1. Terkait dengan status dari advokat itu sendiri, apakah profesi advokat dapat
diartikan sebagai pejabat negara, pejabat negara tertentu, dan pejabat umum?
2. Apabila berbicara profesi, sudah tentu kita berbicara tentang tanggung jawab yang
di emban di dalam profesi tersebut, bagaimana anda menanggapi tanggung jawab
dari seorang advokat terhadap profesinya sendiri? Lalu bagaimanakah tanggung
jawab seorang advokat terhadap profesi hukum lainya (hakim,jaksa,notaris,. dll)?
3. Lebih lanjut, sebagai seorang yang memang mengerti dan bekerja di ranah hukum
positif, bagaimana pendapat anda terhadap tanggung jawab profesi advokat
terhadap masyarakat umum? Apakah terdapat kewajiban ataupun inisiatif dari diri
sendiri untuk memberikan sosialisasi atau pendidikan hukum kepada masyarakat
umum?
4. Terkait dengan kegiatan pengawasan terhadap profesi advokat itu sendiri, hingga
sekarang diketahui ada beberapa organisasi advokat itu sendiri, bagaimana
pendapat anda terhadap pengawasan yang bersifat internal terhadap profesi
advokat jika dikaitkan dengan adanya beberapa organisasi advokat? Apakah setiap
organisasi memiliki peraturanya sendiri terhadap pengawasan yang bersifat
internal? Dan apakah terhadap mekanisme quasi yudisial? (pengadilan profesi yang
dijalankan oleh suatu majelis atau institusi yang berkaitan dengan advokat)
5. Adanya pengawasan internal menunjukan adanya sistem pengawasan yang bersifat
eksternal juga, terkait dengan pengawasan tersebut, bagaimanakah bentuk kongkrit
yang dilakukan oleh KEMENKUMHAM selaku pihak yang memang dapat
memberikan pengawasan kepada profesi advokat itu sendiri?
6. Sebagai bentuk kongkrit dari menjalankan profesi advokat itu sendiri, sudah
sewajarnya seorang advokat mendirikan sebuah firma hukum yang mempunyai
keahlian khusus untuk menjalankan pekerjaan sebagai advokat. Terkait hal tersebut,
dalam hal firma hukum tersebut ingin menentukan keahlian khususnya, apakah
bidang keahlian tersebut harus dicantumkan dalam AD/ART? Dan bagaimana
tanggapan apabila dilihat dari sudut pandang kode etik dan peraturan yang terkait
oleh profesi advokat apabila firma hukum menerima kasus yang bukan keahlianya
dari apa yang sudah di dicantumkan dalam AD/ART?
JAWABAN WAWANCARA
Nama
NIA
: 14.01386
Organisasi
1. Advokat bukanlah pejabat negara, advokat adalah sebuah profesi yang independen
dan oficium nobile, advokat adalah penegak hukum. Jika kita melihat definisi pejabat
adalah orang yang memiliki kedudukan dalam organisasi/institusi baik formal
maupun non formal dan memiliki hak dan kewajiban terkait kedudukannya tersebut.
Advokat merupakan sebuah profesi bukanlah kedudukan (jabatan), Profesi Advokat
melekat secara inheren seumur hidup sedangkan jabatan hanya dalam suatu waktu
tertentu. Dan sudah jelas juga diatur bahwa advokat yang mendapatkan
kepercayaan mendapatkan suatu jabatan, ia dilarang berprofesi sebagai advokat
sementara selama menjalani masa jabatnya sebagaimana diatur dalam kode etik
advokat pasal 3 huruf i. Jadi advokat adalah profesi dan penegak hukum yang
menurut saya tidak dapat dikatagorikan sebagai pejabat negara maupun pejabat
lainnya,
2. Tanggung jawab advokat terhadap profesinya itu dapat dilihat ketika advokat bekerja
berdasarkan landasan hukum yang ada dan landasan moral dengan itikad baik dan
tidak melanggar kode etik. Dengan bekerja berdasarkan hal di atas seorang advokat
dapat bertanggungjawab terhadap profesinya serta menjaga nama baik profesinya
yang mana profsi advokad adalah profesi yang terhormat (officium nobile).
