Anda di halaman 1dari 15

pertanyaan Wawancara:

1. Terkait dengan status dari advokat itu sendiri, apakah profesi advokat dapat
diartikan sebagai pejabat negara, pejabat negara tertentu, dan pejabat umum?
2. Apabila berbicara profesi, sudah tentu kita berbicara tentang tanggung jawab yang
di emban di dalam profesi tersebut, bagaimana anda menanggapi tanggung jawab
dari seorang advokat terhadap profesinya sendiri? Lalu bagaimanakah tanggung
jawab seorang advokat terhadap profesi hukum lainya (hakim,jaksa,notaris,. dll)?
3. Lebih lanjut, sebagai seorang yang memang mengerti dan bekerja di ranah hukum
positif, bagaimana pendapat anda terhadap tanggung jawab profesi advokat
terhadap masyarakat umum? Apakah terdapat kewajiban ataupun inisiatif dari diri
sendiri untuk memberikan sosialisasi atau pendidikan hukum kepada masyarakat
umum?
4. Terkait dengan kegiatan pengawasan terhadap profesi advokat itu sendiri, hingga
sekarang diketahui ada beberapa organisasi advokat itu sendiri, bagaimana
pendapat anda terhadap pengawasan yang bersifat internal terhadap profesi
advokat jika dikaitkan dengan adanya beberapa organisasi advokat? Apakah setiap
organisasi memiliki peraturanya sendiri terhadap pengawasan yang bersifat
internal? Dan apakah terhadap mekanisme quasi yudisial? (pengadilan profesi yang
dijalankan oleh suatu majelis atau institusi yang berkaitan dengan advokat)
5. Adanya pengawasan internal menunjukan adanya sistem pengawasan yang bersifat
eksternal juga, terkait dengan pengawasan tersebut, bagaimanakah bentuk kongkrit
yang dilakukan oleh KEMENKUMHAM selaku pihak yang memang dapat
memberikan pengawasan kepada profesi advokat itu sendiri?
6. Sebagai bentuk kongkrit dari menjalankan profesi advokat itu sendiri, sudah
sewajarnya seorang advokat mendirikan sebuah firma hukum yang mempunyai
keahlian khusus untuk menjalankan pekerjaan sebagai advokat. Terkait hal tersebut,
dalam hal firma hukum tersebut ingin menentukan keahlian khususnya, apakah
bidang keahlian tersebut harus dicantumkan dalam AD/ART? Dan bagaimana
tanggapan apabila dilihat dari sudut pandang kode etik dan peraturan yang terkait
oleh profesi advokat apabila firma hukum menerima kasus yang bukan keahlianya
dari apa yang sudah di dicantumkan dalam AD/ART?

JAWABAN WAWANCARA

Nama

: Hendro Widodo, SH.

NIA

: 14.01386

Organisasi

: PERADI & HAPI

1. Advokat bukanlah pejabat negara, advokat adalah sebuah profesi yang independen
dan oficium nobile, advokat adalah penegak hukum. Jika kita melihat definisi pejabat
adalah orang yang memiliki kedudukan dalam organisasi/institusi baik formal
maupun non formal dan memiliki hak dan kewajiban terkait kedudukannya tersebut.
Advokat merupakan sebuah profesi bukanlah kedudukan (jabatan), Profesi Advokat
melekat secara inheren seumur hidup sedangkan jabatan hanya dalam suatu waktu
tertentu. Dan sudah jelas juga diatur bahwa advokat yang mendapatkan
kepercayaan mendapatkan suatu jabatan, ia dilarang berprofesi sebagai advokat
sementara selama menjalani masa jabatnya sebagaimana diatur dalam kode etik
advokat pasal 3 huruf i. Jadi advokat adalah profesi dan penegak hukum yang
menurut saya tidak dapat dikatagorikan sebagai pejabat negara maupun pejabat
lainnya,
2. Tanggung jawab advokat terhadap profesinya itu dapat dilihat ketika advokat bekerja
berdasarkan landasan hukum yang ada dan landasan moral dengan itikad baik dan
tidak melanggar kode etik. Dengan bekerja berdasarkan hal di atas seorang advokat
dapat bertanggungjawab terhadap profesinya serta menjaga nama baik profesinya
yang mana profsi advokad adalah profesi yang terhormat (officium nobile).
Tanggung jawab seorang advokat terhadap penegak hukum yang lainnya maupun
profesi hukum lainnya. Sepengetahuan saya tida ada yang mengatur secara implisit

