Anda di halaman 1dari 6

SEKILAS CHARACTER BUILDING

Oleh: Ev. Nurcahyo TP., M.Div.

Dari Buku Hingga Jagung

Ada pepatah mengatakan, “Don’t judge a book from it’s cover”


(Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya), kamu bisa terkecoh.
Untuk menilai baik-buruknya sebuah buku, kamu harus membaca
isinya. Kadangkala, sampulnya sama-sekali tidak sesuai dengan isinya.

Renungkanlah tentang dirimu sendiri! Apakah kamu seperti “sebuah


buku”? Ketika orang melihat dirimu yang di sebelah luar, apakah
mereka tahu segalanya tentangmu? Tentu tidak! Kamu punya
pemikiran dan perasaan. Melihat sebelah luarmu saja, orang tidak
tahu apa yang ada dalam pikiran dan hatimu. Mereka keliru kalau
mereka kira mereka tahu. Pernahkah kamu punya seorang guru berwajah galak, yang
kelihatannya tidak ramah, lalu setelah kamu mengenalnya ternyata ia sangat ramah dan
peduli? “Sampul”-nya ternyata berbeda dengan isinya.

Seandainya kamu baru pertamakali melihat kulit jagung, mungkin kamu


akan melihatnya sebagai sesuatu yang bertekstur kasar, kuning kehijauan,
yang tidak memiliki kualitas istimewa. Untuk menemukan jagung yang
lezat di dalamnya, harus kamu kupas kulitnya.

Mungkin kamu memandang dirimu seperti kulit jagung (padahal isinya


bagus). Bagaimana kamu memandang dirimu sendiri – bagaimana
pandanganmu tentang diri sendiri – bisa menarik sesamamu atau malah
menjauhkan mereka dari padamu. Kalau kamu bercermin hari ini dan
kecewa melihat kulit luarmu, dunia belumlah kiamat! Kamu bisa mengembangkan citra
diri yang positif dan keyakinan untuk menjadi dirimu sendiri dan membiarkannya nampak
keluar. Menerima dan menyukai siapa dan apa kamu itu adalah bagian penting dari
“berpenampilan menarik”.

Kita (Mau) „Ngapain, Sich?


Dalam kegiatan Character Building semester ini, kamu akan
belajar tentang “siapa kamu di sebelah dalamnya” – atau
“karaktermu”. Kata “karakter” sendiri, berasal dari bahasa
Yunani:
1. ρ (charakte r. Baca: khar-ak-tar') yang memiliki
pengertian: “Duplikat yang tepat seperti aslinya” atau bisa
disebut juga “mewakili/menggambarkan”.
2. Selain itu, kata Yunani êthikos (ethical) berasal dari kata êthos (character). Jadi kata
„karakter‟ disini dikaitkan dengan etika & moralitas.
Ketika Ibrani 1:3 menyatakan bahwa Yesus adalah “gambar wujud (Yun: karakter) Allah”,
artinya: Yesus menggambarkan kepada kita, seperti apa Allah itu, khususnya secara
moral. Jadi bila dikenakan kepada kita manusia, kata “karakter” ini menunjuk kepada
“kumpulan kualitas-kualitas moral yang membedakan satu individu dari individu
lainnya.”

1
Alkitab mengatakan bahwa manusia diciptakan
“segambar dan serupa dengan Allah” (Kej.1:27).
Artinya manusia, aslinya, diciptakan sebagai karakter
Allah, alias menggambarkan seperti apa Allah itu.
Sinclair B. Ferguson menulis, “The ‘image of God’
probably means that God originally made man to
reflect his holy character and his position as bearing,
rightful rule over all his creation. In that respect he is
like God” („Gambar Allah‟ kemungkinan berarti bahwa
Allah awalnya menjadikan manusia untuk mencerminkan karakterNya yang kudus dan
posisinya itu memberikan manusia hak untuk menguasai seluruh ciptaan Allah lainnya. Di
dalam perkara itulah, manusia itu mirip Allah)1.

Namun Kejadian 3 mencatat kejatuhan manusia ke dalam dosa, sehingga gambaran Allah
dalam diri manusia rusak berat dan tercemar dosa. Tuhan Yesus datang untuk
memulihkan gambar Allah dalam diri kita yang telah rusak berat & tercemar dosa itu (2
Kor.3:18, “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak
berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka
kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar”). Kegiatan character building semester ini menjadi salah satu upaya kita untuk
hidup serupa dengan Kristus, artinya: Sama seperti Kristus & dengan kekuatan dari Roh
Kristus, kita rindu untuk hidup dengan memiliki karakter Ilahi dalam hidup kita.

