Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam masa kini para siswa sudah banyak kehilangan nilai
norma, etika, dan moral. Sebenarnya norma sosial itu tumbuh dari
proses kemasyarakatan dan hasil dari kehidupan bermasyarakat.
Individu dilahirkan dalam suatu masyarakat dan mengalami
sosialisasi untuk menerima aturan-aturan masyarakat yang sudah
ada. Dalam hal ini norma, etika, dan moral sangat berperan penting
dalam menjalankan hubungan yang ada dalam masyarakat. Karena
dengan ketiga hal tersebut kita bisa hidup damai sesama manusia
berdasarkan norma yang ada, etika kita, dan moral yang kita miiki.
Seperti yang di muat dalam pancasila khususnya sila ke-2
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dari pernyataan ini
mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk
hidup adil dan beradap. Untuk mencapai masyarakat yang beradap
di perlukan moral dan gaya hidup yang baik. Moral dan gaya hidup
bangsa Indonesia tercermin pada perbuatan-perbuatan rakyat
Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai generasi
penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Menurut
Moetojib (2008:01) langkah yang perlu diambil bangsa Indonesia
menghadapi persoalan bangsa pada era globalisasi dan memasuki
usia ke-63 adalah melakukan rekonstruksi moral secara total
dengan membangun kembali karakter dan jati diri bangsa (Nation
and character building). Selain melakukan rekonstruksi moral juga
melakukan konsolidasi kebangsaan dengan melaksanakan langkah
strategi memperkuat komitmen kebangsaan dan bersama
membangun ke Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Dari pengamatan penulis terhadap gaya hidup dan kelakuan
remaja di lingkungan sekitar bahwa banyak remaja khususnya

1
remaja putri yang berpakaian seksi dan menggugah gairah seks
lawan jenisnya. Serta banyak juga pemuda yang membentuk gank
dan sering kumpul di perempatan jalan sambil minum-minuman
keras sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Dari uraian diatas,
penulis berpendapat bahwa keadaan moral dan gaya hidup remaja
Indonesia saat ini telah telah mengalami kerusakan dan perlu di
perbaiki lagi. Sebab gaya hidup dan moral mereka sudah tidak
sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila. Sehingga dari semua pihak yang terkait
perlu membantu demi kesadaran dan kebaikan generasi penerus
kita
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan norma ?
2. Ada berapa Macam-Macam Norma dalam masyarakat ?
3. Ada berapa Jenis-Jenis Norma ?
4. Ada berapa fungsi norma ?
5. Apa yang dimaksud dengan moralitas ?
6. Prinsip dan tujuan moralitas ?
7. Faktor-faktor penyebab kerusakan moral ?
8. Nilai moral sebagai sumber budaya dan kebudayaan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian norma
2. Untuk mengetahui Macam-Macam Norma dalam masyarakat
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Norma
4. Untuk mengetahui fungsi norma
5. Untuk mengetahui pengertian moralitas
6. Untuk mengetahui Prinsip dan tujuan moralitas
7. Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab kerusakan moral
8. Untuk mengetahui Nilai moral sebagai sumber budaya dan
kebudayaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Norma
Bahasa latin norma berarti “siku-siku” (yang dipakai untuk
mengukur), aturan dan pedoman dasar. Kata sifatnya adalah
normalis yang berarti menyelaraskan dengan ukuran. Jika di artikan
lebih luas pengertian norma adalah aturan-aturan yang berlaku
dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis yang disertai
dengan sanksi atau ancaman bagi pelanggarnya.
Pada mulanya norma berbentuk secara tidak terencana. Pada
saat itu, norma hanya sebagai konsekuensi hidup bersama. Aturan
atau norma ini hanya berupa perintah lisan dari orang yang lebih
tua atau orang yang dituakan. Lama-kelamaan perintah lisan
tersebut berkembang menjadi aturan atau norma tertulis yang
sengaja dibuat agar lebih muda dipelajari dan tidak mudah untuk
berubah-ubah.
Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terdapat aturan, kaidah
atau norma, baik yang berupa suatu keharusan, anjuran atau
larangan. Kaidah atau norma yang ada di masyarakat ini
merupakan aplikasi atau perwujudan dari nilai-nilai yang di anut
oleh masyarakat tersebut.
Norma atau kaidah sangat diperlukan oleh masyarakat dalam
mengatur hubungan antar anggota masyarakat. Norma menjadi
panduan, tatanan dan pengendalian tingkah laku warga. Norma
juga menjadi criteria bagi masyarakat untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang. Oleh Karena itu, pola kelakuan yang
telah sesuai dengan norma selalu mengandung unsur pembelaan.
Pada dasarnya anggota masyarakat mengetahui, mengerti dan
menghargai adanya norma yang ada di masyarakat yang harus di

