Anda di halaman 1dari 22

Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan

Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini pro kontra kehadiran perusahaan pertambangan di Indonesia
masih terus terjadi, umumnya isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
menjadi penyebabnya. Demikian pula di area pertambangan blok Bahodopi, besarnya
kandungan nikel telah memunculkan perdebatan tentang aturan pengelolaan SDA agar
nantinya tidak hanya menguntungkan satu pihak saja. Pemerintah harus memikirkan
dampak positif (peningkatan kesejahteraan masyarakat) dan negatif (kerusakan hutan,
banjir, polusi udara, konflik pengalihan lahan) yang ditimbulkan aktivitas industri
tambang. Kabupaten Morowali khususnya Kecamatan Bahodopi menjadi salah satu
tujuan eksplorasi nikel perusahaan asing dan perusahaan lokal. Tercatat 144 izin usaha
pertambangan (IUP) di blok Bahodopi, 80 IUP masih dalam tahap eksplorasi sementara
64 IUP sudah beroperasi produksi (Kompas, 19 Mei 2014).
Namun di tahun 2013-2014 silam pemerintah setempat mencabut IUP terhadap
perusahaan yang dianggap tidak bersikap koperatif terhadap pemerintah, mulai
perizinan yang tumpang tindih, kelengkapan berkas, tidak membayar sewa tanah.
Pencabutan IUP dilakukan secara bertahap, awal Mei tahun 2014 pemerintah
mencabut 35 IUP, Juli 2014 pemerintah kembali mencabut 50 IUP, hingga akhir tahun
2014 PT Bintang Delapan Mineral (BDM) menjadi satu-satunya perusahaan yang tetap
beroperasi di Blok Bahodopi.
Selain tidak menunjukan sikap koperatif terhadap pemerintah, pencabutan IUP
juga didasarkan pada tingginya tingkat konflik dengan masyarakat. Pencabutan
tersebut sebagai upaya minimalisasi konflik. Konflik di area pertambangan memang
hal lumrah, kesenjangan antara harapan dan kenyataan masyarakat terhadap
perusahaan biasanya tidak berjalan searah akhirnya berujung pada protes melalui

1
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

demonstrasi, perusakan sarana dan prasarana perusahaan, serta boikot aktivitas


perusahaan.
PT BDM sebagai satu-satunya perusahaan yang beroperasi di blok Bahodopi
juga tidak luput dari konflik. Misalnya pada tahun 2010 masyarakat berdemonstrasi di
depan kantor PT BDM meminta pertanggung jawaban perusahaan atas kerusakan lahan
pertanian kakao, palawija dan tanaman lainnya disebabkan aktivitas pertambangan.
Selanjutnya tahun 2012 masyarakat merusak infrastruktur perusahaan, aksi tersebut
dipicu oleh tuntutan masyarakat atas realisasi janji PT BDM untuk mencairkan dana
sebesar RP 5.000,00 permetrik ton ore nikel.
Selain menimbulkan dampak negatif misalnya polusi udara akibat aktivitas
perusahaan, kerusakan hutan, konflik pengalihan lahan, sering terjadi bencana alam,
kehadiran PT BDM di blok Bahodopi juga memberikan dampak positif antara lain
terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, terlebih lagi dalam rekrutmen
karyawan, PT BDM memprioritaskan penduduk asli Kecamatan Bahodopi. Hal ini
secara tidak langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Terlepas dari dampak
negatif dan positif PT BDM, saat ini kondisi di area pertambangan antara perusahaan
dan masyarakat sudah mulai kondusif. Namun kondusifnya hubungan bukan
merupakan jaminan bagi PT BDM untuk dapat bertahan di blok Bahodopi secara
jangka panjang, sewaktu-waktu konflik dapat kembali terjadi jika masyarakat merasa
bahwa keberadaan PT BDM tidak lagi memberikan dampak positif dan pencabutan
IUP tidak dapat ditawar-tawar. Beberapa contoh perusahaan yang telah lama
beroperasi di blok Bahodopi ditutup karena dinilai hanya menguntungkan sepihak saja
Misalnya PT Vale, PT Rio Tinto dll. Bercermin dari kejadian-kejadian tersebut PT
BDM sebagai perusahaan baru, seharusnya dapat mengambil pelajaran agar tidak
mengalami kejadian serupa.
Hubungan baik antara PT BDM dan masyarakat merupakan salah satu modal
untuk keberlangsungan aktivitas perusahaan hubungan baik tercipta atas komitmen
dari perusahaan, hubungan baik tetap dikelola sebagai upaya pertahanan jangka