tanggung

jawab

tersebut,

namun

yang

jelas

seorang

advokat

memiliki

tanggungjawab harus saling menghargai terhadap sesama penegak hukum maupun


terhadap profesi hukum lainnya. Menurut saya jika kita tarik lebih jauh advokat juga
mempunyai peranan penting yang menjadi tanggungjawabnya sebagai fungsi kontrol
(pengawas) terhadap penegak hukum yang lain maupun profesi hukum lainnya
apabila dalam melakukan/menjalankan pekerjaan dan kewajiban mereka, mereka
menyalahi peraturan yang ada dan tidak berdasar dengan itikad baik hal ini dapak
kita lakukan ketika kita membela klien yang bersinggungan dengan penegak hukum
lainnya dan profesi hukum lainnya yang tidak menjalankan pekerjaan/kewajibannya
berdasarkan peraturan dan tidak berdasar dengan itikad baik.
3. Tanggungjawab profesi advokat terhadap masyarakat umum. Menurut saya definisi
masyarakat umum terlalu luas disini. Masyarakat umum yang mana, klienpun
menurut saya masyarakat umum. Jadi tanggung jawab terhadap masyarakat umum
secara lebih khusus menurut saya tanggungjawab terhadap klien, hal ini dapat kita
lakukan dengan cara kita menjalankan profesi guna membela hak-hak hukum klien
dengan itikad baik sesuai dengan peraturan yang ada dan kode etik. Sedangkan
tanggung jawab terhadap masyarakat umum secara lebih luas, adalah tanggung
jawab terhadap masyarakat umum yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung
(tidak dalam suatu perikatan profesional advokat dengan klien), disini advokat
memiliki tanggung jawab untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat
umum bagamana seharusnya proses hukum itu dijalankan dengan berlandaskan
peraturan yang ada dan berdasarkan moral dengan itikad baik dan tidak melanggar
kode etik hal ini menurut saya justru secara tidak langsung kita memberikan
pelajaran dan pendidikan hukum yang baik kepada masyarakat.
Kewajiban sosialisasi hukum ada pada pemerintah, advokat tidak memiliki kewajiban
itu menurut saya, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 ayat 1 UU 18 th 2003 ttg
advokat yang menjelaskan advokad adalah orang yang berprofesi memberikan jasa
hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhipersyaratan
berdasarkan undang-undang ini dan dijelaskan lebih lanjut pengertian jasa hukum
dalam pasal 2 ayat 2 UU 18 th 2003 jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat
berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk
kepentingan hukum klien. Jadi kewajiban advokad adalah memberikan jasa hukum
bukanlah memberikan sosialisasi huku, karena kewajiban memberikan sosialisasi
hukum ada pada pemerintah, namun alangkah lebih baiknya jika advokat dapat
terlibat terhadap sosialisasi hukum kepada masyarakat umum.

