Anda di halaman 1dari 2

By: Uti Abdulloh (JFLegalNetwork)

APAKAH ADVOKAT KEBAL HUKUM.?

Advokat memiliki hak imunitas atau kekebalan hukum dalam menjalankan tugas
profesinya untuk kepentingan kliennya di dalam maupun diluar persidangan. Akan tetapi, jika
ada dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh seorang advokat, maka hak imunitas atau
kekebalan hokum advokat itu tidak berlaku. Contohnya seorang advokat merintangi atau
menghalangi supaya proses pengadilan atas kliennya tidak berjalan, yang dilakukan dengan
menyuruh klaiennya pura-pura sakit atau pergi keluar negeri. Hal itu merupakan dugaan tindak
pidana dan tidak dilindungi hak imunitas.

Namun lain halnya apabila seorag advokat menasehati kliennya dengan etikat baik, seperti
memberi masukan kepada kliennya untuk mempersiapkan tim ahli yang banyak agar menyatakan
bahwa agar kliennya tidak bersalah, dan hal ini dilindungi oleh hak imunitas.

Pada dasarnya advokat berpegang pada kode etik dan peraturan perUndang-Undangan,
terkait profesinya dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat telah
mengatur sebagai berikut:

“Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang bukan
menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perUndang-Undangan.”

Memang dalam ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan advokat dalam menjalankan
tugas profesinya untuk keperluan kliennya diluar sidang pengadilan dan dalam mendampingi
kliennya, berkaitan dengan kekebalan atau imunitas bagi advokat, selain pasal 15 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Avokat yang mengatur tentang mengenai hal tersebut,
Pasal 16 Undang-Undang tentang advokat Jo putusan mahkamah konstitusi Nomor 26/PUU-
XI/3013 mengatur lebih rinci terkait tidak dapat dituntutnya advoka dalam mejalankan tugas
profesinya sebgai berikut:
“advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan
tugas dan profesinya dengan etikat baik untuk kepentingan pembelaan klien di dalam maupun
diluar sidang pengadilan.”

Yang dimaksud dengan frasa “etikat baik” adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan berdasarkan hokum untuk membela kliennya. Sementara yang dimaksud dengan
“sidang pengadilan” adalah proses sidang disemua setiap tingkat pengadilan disemua lingkungan
peradilan.

Mengenai hal ini, Luhut M.P. Pangaribuan, advokat sekaligus penulis buku advokat dan
Comtemp Of Court: Suatu proses di dewan kehormatan profesi, menjelaskan bahwa jika ada
dugaan tidak pidana yang dilakukan oleh seorang advokat, maka hak imunitas atau kekebalan
hokum advokat itu tidak berlaku, misalnya dengan cara-cara yang melanggar hukum. Contoh:
seorang advokat merintangi atau menghalangi supaya proses pengadilan atas kliennya berpura-
pura sakit atau pergi keluar negeri. Hal ini merupakan dugaan tindak pidana dan tidak dilindungi
oleh hak imunitas.

Kemudian lebih lanjut menurut Luhut M.P Pangabuan, lain hal nya dengan advokat
menasehati kliennya dengan etikat baik, seperti memberi masukan terhadap kliennya untuk
mempersiapkan tim ahli yang banyak agar menyatakan agar kliennya tidak bersalah, hal ini
dilindungi oleh hak imunitas.

Disamping itu, ketua mahkamah agung menegaskan bahwa, meskipun hak imunitas
advokat di jamin oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dijamin dan
dilindungi, namun tidak serta merta membuat advokat menjadi kebal terhadap hukum “ini karena
hak imunitas tersebut digantungkan kepada apakah profesinya dilakukan berdasarkan etikat baik
atau tidak”

Anda mungkin juga menyukai