2
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

panjang. Namun proses pengelolaan hubungan baik bukanlah hal mudah, perusahaan
harus benar-benar menunjukan iktikad baik yang disertai dengan bukti-bukti autentik
bahwa keberadaan perusahaan akan memberikan dampak positif bagi pemerintah,
masyarakat, dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan orang-orang yang
mempunyai pengaruh dan dipengaruhi aktivitas perusahaan merupakan salah satu cara
agar perusahaan dapat bertahan jangka panjang. Sebagai perwakilan masyarakat,
stakeholder dianggap sebagai wujud representatif masyarakat sekitar, dengan kata lain
suara masyarakat adalah suara stakeholder.
Upaya menjalin hubungan dengan stakeholder untuk keberlangsungan aktivitas
perusahaan juga telah mendapat dukungan dari dunia akademisi, seperti ungkapan Ken
& Taylor (dalam Zhu, 2014) stabilitas aktivitas jangka panjang perusahaan dapat
dipertahankan melalui upaya memaksimalkan kesempatan sebaik mungkin dalam
membina ataupun memperluas hubungan dengan stakeholder. Pernyataan tersebut
menyiratkan bahwa stakeholder adalah salah satu kunci terhadap eksistensi
perusahaan.
Stakeholder sebagai pihak yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi
memberikan kekuatan tersendiri bagi perusahaan, sehingga perusahaan khususnya PT
BDM harus jeli mengidentifikasi siapa saja stakeholder yang berpotensi besar dalam
proses pengaruh di masyarakat. Kesalahan dalam pemetaan stakeholder berdampak
pada keberlangsungan perusahaan, sehingga salah satu tugas seorang public relations
PT BDM yakni mengelola hubungan baik dengan stakeholder mulai dari proses
pemetaan hingga langkah-langkah pengelolaan hubungan tersebut. Mengelola
hubungan dimaknai sebagai manajemen hubungan sebagai bagian dari praktek PR
dengan stakeholder yang diimplementasikan melalui model komunikasi.
PR atau disebut Divisi Humas-Comdev PT BDM jika diamati lebih jauh
sebenarnya telah menerapkan atau mengimplementasikan model komunikasi dalam
proses prakteknya, melalui komunikasi dua arah antara pihak humas-comdev dan
stakeholder dalam menyelesaikan masalah atau tuntutan stakeholder. Misalnya

3
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pertemuan perwakilan perusahaan dengan mahasiswa asal Bahodopi untuk


menjelaskan bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan serta isu pengangkatan
karyawan, seperti penuturan Kadiv Humas-Comdev PT BDM Bapak Maman Resman
yang mengungkapkan bahwa (wawancara dengan Maman Resman 26 April-2015)
dalam pertemuan tersebut pihak perusahaan yang diwakili oleh Humas perusahaan
menjelaskan dengan rinci tentang isu-isu tersebut. Selain itu pemberitaan melalui
media cetak juga menjadi pilihan bagi pihak perusahaan guna untuk mengantisipasi
serangan-serangan minoritas yang dapat merusakan citra perusahaan karena tidak
dapat dipungkiri isu tambang merupakan isu menarik sehingga memungkinkan banyak
pihak terlibat atau ikut memantau aktivitas perusahaan.
Umumnya stakeholder PT BDM dapat dipetakan melalui external (masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, media, pemerintah, Bank, konsumen) dan internal
(pihak manajemen, investor, karyawan dan keluarganya). Namun untuk efektivitas
pengelolaan hubungan baik pihak PT BDM atau PR lebih selektif melihat besarnya
pengaruh stakeholder tersebut karena dari banyaknya pengakuan pihak-pihak yang
merasa dipengaruhi atas aktivitas perusahaan karena upaya perusahaan akan sia-sia jika
dalam porses identifkasi tidak dilakukan secara serius, selain itu penggunaan strategi
untuk menghadapi tiap stakeholder juga akan berbeda tergantung dengan kekuatan
ataupun besarnya pengaruh stakeholder tersebut.
Mengacu pada penggambaran di atas, maka perusahaan dituntut untuk
memanajemen hubungan dengan stakeholder yakni mengelola hubungan antara
perusahaan dengan pemerintah sebagai pemegang kuasa untuk mencabut izin
operasional perusahaan, selain itu pengelolaan komunikasi perusahaan dengan
lingkungan sekitar (masyarakat dll). Maka untuk menganalisis bagaimana praktek
Humas-Comdev PT BDM, kasus pencabutan izin besar-besar oleh pemerintah yang
terjadi di blok Bahodopi merupakan pintu masuk peneliti untuk mengetahui praktek
mereka karena PT BDM dianggap berhasil menjadi satu-satunya perusahaan yang
bertahan dari pencabutan IUP oleh pemerintah daerah.

4
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral
dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder di tahun 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalis praktek public relations PT Bintang Delapan Mineral dalam mengelola
hubungan dengan stakeholder tahun 2013-2014.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Akademis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan di bidang Ilmu
Komunikasi Khususnya pada bidang public relations dalam mengelola
hubungan dengan stakeholder.
2. Manfaat Praktis
Sedangkan manfaat praktis diharapkan dapat mengembangkan model strategi
dalam mengelola hubungan dengan stakeholder agar menciptakan hubungan
yang harmonis dalam jangka waktu yang panjang bagi praktisi public relations
khususnya perusahaan yang bergerak di industri pertambangan.

E. Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan acuan peneliti untuk menjelaskan penggunaan
teori-teori dalam menganalisis rumusan masalah, agar elemen-elemen dalam penelitian
ini menjadi jelas dan terukur. Adapun kerangka pemikiran yang penulis gunakan
adalah (1) public relations sebagai manajemen hubungan (2) teori stakeholder (3)
praktek public relations dalam mengelola hubungan dengan stakeholder.