3
patuhi. Namun, dalam pelaksanaannya selalu ada penyimpangan-
penyimpangan dengan berbagai alasan.
B. Macam-Macam Norma Dalam Masyarakat
1. Tata Cara (Usage)
Tata Cara (Usage) Adalah norma yang paling lemah daya
pengikatnya atau norma dengan sanksi yang sangat ringan
terhadap pelanggarnya karena orang yang melanggar hanya
mendapatkan sanksi dari masyarakat berupa cemoohan atau
ejekan saja. Cara atau usage menunjuk pada suatu perbuatan
yang berkaitan dengan hubungan antarindividu dalam
masyarakat.
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan (Folkways) Adalah suatu aturan dengan kekuatan
mengikat yang lebih kuat daripada usage, karena kebiasaan
merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang sehingga
menjadi bukti bahwa orang yang melakukannya menyukai dan
menyadari perbuatannya.
3. Tata Kelakuan (Mores)
Tata Kelakuan (Mores)Adalah aturan yang sudah diterima
masyarakat dan dijadikan alat pengawas atau kontrol secara
sadar atau tidak sadar, oleh masyarakat kepada anggota-
anggotanya. Pelanggaran terhadap kelakuan akan diberi sanksi
berat seperti diarak di depan umum atau bahkan dirajam.
4. Adat Istiadat (Custom)
Adat Istiadat (Custom)Adalah norma yang tidak tertulis
namun sangat kuat mengikat sehingga angota-anggota
masyarakat yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi
keras yang secara langsung dikenakan kepada pelanggar adat
istiadat tersebut.

4
5. Hukum (Law)
Hukum (Law) Adalah norma-norma yang dirumuskan dan
diwajibkan secara jelas dan tegas serta berlaku bagi semua
masyarakat. Hukum merupakan norma yang tertulis dan
dibukukan serta diberlakukan secara resmi dalam bentuk kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Pelanggaran terhadap norma
hukum dikenakan hukuman yang tegas sesuai peraturan hukum
yang berlaku.
C. Jenis-Jenis Norma
1. Norma Kesopanan
Norma Kesopanan Adalah norma yang berpangkal dari
tingkah laku yang berlaku di masyarakat seperti cara
berpakaian, cara bersikap, bergaul dan berbicara. Norma ini
bersikap relatif artinya penerapannya berbeda di berbagai
tempat, lingkungan dan waktu.
2. Norma Hukum
Norma Hukum Adalah himpunan petunjuk hidup atau
perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat (negara). Sanksi norma hukum bersifat mengikat
dan memaksa.
3. Norma Agama
Norma Agama Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran
atau kaidah suatu agama. Norma ini bersifat mutlak dan
mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk dan
penganutnya.Yang taat akan mendapatkan keselamatan di
akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapatkan
hukuman di akhirat.
4. Norma Kebiasaan
Norma Kebiasaan Merupakan hasil dari perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi kebiasaan.

5
5. Norma Kesusilaan
Norma Kesusilaan Di dasarkan pada hati nurani dan akhlak
manusia. Norma kesusilaan bersifat universal, artinya setiap
orang di dunia ini memilikinya, hanya bentuk dan
perwujudannya saja yang berbeda.
D. Fungsi Norma
1. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
msayarakat dalam rangka mencapai masyarakat yang
sejahtera, tentram, tertib dan aman.
2. Sebagai pedoman cara berfikir dan bertindak
3. Sebagai pedoman yang mengatur kehidupan masyarakat.
E. Pengertian Moralitas
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari
mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal
yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan mana yang buruk. Moral juga bisa
disebut dengan tindakan yang bernilai positif di mata manusia lain.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata orang lain.
Sehingga moral mutlak yang harus dimiliki oleh setiap manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa
melakukan proses sosialisasi. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat. Moral merupakan perbuatan,
tingkah laku, ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan
manusia lain, apabila yang dilakukan seseorang itu sudah sesuai
dengan nilai dan rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan
dapat diterima serta menyenangkan di lingkungan masyarakatnya,
maka orang tersebut dapat di nilai mempunyai moral yang baik.