4. Membahas tentang tanggung jawab pengasawan internal yang dilakukan organisasi


advokat, sebelum membahas terkait tanggungjawab pengawasan internal oleh
organisasi advokat saya akan lebih dulu membahas tentang organisasi advokat itu
sendiri terlebih dahulu, secara garis besar organisasi advokat terpecah menjadi 2,
ada PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia) dan ada KAI (Kongres Advokat
Indonesia). Disini saya akan membahas PERADI karena peradilah yang diakui oleh
undang-undang, pemerintah dan penegak hukum lainnya, lahirnya PERADI didasari
adanya UU 18 th 2003 tentang advokat, sebelum lahirnya PERADI organisasi
advokat bersifat multibar yaitu terdiri dari beberapa organisasi advokat, PERADI
terbentuk dari penggabungan 8 oranisasi advokat yaitu IKADIN, AAI, IPHI, HAPI,
SPI, AKHI, HKPM dan APSI. Dan sampai saat ini PERADI lah yang diakui oleh
undang-undang dan pemerintah, hal ini dapat dilihat dari tata cara pengangkatan
advokat aggota PERADI, seluruh advokat PERADI selalu disumpah oleh Ketua
Pengadilan Tinggi wilayah tempat domisiliadvokat tersebut sebagai kepanjangan
tangan Meteri Hukum dan Ham, Advokat PERADI tidak pernah memdapatkan
masalah ketika menjalani persidangan di pengadilan (tidak pernah diminta keluat
oleh hakim karena hakim tidak berkenan apabila ada advokat selain anggota
PERADI). Jadi jika mengacu kepada UU 18 th 2003 organiasasi advokat adalah
PERADI dan tidak ada yang lain selain PERADI. PERADI melakukan pengawasan
terhadap kode etik yang efektifnya dilakukan sesama anggota PERADI dan Komisi
Pengawas PERADI, dimana anggota yang diduga melakukan pelanggaran terhadap
kode etik akan dilaporkan oleh anggota lainnya maupun pihak lain kepada Dewan
Kehormatan PERADI.
Pengadilan Profesi PERADI yang diberikan wewenangnya kepada Dewan
Kehormatan PERADI selama ini berjalan dan berlaku hanya untuk anggota PERADI,
contohnya beberapa kasus yang saya tangani terkait pelanggaran Kode Etik yang
kami laporkan yang dilakukan oleh Rekan O.C. KALIGIS, Rekan DHANISWARA
selama ini berjalan dengan baik dan telah bisa memberikan efek dengan
memberikan putusan pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap.
5. Tidak ada aturan yang secara tegas mengatur tentang pengawasan advokat di
bawah kemenkumham, justru menurut saya kemenkumham tidak punya hak untuk
mengawasi advokat, advokat memang termasuk dalam 4 pilar penegak huku yaitu
Polisi, Jaksa, Hakim, Advokat, namun posisi advokat disini berdiri atas nama sipil
berbeda dengan 3 penegak hukum yang lain yang mana berdiri di atas nama negara,
advokat bersifat independen dan tidak dapan diintervensi dari pihak manapun
termasuk pemerintah oleh karena itu tidak ada kewenangan apapun untuk

mengawasi advokat yang dimiliki oleh kemenkumham. Justru menurut saya


masyarakatlah yang bisa melakukan

pengawasan eksternal terhadap advokat

advokat, misalnya dengan cara melaporkan advokat ke Dewan Kehormatan PERADI


apabila ada advokat yang dirasa merugikan masyarakat ataupun ada advokat yang
menyalahi peraturan yang berlaku dan tidak menjaga norma.
6. Tidak ada aturan yang secara tegas mengatur bidang keahlian advokat harus
dicantumkan pada AD/ART firma, dan tidak ada aturan yang mengatur secara tegas
juga bahwa advokat harus mendirikan firma hukum dalam menjalankan profesinya,
secara individu selaku advokat, ia jg bisa menjalankan profesinya sebagai advokat.
Yang biasa terjadi di lapangan dalam AD/ART firma hukum bidang keahlian advokat
ditulis secara umum, advokat juga ditunutut untuk menguasai hukum dari sisi segi
dan aspek manapun. Dan advokat juga bisa menolak perkara apabila itu tidak sesuai
dengan keahliannya hal ini sesuai dengan Pasal 3 huruf a Kode Etik Advokat.
Tidak ada aturan yang melarang firma hukum harus menolak perkara yang bukan
keahliannya, karena firma hukum bukanlah subjek yang diatur dalam UndangUndang tengtang Advokat dan Kode Etik Advokat, yang dimaksud subjek dalam UU
dan Kode Etik Advokat yaitu advokatnya itu sendiri bukan firmanya. Jika kita berkaca
pada hukum positif segala sesuatu yang tidak di atur maupun di larang maka hak
tersebut boleh dilakukan. Dan dalam kode etik advokat Pasal 3 huruf a dijelaskan
bahwa advokat dapat menolak untuk memberikan nasihat dan bantuan hukum
kepada setiap orang yang memerlukan jasa atau bantuan hukumoleh karena tidak
sesuai dengan keahliannya dan bertentangan dengan hati nuraninya dan
seterusnya, jika kita melihat bunyi pasal di atas terdapat kata dapat bukan harus
maka kata dapat dapat diartikan boleh dilakukan (menolak), maupun tidak
melakukan (menerima) suatu perkara tersebut. Maka tidak ada peraturan yang
mengharuskan advokat harus menerima perkara sesuai keahliannya saja. Oleh
karena itu seorang advokat dituntut lebih cerdas dan lebih progresif untuk mengikuti
perkembangan hukum agar sesuai dengan perkembangan jaman dan dituntun
memahami hukum dari sisi segi dan aspek manapun.