5
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1. Public Relations Sebagai Manajemen Hubungan


Keberadaan sebuah perusahaan ataupun organisasi sangat dipengaruhi oleh
interaksi pihak-pihak dalam satu lingkungan tersebut, agar hubungan terjalin dengan
baik perusahaan harus menempatkan strategi membangun ataupun mempertahankan
hubungan pada proritas utama. Untuk mengelola hubungan biasanya perusahaan
menggunakan jasa public relations (PR). Seperti ungkapan Grunig (2001) nilai seorang
PR bergantung pada hubungan yang dibangun dengan stakeholder dan bagaimana
mempertahankannya, PR sebagai kepanjangan tangan dari perusahaan merupakan
aktor utama dalam mengelola hubungan perusahaan dan stakeholder. Umumnya setiap
perusahaan baik profit maupun tidak, telah menggunakan jasa PR sebagai jembatan
antara perusahaan dan lingkungan. Hal ini juga berlaku pada PT BDM, pihak
perusahaan menggunakan jasa PR yang tergabung dalam divisi administrasi dan
external relations. Ungkapan PR yang disebutkan Grunig yakni membangun dan
mempertahankan hubungan, dalam praktek Humas-Comdev PT BDM sudah sampai
pada tahap mempertahankan hubungan dengan stakeholder baik itu hubungan dengan
stakeholder internal maupun external.
Seperti halnya Grunig, Cutlip dkk (2011:6) juga memberikan argumen yang
sama terkait fungsi PR dalam perusahaan yakni merupakan fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan antara perusahaan dan lingkungan agar
tetap harmonis dan bermanfaat untuk mencapai tujuan perusahaan. Memang banyak
definisi tentang PR, seperti namanya PR mengimplikasikan usaha untuk membangun
hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik-publiknya (Putra, 1999:2).
Dapat ditarik satu kesimpulan bahwa eksistensi perusahaan dalam satu lingkungan
sangat dipengaruhi oleh praktek PR dalam mengelola hubungan dengan pihak-pihak
berkepentingan hingga menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.
Kesuksesan Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan dengan lingkungan
adalah lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP semua perusahaan pertambangan di
blok Bahadopi, hal ini menegaskan Humas-Comdev PT BDM mampu meyakinkan

6
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

masyarakat terlebih pemerintah bahwa kehadiran mereka dapat memberikan dampak


positif bagi daerah tersebut.
Jika ditilik dari perpesktif “Relational” merujuk pada ungkapan Center dan
Jackson (Leddingham, 2003) PR sebagai organisasi public relationships (OPR)
menjadi penyeimbang antara kepentingan organisasi dan kepentingan publik. Menjadi
penyeimbang kepentingan menurut Ledingham dan Bruning (Ledingham, 2003)
melihat keadaan yang terjadi antara organisasi perusahaan dan publik adalah kunci
dalam mengambil tindakan yang berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, budaya
ataupun politik dari masing-masing pihak. Seorang PR harus dapat bersikap simetris
antara perusahaan dan stakeholder tanpa mengabaikan nilai-nilai perusahaan.
Dalam hal ini PR sebagai manajemen relasi tentunya didasarkan pada proses
membangun dan mempertahankan hubungan dengan publiknya, seperti ungkapan
Ledingham (Kriyantono, 2014) bahwasanya fokus utama dari PR adalah membangun
hubungan jangka panjang, hal tersebut dapat terjadi jika upaya atau adanya tindakan
yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dan publiknya, terlebih lagi
dalam industri pertambangan. Hubungan baik merupakan kunci utama untuk
keberlangsungan perusahaan, sehingga menjadi tugas bagi PR untuk mewujudkan hal
tersebut. Sebagai contoh konflik perusahaan pertambangan di Blok Bahodopi
merupakan jawaban atas buruknya hubungan perusahaan dan lingkungannya, misalnya
pencabutan IUP beberapa perusahaan di area pertambangan blok Bahodopi. Kasus
pencabutan IUP terebut menggambarkan bahwa PR perusahaan gagal menjembatani
antara keinginan perusahaan dan stakeholder.

2. Teori Stakeholder
Sejak akhir tahun 1990-an penelitian public relations terhadap stakeholder
ataupun prioritas publik untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
semakin meningkat (Jahansoozi, 2007:398). Mengacu pada ungkapan Post dkk (Ni,
2006) hal ini dikarenakan bahwa efektivitas organisasi atau perusahaan didasarkan

7
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pada pandangan stakeholder terhadap perusahaan ataupun besarnya hubungan dengan


stakeholdernya. Smude & Coutright (2011) menyatakan bahwa dasar dari teori
stakeholder adalah memfokuskan pada hubungan antara bisnis dan grup ataupun
individual yang dipengaruhi atau mempengaruhi aktivitas perusahaan. Karena tidak
dapat dipungkiri kelancaran aktivitas PT BDM sangat dipengaruhi atas jalinan
hubungan baik, manifesto dari penerapan hubungan stakeholder yakni agar PT BDM
dapat bertahan dari gangguan lingkungan sekitar.
Stakeholder atau pihak berkepentingan pertama kali didefinisikan oleh
Freeman (Rawlins, 2006: 2) “sebagai any group or individual who is affected by or can
affect the achievement of an organization’s objectives” yang menjadi pihak
berkepentingan dalam sebuah perusahaan adalah siapa saja, baik itu individu atau grup
mempunyai potensi untuk dipengaruhi atau mempengaruhi dalam aktivitas perusahaan.
Bagi PT BDM yang bergerak di Industri pertambangan, proses identifkasi atau
pemetaan stakeholder merupakan persoalan kompleks. Hal ini disebabkan tingginya
tingkat keterlibatan aktor-aktor yang merasa terlibat dalam aktivitas perusahaan,
seperti yang telah dikemukan di latar belakang dan melihat dampak-dampak maka
pihak-pihak terkait dengan PT BDM dapat diidentifikasikan menjadi Pemerintah,
komunitas, Lembaga Swadaya Masyarakat, Media, investor, konsumen dll.
Banyaknya Stakeholder PT BDM sehingga perlu memetakan stakeholder guna
memudahkan perusahaan dalam prioritas stakeholder. Mitchell dkk (1997)
mengelompokan berdasarkan power, legitimacy dan urgency.

