Anda di halaman 1dari 30

MENINGITIS

Makalah disusun guna memenuhi tugas

mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu: Ns. Fiora Ladestiva, M.Kep,Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

Kelas Tutor Keperawatan Medikal Bedah III F

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
I. PENGERTIAN
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata. Menngkatnya tekanan di dalam bola mata ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pemuangan
cairandalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak
jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di belakang bola mata.
II. PREVALENSI
III. KLASIFIKASI GLAUKOMA

Jenis glaukoma

Glaukoma Primer • Glaukoma sudut terbuka (glaucoma simplex)

• Glaukoma sudut sempit

Glaukoma Kongenital • Primer atau infantile

• Menyertai kelainan kongenital lainnya

Glaukoma Sekunder • Perubahan lensa

• Kelaian uvea

• Trauma

• Bedah

• Rubeosis

• Steroid. dll
Glaukoma Absolute

IV. ETIOLOGI
Di dalam bola sebelah depan terdapat apa yang disebut sebagai bilik mata
depan. Bilik mata depan yang merupakan ruang di dalam mata yang di batasi
kornea, iris, pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (humor aquous). Cairan
ini mengatur makanan untuk kornea, lensa, demikian pula oksigennya. Cairan ini
mempunyai kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agara
menjadi bulat. Cairan mata dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di
belakang iris. Melalui celah iris dan lensa, cairan mata keluar melalui pupil dan
terus ke bilik mata depan. Setelah cairan mata masuk ke sudut bilik mata dan
melalui anyaman trabekulum cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.

Untuk mendapatkan gambaran bagimana pengaruh meningkatnya tekanan


bola mata dapat dimisalkan mata sebagai balon. Bila udara terlalu banyak
ditiupkan ke dalam balon, maka tekanan balon akan meningkat yang akhirnya
dapat memecahkan balon tersebut. Bola mata yang dimasuki air terlalu banyak
tidak dapat meledak tetapi akan melembung di daerah yang paling lemah pada
papil optik atau pada sclera tempat saraf optik keluar. Saraf optik yang membawa
informasi penglihatan ke otak terdiri atas jutaan sel saraf yang panjang. Serabut
atau sel saraf ini sangat tipis dengan diameter kira – kira 1/20.000 inci. Bila
tekanan bola mata naik serabut saraf ini akan tertekan dan rusak serta mati.
Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hiolangnya penglihatan yang
permanen. Pengobatan dan diagnosis dini dapat menghindarkan kerusakan lanjut
saraf optik.
Pada glaukoma dengan tidak diketahui alasannya cairan keluar sedikit
demi sedikit sehingga cairan dalam mata tertimbun dan meningkat tekanannya
yang akan mengakibatkan kerusakan pada saraf optik dan jaringan lain sehingga
penglihatan menurun. Seluruh jenis glaukoma mempunya tekanan bola mata yang
merusak saraf optik. Dibedakan berdasar anatomi 2 bentuk, yaitu 1) Glaukoma
sudut terbuka dan 2) Glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut terbuka
ataupun tertutup maka cairan mata yang terus dihasilkan badan siliar selama 24
jam sehari pengeluarannya terganggu. Cairan mata yang berlebihan dalam bola
mata akan meningkatkan tekanan bola mata. Tekanan bola mata yang tinggi
tersebut akan menekan saraf optik beserta seluruh serabut saraf dan sel
penglihatan yang disebut sebagai glaukoma.
Penutupan jalan keluar cairan mata dapat terjadi akibat saluran keluar tidak
lancer. Dengan gonioskopi bagian yang tertutup dapat terlihat (glaukoma sudut
sempit) atau tidak terlihat (glaukoma sudut terbuka).

