Anda di halaman 1dari 44

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERBANDINGAN PERUBAHAN HEMODINAMIK ANTARA FENTANIL-


DIAZEPAM DAN FENTANIL-MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI
ANESTESI UMUM DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Agung Nugroho

G0008044

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Agung Nugroho, G0008044, 2011. Perbandingan Perubahan Hemodinamik


antara Fentanil-Diazepam dan Fentanil-Midazolam sebagai Premedikasi Anestesi
Umum di RSUD dr Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang


bermakna pada perubahan hemodinamik antara pemberian fentanil-diazepam dan
fentanil-midazolam sebagai premedikasi anestesi umum.

Metode: Penelitian ini bersifat single blind eksperimental. Besar sampel sebanyak
30 pasien yang menjalani prosedur operasi elektif dengan anestesi umum.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara randomisasi sederhana untuk 2
kelompok, Kelompok A mendapatkan premedikasi diazepam 0,05 mg/kg BB IV
dan fentanil 1µg/kg BB IV. Kelompok B mendapatkan premedikasi midazolam
0,05 mg/kg BB IV dan fentanil 1µg/kg BB IV. Data penelitian diperoleh dari
monitor tekanan darah dan frekuensi denyut jantung di ruang operasi. Kemudian
data dianalisis menggunakan program SPSS.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang


bermakna secara statistik pada perubahan hemodinamik antara pemberian
fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam. Perubahan Mean Arterial Pressure
(MAP) didapatkan perbedaan yang tidak bermakna (p = 0,279). Demikian halnya
pada perubahan frekuensi denyut jantung didapatkan perbedaan yang tidak
bermakna (p = 0,216).

Simpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan


hemodinamik antara pemberian fentanil (1µg/kg BB IV)-diazepam (0,05 mg/kg
BB IV) dan fentanil-midazolam sebagai premedikasi anestesi.

Kata kunci: premedikasi, fentanil, diazepam, midazolam, hemodinamik

commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Agung Nugroho. G0008044. Comparison of Hemodynamic Change between


Fentanyl-Diazepam and Fentanyl-Midazolam as Premedication of General
Anesthesia at dr Moewardi General Hospital Surakarta. Medical Faculty of
Sebelas Maret University.

Objective:. This study aims to know the significant changes in hemodynamic


between fentanyl-diazepam and fentanyl-midazolam as premedication of general
anesthesia.

Methods: This study was an analytical single blind experimental. Subject were 30
patients who were going to schedule for elective surgery using general anesthesia.
These samples were taken by using simple randomisation for 2 groups. Group A
received intravenous premedication of fentanyl 1 µg/kg and diazepam 0,05 mg/kg,
group B received intravenous premedication of fentanyl 1 µg/kg and midazolam
0,05 mg/kg. Data was obtained from blood pressure and heart rate monitors in the
operating room. Then it was analyzed by using SPSS.

Results: This study shows there was not a significant mean difference of
hemodynamic between fentanyl-diazepam and fentanyl-midazolam. Changes in
Mean Arterial Pressure (MAP) obtained was not a significant difference
(p = 0,279). Similarly, changes in heart rate obtained was not a significant
difference (0,216).

Conclusion: From this study it can be concluded that the giving of intravenous
fentanyl with diazepam and fentanyl with midazolam as premedication of general
anesthesia was not a significant changes in hemodynamic.

Keywords: premedication, diazepam, midazolam, fentanyl, hemodynamic

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman

PRAKATA....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Perumusan Masalah........................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 5

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 16

C. Hipotesis ...................................................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 17

B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 17

C. Subjek Penelitian ........................................................................ 17

D. Teknik Sampling .......................................................................... 18

E. Rancangan Penelitian ................................................................... 18

F. Identifikasi Variabel..........
commit ...........................................................
to user 19

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 20

H. Alat dan Bahan Penelitian............................................................ 22

I. Cara Kerja..................................................................................... 22

J. Teknik Analisis Data..................................................................... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian.................................................... 24

B. Efek Premedikasi Anestesi terhadap Perubahan Hemodinamik... 26

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................... 28

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................. .......................... 34

B. Saran ............................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35

LAMPIRAN

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian ............................................................ 24