8
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

power

Dormant

Dangerous Dominant

Devinitive
urgency legitimacy
Dependent
Demanding Distrectionary

Gambar.1 Atribut stakeholder (Mitchel dkk,. 1997)

Gambar 1 dalam aktivitas pertambangan khsusunya PT BDM memberikan


penjelasan bahwa semakin banyak atribut yang dimiliki oleh stakeholder maka
semakin besar pula kemampuan untuk mempengaruhi. Sehingga jelas acuan bagi PT
BDM untuk menempatkan siapa stakeholder pada posisi prioritas utama. Penjelasan
mengenai tiga atribut tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Power, esensi Power adalah kemampuan stakeholder dalam pencapaian
keinginan atau kepentingan mereka, mengacu ungkapan Weber (Mitchell dkk.,
1997) bahwa probabilitas aktor dalam hubungan sosial mempunyai posisi untuk
melaksanakan kehendaknya meskipun mengalami perlawanan dari berbagai
pihak. Merujuk pada ungkapan Etzioni (dalam Mitchell dkk., 1997) bahwa
kekuatan Untuk mempengaruhi berbagai pihak dalam membuat keputusan
dapat dikategorikan berdasarkan coercive power (kekuatan Fisik) misalnya
dalam bentuk pengancaman atau penekananan, kedua adalah power atas
finansial (utilitarian Power), dan sumber simbolik (Normative power).
b. Legitimacy menurut Clarkson (dalam Mitchel dkk., 1997) ini ditentukan pada
pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam memberikan legalitas ataupun
klaim yang dapat mempengaruhi perilaku organisasi, visi-misi organisasi,
proses serta hasil yang didapatkan ataupun nilai dari organisasi.

9
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

c. Urgency merupakan stakeholder yang mempunyai klaim terhadap perusahaan,


perusahaan akan menentukan tingkat urgensitas klaim yang harus dipenuhi
terlebih dulu.
Merujuk pada penjelasan tiga atribut diatas, maka prioritas stakeholder dapat
digambarkan menjadi tiga tingkat model pengaruh stakeholder yaitu tinggi, sedang
dan rendah seperti pada gambar dibawah ini:

Level 3: stakeholder prioritas utama

Definitive stakeholder
Power
Legitimacy
Urgency
Level 2: stakeholder prioritas menengah

Dominant stakeholder Dependent stakeholder Dangerous stakeholder


Legitimacy Legitimacy Power
Power Urgency Urgency
Leve1 3: stakeholder prioritas rendah

Distrectionary stakeholder Dormant stakeholder Demanding stakeholder


Legitimacy Power Urgency

Gambar 2 Model Prioritas stakeholder Mithcel dkk (Friedman & Milles, 2006)

Tiga atribut pada gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut (Mitchel dkk.,
1997):
1. Latent Stakehoder
Latent stakeholder merupakan stakeholder yang mempunyai kedudukan
rendah atau lemahnya pengaruh terhadap perusahaan (Rawlins, 2006:6)
umumnya stakeholder ini hanya memiliki satu atribut saja. Jika melihat pada
gambar 2 latent stakeholder dikelompokan menjadi pertama dormant
stakeholder. Adanya power namun tidak dibarengi oleh legitimasi serta
urgensitas klaim, sehingga kelompok ini bukan merupakan ancaman bagi

10
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

keberlangsungan perusahaan. Selanjutnya adalah distrectionary stakeholder


adanya legitimasi tapi tidak memiliki urgensi ataupun power menjadikan
kelompok ini dalam memenuhi keinginan atau kepentingan mereka bergantung
pada iktikad baik perusahaan. Ketiga adalah demanding stakeholder, tingginya
tingkat urgensitas kelompok ini bukanlah ancaman serius bagi perusahaan,
karena kelompok ini tidak mempunyai power serta legitimasi. Kelompok ini
hanya dapat mengganggu namun tidak membahayakan.
2. Experctant Stakehoder
Memiliki posisi ganda dalam atribut stakeholder memberikan nilai tawar
tersendiri bagi kelompok ini. Dominant stakeholder kelompok ini mempunyai
kekuatan dan legitimasi sehingga pengaruh mereka cukup diperhitungkan,
umumnya kelompok ini membentuk koalisi dominan. Selanjutnya dependent
stakeholder kelompok ini memiliki legitimasi dan urgensi namun tidak memiliki
power. Untuk memenuhi kepentingannya kelompok ini membutuhkan advokasi
ataupun pemerintah. Keenam dangerous stakeholder mempunyai power dan
urgensi namun tidak adanya legitimasi, kelompok ini perlu diwaspadai karena
kadang kala mereka menggunakan teror untuk mendapatkan legitimasi.
3. Definitive Stakehoder
Kelompok terakhir adalah Definitive Stakehoder yaitu kelompok yang
mempunyai tiga atribut yaitu power, legitimasi dan urgensi. Semua stakeholder
berpotensi untuk menjadi definitif ketika mempunyai 3 atribut. Misalnya
pemerintah akan menjadi stakeholder definitif pada saat meningkatnya urgensitas
klaim mereka.