V. PATOFISIOLOGI
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya
apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat
saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cawan optik.
Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler.
Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola
mata. Pada bola mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg.
Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-
80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris
yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus optikus.
Tekanan intraokular (TIO) ditentukan oleh laju produksi akuos humor di
badan siliaris dan hambatan aliran akuos humor dari mata. TIO bervariasi dengan
siklus diurnal (tekanan tertinggi biasanya pada waktu bangun tidur) dan posisi
tubuh (meningkat ketika berbaring). Variasi normal biasanya tidak melebihi 2-3
mmHg. TIO dan tekanan darah tidak berhubungan satu sama lain, tetapi variasi
pada tekanan darah sistemik dapat berhubungsn dengan variasi TIO. Peningkatan
TIO dapat terjadi karena peningkatan produksi humor auous atau obstruksi aliran.
Jika humor aquous terakumulasi pada mata, peningkatan tekanan suplai darah ke
saraf optik dan retina. Jaringan lunak ini menjadi iskemik dan terjadi penurunan
fungsi secara bertahap. Jika TIO tetap tinggi, akan terjadi kerusakan-kerusakan
hebat pada mata, yaitu:
 Degenerasi nervus optikus berupa ekskavasi yang dikenal sebagai cupping
 Degenerasi sel ganglion dan serabut saraf dari retina berupa penciutan
lapangan pandang (skotoma)
 Atropi iris dan corpus siliar serta degenerasi hialin pada prosesus siliar
VI. MANIFESTASI KLINIS

1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya asimtomatik


sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak pandang termasuk
kontriksi jarak pandang peripheral general, skotomas terisolasi atau bintik buta,
penurunan sensitivitas kontras, penurunan akuitas, peripheral, dan perubahan
penglihatan warna.

2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom prodromal


intermittent (seperti pandangan kabur dengan halus sekitar cahaya dan biasanya
sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala berhubungan dngan kornea berawan,
edematosus; nyeri pada ocular; mual, muntah, dan nyeri abdominal; dan
diaphoresis.

3. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbital, kepala, gigi, telinga)


4. Pandangan kabut, melihat sekitar lampu

5. Mual, muntah, berkeringat

6. Mata merah, hiperemia konjungtiva dan siliar

7. Visus menurun

8. Edema kornea

9. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka)

10. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya

11. TIO (Tekanan Intra Ocular) meningkat

VII. KOMPLIKASI
1. Glaukoma Kronis

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai kerusakan


saraf optik dan kehilangan lapang pandang yang bersifat progresif serta
berhubungan dengan berbagai faktor risiko terutama tekanan intraokular (TIO)
yang tinggi. Glaukoma kronis adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang
permanen. Glaukoma kronik ataupun biasa disebut dengan glaukoma sudut
terbuka (Primary angle-closure glaucoma) merupakan jenis glaukoma yang
paling sering terjadi jika dibandingkan dengan jenis glaukoma lainnya. Glaukoma
merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalan progresif dari
glaukoma yang lebih parah

2. Sinekia Anterior

Sinekia Anterior merupakan perlengketan iris ke kornea. anterior dan


menghambat aliran aqueous humor keluar. Apabila terapi tertunda, iris perifer
dapat melekat ke jalinan trabecular (sinekiaanterior), sehingga menimbulkan
sumbatan irreversibel sudut kamera anterior dan menghambat aliran aqueous
humor keluar
3. Katarak

Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan
berawan. Pada umumnya, katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa
mengganggu. Namun, lama-kelamaan, katarak akan mengganggu penglihatan
dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela berkabut, sulit menyetir,
membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Pada keadaan tekanan bola
mata yang sangat tinggi maka terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa
sehingga terjadi kekeruhan. Glaukoma disebabkan oleh tekanan intraokular (TIO)
yang tinggi. Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan oleh isi bola mata
terhadap dinding bola mata dan sangat bervariasi pada orang normal dan
penderita miop. Pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi maka terjadi
gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kekeruhan. Katarak adalah
suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan.
4. Kerusakan saraf optikus

Saraf optik, juga disebut saraf kranial II, adalah susunan saraf yang
berfungsi mengirimkan informasi penglihatan dari retina ke otak. Saraf optik
membawa sinyal cahaya dari mata ke otak, sehingga seseorang dapat melihat.
Bila terjadi peradangan, infeksi, atau kerusakan pada saraf optik, penderitanya
tidak dapat melihat dengan jelas. Tekanan bola mata normal : 10-120 mmHg,
penderita glaukoma : 50-60 mmHg. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan
kerusakan saraf
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optic dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.
Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah berusia
lanjut, terutama bagi yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita glaukoma
tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
1. Tonometri
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur tekanan bola mata. Obat-
obatan tetes anestesi biasanya digunakan untuk membuat mata baal.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan applanasi Goldman (menyentuh
sebagian kecil bola mata) atau dengan semburan udara. Kisaran tekanan
bola mata normal adalah 10-21 mmHg.

