Anda di halaman 1dari 4

Kehamilan remaja memperlihatkan kecenderungan yang semakin meningkat, tidak

hanya di negara maju seperti Amerika, tetapi juga di negara berkembang termasuk di

Indonesia (Omarsari, 2008). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian

kehamilan remaja dipuskesmas Unter Iwes periode 2018 adalah 62 orang. Hal ini disebabkan

oleh berbagai faktor seperti, pengetahuan tentang seksualitas yang kurang, sosial ekonomi

yang rendah, pengaruh pergaulan dengan teman sebaya yang negatif, faktor sosiodemografi,

hubungan antar keluarga, status perkembangan, kebutuhan terhadap perhatian, serta

penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Jumlah kasus kehamilan pada usia remaja yang cenderung meningkat setiap tahunnya,

membuat pihak puskesmas Unter Iwes mengeluhkan hal tersebut. Sejalan dengan survei

terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) yang menyatakan bahwa tahun 2012 angka kehamilan remaja pada kelompok usia

15-19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan, lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 sebesar

30 dari 1.000 (Narasiang, dkk., 2015).

Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi, karena

pada masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan fungsinya, sehingga

menyebabkan anemia, preeklampsia, eklampsia, abortus dan partus prematurus. Hal ini

didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki

prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun

(Hariyani, 2017). Menurut Prawihardjo (1997), dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal

bahwa usia aman untuk kehamilan adalah 20-30 tahun. Dimana wanita saat usia 20-30 tahun,

fisik, terutama organ reproduksi, dan psikologisnya secara keseluruhan telah siap untuk

bereproduksi (Sari, 2016).


DAPUS

Narasiang, dkk., 2015. Gambaran Pengetahuan Siswi SMP Tentang Kehamilan Remaja.
Jurnal e-Clinic (eCl),Volume 3, Nomor 1.

Omasani, 2008. Kehamilan pranikah remaja di kabupaten Sumedang. Jurnal kesehatan


masyarakat nasional Vol. 3, No 2.

Meriani, 2016. Faktor Risiko Kehamilan Usia Remaja di Bali: Penelitian Case Control.
Public Health and Preventive Medicine Archive Vol 4, Nomor 2.

Sari, 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kehamilan pada usia remaja di
puskesmas ciputat kota tangerang selatan tahun 2014. Arkesmas, volume 1,
Nomor 1.

Hariyani, 2017. Pengaruh umur kehamilan usia remaja, pengetahuan ibu tentang anemia, dan
status gizi terhadap kejadian anemia di kecamatan sawahan kota surabaya.
Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal).
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Angka kejadian kehamilan usia remaja pada puskesmas Unter Iwes

2. Faktor utama yang menyebabkan

B. SARAN

Mengingat kehamilan remaja memiliki kecenderungan yang semakin meningkat,

maka disarankan untuk Dinas Kesehatan memaksimalkan peran PKPR yang telah

dikembangkan disetiap puskesmas dalam pembinaan remaja dengan menambah jumlah kader

kesehatan reproduksi remaja (Peer education) di sekolah-sekolah dan organisasi kepemudaan

di masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan konseling.


Menurut WHO (World Health Organization) remaja merupakan anak yang telah

mencapai usia 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12 sampai 20 tahun untuk

anak laki-laki. Menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines

Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun. Kehamilan Remaja adalah

kehamilan yang terjadi pada wanita berusia di bawah 20 tahun. Kehamilan di bawah usia

20 tahun dapat menyebabkan kematian pada ibu akibat anatomi organ yang belum

sempurna sehingga bisa menyebabkan anemia, preeklampsia, eklampsia, abortus, partus

prematurus (Narasiang, dkk., 2015).

Anda mungkin juga menyukai