3. Praktek Public Relations dalam Mengelola Hubungan Baik dengan


Stakeholder
Toth (dalam Yilmaz & Gunel, 2009) mengungkapkan bahwa konsep sentral PR
dalam menjalin hubungan masih terfokus pada komunikasi. Artinya bahwa komunikasi

11
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

masih menjadi pendekatan utama dalam membangun atau mempertahankan hubungan


dengan pihak-pihak berkepentingan. Hal ini semakin diperkuat oleh ungkapan
beberapa akademisi bahwa cara untuk mempertahankan hubungan stakeholder adalah
dengan berkomunikasi. Misalnya melakukan lobby, dialog ataupun negosiasi dapat
mempengaruhi dan merubah persepsi seseorang terhadap satu keadaan (Berg, 2009;
Smude & Coutright, 2011). Komunikasi merupakan langkah tepat untuk
menumbuhkan kepercayaan antara PT BDM dengan lingkungan yang dibuktikan
dengan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi-kontribusi bagi
masyarakat. Artinya dalam penelitian ini manajemen hubungan merupakan proses
pengelolaan relasi antara stakeholder dan perusahaan melalui model komunikasi yang
diimplementasikan pada praktek PR sebuah perusahaan.
Grunig dkk (dalam Shen & Kim, 2012) mengemukan empat dimensi
komunikasi yang mempengaruhi praktek PR. Dimensi tersebut pertama adalah arah
komunikasi one-way VS two way yaitu menjelaskan proses penyebaran informasi
bersifat satu arah atau dua arah. Satu arah atau dua arah ditandai dari feed back
perusahaan terhadap opini masyarakatnya, umumnya satu arah digunakan untuk
penyebaran informasi perusahaan terhadap stakeholder sedangkan dua arah
diwujudkan melalui dialog dalam pertukaran informasi
Dimensi kedua asymmetrical dan symmetrical melihat keseimbangan
organisasi terhadap publiknya yang ditandai dengan perilaku advokasi atau kolaborasi.
Menurut Grunig & Hunt (dalam Fawkes, 2004:11) bersifat a symmetrical jika
komunikasi yang dilakukan masih ditentukan oleh pihak perusahaan walaupun
komunikasi ini sudah menerapkan proses dua arah, lebih jauh Dickerson (2012)
menyatakan dalam proses asymmetrical perusahaan melakukan komunikasi persuasif,
manipulasi serta dominasi sebagai tindakan untuk menguasai publiknya. Selanjutnya
symmetrical merupakan model yang lebih menekankan pada proses komunikasi dua
arah serta win-win solution, keterbukaan lebih mengedapankan dialog untuk mencapai
saling pengertian antara organisasi dan stakeholder.

12
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dimensi ketiga adalah interpersonal & mediated dimensi menggambarkan


penggunaan saluran praktisi PR baik saluran secara langsung ataupun tidak langsung,
misalnya komunikasi satu arah melalui media massa (koran, televisi, radio, majalah
khusus perusahaan) atau komunikasi dua arah melalui tatap muka anggota atau PR
perusahaan dengan masyarakatnya (Huang: 2004). Keempat adalah ethical yaitu
menjelaskan faktor keetisan dari aktivitas PR. Selain itu terdapat dua faktor untuk
menunjang proses komunikasi perusahaan yakni aktivitas sosial dan budaya
masyarakatnya.
Aktivitas sosial dikonseptualiasasikan sebagai hal-hal sosial yang dilakukan
oleh perusahaan untuk menjalin relasi dengan stakeholder (Huang; 2004), sama halnya
dengan komunikasi yang dilakukan secara interpersonal yakni secara tatap muka
namun lebih berorientasi pada aksi yang dilakukan oleh perusahaan, yakni misalnya
melakukan gathering, memenuhi undangan serta pemberian hadiah. Kegiatan-kegiatan
sosial tersebut ditujukan untuk mengeratkan relasi dengan stakeholder. Selanjutnya
faktor yang tidak kalah pentingnya adalah budaya masyarakat setempat, dalam
prakteknya seorang PR dituntut untuk memahami kebudayaan atau tipologi masyarakat
daerah operasional perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan Yudarwati (2008)
bahwa dimensi budaya yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yakni dimensi
power distance (Jarak kekuasaan) dan budaya kolektif masyarakatnya. Jarak kekuasaan
yang dimiliki baik dari dilihat dari sistem sosial, politik dll, model ini disebut dengan
personal influence, bahwa perusahaan menggunakan satu individu yang mempunyai
kredibilitas yang baik dimasyarakat dengan tujuan untuk untuk mengelola hubungan
baik agar tercapainya tujuan perusahaan.
Implementasi model PR yang merujuk pada dimensi komunikasi jika benar-
benar diterapkan oleh perusahaan akan menghasilkan hubungan baik jangka panjang.
Sebenarnya secara sadar atau tidak sadar mungkin saja dalam praktek PR
menggunakan beberepa elemen dari dimensi komunikasi diatas tergantung pada
situasi, kondisi serta individu-individu yang dihadapi perusahaan di lapangan.