Nama

: Firda Firdaus

Nim

: 10.01 307

Organisasi

: Peradi

1. Jelas bukan, karena bahwa berdasarkan uu advokat profesi advokat adalah profesi
yang berdiri sendiri, jadi profesi advokat tidapat diartikan sebagai pejabat yang
seperti anda maksud. Perlu diketahui bahwa profesi advokat adalah profesi khusus
yang memang bersumber dari Undang- Undang advokat.
2. Dalam menjalani profesi advokat berarti tanggung jawab yang diemban adalah
tanggung jawab yang diemban kepada klien, yang berarti setiap advokat harus
bertanggung jawab terhahadap nasehat atau pendapat hukum yang diberikan
kepada klienya. Advokat sendiri adalah pekerjaan sendiri yang bergerak dibidang
jasa, yang bergerak dibidang memberikan konsultasi

ataupun produk di bidang

hukum, oleh karenanya advokat disini harus dapat mempertanggung jawabkan


segala pernyataan ataupun produk hukum yang diberikan kepada klien advokat itu
sendiri. Lalu bentuk pertanggung jawaban langsungnya tidak ada, karena 4 profesi
ini adalah profesi yang berada dibawah naungan peraturan masing masing. Yang
ada adalah rasa saling menghormati sebagai sesama profesi yang bergerak dibidang
hukum.
3. Seorang adavokat adalah seorang yang bisa dikatakan ahli dalam bidang hukum,
bentuk sosialisasi terhadap masyarakat apabila ditempat tinggal konsultan tersebut
memang ada yang mau bertanya. Mungkin sebagai advokat kita dapat memberikan
jawaban kepada masyarakat tanpa membebankan biaya (probono). Sebisa mungkin
saya sebagai advokat menjawab apa yang bisa di jawab kepada masyarakat. Tidak
ada kewajiban membantu masyarakat tetapi yang perlu di garis bawahi advokat yang

beretika baik itu biasanya berinisiatif untuk membantu apabila terdapat kesulitan
terhadap permasalahan hokum. karena kenyataan pahit yang kita hadapi di Negara
ini, masih banyak sekali masyarakat yang tidak mengerti atau bahkan buta akan
hukum. Maka dari itu diperlukan inisiatif dari advokat itu sendiri untuk membantu.
4. Setiap organisasi advokat yang ada di Indonesia pastinya memiki peraturan sendiri
terhadap pengawasan bersifat internal akan tetapi hingga saat peradi yang ditunjuk
lanhgsung oleh undang- undang. Oleh karena itu semua tidak boleh bertentangan
dengan pengaturan yang bersifat di peradi.
5. Pada dasarnya kemenkumham tidak punya hak untuk mengawasi advokat. advokat
bersifat independen dan tidak dapan diintervensi dari pihak manapun termasuk
pemerintah.
6. Apabila seorang advokat ingin mendirikan firma hokum sendiri, kegiatan usaha dari
pada firma itu pasti dicmtumkan dalam anggaran dasar itu sendiri seperti firma yang
bergerak dibidang hokum. Mengenai ada pandangan sebuah firma hukum harus ada
keahlian khusus saat anda memilih profesi advokat maka anda dituntut untuk tau
semua jenis lingkup hukum yang ada di Indonesia dan wajib mempelajari segala
jenis hukum yang ada di Indonesia.

Menurut saya Seorang advokat tidak bsia

bilang hanya punya 1 keahlian hukum tertentu. Yang menarik bagaimana kalau kita
tidak mengetahui apabila terdapat pertanyaan dimana hal tersebut kurang dikuasai
secara maksimal? Maka kewajibanya jawab dengan kemampuan terbaik dan tetap
menyarankan apabila kurang mendapat jawaban yang di inginkan maka tentunya
sebagai advokat harus memberitahukan referensi terbaik kepada advokat yang
memang lebih menguasasi di bidang tertentu tersebut.
Nama