Tabel 2. Tekanan Darah Sistolik, Diastolik, dan Denyut Jantung ..................... 25
Tabel 3. Status Fisik dan Jenis Kelamin ............................................................ 26
Tabel 4. Perubahan MAP .................................................................................. 26
Tabel 5. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung .................................................. 27

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ............................................................ 16


Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian .......................................................... 18

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Responden Penelitian

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

Lampiran 4. Lembar Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Sampel

Lampiran 6. Surat Keterangan Ethical Clearence

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari

berbagai tindakan yang meliputi pemberian anestesi ataupun analgesi,

pengawasan keselamatan pasien yang dioperasi atau tindakan lainnya,

bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian

terapi inhalasi, dan penaggulangan nyeri menahun (Mansjoer, 2005).

Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (1) anestesi lokal, yaitu

hilang rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran; (2) anestesia umum, yaitu

hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran (Handoko, 2001). Anestesia

umum dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa (Yun, An = tanpa,

aesthesis = perasaan), yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat

reversibel dari berbagai pusat di susunan saraf pusat, dimana seluruh

perasaan dan keadaan ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan

(Tjay and Rahardja, 2007).

Dalam anestesiologi, tindakan monitoring sangat penting dalam

menjaga keselamatan pasien. Monitoring atau pengamatan fungsi vital

merupakan proses pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui adanya

penyimpangan dari fungsi normal sedini mungkin agar dapat diambil

tindakan yang cepat dan tepat (Karyadi, 2000). Ada tiga fungsi vital yang

harus diawasi, yaitu pernafasan, sirkulasi darah, dan kesadaran.


commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Pengawasan yang dilakukan bersifat terus-menerus tanpa henti dan berkala

dengan selang waktu yang sesingkat mungkin (Karyadi, 2000).

Terdapat kriteria anestetikum yang baik, yaitu mula kerja cepat,

tanpa efek samping, dan waktu pemulihan harus cepat tanpa efek sisa.

Karena tidak dikenal obat yang mempunyai sifat ini, biasanya anestetikum

dikombinasi dengan obat-obat pembantu yang diberikan pada pasien

sebagai premedikasi lebih kurang satu jam sebelum induksi dimulai (Tjay

dan Rahardja, 2002).

Maksud dan tujuan premedikasi antara lain : menimbukan rasa

nyaman bagi pasien, memudahkan atau memperlancar induksi,

mengurangi jumlah obat-obat anestetika, menekan reflek yang tidak

diinginkan, dan mengurangi sekresi kelenjar saluran napas (Mansjoer,

2005).

Dengan kemajuan teknik anestesi sekarang, tujuan utama

pemberian premedikasi tidak hanya untuk mempermudah induksi dan

mengurangi jumlah obat-obat yang digunakan, akan tetapi terutama untuk

menenangkan pasien sebagai persiapan anestesi (Iskandar, 1989).

Analgesi-Opioid yang sering diberikan saat premedikasi adalah

petidin, fentanil, dan morfin. Petidin yang juga dikenal sebagai meperidin

menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas, dan efek sentral lain

(Santoso, 2003).

Benzodiazepin merupakan golongan obat anestesi yang sering

dipakai sebagai premedikasi. Golongan benzodiazepin mempunyai


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

beberapa efek utama yakni anti ansietas, sedasi dan hipnotik, amnesia,

muscle relaxant, dan anti konvulsan (Vincents J Collins, 1996; Endang S.

H., 1993).

Turunan benzodiazepin yang paling sering digunakan sebagai

premedikasi anestesi adalah midazolam dan diazepam. Dalam penggunaan

sehari-hari kedua preparat tersebut untuk premedikasi anestesi, terdapat

perbedaan yang nyata dalam menurunkan tekanan darah dan

meningkatkan frekuensi denyut jantung. Namun beberapa teori dan

penelitian menyebutkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

diazepam dan midazolam pada kedua efek tersebut.

Dalam penelitian Muellejans, et al. (2006) disebutkan bahwa

terdapat perbedaan di dalam penggunaan kombinasi midazolam-fentanil

dengan midazolam-remifentanil. Penggunaan kombinasi midazolam-

fentanil memiliki efek analgesi sedatif yang lebih baik dengan peningkatan

heart rate (HR) yang tidak terlalu tinggi pada pasien bedah jantung.