Tanggung jawab seorang advokat terhadap penegak hukum yang lainnya maupun
profesi hukum lainnya. Sepengetahuan saya tida ada yang mengatur secara implisit
tanggung
jawab
tersebut,
namun
yang
jelas
seorang
advokat
memiliki
Nama
: Firda Firdaus
Nim
: 10.01 307
Organisasi
: Peradi
1. Jelas bukan, karena bahwa berdasarkan uu advokat profesi advokat adalah profesi
yang berdiri sendiri, jadi profesi advokat tidapat diartikan sebagai pejabat yang
seperti anda maksud. Perlu diketahui bahwa profesi advokat adalah profesi khusus
yang memang bersumber dari Undang- Undang advokat.
2. Dalam menjalani profesi advokat berarti tanggung jawab yang diemban adalah
tanggung jawab yang diemban kepada klien, yang berarti setiap advokat harus
bertanggung jawab terhahadap nasehat atau pendapat hukum yang diberikan
kepada klienya. Advokat sendiri adalah pekerjaan sendiri yang bergerak dibidang
jasa, yang bergerak dibidang memberikan konsultasi
beretika baik itu biasanya berinisiatif untuk membantu apabila terdapat kesulitan
terhadap permasalahan hokum. karena kenyataan pahit yang kita hadapi di Negara
ini, masih banyak sekali masyarakat yang tidak mengerti atau bahkan buta akan
hukum. Maka dari itu diperlukan inisiatif dari advokat itu sendiri untuk membantu.
4. Setiap organisasi advokat yang ada di Indonesia pastinya memiki peraturan sendiri
terhadap pengawasan bersifat internal akan tetapi hingga saat peradi yang ditunjuk
lanhgsung oleh undang- undang. Oleh karena itu semua tidak boleh bertentangan
dengan pengaturan yang bersifat di peradi.
5. Pada dasarnya kemenkumham tidak punya hak untuk mengawasi advokat. advokat
bersifat independen dan tidak dapan diintervensi dari pihak manapun termasuk
pemerintah.
6. Apabila seorang advokat ingin mendirikan firma hokum sendiri, kegiatan usaha dari
pada firma itu pasti dicmtumkan dalam anggaran dasar itu sendiri seperti firma yang
bergerak dibidang hokum. Mengenai ada pandangan sebuah firma hukum harus ada
keahlian khusus saat anda memilih profesi advokat maka anda dituntut untuk tau
semua jenis lingkup hukum yang ada di Indonesia dan wajib mempelajari segala
jenis hukum yang ada di Indonesia.
bilang hanya punya 1 keahlian hukum tertentu. Yang menarik bagaimana kalau kita
tidak mengetahui apabila terdapat pertanyaan dimana hal tersebut kurang dikuasai
secara maksimal? Maka kewajibanya jawab dengan kemampuan terbaik dan tetap
menyarankan apabila kurang mendapat jawaban yang di inginkan maka tentunya
sebagai advokat harus memberitahukan referensi terbaik kepada advokat yang
memang lebih menguasasi di bidang tertentu tersebut.
Nama
: Riza
Nim
: 10.00306
Organisasi
: Peradi
1. Mengingat bahwa salah satu persyaratan untuk menjadi advokat adalah BUKAN PEJABAT
NEGARA sudah tentu saya sebagai advokat tidak menempatkan diri saya sebagai seorang
pejabat negara, baik pejabat negara tertentu maupun pejabat umum. Selain itu, saya secara
pribadi berpendapat bahwa profesi advokat ini adalah suatu profesi penegak hukum yang
independen, bebas dan mandiri. Oleh sebab itu, tidak tepat apabila profesi advokat ini
tunduk pada suatu lembaga pemerintahan tertentu yang memungkinkan hilangnya
independensi dari advokat pada saat menjalankan tugasnya.
