adapun yang dimaksud
dengan pejabat menurut pasal 1 huruf b peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin
perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil (PNS) adalah:

a. Menteri
b. Jaksa agung
c. Pimpinan lebaga pemerintahan non departemen
d. Pimpinan kesekretariatan lembaga tinggi/tertinggi Negara
e. Gubernur kepala daerah tingkat I
f. Pimpinan bank milik Negara
g. Pimpinan badan usaha milik Negara
h. Pimpinan bank milik daerah
i. Pimpinan badan usaha milik daerah

Pejabat yang menerima permintaan izin untukberisteri lebih dari seorang ini wajib
memperhatikan dengan seksama alasan-alasan yang dikemukakan dalam surat permintaan izin
dan pertimbangan dari atasan pegawai negeri sipil (PNS) yang bersangkutan. Pemberian atau
penolakan pemberian izin bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk beristeri lebih dari satu
dilakukan oleh pejabat secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya tiga bulan
terhitung mulai ia menerima permintaan tersebut. Hal ini disebutkan dalam pasal 12 peraturan
pemerintah nomor 10 tahun 1983.

Sebelum mengambil keputusan, pejabat tersebutpun akan memanggil sang suami


yangajukan untuk beristeri lebih dari satu atau bersama-sama dengan sang isteri pertama untuk
diberikan nasehat.
Disamping itu, terdapat pula syarat-syarat yang wajib dipenuhi sebagai pertimbangan dari
pejabat tersebut. Berdasarkan pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990, izin
untuk beristeri lebih dari satu dapat deberikan oleh pejabat apabila memenuhi sekurang-
kurangnya salah satu syarat alternaatif dan ketiga syarat komulatif yang disebutkan dalam pasal
10 ayat (2) dan (3) Peraturan pemerinath Nomor 10 Tahun 1990. Syarat alternatef dan syarat
komulatif adalah:

1. Syarat Alternatif;
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri
b. Isteri mendapat cacat badan dan penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan
2. Syarat Komulatif
a. Ada persetujuan tertulis dari isteri
b. Pegawai negeri sipil yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup
untuk membiayai lebih dari seorang isteri
c. Ada jaminan tertulis dari pegawai negeri sipil yang bersangkutan bahwa ia akan
berlaku adil terhadap isteri dan anak-anaknya;

Selain hal diatas, ada syarat lain yang harus dipenuhi agar dapat berpoligami, yaitu hal
tersebut tidak bertentangan agama kepercayaan masing-masing, hal ini karena izin beristeri lebih
dari satu tidak diberikan oleh pejabat, (pasal 10 ayat (4) peraturan pemerintah nomor 10 tahun
1983):

a. Bertentangan dengan ajaran yang dianutPNS yang bersangkutan;


b. Tidak memenuhi setidaknya salah satu syarat alternative dan ketiga syarat komulatif;
c. Bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat, dan/atau;
e. Ada kemungkinan mengganggu tugas kedinasan;

Diatas telah kami sebutkan syarat-syarat bagi PNS untuk memperoleh izin beristeri lebih
dari satu orang (berpoligami). Lalu apa sanksinya jika jika PNS yang bersangkutan tidak
mendapat izin dari pejabat untuk berpoligami, atau tidak melaporkan perkawinannya.? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kita mengacu pada pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 45
Tahun 1990 yang mengatur bahwa PNS yang tidak melaporkan perkawinannya yang
kedua/ketiga/keempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu tahun terhitung sejak
perkawinan tersebut dilangsungkan, maka akan dijatuhi hukuman disiplin berat berdasarkan
peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil.

Akan tetapi peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 telah dihapus dan dinyatakan
tidak berlaku berdasarkan peraturan pemerintah nomor 35 Tahun 2010 tentan peraturan disiplin
pegawai negeri sipil. Adapun jenis hukuman disiplin berat yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (4)
peraturan pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil yang
terdiri dari:

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah setingkat selama 1 (satu) tahun


b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. Pembebasan dari jabatan
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
e. Pemberhentian tidak hormat sebagai PNS.

Anda mungkin juga menyukai