2. Gonioskopi
Gonioskopi adalah pemeriksaan dengan alat yang menggunakan
lensa khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari
gonioskopi secara diagnostic dapat membantu mengidentifikasi sudut
yang abnormal dan menilai lebar sudut kamera okuli anterior.
B. Pemeriksaan Lapang Pandang
Gangguan lapangan pandang pada glaucoma dapat mengenai 30 derajat
lapangan pandangan bagian central. Cara pemeriksaan lapangan pandang dapat
menggunakan automated perimeter. Batas normal 90°-100° temporal, 60° medial,
60° superior, 75°inferior.

1. Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata
naik 15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan adanya
glaukoma.
2. Uji Minum Air
Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian
pasien disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata diukur
setiap 15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45
menit pertama menunjukkan pasien menderita glaukoma.
3. Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan
riwayat glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan betametason atau
deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap
minggu. Pada pasien berbakat glaukoma maka tekanan bola mata akan
naik setelah 2 minggu.
4. Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari
penuh, selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai variasi harian pada
mata normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada glaukoma sudut
terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah
dicurigai keadaan patologik.
5. Uji Kamar Gelap
Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian
pasien dimasukkan ke dalam kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir
90 menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien glaukoma sudut terbuka
akan menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.
6. Uji provokasi pilokarpin
Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi
pilokarpin 1% selama 1 minggu 4 kali sehari kemudian diukur tekanannya.

IX. PENATALAKSANAAN
Terapi farmakologi Glaukoma
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menfasilitasi aliran humor aquous
melalui saluran yang ada dan mempertahankan tekanan intraocular pada tingkat
yang aman untuk mencegah kerusakan lanjut saraf optic. Jika tekanan intraocular
sangat tinggi, maka harus segera diturunkan untuk mempertahankan penglihatan.
Jika penglihatan menghilang, tujuan penatalaksanaan adalag untuk memperbaiki
kemandirian klien. Penatalaksanaan medis glaucoma bergantung pada medikasi
ocular sistemik dan topical yang mengurangi IOP (intraocular pressure).
Pemeiksaan tindak lanjut secara periodic penting untuk memantau IOP,
penampilan saraf optikus, lapang pandang, dan efek samping obat. Terapi
memperhitungkan pula pasien dan stadium glaucoma pasien.
 Pada glaucoma sudut sempit, pupil dikonstriksikan dengan memberikan miotik
topical atau epinefrin, yang dapat membuka kanalis Schlemm dan melancarkan
aliran humor aquous. Pasien biasanya memulai terapi pada dosis medikasi topical
terendah dan kemudian berlanjut ke konsentrasi yang lebih tinggi sampai kadar
IOP yang diinginkan tercapai dan dan dipertahankan.
 Satu mata ditangani terlebih dahulu, dan mata yang lain berfungsi sebagai control
dalam menentukan efektivitas medikasi
 Beberapa tipe medikasi ocular digunakan untuk mengatasi glaucoma, termasuk
miotik (medikasi yang menyebabkan konstriksi pupil), agonis adrenergic (agens
simpatomimetik), penyekat beta, agens alfa2 (agens adrenergic), inhibitor
anhidrase karbonat, dan prostaglandin.

