Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan


cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian
yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk dalam perawatan pasca bedah.
Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 1998).
Tindakan operasi atau pembedahan bisa jadi pengalaman yang sulit bagi hapir semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien.
Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak
berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya
terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman
terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi.
Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara
fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan
yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah,
dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses
perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka
sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif.
Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap
suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
Dalam asuhan keperawatan preoperatif salah satu bagian yang penting adalah
pencukuran daerah operasi. Persiapan preoperatif dilakukan untuk mempersiapkan daerah
kulit pasien agar terhindar dari kontaminasi sebelum dilakukan insisi bedah dan
pencukuran daerah operasi dilakukan agar terciptanya lapangan operasi yang bersih
serta mencengah terjadinya infeksi daerah operasi.

Pencukuran daerah operasi pertama kali dilakukan pada abad ke-19. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Seropian dan Renolds tahun 1971 yang meneliti tentang
angka infeksi bila dicukur dengan pisau cukur sebesar 5,6% dengan depilatori 0,6% dan
bila tidak dicukur 0,6%. Dan penelitian dilakukan oleh Alexander dan kawan-kawan meneliti
tentang angka infeksi setelah 30 hari post operasi didapatkan angka infeksi pencukuran
dengan pisau cukur malam hari 8,8% dengan cliping 10%, pencukuran pisau cukur di pagi
hari 7,5% dengan cliping 3,2%.Dari penelitian tersebut apabila diperlukan pencukuran daerah
operasi melakukan pencukuran sesaat sebelum operasi. Hindari mencukur daerah operasi
dengan jeda waktu yang lama sebelum operasi dimulai.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian Operasi
b) Apa pengertian Pengendalian dan pencegahan infeksi
c) Apa pengertian Pencukuran daerah operasi
d) Apa tujuan pencukuran sebelum dilakukan operasi
e) Bagaimana persiapan dan perawatan pre operasi
f) Bagaimana Persiapan fisik sebelum operasi
g) Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian infeksi di kamar bedah
h) Bagaimana prosedur pencukuran daerah operasi
1.3 Tujuan

a) Mengetahui pengertian operasi


b) Mengetahui pengertian pengendalian dan pencegahan infeksi
c) Mengetahui penegertian pencukuran daerah operasi
d) Mengetahui tujuan pencukuran daerah operasi
e) Mengetahui persiapan dan perawatan pre operasi
f) Mengetahui persiapan fisik sebelum operasi
g) Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian infeksi
h) Mengetahui prosedur pencukuran daerah operasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Preoperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai pre operasi
(pre bedah), intra operasi (bedah), dan post operasi (pasca bedah). Pre bedah merupakan masa
sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedaahan dimulai
sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang pemulihan. Pasca
bedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
Pengendalian infeksi di kamar bedah adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi
risiko penularan infeksi atau transmisi infeksi dari pasien ke pasien atau pasien ke petugas.
Pencegahan infeksi di kamar bedah menjadi penting karena ruang khusus untuk segala
tindakan invasif yang menjadi peluang terjadinya transmisi mikroorganisme
Pencukuran Rambut merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme dan menghambat pandangan lengan
pembedahan.

B. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Cara mencegah dan mengendalikannya :
1. Persiapan pasien
2. Petugas
3. Lingkungan
4. Peralatan
Pencegahan infeljksi :

1.Identifikasi dan obati semua infeksi yang terlokalisir di daerah operasi sebelum operasi
elektif
2.Jangan mencukur rambut sebelum operasi kecuali mengganggu sekitar daerah insisi
operasi.
3.Jika rambut dicukur ,sedekat mungkin sebelum operasi dengan mengggunakan clipper
4.Anjurkan pasien untuk mandi dengan cairan atiseptik pada malam hari sebelum operasi
dilaksanakan.
5.Antiseptik kulit disekitar sayatan operasi dengan cairan antiseptic yang mengandung
chlorhexidine glukonat (CHG).
6.Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien diabetes dan selalu
hindari hiperglikemi sebelum operasi.
7.Sarankan penghentian merokok. Minimal instruksikan pasien untuk tidak merokok kretek,
tembakau, atau bentuk konsumsi tembakau lain selama paling tidak 30 hari sebelum operasi
elektif.
8.Jangan menahan darah pasien yang di operasi untuk mencegah infeksi luka operasi.
9.Usahakan pre operasi pasien di rumah sakit sesingkat mungkin.