13
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Konsep Penelitian dan Operasionalisasi


Manajemen hubungan stakeholder adalah upaya perusahaan untuk mengelola
hubungan baik dengan stakeholder, sebagai perwakilan masyarakat stakeholder
dianggap wujud representatif masyarakat sekitar perusahaan. Hubungan baik mutlak
dimiliki tiap perusahaan, terlebih lagi pada industri pertambangan yang sangat rawan
atas aksi protes dari berbagai pihak. Tingginya tuntutan masyarakat atas aktivitas
perusahaan di area pertambangan sebenarnya merupakan tekanan bagi pihak
perusahaan, hal ini disebabkan jika perusahaan tidak memenuhi kebutuhan masyarakat
maka perusahaan dianggap tidak bertanggung jawab terhadap lingkungannya, namun
di sisi lain besarnya kontribusi yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat
tidak menjamin perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang,
sehingga satu-satunya upaya adalah mengelola hubungan baik dengan stakeholder.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa untuk mengetahui
besarnya pengaruh stakeholder di masyarakat, perusahaan dapat memetakan mereka
atas atribut power, legitimacy dan urgency, dari tiga atribut akan teridentifikasi
stakeholder yang memiliki satu atau lebih atribut. Umumnya stakeholder perusahaan
tambang meliputi stakeholder internal dan external. Internal meliputi karyawan,
keluarga karyawan, pihak manajemen (CEO, direksi, manajer dan stockholders)
sedangkan pihak external yaitu komunitas, pemerintah, media, lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Namun, jika mengacu pada identifikasi stakeholder berdasrkan
atribut, maka yang harus di waspadai adalah stakeholder yang memiliki tiga atribut.
Penggunaan dimensi komunikasi dalam penelitian ini sebagai acuan untuk
menganalisis praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik agar bertahan
jangka panjang yang kemudian di kolaborasikan dengan teori stakeholder yakni fokus
pada beberapa individu-individu yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan
sekitar. Esensi dari dimensi komunikasi dan teori stakeholder saling berhubungan, jika
teori stakeholder menekankan pada faktor satu pengaruh individu dimasyarakat maka

14
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dimensi komunikasi sebagai sebagai panduan komunikasi serta upaya yang dilakukan
perusahaan dengan individu tersebut.
Tahap awal dalam penelitian ini adalah memetakan stakeholder berdasarkan
atribut kekuatan (Power), legitimasi dan kepentingan. Selanjutnya menganalisis
implemtasi praktek PR PT BDM dalam mengelola hubungan baik melalui model
komunikasi, baik arah komunikasi, keseimbangan komunikasi, media komunikasi
(media massa dll) dan media interpersonal disamping itu tetap melakukan pengamatan
faktor-gaktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan yakni aktivitas sosial dan
budaya masyarakat. Untuk lebih jelasnya, arah penelitian dijelaskan melalui
operasionalisasi konsep.

Tabel: 1.1. Operasionalisasi Konsep Penelitian

Konsep Penjelasan
Konsep Konsep stakeholder merupakan proses identifikasi aktor-aktor
stakeholder yang mempunyai pengaruh dan dipengaruhi atas aktivitas
perusahaan, dalam hal ini identifikasi stakeholder berdasarkan
atribut yang mereka miliki. Atribut pertama adalah power,
perusahaan akan mengidentifikasi siapa saja aktor-aktor yang
mempunyai kekuatan (Power) baik power simbolik, fisik dan
coercive. Kedua identifikasi stakeholder menurut legitimasi
hubungan dengan perusahaan, legitimasi tersebut baik legal
maupun moral, ketiga kepentingan (urgency) yang dimiliki oleh
masyarakat. Semakin banyak atribut yang dimiliki oleh
stakeholder maka semakin tinggi pula pengaruh mereka terhadap
perusahaan

Konsep ini menjelaskan perilaku komunikasi perusahaan terhadap


Arah stakeholder, melalui arah komunikasi ini secara tidak langsung
komunikasi akan mengetahui perilaku PT BDM dalam berkomunikasi apakah
masih bersifat satu arah atau dua arah dalam penyebaran informasi

Konsep ini meliputi seimbang atau tidak nya perusahaan dan


stakeholdernya. Posisi seimbang disebut symmetrical, posisi ini
bertujuan untuk memberikan saling pengertian. Misalnya PT BDM
Keseimbangan
melakukan dialog, lobby kepada stakeholder, memberikan
komunikasi

15
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kemudahan akses informasi, menyeimbangakan antar kepentingan


dan keinginan perusahaan dan stakeholder, menerapkan win-win
solution. sedangkan posisi tidak seimbang disebut asyymentrical,
posisi ini merupakan komunikasi strategis yang bersifat persuasif
atau dominasi perusahaan terhadap stakeholder, PT BDM
menerapkan strategi win lose, tertutupnya akses infromasi
perusahaan.