Mulai Dari Mana?

Seorang Pemimpin Kristen terkenal, Yohanes Calvin (hidup tahun 1500-an) menulis2
bahwa hikmat yang tepat untuk kita miliki adalah: “the knowledge of
God and of ourselves” (mengenal Allah dan diri kita sendiri). Namun
untuk mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang terkemudian,
tidaklah mudah. “In the first place, no one can look upon himself
without immediately turning his thoughts to the contemplation of God,
in whom he ‘lives and moves’ (Acts 17:28)” (Pertama-tama, tidak
seorang pun bisa mengenal dirinya, tanpa segera mengarahkan
pikirannya untuk merenungkan tentang Allah). Karena ketika kita
memperhatikan kemampuan-kemampuan luarbiasa yang ada pada diri
kita, kita tentunya sadar bahwa itu semua tidak semata-mata berasal dari diri kita sendiri
saja, melainkan berasal dari sumber lain yang tentunya juga luarbiasa. Bahkan kalau kita
memperhatikan kelemahan-kelemahan kita sebagai manusia, pandangan mata kita
semakin tertuju kepada Tuhan yang luarbiasa itu; Tuhan yang jauh melebihi kita, manusia
yang lemah ini. Karenanya, “the knowledge of ourselves not only arouses us to seek God,
but also, as it were, leads us by the hand to find him” (pengenalan akan diri kita sendiri
tidak hanya mengarahkan kita untuk mencari Allah, namun juga memimpin kita untuk
menemukan Dia).

Calvin menulis lagi, “Again, it is certain that man never achieves a


clear knowledge of himself unless he has first looked upon God’s face,
and then descends from contemplating him to scrutinize himself”
(Sekali lagi, adalah pasti bahwa manusia tidak pernah dapat mencapai
satu pengenalan yang jelas akan dirinya sendiri, kecuali manusia itu
pertama-tama memandang lebih dahulu wajah Allah, dan kemudian

1
Sinclair B. Ferguson dalam bukunya, The Christian Life: A Doctrinal Introduction.
2
Dalam bukunya, “Institutio”.
2
dari perenungan itu menyadari kemalangan dirinya). Karena itu Calvin menyimpulkan,
“Yet, however the knowledge of God and of ourselves may be mutually connected, the
order of right teaching requires that we discuss the former first, the proceed afterward to
treat the latter” (Bagaimanapun pengenalan akan Allah dan akan diri kita sendiri
berhubungan dalam relasi yang saling menguntungkan, namun urutan pengajaran yang
benar mensyaratkan kita untuk membahas tentang mengenal Allah lebih dahulu, yang
dilanjutkan dengan mengenal diri sendiri)3. Senada dengan pandangan Calvin di atas, Pdt.
Rick Warren yang terkenal itu menulis4, “Kamu diciptakan oleh Allah dan untuk Allah –
dan sebelum kamu memahaminya, kehidupan tidak akan pernah bisa dipahami. Hanya
di dalam Allahlah kita menemukan asal-usul kita, identitas kita, makna kita, tujuan kita,
pentingnya kita, dan masa depan kita.”

Karena itu, berlandaskan pada pemikiran Calvin di atas, untuk mengenal diri kita harus:
1. Mengawalinya dengan “lebih dahulu mengenal karakter Allah
Alkitab”, dan dari sana kita akan
2. “Tersadarkan betapa jauhnya kita dari karakter Allah Alkitab”, lalu
3. “Berdoa kepada Allah memohon agar Tuhan memulihkan kita”, dan
akhirnya
4. “Dengan pertolongan Roh Kristus kita atur strategi” untuk
membangun karakter Ilahi itu di dalam diri kita.
Inilah empat tahap yang akan kita jalani dalam kegiatan Character
Building selama semester ini. Empat tahap di atas, kita namai Metode “MeSra BerAt”
(Mengenal; Tersadarkan; Berdoa; Atur Strategi)”5, dan harus digunakan dalam membahas
setiap tema yang ditetapkan. Lalu tema-tema apa yang akan kita bahas?