2. Menyangkut dengan tanggung jawab dalam menjalankan profesi sebagai advokat, menurut
saya advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan
menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, untuk penegakan ataupun menjaga
rambu-rambu pelaksanaan Kode Etik saya rasa itu menjadi tugas dan tanggung jawab dari
Dewan Kehormatan (PERADI) sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus
diakui setiap Advokat. Sebagai profesi yang merupakan salah satu unsur dari CATUR
WANGSA, saya merasa memiliki kedudukan yang setara dan seimbang dengan dengan
pihak profesi hukum lainnya, sehingga dibandingkan dengan rasa tanggung jawab
terhadap profesi hukum lainnya, saya lebih cenderung beranggapan bahwa semua pihakpihak dalam profesi hukum wajib bersinergi untuk dapat menciptakan suatu proses keadilan
yang transparan.
3. Menurut saya, kewajiban untuk memberikan sosialisasi ataupun pendidikan hukum kepada
masyarakat umum sudah tentu menjadi bagian pekerjaan dari profesi advokat yang mana
mencakup profesi konsultan hukum.
4. Saya beranggapan organisasi-organisasi advokat yang ada hanya merupakan wadah
pemersatu dan bukan bersifat sebagai organisasi yang mengatur terlebih lagi menjalankan
fungsi pengawasan. Sepengetahuan saya, negara ini hanya mengakui 1 induk organisasi
profesi advokat yakni PERADI sehingga mekanisme pengawasan maupun pengadilan
profesi tinggal mengikuti kebijakan dan aturan main yang sudah ditetapkan oleh PERADI.
5. Sejujurnya saya tidak melihat adanya fungsi pengawasan eksternal yang dimaksud, terlebih
lagi penerapannya.
6. Saya tidak setuju atas pengkotak-kotak-an profesi ini. Dikarenakan hal ini tidak mencerminkan
sifat dasar UUD negara kita yang membuka seluas-luasnya bagi warga-nya kesempatan untuk
berkarya. Sehingga tidaklah tepat apabila keahlian-keahlian khusus (semacam pengacara
pidana, pengacara perdata, pengacara HAM, pengacara perceraian atau pengacara corporatecommercial) dicantumkan dalam Anggaran Dasar suatu Firma hukum. Saya lebih cenderung
menyerahkan persaingan maupun kompetensi masing-masing advokat pada mekanisme pasar.
Nama
: Dian Artati
Nim
:13.00708
Organisasi
: Peradi
1. Sudah tentu Advokat bukanlah pejabat yang anda maksud. Advokat adalah advokat
karena jelas keberadaan kami tentunya berdasarkan ada Undang- Undang yaitu
Undang- Undang Nomor 18 tahun 2003. tidak tepat apabila profesi advokat ini
dikaitkan dengan beberapa pejabat yang anda maksud.
2. Tentunya tanggung jawab sebagai advokat adalah tanggung jawab apabila kita
menjalankan profesi kita menjalankan dengan suatu niatan yang baik dan justru tidak
menggelapkan hukum dan malah mengarahkan klien untuk melakukan penggelapan
hukum. Dengan kata lain tanggung jawab yang saya maksud dapat dilihat apabila
kita mulai bekerja.
3. Advokat itu adalah jasa pemberi nasihat hukum, seharusnya yang memegang fungsi
dalam hal dilakukanya sosialisasi terhadap masyarakat tentunya sudah pasti
pemerintah mulai dari mensosialisasikan undang- undang yang berlaku sampai
segala jenis bentuk kepada seluruh warga negara indonesia.