C. PERSIAPAN DAN PERAWATAN PRE OPERASI


Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja bedah.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan tentang persiapan
pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama
adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidak tahuan klien tentang prosedur yang
akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan
keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan
kesuksesan suatu operasi.

Adapun persiapan klien di unit perawatan meliputi :


1. Konsultasi dengan dokter obstetrik dan dokter anestesi.
Semua ibu yang akan dioperasi harus diperiksa dokter obstetri dan dokter anestesi sebelum
operasi dilakukan. Anggota multidisiplin lainnya juga dapat terlibat, misalnya fisioterapis.
2. Pramedikasi

Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau
bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan,
misalnya relaksan, antiemetik, analgesik dll.

3. Perawatan kandung kemih dan usus

Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan imobilisasi, oleh
karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu atau
indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih
selama operasi.

4. Mengidentifikasi dan melepas prostesis

Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus dilepas
sebelum pembedahan. Selubung gigi juga harus dilepas seandenya akan diberikan anestesi
umum, karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu
yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.

5. Persiapan Fisik

Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan
di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.

C. Persiapan fisik sebelum operasi

1) Status kesehatan fisik secara umum

Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien, riwayat penyakit,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap; antara lain status hemodinamika,
status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi
imunologi. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami
stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid
lebih awal

2) Status Nutrisi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreks sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan.

Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh selama fase katabolik setelah
pembedahan, memulihkan volume darah dan protein plasma yang hilang, dan untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao
infeksi.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan
sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi
yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
Kadar elektrolit yang biasanya diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl).

Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan fungsi ginjal. Ginjal berfungsi
mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.

4) Kebersihan lambung dan kolon

Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan
lambung dan kolon dengan tindakan enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7
– 8 jam. Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang menbutuhkan operasi CITO (segera) seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas,
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).

5) Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada
daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka.
 Tujuan
(a) Mencegah terjadinya infeksi
(b)Menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi.
 Indikasi
a) Pencukuran daerah sekitar alat kelamin, dengan tidakan apendiktomi, herniatomi,
oretroliasis, pemasangan palte pada fraktur femur, hemoroidektomi
a) Pemasangan infus sebelum pembedahan
b) Bulu mata sebelum operasi katarak
 Kontra Indikasi
a) Luka dengan Insisi.
 Persiapan alat
(a) Alat cukur biasa/ listrik
(b)Gunting
(c) Handuk
(d)Bola kapas
(e) Larutan antiseptik (tidak menjadi keharusan)
(f) Lampu portable
(g)Selimut mandi
(h)Bengkok
(i) Sketsel/Tirai Pasien.