6
Begitu pula sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan
agama.
Pada umumnya setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya
tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat
dalam berhubungan dengan orang lain. Karena moral yang baik
dapat lebih dihargai oleh orang lain. Moral dan etika memiliki
karakteristik yang sama yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia yang baik dan yang buruk. Perbedaan etika
dan moral adalah kalau etika dapat dikatakan untuk menentukan
nilai perbuatan manusia yang baik atau buruk menggunakan tolak
ukur dengan norma-norma yang tumbuh dan berkembang langsung
di masyarakat, sedangkan moral muncul dalam tingkah laku yang
berkembang di masyarakat, dengan tolak ukur yang digunakan
dalam moral adalah untuk mengukur tingkah laku manusia dengan
adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Moral juga bisa diartikan sebagai budi pekerti. Budi pekerti adalah
kata majemuk kata budi dan pekerti merupakan gabungan kata
yang berasal dari bahasa sangsekerta dan bahasa Indonesia.
Dalam bahasa sangsekerta budi artinya alat kesadaran (batin)
dalam bahasa Indonesia pekerti berarti kelakuan. Jadi budi pekerti
adalah tingkah laku manusia.
F. Prinsip dan Tujuan Moralitas
Prinsip moralitas membawa pengertian ajaran atau pegangan
berkenaan dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan,
kewajipan dan lain-lain), sikap atau cara berkelakuan yang
berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak.
Ia merujuk kepada konsep etika kemanusiaan yang digunakan
dalam tiga konteks, yaitu :
1. Hati nurani individu

7
2. Sistem-sistem prinsip dan pertimbangan kekadang dipanggil
nilai moral yang dikongsi dalam sesuatu komuniti kebudayaan,
keagamaan, kesekularan atau kefalsafahan.
3. Tata laku atau prinsip moral tingkah laku. Moral dan moralitas
bertujuan membenarkan niat, motivasi, atau tindakan yang betul
dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan, atau
dikembangkan di dalam setiap orang perseorangan.
G. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Moral
Kerusakan moral saat ini sudah sampai pada kondisi yang
sangat memprihatinkan. Dan itu terjadi pada semua level
masyarakat. Anak-anak remaja hingga orang dewasa sudah
banyak yang terjangkit penyakit ini. Maraknya kenakalan
dikalangan remaja; pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai
perilaku menyimpang lainnya merupakan bukti bahwa moral remaja
kita sudah rusak. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu
meminta dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Para wanita
lebih senang pamer aurat dimuka umum dan bergaul tanpa batas.
Dengan alasan seni para artis dan media telah meracuni
masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Jika disebut
satu persatu secara rinci potret kerusakan moral masyarakat kita
terlalu sempit media ini untuk memuatnya. Tetapi hal itu dapat kita
rasakan secara nyata ditengah-tengah kehidupan kita. Kemajuan
teknologi justru menambah cepatnya virus ini menjalar ditengah
masyarakat kita. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
kerusakan moral adalah sebagai berikut :
1. Kemajuan teknologi, Dampak globalisasi teknologi memang
dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri
lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negative bagi
kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel
berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila
tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno

8
yang semakin mudah di akses di ponsel dengan internet,
mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar ketika ujian
menggunakan hp untuk internet atau menanyakan kepada
temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat
memudahkan tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada
mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari kerusakan
moral.
2. Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman
seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat
keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal
ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan tentu membuat
kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan
institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki
landasan agama yang baik,maka apa berani dia memakan uang
rakyat(Korupsi).
3. Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat yang
buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan
kesalahan karena ada pengaruh buruk dari linkungan
sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik
dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat
kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan
dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk
mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya.
Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku
dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan
yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya
jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi
baik pula.
4. Hilangnya kejujuran. Berdasarkan laporan hasil investigasi
sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar
merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena

9
itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup
selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks
persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy
International.
5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. Sebelum bendungan Situ
Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa
sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak.
Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian
disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang
memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur
lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus
lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang
diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-
berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi
penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat
berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat.
6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah
salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai
contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun
(Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah
melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat
dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai
bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis
(banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan)
tercatat 840 kejadian bencana.
7. Rendahnya Disiplin. Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya
memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI
Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias
mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir,
selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional.
Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang

10
menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada
PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat,
namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai
negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang
mengabaikan budaya disiplin.
8. Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan di antara
komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang
mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya
kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di
antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat.
9. Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform pada 2002
menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati
peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal
tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman
Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan
masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan
menempati urutan tertinggi.
10. Krisis Kepedulian Media massa beberapa waktu yang lalu
melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang
meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa
kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat.
Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas
terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal
yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal
itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa. Namun
sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan
rencana para calon pemimpin bangsa.
H. Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya dan Kebudayaan
1. Nilai dan Sistem Budaya
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik secara pribadi
atau individu maupun kelompok, seantiasa berhubungan

11
dengan nilai-nilai, moral, dan norma. Nilai-nilai, norma, dan
moral tersebut berfungsi memberi motivasi dan arahan bagi
seluruh anggota masyarakat dalam bersikap, berbuat, dan
bertingkah laku. Nilai atau value berasal dari kata valere yang
berarti : kuat, baik, berharga (Bambang Daroeso, 1983,26).
Sesuatu dikatakan bernilai , artinya sesuatu itu mempunyai hal
yang berharga, berguna, indah yang memperkaya batin, yang
menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai-nilai
atau sistem nilai yag telah menjadi milk bersama masyarakat
akan dapat berfungsi sebagai perekat bagi masyarakat, bahkan
dijadikan pedoman bagi seluruh anggota masyarakat.
Nilai bersumber pada budi pekerti, oleh karena itu nilai
sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan
yang bersifat abstrak. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari
konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar
atau seluruh warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
mereka anggap baik, paling benar, amat bernilai dalam hidup.
Oleh karena itu sistem nilai budaya biasanya dijadikan pedoman
tertinggi bagi seluruh anggota masyarakat. Sistem-sistem tata
kelakuan manusia dari sifatnya lebih konkret, seperti aturan-
aturan khusus, hukum, dan norma-norma lain, semuanya
bersumber pada sistem nilai budaya tersebut (Koentjaraningrat,
1994,25). Nilai-nilai budaya tersebut telah mempribadi pada
anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah. Sistem
nilai budaya merupakan wujud riil dari kebudayaan, dan setiap
masyarakat atau bangsa memilii sistem nilai budaya sendiri
yang membentuk kepribadian bangsa, oleh karena itu Pancasila
sebagai kepribadian bangsa bersifat unik, khas, atau khusus.
2. Membangun Kebudayaan Nasional, Nilai-nilai Budaya
Positif dan Nilai-nilai Budaya Negatif.

12
Bagi banga Indonesia, berbagai persoalan dalam negeri
yang berjalan bebarengan dengan munculnya fenomena
globalisasi seolah- olah menghentakan kesadaran nasional
untuk memperteguh identitas nasionalnya, tanpa harus menjadi
ekslusif. Penyegaran identitas nasional berarti mengungkapkan
unsur-unsur positif yang dimiliki bangsa Indonesia di tengah-
tengah pergaulan bangsa-bangsa. Nilai- nilai tradisional yang
dapat mendorong pembangunan nasional antara lain :
a. Berorientasi vertikal kearah atasan (Pimpinan, tokoh
masyarakat), aspek positif dari nilai budaya ini ialah dapat
memudahkan taktik untuk mengajak rakyat berpartisipasi
dalam usaha pembangunan dengan cara memberi contoh
tauladan, misalanya hidup hemat dan sederhana, mentaati
hukum, serta disiplin.
b. Nilai budaya sifat tahan menderita dan keuletan.
c. Nilai budaya bahwa manusia wajib terus berikhtiyar atau
berusaha dan berjuang.
d. Nilai budaya sikap toleran terhadap pendirian atau
keyakinan yang lain.
e. Nilai budaya yang berupa semangat dan jiwa gotong-royong
serta rasa solidaritas. (Koentjoroningrat, 1994,69-71).
Sikap mental bangsa Indonesia yang dapat menghambat
pembangunan nasional (nilai-nilai budaya negatif). Dalsm
rangka mempercepat proses pembangunan nasional diseluruh
bidang kehidupan bangsa apalagi setelah bangsa Indonesia
dilanda krisis multidimensi yang berkepanjangan, maka kita
harus berusaha keras memberantas sikap buruk yang masih
melekat dalam diri kita masing-masing pada khususnya dan
dalam kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya. Sikap
mental negatif yang dapat menghambat pembangunan nasional
antara lain :