Obat tetes mata untuk glaukoma yang paling sering diresepkan dokter adalah:
 Golongan analog prostaglandin. Contohnya latanaprost, travoprost, tafluprost,
dan bimatoprost. Cara pakainya adalah satu kali sehari di malam hari. Kemanjuran
obat ini baru bisa dirasakan dalam 4 minggu setelah memulai pengobatan
glaukoma. Salah satu efek samping yang paling sering terjadi adalah warna iris
(lingkaran hitam mata) berubah menjadi lebih gelap.
 Golongan antagonis β-adrenergik. Contohnya timolol dan betaxolol. Obat tetes
mata golongan ini biasa digunakan di pagi hari. Betaxolol akan menjadi pilihan
dokter untuk Anda jika Anda memiliki gangguan paru-paru.
 Golongan inhibitor karbonik anhidrase. Contohnya dorzolamide dan
brinzolamide. Obat golongan ini digunakan tiga kali sehari dan dapat terus
digunakan sebagai terapi jangka panjang. Efek samping yang paling sering adalah
rasa pahit di mulut yang timbul setelah obat diteteskan.
 Golongan parasimpatomimetik. Contoh pilokarpin. Obat ini biasa digunakan
sebagai tambahan pada kasus tekanan bola mata tinggi dalam jangka waktu
panjang yang sudah menjalani prosedur laser namun target tekanan yang
diinginkan belum tercapai.

A. Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraocular. Agen
osmotic oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan
atau es agar osmolartas dan efisiensinya tidak menurun. Beberapa contoh
agen osmotic antara lain:

 Gliserin oral; dosis efektif 1-1,5 g/KgBB dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tekanan intraocular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian dan bekerja selama 5-6 jam.
 Manitol oral; dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g/kgBB dalam 50%
cairan. Puncak efek hipotensif ocular terlihat dalam 1-3 jam dan
berakhir 3-5 jam.
 Manitol Intravena; dosis 2 g/kgBB dalam 20% cairan selam 30 menit.
Maksimal penurunan tekanan intraocular dijumpai setelah 1 jam
pemberian.
 Ureum intravena; agen ini merupakan alternative karena kerjanya
tudak seefektif mannitol. Penggunaannya harus diawasi dengan
ketat karena memiliki efek kardiovaskuler.
B. Karbonik anhydrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraukolar yang tinggi,
dengan menggunakan dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral atau
topical. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan adalah
Asetazolamide. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan menghambat
produksi humour akuos sehingga dapat menurunkan tekanan dengan
cepat. Dosis inisial 2x250 mg oral. Dosis alternative intravena 500 mg
bolus. Penabahan dosis maksimal dapat diberikan setelah 4-6 jam.
C. Bedah laser
a) Laser iridektomi
Diindikasi pada keadaan glaucoma sudut tertutup dengan
blok pupil, juga dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada
mata yang berisiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Ini
juga dilakukan pada serangan glaucoma akut dan pada mata kontra
lateral dengan potensial glaucoma akut.
b) Lateral iridoplasti
Pengaturan laser iridoplasti berbeda dengan laser iridektomi.
Disini pengaturannya dibuat untuk membakar iris agar otot sfringter
iris berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudut terbuka.
Agar laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar,
powernya rendah dan waktu lama. Aturan yang digunakan ukuran
nya 500μm (200-500 μm) dengan power 500mW (400-500mW),
waktunya 0,5 detik (0,3-0,5 detik).
D. Bedah insisi
a) Iridektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total mengunakan miostik tetes. Kemudian
dilakukan insisi 3mm pada kornea-sklera 1mm dibelakang limbus.
Insisi dilakukan agar iris prolapse lewat insisi dan kemudian
dilakukan iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan jahitan dan
bilik mata depan dibentuk kembali dengan NaCl 0,9%.
X. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5
kali dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang
pandang dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang
sedang diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososial: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluar dari iris.

— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang


pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk
memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras
dibanding mata yang lain.
— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open
angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah
timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula)
maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan

a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan


Istiqomah; 2004).

b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan


penerimaan, gangguan status organ indra. (Doenges, Marilynn E;
1999).

c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan;


adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan.
(Doenges, Marilynn E; 1999).

d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.