Konsep ini mencangkup saluran-saluran yang digunakan


perusahaan untuk berkomunikasi dengan stakeholder, baik saluran
melalui media atau interpersonal yakni mengutus salah satu
Saluran individu yang mempunyai kompetensi komunikasi yang mumpuni
Komunikasi melakukan pendekatan antar pribadi serta didukung oleh upaya
pengamatan aktivitas sosial dan budaya

Mengacu pada penjelasan serta gambaran operasionalisasi konsep di atas dapat


dimaknai bahwa penelitian ini melihat manajemen hubungan sebagai bagian dari
praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder internal dan external
yang di wujudkan melalui model komunikasi. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa model komunikasi telah melahirkan praktek-prakter PR yang
banyak diimplementasikan oleh PR di seluruh dunia.
Terkait praktek PR melalui model komunikasi idealnya komunikasi yang
dilakukan oleh PR dalam mengelola hubungan tersebut bersifat two way symmetrical
karena didasarkan pada keinginan untuk saling menguntungkan, namun tidak dapat
dipungkiri praktek PR belum sepenuhnya mengarah pada komunikasi dua arah yang
bersifat simetris, terlebih lagi menghadapi beragam stakeholder dengan posisi atau
pengaruh yang berbeda terhadap perusahaan, perbedaan tersebut yang akhirnya
melahirkan penanganan yang berbeda terhadap masing-masing stakeholder.
Dalam penelitian ini penulis menggambarkan satu pola yang didasarkan pada teori
yang digunakan dan nantinya penulis akan mencocokan dengan hasil penelitian, yakni
satu pola untuk menjelaskan praktek Humas-Comdev PT BDM untuk mengelola
hubungan dengan stakeholder berdasarkan atribut kepemilikan stakeholder dan model

16
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

komunikasi. Pada pola ini dijelaskan perbedaan dalam menangani stakeholder


berdasarkan pada jumlah kepemilikan atribut kepemilikan stakeholder.
Tabel.1.2. Pola Praktek Humas-Comdev PT BDM terhadap Stakeholder

Model Atribut Stakeholder

17
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

F. Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan cara atau teknik yang digunakan peneliti untuk
membedah penelitian atau membantu menjawab masalah yang ada. Melalui
metodologi akan dijelaskan prosedur dalam melakukan penelitian ini. Diawali dengan
menjelaskan jenis penelitian, kemudian metode yang digunakan, pemaparan lokasi
penelitian, hingga tata cara pengumpulan data dan berakhir pada analisis data.
Penelitian ini diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, yakni melalui praktek Humas-Comdev PT BDM peneliti dapat
mengetahui penyebab lolosnya PT BDM dari pencabutan IUP tersebut.

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, Penggunaan
metode ini didasarkan pada pemikiran induktif (Bungin, 2012) yang mencangkup pada
pendekatan naturalistik terhadap subjek kajian untuk menginterpetasikan fenomena
yang ada (Denzien & Linclon, 2009). Terkait pada fokus penelitian ini yakni
menganalisis praktek Humas-Comdev PT DBM, kualitatif akan sangat membantu
peneliti menafsirkan fenomena yang terjadi di wilayah operasi PT BDM khususnya
pada praktek PR melalui identifikasi stakeholder dan penerapan model komunikasi
dalam mengelola hubungan baik perusahaan dengan stakeholdernya.

2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Mengacu pada
ungkapan Stake (dalam Denzin & Linclon, 2009: 300) bahwa studi kasus berarti
mengkaji kasus sekaligus hasil dari proses kajian tersebut, sehingga melalui studi kasus
penelitian ini diharapkan mendapatkan daya yang lebih dalam dan spesifik dalam
mengkaji praktik public relations di industri pertambangan untuk mengelola hubungan
baik perusahaan dan stakeholdernya. Merujuk pada ungkapan Yin (2003) bahwa studi

18
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kasus tepat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian bagaimana dan mengapa,
selain itu Rianto (dalam Narendra, 2003) mengungkapkan bahwa esensi dari studi
kasus sendiri yakni terdapat kasus yang dibatasi oleh waktu atau aktivitas yang
mempunyai keunikan untuk diteliti, maka selama peneliti membahas satu kasus berarti
selama itu pula peneliti melakukan studi kasus (Denzin & Linclon, 2009).
Beberapa pemaparan di ataslah yang menjadi dasar peneliti untuk
menggunakan studi kasus dalam peneltian ini, terlihat jelas di rumusan masalah
berkenaan dengan “bagaimana”. Selain itu fokus masalah pada penelitian ini adalah
mencoba untuk mengeskplorasi upaya-upaya PT BDM mengelola hubungan baik
dengan stakeholder, melalui kasus pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) besar-
besaran tahun 2014 silam. Kasus tersebut menjadi pintu masuk untuk melihat
bagaimana praktek PR atau Humas-Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan
dengan stakeholder sehingga lolos dari pencabutan IUP. Karena penulis menganggap
PT BDM berhasil menjalin hubungan dengan berbagai stakeholder di area
pertambangan yang dibuktikan sebagai-satunya perusahaan yang hingga saat ini masih
beraktivitas, hal tersebut tentunya menarik untuk dieksplor lebih dalam agar
menemukan praktek PR yang ideal pada industri tambang ditengah tingginya tekanan
dari berbagai pihak.