Motto sekolah kita berbunyi: “Takut akan Tuhan adalah permulaan


pengetahuan/hikmat” (Amsal 1:7). Dan konsep hikmat disini sama dengan konsep
“syalom”, yaitu: “Harmonis dengan Allah; diri sendiri; sesama; dan dengan alam
seluruhnya.” Dengan kata lain, motto sekolah kita bisa dibaca juga dengan kalimat: “Takut
akan Tuhan adalah permulaan syalom”. Karena itu, keempat elemen syalom ini, yaitu
Allah, diri sendiri, sesama, dan alam seluruhnya, akan menjadi sasaran character building
kita. Tapi karakter Ilahi apa yang hendak dikembangkan? Galatia 5:22 – 23 menunjukkan
karakter-karakter Ilahi yang Roh Kudus ingin kembangkan dalam diri kita sebagai orang
percaya.

Karena itu, program Character Building semester ini akan menerapkan pola berikut ini:
chara egkrateia pistis chre stote s
(calm (self control; (persuasion; credence; moral conviction (usefulness; moral excellence in
(affection; delight) continence; [of religious truth, or the truthfulness of character/demeanor;
benevolence temperance) God or a religious teacher]; reliance upon gentleness; kindness)
; a love Christ for salvation; constancy in such
feast) profession)
Allah 25-7-09 22-8-09 19-9-09 17-10-09 14-11-09
Diri 1-8-09 29-8-09 26-9-09 24-10-09 21-11-09
sendiri
Sesama 8-8-09 5-9-09 3-10-09 31-10-09 28-11-09
Alam 15-8-09 12-9-09 10-10-09 7-11-09 5-12-09
Kegiatan yang dilaksanakan berbentuk diskusi kelompok dipimpin oleh para guru, setiap
Sabtu pagi.

3
Teolog lain, Sinclair B. Ferguson menulis dalam The Christian Life: A Doctrinal Introduction, hal.3, “The message is that the
knowledge of God and the sure understanding of His character and ways provide the basis for all practical Christian living” (Pesannya adalah bahwa
pengetahuan akan Allah dan pemahaman yang pasti akan karakterNya dan jalan-jalanNya, memberikan landasan bagi semua praktis
kehidupan Kristen).
4
Dalam bukunya, “The Purpose Driven Life.”
5
Akronim dan metode ini adalah ciptaan saya sendiri.
3
Untuk kesinambungan tema pendidikan karakter secara keseluruhan, maka tema ibadah
Jumat siswa & tema ibadah Minggu (Remaja & Tunas Remaja) pun, diselaraskan dengan
tema-tema Character Building di atas, sehingga jadwalnya adalah sebagai berikut (ingat!
Metode “MeSra BerAt” harus digunakan!):

Jadwal Tema Ibadah Jumat Siswa

Tanggal Tema Besar Karakter Area Bentuk Acara & Pembicara Sasaran spesifik
Relasi SMP SMA
JULI
24 dengan Ramah tamah Ramah tamah
Allah
31 agape /kasih dengan Putar film Putar film
(affection; benevolence; a love diri
feast) AGUSTUS
7 dengan Kotbah Kotbah
sesama
14 dengan Diskusi Diskusi
alam
21 dengan Kotbah Kotbah
Allah
28 dengan Ramah tamah Ramah tamah
diri
SEPTEMBER
4 dengan Kotbah Kotbah 1. Siswa bersukacita melihat
sesama kelebihan temannya, dan
2. ketika melihat kekurangan
chara/sukacita temannya, mau melengkapi
(calm delight) kekurangan itu dengan sukacita
pula.
11 dengan Diskusi Diskusi 1. Siswa belajar bersukacita atas
alam hal-hal indah di alam ini, dari
mulai pemandangan alam
hingga karya seni.
2. Siswa belajar prihatin atas
ketidakindahan yang ada di
alam ini, dan mau berkontribusi
memperbaikinya.
18 dengan Kotbah Kotbah Siswa menyadari bahwa Allah
Allah memang penuh kasih, tapi patut
dihormati, sehingga mereka harus
menguasai diri dalam ibadah
kepada Allah: Dari mulai cara
berpakaian ketika menghadiri
kebaktian; cara memuji Tuhan;
egkrateia/ sikap mendengarkan kotbah; dsb.
25 Penguasaan diri dengan Ramah tamah Ramah tamah Siswa belajar mengendalikan
(self control; continence; diri impuls-impuls dari dalam dirinya,
temperance) dalam hal apapun juga, baik dalam
hal pikiran; perkataan; maupun
perbuatan.
OKTOBER
2 dengan Kotbah Kotbah
sesama
9 dengan Diskusi Diskusi
alam
16 dengan Kotbah Kotbah
pistis/kesetiaan/iman Allah
23 (persuasion; credence; moral dengan Ramah tamah Ramah tamah
conviction [of religious truth, or diri
30 the truthfulness of God or a dengan Putar film Putar film
religious teacher]; reliance upon sesama
Christ for salvation; constancy NOVEMBER
6 in such profession) dengan Kotbah Kotbah
alam
13 dengan Diskusi Diskusi
Allah
20 chre stote s/kemurahan dengan Kotbah Kotbah
(usefulness; moral excellence in diri
27 character; demeanor; dengan Ramah tamah Ramah tamah
gentleness; kindness) sesama
DESEMBER
4 dengan Kotbah Kotbah
alam