3. Intervensi keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Pertahankan tirah - Tekanan pada mata
keperawatan baring ketat pada meningkatkan jika
diharapkan nyeri posisi semi-Fowler tubuh datar dan
dan cegah tindakan manuver valsalva
dapat berkurang yang dapat diaktifkan seperti
atau terkontrol. meningkatkan TIO pada aktivitas
(batuk, bersin, tersebut.
Kriteria hasil:
mengejan)
 Klien dapat
- Berikan lingkungan
mengidentifikasi
gelap dan tenang. — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri.
meningkatkan TIO
 Klien dapat
yang dapat
mengetahui faktor-
— Obsevasi tekanan mencetuskan nyeri.
faktor yang dapat
darah, nadi dan — Mengidentifikasi
meningkatkan
pernapasan tiap 24 kemajuan atau
nyeri.
jam jika klien tidak penyimpanan dari
 Klien mampu
menerima agens hasil yang
melakukan
osmotik secara diharapkan.
tindakan untuk
intravena dan tiap 2
mengurangi nyeri.
jam jika klien
menerima agens
osmotik intravena.
— Observai derajat
nyeri mata tiap 20
menit selama fase — Mengidentifikasi
akut. kemajuan atau
penyimpangan dari
— Observasi hasil yang
ketajaman diharapkan.
pengelihatan setiap — Mengidentifikasi
waktu sebelum kemajuan atau
penetesan obat penyimpangan dari
mata yang hasil yang
diresepkan. diharapkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata
yang diresepkan — Agens osmotik
untuk glaukoma dan intravena akan
beri tau dokter jika menurunkan TIO
terjadi hipotensi, dengan cepat. Agens
haluaran urin <24 osmitik bersifat
ml/jam, nyeri pada hiperosmolor dan
mata tidak hilang dapat menyebabkan
dalam waktu 30 dehidrasi; manitol
menit setelah terapi dapat mencetuskan
obat, tajam hiperglikemis pada
pengelihatan turun pasien DM, tetes mata
terus menerus. miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO
— Berikan analgesik adalah esensial untuk
narkotik yang memperbaiki
diresepkan jika klien pengelihatan.
mengalami nyeri — Mengontrol nyeri.
hebat dan evaluasi Nyeri berat akan
keefektifannya. mencetuskan
manuver valsalva dan
meningkatkan TIO.

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pastikan derajat/tipe — Sementara intervensi
keperawatan kehilangan dini mencegah
diharapkan penglihatan. kebutaan, pasien
gangguan menghadapi
pengelihatan dapat kemungkinan/mengal
berkurang dan ami pengalaman
penggunaan kehilangan
pengelihatan yang penglihatan sebagian
secara optimal. atau total. Meskipun
kehilangan
Kriteria hasil:
pengelihatan telah
 Pasien akan terjadi tak dapat
mempertahank diperbaiki (meskipun
an lapang dengan pengobatan)
ketajaman kehilangan lanjut
penglihatan — Dorong dapat dicegah.
tanpa mengekspresikan — Mempengaruhi
kehilangan perasaan tentang harapan masa depan
lebih lanjut. kehilangan/ pasien dan pilihan
kemungkinan intervensi.
kehilangan
penglihatan.
— Tunjukkan
pemberian tetes
mata, contoh — Mengontrol TIO,
menghitung tetesan, mencegah kehilangan
menikuti jadwal, penglihatan lanjut.
tidak salah dosis.
— Lakukan tindakan
untuk membantu — Menurunkan bahaya
pasien yang keamanan
mengalami sehubungan dengan
keterbatasan perubahan lapang
penglihatan, contoh, pandang atau
kurangi kehilangan
kekacauan,atur penglihatan dan
perabot, ingatkan akomodasi pupil thd
memutar kepala ke sinar lingkungan.
subjek yang terlihat;
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam.