: Riza

Nim

: 10.00306

Organisasi

: Peradi

1. Mengingat bahwa salah satu persyaratan untuk menjadi advokat adalah BUKAN PEJABAT
NEGARA sudah tentu saya sebagai advokat tidak menempatkan diri saya sebagai seorang
pejabat negara, baik pejabat negara tertentu maupun pejabat umum. Selain itu, saya secara
pribadi berpendapat bahwa profesi advokat ini adalah suatu profesi penegak hukum yang
independen, bebas dan mandiri. Oleh sebab itu, tidak tepat apabila profesi advokat ini
tunduk pada suatu lembaga pemerintahan tertentu yang memungkinkan hilangnya
independensi dari advokat pada saat menjalankan tugasnya.
2. Menyangkut dengan tanggung jawab dalam menjalankan profesi sebagai advokat, menurut
saya advokat harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan
menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, untuk penegakan ataupun menjaga
rambu-rambu pelaksanaan Kode Etik saya rasa itu menjadi tugas dan tanggung jawab dari
Dewan Kehormatan (PERADI) sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus
diakui setiap Advokat. Sebagai profesi yang merupakan salah satu unsur dari CATUR
WANGSA, saya merasa memiliki kedudukan yang setara dan seimbang dengan dengan
pihak profesi hukum lainnya, sehingga dibandingkan dengan rasa tanggung jawab
terhadap profesi hukum lainnya, saya lebih cenderung beranggapan bahwa semua pihakpihak dalam profesi hukum wajib bersinergi untuk dapat menciptakan suatu proses keadilan
yang transparan.
3. Menurut saya, kewajiban untuk memberikan sosialisasi ataupun pendidikan hukum kepada
masyarakat umum sudah tentu menjadi bagian pekerjaan dari profesi advokat yang mana
mencakup profesi konsultan hukum.
4. Saya beranggapan organisasi-organisasi advokat yang ada hanya merupakan wadah
pemersatu dan bukan bersifat sebagai organisasi yang mengatur terlebih lagi menjalankan
fungsi pengawasan. Sepengetahuan saya, negara ini hanya mengakui 1 induk organisasi
profesi advokat yakni PERADI sehingga mekanisme pengawasan maupun pengadilan
profesi tinggal mengikuti kebijakan dan aturan main yang sudah ditetapkan oleh PERADI.

5. Sejujurnya saya tidak melihat adanya fungsi pengawasan eksternal yang dimaksud, terlebih
lagi penerapannya.
6. Saya tidak setuju atas pengkotak-kotak-an profesi ini. Dikarenakan hal ini tidak mencerminkan
sifat dasar UUD negara kita yang membuka seluas-luasnya bagi warga-nya kesempatan untuk
berkarya. Sehingga tidaklah tepat apabila keahlian-keahlian khusus (semacam pengacara
pidana, pengacara perdata, pengacara HAM, pengacara perceraian atau pengacara corporatecommercial) dicantumkan dalam Anggaran Dasar suatu Firma hukum. Saya lebih cenderung
menyerahkan persaingan maupun kompetensi masing-masing advokat pada mekanisme pasar.
Nama

: Dian Artati

Nim

:13.00708

Organisasi

: Peradi

1. Sudah tentu Advokat bukanlah pejabat yang anda maksud. Advokat adalah advokat
karena jelas keberadaan kami tentunya berdasarkan ada Undang- Undang yaitu
Undang- Undang Nomor 18 tahun 2003. tidak tepat apabila profesi advokat ini
dikaitkan dengan beberapa pejabat yang anda maksud.
2. Tentunya tanggung jawab sebagai advokat adalah tanggung jawab apabila kita
menjalankan profesi kita menjalankan dengan suatu niatan yang baik dan justru tidak
menggelapkan hukum dan malah mengarahkan klien untuk melakukan penggelapan
hukum. Dengan kata lain tanggung jawab yang saya maksud dapat dilihat apabila
kita mulai bekerja.
3. Advokat itu adalah jasa pemberi nasihat hukum, seharusnya yang memegang fungsi
dalam hal dilakukanya sosialisasi terhadap masyarakat tentunya sudah pasti
pemerintah mulai dari mensosialisasikan undang- undang yang berlaku sampai
segala jenis bentuk kepada seluruh warga negara indonesia.