Dalam penelitian Prakash, et al. (2006) fentanil-midazolam lebih

baik untuk kondisi intubasi daripada fentanil-lignocaine. Di dalam

penelitian Nascimento, et al. (2007) penggunaan fentanil memiliki efek

sedatif dan kardiovaskuler yang lebih tinggi dari diazepam.

Dari keterangan di atas, perlu kiranya dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai karakteristik dan perbandingan penggunaan dalam klinik

antara fentanil-midazolam dan fentanil-diazepam terhadap perubahan

tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

B. Perumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan perubahan hemodinamik yang

bermakna antara pemberian fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam

sebagai premedikasi anestesi umum?

C. Tujuan Penelitian

Untuk membandingkan perubahan hemodinamik antara pemberian

fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam sebagai premedikasi anestesi

umum.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diketahui secara statistik perubahan hemodinamik antara penggunaan

fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam sebagai premedikasi

anestesi umum pada pasien operasi di RSUD dr Moewardi Surakarta.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi

dokter dalam memberikan obat premedikasi anestesi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Premedikasi

Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan

operasi yang pada umumnya dilakukan pada satu atau lebih obat-

obatan (Mc leskey, 1999). Premedikasi dilakukan dengan maksud:

a. Meniadakan kegelisahan : sering digunakan morfin atau petidin,

juga sedatif seperti klorpromazin, diazepam atau thiopental.

b. Menghentikan sekresi ludah dan dahak yang dapat mengakibatkan

kejang-kejang berbahaya di tenggorok. Yang banyak digunakan

adalah atropine dan skopolamin bersama morfin.

c. Memperkuat efek anestetik, sehingga anestetikum bekerja lebih

“dalam” dan atau dosisnya dapat diturunkan.

d. Memperkuat relaksasi otot selama narkosa, hal ini dapat dicapai

dengan pemberian relaksansia otot, seperti tubokurarin dan

galamin (Tjay and Rahardja, 2007).

Premedikasi diberikan berdasarkan atas keadaan psikis dan

fisiologis pasien yang ditetapkan setelah kunjungan prabedah (Robert

S, 1994). Oleh karena itu, pemilihan obat premedikasi yang akan

digunakan harus selalu memperhitungkan umur pasien, berat badan,

status fisik, derajat kecemasan, riwayat hospitalisasi, riwayat alergi,


commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

riwayat penggunaan obat tertentu yang mungkin berpengaruh,

perkiraan lama operasi, macam operasi, dan rencana obat anestesi yang

akan digunakan (Karyadi, 2000).

2. Fentanil

a. Sifat Umum

Fentanil atau Phentanyl citrate dengan nama kimia N-(1-

phenethyl-4-piperidyl)propionanilide dihydrogen dan formula

empirisnya adalah C22H28N2O (Dinas Kesehatan, 2010).

Fentanil merupakan obat analgesik opioid, turunan dari fenil

piperidin. Fentanil memiliki besar potensi analgesik 75-125 kali

lebih baik daripada morfin atau 750- 1250 lebih kuat daripada

petidin (Daniel, Malcom M B, Weiskopf, Richard B, 1998).

Fentanil diindikasikan pada nyeri sebelum operasi, selama dan

pascaoperasi, penanganan nyeri pada kanker, sebagai suplemen

anestesi sebelum operasi untuk mencegah atau menghilangkan

takipnea dan delirium pasca operasi emergensi. Fentanil

berinteraksi secara predominan dengan mu-reseptor opioid. Analog

dari fentanil yaitu alfentanil dan sufentanil di mana sufentanil

memiliki potensi lebih baik daripada fentanil, yakni sebesar 5

sampai 10 kali. Secara klinis, efek farmakologi fentanil digunakan

dalam sistem saraf pusat. Yang biasa terjadi adalah analgesik,

pengubahan mood, euforia, disphoria, dan mengantuk. Stabilitas


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

penyimpanan fentanil yaitu sediaan injeksi disimpan dalam suhu

ruangan dan terlindungi cahaya (Dinas Kesehatan, 2010).