4. Pada mulanya terdapat 8 organisasi Advokat yang ada pada saat itu, yaitu IPHI,
IKADIN, AAI, HAPI, SPI, AKHI, HKHPM sepakat membentuk Perhimpunan Advokat
Indonesia (PERADI) sebagai wadah tunggal organisasi advokat yang terbentuk
berdasarkan amanah UU Advokat. Dalam Pasal 12 UU Advokat, Pengawasan
terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat dalam hal ini adalah peradi. Jadi
apabila ditanya metode pengawasan internal sudah pasti semua ketentuanya ada
dalam ketetapan yang dibentuk peradi walaupun memang terdapat Kongres advokat
indonesia. Tetapi dikarenakan peradi yang diperkanankan oleh undang- undang jadi
sudah jelas mekanisme dari pengawasan terdaat dari peradi.
5. Tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh kemenhukam, menurut saya mekanisme
pengawasan justru terdapat pada klien, masyarakat umum, media dan tentunya
semua elemen masyarakat yang memang dapat melakukan pengawasan secara
langsung terhadap profesi advokat. jadi sebagai advokat jagalah sikap tindak perilaku
kita.
6. Kalau menurut saya tergantung dari anggaran dasar dari firma itu sendiri, karena
perlu dipahami,
dibuat oleh para pendirinya. Dengan kata lain seharusnya dalam perjanjian tersebut
disebutkan dengan jelas apa saja lingkup dari hal yang dikuasai oleh firma hukum
tersebut. Akan tetapi apabila dalam anggaran dasar firma tersebut memang
disebutkan secara umum saja, ya sudah pasti lingkup dari kegiatan firma mungkin
bisa ditafisirkan dalam segala jenis bentuk keahlian yang dikuasai oleh firma tersebut.
Dan pada prakteknya, biasanya klien dari kami sudah mengetahui keahian kami
dibidang apa sebelumnya, jadi hampir 100 persen bisa dipastikan bahwanklien yang
datang kekami, pasti sesuai dengan keahlian dari firma hukum itu sendiri.
Nama
: Lexyndo Hakim
Nim
:07.10528
Organisasi
: Peradi
akan
menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai
dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;
berjanji tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa
hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian
daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang Advokat.
Tanggung jawab Profesi Advokat tidak lepas dari apa yang telah
disumpahnya seorang Advokat tersebut, dan di dalam UU Advokat juga telah
diatur bahwa seorang Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan
yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;
seorang
wajib
Kata mobile officium mengandung arti adanya kewajiban yang mulia atau
yang terpandang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Hal ini berarti
bahwa seorang anggota profesi advokat, tidak saja harus berperilaku jujur
dan bermoral tinggi, tetapi harus juga mendapat kepercayaan publik, bahwa
advokat tersebut akan selalu berperilaku demikian. Dengan memenuhi
persyaratan yang ditentukan Pasal 2 dan 3 UU Advokat, maka seorang
sarjana hukum dapat diangkat sebagai seorang advokat dan akan menjadi
anggota organisasi advokat. Dengan diangkatnya seseorang menjadi
advokat, maka ia telah diberi suatu kewajiban mulia melaksanakan
pekerjaan terhormat (mobile officium), dengan hak eksklusif: (a) menyatakan
dirinya pada publik bahwa ia seorang advokat, (b) dengan begitu berhak
memberikan nasihat hukum dan mewakili kliennya, dan (c) menghadap di
muka sidang pengadilan dalam proses perkara kliennya. Akan tetapi, jangan
dilupakan, bahwa hak dan kewenangan istimewa ini juga menimbulkan
kewajiban advokat kepada masyarakat, yaitu: (a) menjaga agar mereka
yang menjadi anggota profesi advokat selalu mempunyai kompetensi
pengetahuan profesi untuk itu, dan mempunyai integritas melaksanakan
profesi terhormat ini, serta (b) oleh karena itu bersedia menyingkirkan
mereka yang terbukti tidak layak menjalankan profesi terhormat ini.