4. Pada mulanya terdapat 8 organisasi Advokat yang ada pada saat itu, yaitu IPHI,
IKADIN, AAI, HAPI, SPI, AKHI, HKHPM sepakat membentuk Perhimpunan Advokat
Indonesia (PERADI) sebagai wadah tunggal organisasi advokat yang terbentuk
berdasarkan amanah UU Advokat. Dalam Pasal 12 UU Advokat, Pengawasan
terhadap Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat dalam hal ini adalah peradi. Jadi
apabila ditanya metode pengawasan internal sudah pasti semua ketentuanya ada
dalam ketetapan yang dibentuk peradi walaupun memang terdapat Kongres advokat
indonesia. Tetapi dikarenakan peradi yang diperkanankan oleh undang- undang jadi
sudah jelas mekanisme dari pengawasan terdaat dari peradi.
5. Tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh kemenhukam, menurut saya mekanisme
pengawasan justru terdapat pada klien, masyarakat umum, media dan tentunya
semua elemen masyarakat yang memang dapat melakukan pengawasan secara
langsung terhadap profesi advokat. jadi sebagai advokat jagalah sikap tindak perilaku
kita.
6. Kalau menurut saya tergantung dari anggaran dasar dari firma itu sendiri, karena
perlu dipahami,

pada dasarnya anggaran dasar tersebut adalah perjanjian ang

dibuat oleh para pendirinya. Dengan kata lain seharusnya dalam perjanjian tersebut
disebutkan dengan jelas apa saja lingkup dari hal yang dikuasai oleh firma hukum
tersebut. Akan tetapi apabila dalam anggaran dasar firma tersebut memang
disebutkan secara umum saja, ya sudah pasti lingkup dari kegiatan firma mungkin
bisa ditafisirkan dalam segala jenis bentuk keahlian yang dikuasai oleh firma tersebut.
Dan pada prakteknya, biasanya klien dari kami sudah mengetahui keahian kami
dibidang apa sebelumnya, jadi hampir 100 persen bisa dipastikan bahwanklien yang
datang kekami, pasti sesuai dengan keahlian dari firma hukum itu sendiri.
Nama

: Lexyndo Hakim

Nim

:07.10528

Organisasi

: Peradi

1. Berdasarkan UU Advokat Nomor 18 Tahun 2003, pengertian Advokat adalah


orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik didalam maupun diluar
pengadilan yang memenuhi persyaratan tertentu.
Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah minimal berlatar belakang
Sarjana pendidikan tinggi Hukum dan telah mengikuti pendidikan khusus
profesi Advokat, magang dan ujian Advokat yang dilaksanakan oleh
Organisasi Advokat. Dalam Pasal 5 UU Advokat jelas ternyata bahwa
seorang Advokat berstatus sebagai Penegak Hukum, bebas dan mandiri
yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan., sehingga
profesi Advokat itu tidak dapat diartikan sebagai pejabat negara, pejabat
negara tertentu ataupun pejabat umum.
2. Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat dan karenanya
dalam menjalankan profesi selaku Penegak Hukum di Pengadilan, sejajar
dengan Jaksa dan hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada
dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik.
Sebelum menjalankan profesinya, Advokat disumpah menurut agamanya
yaitu: berjanji akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai
dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia;
berjanji untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau
menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga; berjanji dalam

melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak


jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan; berjanji
dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak
akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat
pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan
bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya tangani; berjanji

akan

menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan kewajiban saya sesuai
dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya sebagai Advokat;
berjanji tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa
hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian
daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang Advokat.
Tanggung jawab Profesi Advokat tidak lepas dari apa yang telah
disumpahnya seorang Advokat tersebut, dan di dalam UU Advokat juga telah
diatur bahwa seorang Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan
yang dapat menyesatkan klien mengenai perkara yang sedang diurusnya;
seorang

Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa

perkara yang ditanganinya akan menang.; seorang Advokat

wajib

memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh klien


secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya
hubungan antara Advokat dan klien itu.; seorang Advokat tidak dibenarkan
melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat yang tidak
menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan dapat
menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang
bersangkutan,; dengan demikian tanggung jawab seorang Advokat secara
profesi adalah sebatas hal-hal tersebut diatas.
Yang termasuk penegak hukum di Indonesia adalah Kejaksaan, Kepolisian,
Kehakiman dan KPK.
Profesi Advokat adalah profesi yang mulia dan terhormat dan karenanya
dalam menjalankan profesi selaku Penegak Hukum di Pengadilan, sejajar
dengan Jaksa dan hakim, yang dalam melaksanakan profesinya berada
dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik. Dalam hal
hubungannya dengan penegak hukum lainnya (Jaksa, Hakim, dan Polisi)
adalah bahwasanya seorang Advokat harus mendukung kewenangan
pengadilan dan menjaga kewibawaan dan marwah persidangan, seorang
Advokat harus patuh pada aturan-aturan, norma kesopanan di pengadilan,
termasuk sopan satun yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya serta