13
a. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu.
b. Sifat mentalitas yang suka menerabas
c. Sifat tak percaya diri sendiri.
d. Sifat tak berdisiplin murni.
e. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab
yang kokoh. (Koentjoroningrat, 1994, 45)
Di masyarakat, warga masyarakat apapun profesi/
kegiatannya harus mendapatkan bimbingan dan kalau perlu
diberi modal agar dapat menghasilkan produk yang bermutu
dan sekaligus menumbuhkan kembangnya rasa percaya diri.
Sifat mental yang tidak disiplin masih merupakan aspek negatif
dari kepribadian bangsa Indonesia yang harus segera
diberantas karena dapat menghambat segala usaha
pembangunan serta merusak citra bangsa. Cara yang dapat
ditempuh antara lain :
a. Mulai dari masa anak-anak dibiasakan hidup tertip,
mematuhi peraturan.
b. Para pemimpin harus memberi contoh untuk bersikap
desiplin.
c. Hukum benar-benar ditegakkan tanpa pandang bulu.
d. Menghilangkan sikap disiplin semu (berpura-pura)
dikalangan masyarakat.
Sifat tidak bertanggung jawab dikalangan masyarakat
bangsa Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat
gejalanya antara lain :
a. Kebiasaan suka melempar kesalahan diri dari pihak lain
(mencari kambing hitam).
b. Suka mengingkari janji/ tidak menepati janji yang ditetapkan
atau disanggupi.
c. Suka mengentengkan masalah, meskipun menyangkut
perasalahan yang penting.

14
Sifat buruk masyarakat ini harus diberantas dan dicegah
jangn sampai berkembang khususnya dikalangan anak-anak
dan remaja/ pemuda. Dan sudah barang tentu lewat proses
pendidikan.
3. Aspek Subyektif dan Obyektif Kebudayaan
a. Aspek Subyektif kebudayaan ialah pribadi-pribadi manusia
sebagai pencipta kebudayaan, taraf perkembangan budaya
para anggota masyarakat.
b. Aspek Obyektif kebudayaan meliputi segala hasil cipta
karsa, rasa, dan karsa manusia baik kebudayaan yang
bersifat maeri maupun kebudayaan yag bersifat non materi,
hasil perkembangan budaya manusia (Djojodiegoeno,
1961,26).
Baik buruknya kebudayaan tergantung pada faktor manusia
(subjek) yang menciptakan kebudayaan dan sekaligus sebagai
pengembang serta pendukung kebudayaan. Agar dapat
dihasilkan kebudayaan haruslah merupakan sumber daya
manusia yang berkualitas serta memiliki nilai-nilai moral yang
tinggi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai, norma dan moral adalah kepribadian bangsa yang sangat
erat kaitannya terhadap pancasila. Pancasila sebagai dasar
negara,pedoman sekaligus pandangan hidup bagi setiap
masyarakat Indonesia, tidak peduli pemerintah atau rakyat jelata
sekalipun.Sedangkan etika politik merupakan cabang dari filsafat
politik yang membicarakan perilaku atau perbuatan-perbuatan
politik untuk dinilai dari segi baik dan buruknya.
B. Saran
Masyarakat Indonesia sebaiknya menyadari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila, mau mempelajari apa itu pancasila
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan
terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun, adil, aman dan
makmur.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. http://cicikwijayanti.blogspot.com/2012/02/makalah-isbd-manusia-
moralitas-hukum.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014
2. http://tekkabancin.blogspot.com/2013/10/makalah-fenomena-
kerusakan-moral-dan.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014
3. http://peternggili-pedrozhaqoutez.blogspot.com/2013/09/etika-dan-
moral-pemuda-yang- semakin.html, diakses pada tanggal 06
Januari 2014
4. http://randikacool.blogspot.com/2012/11/meminimalisir-rusaknya-
moral-pemuda.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014
5. reni-ariningsih.blogspot.com/2012/06/makalah-tentang-
moralitas.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014

17

Anda mungkin juga menyukai