Kolaborasi
Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka:
— Pilokarpin
hidroklorida
(Isoptocarpine,
OcuserPilo, pilopine — Obat miotik topikal ini
HS Gel). menyebabkan
— Timolol maleat konstriksi pupil,
(Timoptic), memudahkan
betaksalol (Betopic). keluarnya aqueus
humor.
— Menurunkan
pembentukan aqueus
— Asetazolamid humor tampa
(diamox). mengubah ukuran
Tipe sudut sempit: pupil, pengelihatan,
— Miotik (sampai pupil atau akomodasi.
dikonstriksikan). — Menurunkan laju
produksi aqueus
humor
— Membuat kontraksi
otot sfingter iris,
— Inhibitor karbonik mendalamkan bilik
anhidrase, contoh anterior, dan
asetazolamid mendilatasi pembulu
(diamox) keluar traktus selama
— Dipivefrin serangan
hidroklorida akut/sebelum
(propine). pembedahan.
— Menurunkan sekresi
aqueus humor dan
menurunkan TIO.
— Mungkin
menguntungkan bila
pasien tidak berespon
— Agen hiperosmotik terhadap obata lain.
contoh mannitol Bebas efek samping
(osmitrol), gliserin. seperti miosis,
pengelihatan kabur,
dan kebutaan malam.
— Digunakan untuk
menurunkan sirkulasi
— Berikan sedasi, volume cairan,
analgesik sesuai dimana akan
kebutuhan. menurunkan produksi
aqueus humor bila
pengobatan lain
belum berhasil.
— Serangan akut
glaukoma
berhubungan dengan
nyeri tiba-tiba, yang
dapat mencetus
ansietas/agitasi.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tingkat ansitas, — Faktor ini
keperawatan derajat pengalaman mempengaruhi
diharapkan cemas nyeri/timbul nya persepsi pasien
dapat berkurang gejala tiba-tiba dan terhadap ancaman
dan hilang. pengetahuan kondisi diri, potensial siklus
saat ini insietas, dan dapat
Kriteria hasil:
mempengaruhi upaya
 Pasien tampak medik untuk
rileks dan — Berikan informasi mengontrol TIO.
melaporkan yang akurat dan — Menurunkan ansiets
ansitas jujur. Diskusikan sehubungan dengan
menurun kemungkinan bahwa ketidak tahuan /
sampai tingkat pengawasan dan harapan yang akan
dapat diatasi. pengobatan dapat datang dan
mencegah memberikan dasar
 Pasien
kehilanagan fakta untuk membuat
menunjukkan
pengeligatan pilihan info tentang
ketrampilan
tambahan. pengobatan.
pemecahan
— Dorong pasien untuk
masalah
mengakui masalah — Memberi kesempatan
 Pasien dan pasien menerima
menggunakan mengekspresikan situasi nyata,
sumber secara perasaan mengklarifikasi salah
efektif. konsepsi dan
— Identifikasi pemecahan masalah.
sumber/orang yang — Memberikan
menolong keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri
dalam menghadapi
masalah

4. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Diskusikan perlunya — Vital untuk
keperawatan menggunakan memberikan informasi
diharapkan Klien identifikasi, contoh pada perawat pada
mengetahui gelang Waspada- kasus darurat untuk
tentang kondisi, medik. menurunkan resiko
prognosis dan menerima obat yang
pengobatannya dikontradikasikan
(contoh ; atropin).
Kriteria hasil:
— Tunjukkan tehnik
 Pasien yang benar — Meningkatkan
menyatakan pemberian tetes keefektifan
pemahaman mata. Izinkan pasien pengobatan.
kondisi, prognosis, mengulang tindakan. Memberikan
dan pengobatan. kesempatan pasien
menunjukan
 Mengidentifikasi
— Kaji pentingnya kompetensi dan
hubungan antar
mempertahankan menanyakan
gejala/tanda
jadwal obat, contoh pertanyaan.
dengan proses
tetes mata. — Penyakit ini dapat di
penyakit
Diskusikan obat control dan
 Melakukan yang harus dihindari, mempertahankan
prosedur dengan contoh midriatik, konsistensi program
benar dan kelebihan obat adalah control
menjelaskan pemakaian steroid vital. Beberapa obat
alasan tindakan. topikal. menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan
TIO dan potensial
— Identifikasi efek kehilangan
samping/reaksi penglihatan
merugikan dari tambahan.
pengobatan — Efek samping obat
(penurunan nafsu dapat mempengaruhi
makan, rentang dari ketidak
mual/muntah, nyamanan sampai
kelemahan, jantung ancaman kesehatan
tak teratur, dll). berat. Kurang lebih
50% pasien akan
mengalami
sesitifitas/alergi
terhadap obat
parasimpatis (contoh
pilokarpin) atau obat
antikolinesterase.
Masalah ini
memerlukan evaluasi
medik dan
— Dorong pasien kemungkinan
membuat perubahan perubahan program
yang perlu untuk terapi.
pola hidup. — Pola hidup tenang
menurunkan respon
emosi terhadap stres,
mencegah perubahan
okuler yang
— Dorong menghindari mendorong iris
aktivitas,seperti kedepan, yang dapat
mengangkat
berat/mendorong, mencetuskan
menggunakan baju serangan akut.
ketat dan sempit. — Dapat meningkatkan
— Diskusikan TIO yang
pertimbangan diet, mencetuskan
cairan adekuat dan serangan akut.
makanan berserat. Catatan: bila pasien
— Tekankan tidak mengalami
pentingnya nyeri.
pemeriksaan rutin
— Mempertahankan
konsistensi feses
untuk menghindari
konstipasi
— Nasehatkan pasien
untuk melaporkan — Untuk mengawasi
dengan cepat nyeri kemajuan penyakit
mata hebat, dan memungkinkan
inflamasi, intervensi dini dan
peningkatan mencegah kehilangan
fotofobia, penglihatan lanjut.
peningkatan — Upayah tindakan
lakrimasi, perubahan perlu untuk mencegah
lapang pandang, kehilanagan
pengelihatan kabur, pengelihatan
kilatan sisnr di lanjut/komplikasi lain,
tengah lapang contoh robek retina.
pandang.
— Anjurkan anggota
keluarga memeriksa
secara teratur tanda
glaukoma. — Kecenderungan
herediter dangkalnya
bilik anterior,
menempatkan
anggota keluarga
berisiko pada kondisi
ini.

XI. HASIL PENELITIAN JURNAL


JUDUL : Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita
Glaukoma Dengan Ketaatan Menggunakan Obat
TENTANG : Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbesar kedua
setelah katarak. Kebutaan akibat glaukoma bersifat irreversible. Namun, kebutaan
pada penderita akibat glaukoma dapat dicegah dengan meningkatkan ketaatan
pasien dalam penggunaan obat. Kesadaran pasien yang tinggi terhadap bahaya
glaukoma serta ketaatan yang baik dalam penggunaan obat dapat meminimalisir
komplikasi serta kehilangan penglihatan yang mungkin terjadi di masa depan
LOKASI PENELITIAN : RSUP DR Kariadi
TUJUAN PENELITIAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan penderita glaukoma dengan ketaatan menggunakan obat
METODE PENELITIAN : Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan studi crossectional. Responden penelitian
adalah penderita glaukoma yang sedang menjalani pengobatan medikamentosa
dan memenuhi kriteria inklusi di poliklinik mata RSUP DR Kariadi. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data dikumpulkan dengan
cara wawancara dengan panduan daftar pertanyaan tertutup. Kemudian
dilanjutkan dengan in-depth interview dengan panduan daftar pertanyaan terbuka.
Uji statistik yang dilakukan adalah uji normalitas data Saphiro Wilk dan uji korelasi
Spearman
HASIL PENELITIAN : Didapatkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan ketaatan menggunakan obat (p = 0,003). Kuat hubungan secara statistik
antar variabel termasuk kategori sedang (0,4 ) dan arah korelasinya positif yang
artinya semakin tinggi variabel bebas, berdampak pada semakin tinggi variabel
terikat.
KESIMPULAN : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita mengenai
glaukoma dengan ketaatan dalam menggunakan obat

XII. REFERENSI

Smeltzer,S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Sudarth.


Volume 2 Edisi 8. Jakarta:EGC

Smeltzer, Susan C. 2018. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.


12. Jakarta : EGC

Black, M. Joyce&Hawks J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Buku 2.


Jakarta : Elsevier

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Volume 5, Nomor 4, Oktober 2016


Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico ISSN Online : 2540-8844

Anda mungkin juga menyukai