menunjukkan sikap saling menghargai dan profesional kepada rekan-rekan


penegak hukum lainnya.
3. Tanggung jawab profesi advokat terhadap masyarakat umum, perlu kita
cermati bahwa Advokat adalah profesi

yang terhormat (officium mobile).

Kata mobile officium mengandung arti adanya kewajiban yang mulia atau
yang terpandang dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Hal ini berarti
bahwa seorang anggota profesi advokat, tidak saja harus berperilaku jujur
dan bermoral tinggi, tetapi harus juga mendapat kepercayaan publik, bahwa
advokat tersebut akan selalu berperilaku demikian. Dengan memenuhi
persyaratan yang ditentukan Pasal 2 dan 3 UU Advokat, maka seorang
sarjana hukum dapat diangkat sebagai seorang advokat dan akan menjadi
anggota organisasi advokat. Dengan diangkatnya seseorang menjadi
advokat, maka ia telah diberi suatu kewajiban mulia melaksanakan
pekerjaan terhormat (mobile officium), dengan hak eksklusif: (a) menyatakan
dirinya pada publik bahwa ia seorang advokat, (b) dengan begitu berhak
memberikan nasihat hukum dan mewakili kliennya, dan (c) menghadap di
muka sidang pengadilan dalam proses perkara kliennya. Akan tetapi, jangan
dilupakan, bahwa hak dan kewenangan istimewa ini juga menimbulkan
kewajiban advokat kepada masyarakat, yaitu: (a) menjaga agar mereka
yang menjadi anggota profesi advokat selalu mempunyai kompetensi
pengetahuan profesi untuk itu, dan mempunyai integritas melaksanakan
profesi terhormat ini, serta (b) oleh karena itu bersedia menyingkirkan
mereka yang terbukti tidak layak menjalankan profesi terhormat ini.
Seorang Advokat juga harus selalu berusaha menjunjung kehormatan dan
menjaga wibawa profesi dan berusaha untuk tidak saja menyempurnakan
hukum namun juga penyelenggaraan sistem peradilan. Saat ini sudah ada
UU Bantuan Hukum Nomor 16 Tahun 2011, bahwa setiap orang
(masyarakat) yang termasuk dalam kategori Penerima Bantuan Hukum
meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri berhak mendapatkan
bantuan Hukum. Hal ini bergaris linear dengan UU Advokat yang
menyatakan bahwa seorang Advokat tidak dapat menolak klien, atau dalam
Pasal 18, berbunyi seorang Advokat dalam menjalankan tugas profesinya
dilarang membedakan perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis kelamin,
agama, politik, keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya.
4. Berdasarkan UU Advokat Nomor 18 Tahun 2003, organisasi Advokat harus
terbentuk, dan pada tanggal 21 Desember 2014, ke-delapan (8) organisasi

Advokat yang ada pada saat itu, yaitu IPHI, IKADIN, AAI, HAPI, SPI, AKHI,
HKHPM sepakat membentuk Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI)
sebagai wadah tunggal organisasi advokat yang terbentuk berdasarkan
amanah UU Advokat. Dalam Pasal 12 UU Advokat, Pengawasan terhadap
Advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat yang bertujuan agar Advokat
dalam menjalankan profesinya selalu menjunjung tinggi kode etik profesi
Advokat dan peraturan perundang-undangan. PERADI memiliki Dewan
Kehormatan sebagai instrumen penjaga kehormatan profesi Advokat.
Karena dalam UU Advokat itu sendiri telah menegaskan bahwa advokat
berstatus sebagai penegak hukum. Itu sangat penting kita selalu ingat. Kita
adalah satu yang dipercayakan, diamanatkan, ditugaskan sebagai penegak
hukum, di samping tentu saja penegak-penegak hukum lainnya seperti
hakim, polisi, jaksa, dan sebagainya. UU Advokat juga telah ada aturan
mengenai pengawasan internal terhadap profesi advokat termasuk dalam
Kode Etik Advokat Indonesia, yang bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan profesi Advokat.
5. Menurut saya, karena Advokat adalah sesama penegak hukum dengan
lembaga