4
Jadwal Tema Ibadah Minggu Siswa (Remaja & Tunas-Remaja)

(Ingat! Metode “MeSra BerAt” harus digunakan!)

Tanggal Tema Besar Karakter Area Bentuk Acara & Pembicara Sasaran spesifik
Relasi Tunas Remaja Remaja
JULI
26 dengan Bebas Bebas
Allah
agape /kasih AGUSTUS
2 (affection; benevolence; a love dengan Kotbah Kotbah
feast) diri (Ev. Aris)
9 dengan Kelas Kotbah
sesama (Ev. Nur)
16 dengan Kotbah Kotbah
alam
23 dengan Kelas Diskusi
Allah
30 dengan Bebas Bebas
diri
SEPTEMBER (Bulan Misi. Kaitkan semua tema dengan Misi)
6 dengan Kotbah Kotbah 1. Orang muda yang bersukacita
sesama (Ev. Aris) melihat kelebihan temannya, dan
2. ketika melihat kekurangan temannya,
mau melengkapi kekurangan itu
dengan sukacita pula.
3. Dengan melakukan dua hal ini,
chara/sukacita temannya itu bisa menjadi tertarik
(calm delight) untuk bergabung dalam persekutuan
Kristen.
13 dengan Kelas Kotbah 1. Orang muda belajar bersukacita atas
alam (Ev. Nur) hal-hal indah di alam ini, dari mulai
pemandangan alam hingga karya
seni.
2. Orang muda belajar prihatin atas
ketidakindahan yang ada di alam ini,
dan mau berkontribusi
memperbaikinya.
3. Dua hal di atas membuat teman-
teman mereka yang belum kenal
Tuhan, jadi ingin mempelajari
kualitas tinggi dari orang muda
Kristen dalam hal keindahan.
20 dengan Kotbah Kotbah 1. Orang muda menyadari bahwa Allah
Allah memang penuh kasih, tapi patut
dihormati, sehingga mereka harus
menguasai diri dalam ibadah kepada
Allah: Dari mulai cara berpakaian
ketika menghadiri kebaktian; cara
memuji Tuhan; sikap mendengarkan
kotbah; dsb.
2. Rasa hormat kepada Allah yang
ditunjukkan melalui penguasaan diri,
akan membuat teman-teman mereka
mengakui bahwa Allah orang Kristen
egkrateia/ mencintai ketertiban, sehingga
Penguasaan diri mereka rindu mengenalNya pula.
27 (self control; continence; dengan Kelas Diskusi 1. Orang muda belajar mengendalikan
temperance) diri impuls-impuls dari dalam dirinya,
dalam hal apapun juga, baik dalam
hal pikiran; perkataan; maupun
perbuatan.
2. Kehidupan yang tertib dan tidak
impulsif itu akan membuat teman-
teman lain kagum & senang bergaul
dengan orang muda Kristen,
sehingga mereka tidak keberatan
ketika diajak mengenal Kekristenan,
bahkan sangat tertarik untuk itu.
OKTOBER
4 dengan Kotbah Kotbah
sesama (Ev. Aris)
11 dengan Kelas Kotbah
alam (Ev. Nur)
18 dengan Kotbah Kotbah
pistis/kesetiaan/iman Allah

5
25 (persuasion; credence; moral dengan Kelas Diskusi
conviction [of religious truth, or diri
the truthfulness of God or a NOVEMBER
1 religious teacher]; reliance upon dengan Kotbah Kotbah
Christ for salvation; constancy sesama (Ev. Aris)
8 in such profession) dengan Kelas Kotbah
alam (Ev. Nur)
15 dengan Kotbah Kotbah
Allah
22 chre stote s/kemurahan dengan Kelas Diskusi
(usefulness; moral excellence in diri
29 character; demeanor; dengan Bebas Bebas
gentleness; kindness) sesama
DESEMBER
6 dengan Kotbah Kotbah
alam

Anda mungkin juga menyukai