Seorang Advokat juga harus selalu berusaha menjunjung kehormatan dan
menjaga wibawa profesi dan berusaha untuk tidak saja menyempurnakan
hukum namun juga penyelenggaraan sistem peradilan. Saat ini sudah ada
UU Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011, bahwa setiap orang
(masyarakat) yang termasuk dalam kategori Penerima Bantuan Hukum
meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri berhak mendapatkan
bantuan Hukum. Hal ini bergaris linear dengan UU Advokat yang
menyatakan bahwa seorang Advokat tidak dapat menolak klien, atau dalam
Pasal 18, berbunyi seorang Advokat dalam menjalankan tugas profesinya
dilarang membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis kelamin,
agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.
4. Berdasarkan UU Advokat Nomor 18 Tahun 2003, organisasi Advokat harus
terbentuk, dan pada tanggal 21 Desember 2014, ke-delapan (8) organisasi
Advokat yang ada pada saat itu, yaitu IPHI, IKADIN, AAI, HAPI, SPI, AKHI,
HKHPM sepakat membentuk Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI)
sebagai wadah tunggal organisasi advokat yang terbentuk berdasarkan
amanah UU Advokat. Dalam Pasal 12 UU Advokat, Pengawasan terhadap
Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat yang bertujuan agar Advokat
dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik profesi
Advokat dan peraturan perundang-undangan. PERADI memiliki Dewan
Kehormatan sebagai instrumen penjaga kehormatan profesi Advokat.
Karena dalam UU Advokat itu sendiri telah menegaskan bahwa advokat
berstatus sebagai penegak hukum. Itu sangat penting kita selalu ingat. Kita
adalah satu yang dipercayakan, diamanatkan, ditugaskan sebagai penegak
hukum, di samping tentu saja penegak-penegak hukum lainnya seperti
hakim, polisi, jaksa, dan sebagainya. UU Advokat juga telah ada aturan
mengenai pengawasan internal terhadap profesi advokat termasuk dalam
Kode Etik Advokat Indonesia, yang bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan profesi Advokat.
5. Menurut saya, karena Advokat adalah sesama penegak hukum dengan
lembaga
peradilan
lainnya,
Kemenkumham
tidak
bisa
memberikan
dengan jaksa penuntut umum.; Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau
mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak lawan dalam perkara
perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.; Apabila
Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai
suatu perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara
tertentu tersebut hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.; Advokat
wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai
perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.; dan Advokat (Law
Firm) nya sebaiknya menjelaskan SOP awal pelayanan jasa Hukum apa saja
yang bisa diberikan, apakah pidana dan perdata saja, litigasi saja, non-litigasi
saja, maupun kasus Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kurator maupun bidang
Pasar Modal ?
Seorang advokat sebelum dilantik dan disumpah sebagai advokat tentunya
sudah memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya mengikuti program
pendidikan khusus profesi advokat, program pendidikan magang di kantor
advokat selama 2 (dua) tahun berturut-turut, menangani perkara perdata dan
pidana dengan pendampingan dari Advokat senior serta mengikuti pelatihanpelatihan profesi seperti pasar modal maupun konsultan HKI dan kurator.
Sehingga setiap advokat yang sudah membuka Law firm baik bersamasama maupun sendiri, tentunya sudah dibekali ilmu dan keahlian di bidang
jasa hukum pidana dan perdata.
profesi advokat sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil dan
bertanggung jawab berdasarkanhukum dan keadilan, dilarang membedakan
perlakuan terhadap klien berdasrkan jenis kelamin, agama, politik, suku, ras
dan agama. Dalam kondisi tertentu misalnya, seorang advokat diharuskan
menerima klien atas perkara yang (mungkin) bukan keahliannya, misalnya
dalam perkara Kurator, si advokat itu bisa mengajak rekan-rekan sejawat
lainnya untuk bersama memberikan pelayanan jasa hukum di bidang Kurator
tersebut ataupun hanya menjembatani si calon klien dengan rekan sejawat
yang memang sudah kurator. (contoh saja) Tapi intinya, seorang advokat itu
sudah seyogianya terbekali oleh ilmu teori dan praktek yang cukup sebelum
membuka Law Firm dalam memberikan pelayanan jasa hukum terhadap
masyarakat.
Nama : Rizk