peradilan

lainnya,

Kemenkumham

tidak

bisa

memberikan

pengawasan kepada profesi advokat itu sendiri, mengingat dalam UU


Advokat juga sudah diatur mengenai pengawasan, yaitu Pengawasan
terhadap advokat hanya dilakukan oleh Organisasi Advokat. Advokat dan
Organisasi Advokat pun tidak menerima honorarium dari negara maupun
anggaran apapun dalam menjalankan profesinya. Kemenkumham pun, dalam
kaitannya dengan Advokat maupun Organisasi Advokat hanya sebatas dalam
menerima pelaporan dari Organisasi Advokat melaporkan pertambahan
dan/atau perubahan jumlah anggotanya kepada Mahkamah Agung dan
Menteri.
6. Sebuah law firm tidak harus dicantumkan dalam AD/ART, karena law firm
adalah perusahaan jasa, sedangkan untuk keperluan AD/ART itu berlaku
untuk sebuah asosiasi, perkumpulan maupun partai. Yang ada dalam setiap
law firm adalah berupa SOP ( Standar Operating Procedure ), yang
mengacu dalam UU Advokat , misalnya:
Advokat hanya dapat menghubungi hakim apabila bersama-sama dengan
Advokat pihak lawan, dan apabila ia menyampaikan surat, termasuk surat
yang bersifat "ad informandum" maka hendaknya seketika itu tembusan dari
surat tersebut wajib diserahkan atau dikirimkan pula kepada Advokat pihak
lawan.; Advokat hanya dapat menghubungi hakim apabila bersama-sama

dengan jaksa penuntut umum.; Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau
mempengaruhi saksi-saksi yang diajukan oleh pihak lawan dalam perkara
perdata atau oleh jaksa penuntut umum dalam perkara pidana.; Apabila
Advokat mengetahui, bahwa seseorang telah menunjuk Advokat mengenai
suatu perkara tertentu, maka hubungan dengan orang itu mengenai perkara
tertentu tersebut hanya boleh dilakukan melalui Advokat tersebut.; Advokat
wajib menyampaikan pemberitahuan tentang putusan pengadilan mengenai
perkara yang ia tangani kepada kliennya pada waktunya.; dan Advokat (Law
Firm) nya sebaiknya menjelaskan SOP awal pelayanan jasa Hukum apa saja
yang bisa diberikan, apakah pidana dan perdata saja, litigasi saja, non-litigasi
saja, maupun kasus Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kurator maupun bidang
Pasar Modal ?
Seorang advokat sebelum dilantik dan disumpah sebagai advokat tentunya
sudah memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya mengikuti program
pendidikan khusus profesi advokat, program pendidikan magang di kantor
advokat selama 2 (dua) tahun berturut-turut, menangani perkara perdata dan
pidana dengan pendampingan dari Advokat senior serta mengikuti pelatihanpelatihan profesi seperti pasar modal maupun konsultan HKI dan kurator.
Sehingga setiap advokat yang sudah membuka Law firm baik bersamasama maupun sendiri, tentunya sudah dibekali ilmu dan keahlian di bidang
jasa hukum pidana dan perdata.

Advokat dalam melaksanakan tugas

profesi advokat sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil dan
bertanggung jawab berdasarkanhukum dan keadilan, dilarang membedakan
perlakuan terhadap klien berdasrkan jenis kelamin, agama, politik, suku, ras
dan agama. Dalam kondisi tertentu misalnya, seorang advokat diharuskan
menerima klien atas perkara yang (mungkin) bukan keahliannya, misalnya
dalam perkara Kurator, si advokat itu bisa mengajak rekan-rekan sejawat
lainnya untuk bersama memberikan pelayanan jasa hukum di bidang Kurator
tersebut ataupun hanya menjembatani si calon klien dengan rekan sejawat
yang memang sudah kurator. (contoh saja) Tapi intinya, seorang advokat itu
sudah seyogianya terbekali oleh ilmu teori dan praktek yang cukup sebelum
membuka Law Firm dalam memberikan pelayanan jasa hukum terhadap
masyarakat.
Nama : Rizk

Anda mungkin juga menyukai