3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada divisi Humas-Comdev PT Bintang Delapan
Mineral blok Bahodopi Kecamatan Bahodopi Kab. Morowali Sulawesi Tengah.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada peneltian ini menggunakan tiga teknik yaitu
wawancara mendalam, dokumentasi dan validitas data. Tiga penggunaan teknik
tersebut dapat saling melengkapi informasi atau kebutuhan data peneliti dalam proses

19
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

analisa praktek PR dalam mengelola hubungan baik dengan stakeholder. Adapun


penjelasan dari ke tiga teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara
Wawancara mendalam dilakukan sebagai sumber utama data penelitian
untuk dapat menjawab pertanyaan. Informan dari penelitian ini adalah Divisi
Humas-Comdev PT Bintang Delapan Mineral yakni Bapak Maman Resman dan
segenap satf Humas-Comdev PT BDM. Selain itu peneliti juga mewawancarai
beberapa stakeholder untuk melengkapi data penelitian atau menggunakan
triangulasi sumber untuk mendaptkan kebenaran tingkat tinggi atau untuk
memperoleh kevaliditasan data. Memotret fenomena dari berbagai tunggal dari
sudut yang berbeda akan diperoleh kebernaran yang handal.
Teknik triangulasi sumber dapat menggunakan satu jenis sumber data
misalnya informan, tetapi beberapa nasarasumber atau informan perlu di usahakan
dari kelompok yang berbeda jenisnya atau tingkatan yang berbeda. Misalnya dari
nara sumber tertentu dari kondisi tertentu, dari aktivitas yang menggambarkan
perilaku orang atau sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen.
Selain PR PT BDM yang menjadi informan, beberapa stakeholder juga
menjadi informan dalam penelitian ini. Informan stakeholder belum dapat
ditentukan secara pasti merujuk pada hasil observasi dan wawancara terhadap PR
PT BDM, namun berdasarkan atribut yang dimiliki dapat diperkiran bahwa
stakeholder yang menjadi informan utama adalah mereka yang memiliki tiga
atribut yakni power, legitimacy & urgency, sedangkan stakeholder yang
mempunyai dua atribut dan satu atribut tidak luput juga dari proses wawancara
untuk menambah kevaliditasan data. Informan-informan tersebut adalah:

20
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Atribut Informan Posisi


Prioritas Menengah Firdasari Mahesang Mahasiswa
Prioritas Rendah Ahyar Lani Wartawan Metro Sulawesi
Suriadi Ketua Serikat Pekerja
Tabel. 1.3 Daftar Informan Triangulasi Sumber

b. Dokumentasi
Selain kedua teknik di atas, dekomentasi tidak luput dari teknik
pengumpulan data, hal ini disebabkan data berupa foto, berita ataupun artikel,
berita online (Harian Mercusuar & Berita Satu Sulteng) akan sangat membantu
dalam proses analisis penelitian ini. Sehingga dapat memberikan gambaran hasil
penelitian yang lebih jelas karena disertai dengan bukti-bukti lainnya.

c. Validitas Data
Agar menyajikan data yang valid, penulis menggunakan teknik triangulasi,
menurut Denzin (Bungin: 2012) triangulasi terdiri dari: (1) triangulasi peneliti,
yakni proses verifikasi hasil penelitian melaui bantuan peneliti lain, (2) triangulasi
sumber data yaitu membandingkan dan mengecek dengan baik suatu informasi
melaui waktu dan cara yang berbeda dalam metode yang sama (kualitatif), (3)
triangulasi dengan metode, seperti ungkapan Moleong (Bungin, 2012) peneliti
melakukan pengecekan terhadap sumber data dengan metode yang sama, (4)
triangulasi dengan teori yakni menguraikan pola, hubungan dan menyertakan
penjelasan yang muncul untuk mencari penjesan pembanding.
Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan validitas data triangulasi
sumber data. Seperti yang dinyatakan oleh Paton (Bungin: 2012) bahwa peneliti
harus melakukan :
1. Membandingkan hasil daya pengamatan dengan hasil wawancara

21
Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan
Mineral dalam
Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi-Tengah)
ULJANATUNNISA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa


yang dikatatan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4. Membandingkan pendapat seseorang dengan berbagai pendapat yang
berbeda, yakni pendapat public relations dan pendapat stakeholder
5. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan

5. Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan penjodohan pola. Penjodohan pola
dilakukan dengan cara membandingkan pola yang didasarkan atas pengamatan empiris
dengan pola yang telah diprediksikan, jika hasilnya sesuai maka akan semakin
menguatkan validitas internal (Yin, 2003). Sedangkan penulisan hasil pada penelitian
ini peneliti akan menggunakan struktur komparatif. Yin (2003) mengemukakan bahwa
struktur ini merupakan bentuk pengulangan dari studi kasus, sangat mengilustrasikan
penjodohan pola, struktur ini menunjukan tingkat fakta-fakta yang sesuai dengan
model penjodohan pola tersebut.
Prediksi peneliti saat ini adalah bahwa bertahannya PT BDM di Blok Bahodopi
karena hubungan baik yang dibangun dengan stakeholder melalui model komunikasi
yang telah dipaparkan sebelumnya. Melalui penjodohan pola akan disimpulkan antara
pegamatan empiris dan prediksi peneliti sesuai, selain itu struktur komparatif dapat
mengungkapkan fakta –fakta lain dibalik lolosnya PT BDM dari pencabutan izin
operasi beberapa bulan silam.

6. Limitasi Penelitian
Penelitian ini terbatas pada ranah public relations untuk mengetahui upaya
perusahaan yang bergerak di industri pertambangan khusunya PT BDM dalam
mengelola hubungan baik dengan stakeholder lingkar tambang. Sehingga penelitian ini
tidak memfokuskan pada hasil hubungan yang telah di capai PT BDM.

22

Anda mungkin juga menyukai