 Prosedur Tindakan
a) Inspeksi kondisi umum kulit bila terjadi lesi, iritasi, atau tanda infeksi, pencukuran
b) seharusnya tidak dilakukan. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan terhadap infeksi
luka pasca operasi
c) Tinjau kembali pesanan dokter untuk memastikan area yang akan dipotong. (tinjau
prosedur ruang operasi sesuai kebijakan institusi) area luas untuk pemotongan rambut
tergantung pada tempat insisi, tempat pembedahan.
d) Jelaskan mengenai prosedur dan rasionalisasinya untuk pemotongan rambut diatas
permukaan yang luas. Meningkatkan kerja sama dan meminimalkan ansietas karena
klien dapat berpikir insisi akan seluas tempat pemotongan rambut.
e) Cuci tangan Mengurangi transmisi infeksi.
f) Tutup pintu ruangan atau tirai tempat tidur memberikan privasi pada klien
g) Atur posisi tempat tidur yang sesuai (tempat tidur di tinggikan) Menghindari bekerja
sambil membungkuk dalam waktu yang lama.
h) Atur posisi pasien senyaman mungkin dengan posisi pembedahan. Pemotongan rambut
dan persiapan kulit dapat memerlukan waktu beberapa menit.
i) Keringkan area yang dipotong dengan handuk. Menghilangkan kelembaban, yang
mempengaruhi kebersihan potongan dari pemotongan.
j) Pegang pemotong pada tangan dominan, sekitar 1 cm diatas kulit, dan gunting rambut
pada arah tumbuhnya. Mencegah penarikan rambut dan abrasi kulit
k) Atur selimut sesuai kebutuhan. Mencegah pemajangan bagian tubuh yang tidak perlu
l) Dengan ringan, sikat rambut yang tercukur dengan handuk. Menghilangkan rambut
yang terkontaminasi dan meningkatkan kenyamanan klien memperbaiki penglihatan
terhadap area yang dipotong
m) Bila memotong area diatas permukaan tubuh (missal umbilicus atau lipat paha)
bersihkan lipatan dengan aplikator berujung kapas yang telah dicelupkan ke arah
larutan antiseptik, kemudian dikeringkan. Menghilangkan secret, kotoran, dan sisa
potongan rambut, yang menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme.
n) Berikan klien bahwa prosedur telah selesai. Menghilangkan ansietas klien
o) Bersihkan dan rapikan peralatan sesuai kebijakan institusi, buang sarung tangan.
Pembuangan peralatan yang kotor sesuai tempatnya mencegah penyebaran infeksi dan
mengurangi resiko cidera.
p) Inspeksi kondisi kulit setelah menyelesaikan pemotongan rambut. Menentukan bila
terdapat sisa rambut atau bila kulit terpotong
q) Dokumentasikan prosedur (nama, waktu, area yang dipotong atau dicukur, dan kondisi
kulit sebelum dan sesudah tindakan)
r) Hal yang perlu diperhatikan
s) Lakukan kewaspadaan ekstra bila klien memiliki kecenderungan perdarahan
sebelumnya seperti pada leukemia, anemia aplikasi, atau hemofilia atau telah menerima
terapi anti koagulan. Bila klien memiliki kecenderungan perdarahan atau pada terapi
antikoagulan, pencukuran kering mungkin dianjurkan.

Peringatan :

1. Jangan melakukan pencukuran tanpa adanya perintah tertulis.

2. Waktu melakukan pengkajian awal pada kulit pasien laporkan bila sudah ada luka atau
goresan ataupun setiap ruam yang ditemukan sebelum memulai persiapan prabedah pada

pasien.

3. Setiap luka atau goresan pada pasien perlu dilaporkan kepada dokter bedah dan dibuat

laporan kejadian.

4. Semua pencukuran di daerah kepala dilakukan dengan hati-hati.

5. Semua pencukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan persiapan operasi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pre operasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai prebedah
(preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi). Pre operasi merupakan
masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan
berakhir sampai pasien di meja bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang
dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang
pemulihan. Pra oprasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak
pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi,
perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Tindakan prebedah, bedah, dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan
berkesinambungan akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien.
Pengendalian infeksi di kamar bedah adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi
risiko penularan infeksi atau transmisi infeksi dari pasien ke pasien atau pasien ke petugas.
Pencegahan infeksi di kamar bedah menjadi penting karena ruang khusus untuk segala
tindakan invasif yang menjadi peluang terjadinya transmisi mikroorganisme.
Pencukuran Rambut merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
rambut tubuh yang menjadi tempat mikroorganisme dan menghambat pandangan lengan
pembedahan.

3.2 Saran

Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran tenaga
kesehatan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner/Sudart. Texbook Of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott

Company.Philadelphia.1984.

Gruendemann, Barbara J. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol. I Prinsip.

Alih bahasa, Brahm U. Pendit. Editor edisi Bahasa Indonesia, Egi Komara

Yudha dan Siti Aminah. Jakarta: EGC.2005.

Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah (Sabiston’s Essentials Surgery). Alih bahasa,
Petrus Andrianto dkk. Jakarta: EGC. 1995

Anda mungkin juga menyukai