b. Farmakokinetik

Fentanil mempunyai mula kerja cepat yaitu 1 – 3 menit untuk

sedatif, 5 – 10 menit untuk analgesia, dan lama kerja singkat yaitu

30 – 60 menit (Lee, 1999). Fentanil mempunyai potensi besar

karena daya kelarutan dalam lemaknya tinggi, sehingga mudah

melalui sawar darah otak (Mikawa K, Nishina K, Maekawa N,

Obara H, 1996). Durasinya yang singkat mencerminkan

redistribusi ke jaringan lemak dan otot rangka. Fentanil dosis

rendah, 1 – 2 mg/kgBB IV digunakan untuk memberi efek analgesi

(Sharma S, Mitra S, Grover V K, Kalra R, 1996).

Kadar di dalam plasma darah tertinggi setelah pemberian

intravena dicapai dalam waktu 3-5 menit yaitu kadarnya

diperkirakan sebesar 125 ng/ml. Fentanil di metabolisme di hepar

dengan cara dealkilasi, hidroksilasi, dan hidrolisa amida menjadi

metabolit tidak aktif, meliputi norfentanil dan despropionil

norfentanil (Stoelting, 1999). Eliminasi terutama oleh metabolisme

hati, kurang lebih 10% melewati bilier dan tergantung pada aliran

darah hepar (Dinas Kesehatan, 2010).

Fentanil dieksresi melalui empedu dan urin, 85 % berada dalam

feses dan urin dalam bentuk metabolit yang lebih dari 72 jam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

setelah pemberian dan kurang dari 8 % dalam bentuk tidak

berubah. Waktu paruh eliminasi 185-219 menit (Stoelting, 1999).

c. Farmakodinamik

Fentanil menyebabkan ketergantungan fisik, euforia, analgesia

yang kuat, perlambatan EKG, miosis, mual, dan muntah yang

tergantung pada dosis. Efek terhadap kardiovaskuler minimal

meskipun laju jantung dapat menurun yang merupakan efek vagal.

Fentanil mendepresi ventilasi dan menyebabkan kekakuan otot

rangka khususnya otot thorax, abdomen, dan ekstremitas terutama

pada pemberian intravena yang cepat. Meningkatkan tekanan intra

bilier dengan singkat dan mempunyai aksi kolinergik kuat yang

dapat diblok oleh atropin (Bailey, Egan, Stanley, 2000).

Fentanil jarang menyebabkan hipotensi meskipun diberikan

pada pasien yang memiliki fungsi ventrikel kiri yang lemah, hal ini

diduga karena tidak adanya pelepasan histamin (Katz, 1997).

Namun hipotensi dapat terjadi akibat meningkatnya tonus vagal

sentral dan depresi nodus SA dan AV (Bowdle, 1995).

d. Efek Samping

1) Depresi pernapasan.

2) Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo,

depresi, rasa mengantuk, koma, euforia, disforia, lemah,

agitasi, ketegangan, dan kejang.

3) Pencernaan : mual, muntah, dan konstipasi.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

4) Kardiovaskular : aritmia dan hipotensi postural.

5) Reproduksi, ekskresi, dan endokrin : retensi urin dan oliguria.

6) Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, dan palpitasi.

7) Tremor otot, pergerakan yang tidak terkoordinasi, delirium atau

disorientasi, dan halusinasi.

8) Lain-lain : Berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria, dan

ruam kulit (Dinas Kesehatan, 2010).

3. Benzodiazepin

a. Sifat Umum

Benzodiazepin adalah suatu senyawa yang terdiri dari cincin

benzene dengan 7 sisi cincin diazepin. Pada umumnya preparat

benzodiazepin mengandung 5 subtituen dan cincin 1,4 diazepin

(Endang S.H., 1995).

Berdasarkan kecepatan metabolismenya, benzodiazepin dapat

dibedakan menjadi tiga kelompok :

1) Obat-obat long acting

Klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam, dan flurazepam.

2) Obat-obat short acting

Oksazepam, lorazepam, lormetazepam, temazepam,

loprazolam, dan zoplicon.

3) Obat-obat ultra short acting

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Midazolam, triazolam, dan estazolam. (Tjay and Rahardja,

2007).

b. Farmakokinetik

Kecepatan absorbsi berbeda-beda tergantung pada sejumlah

faktor, termasuk lipofilitas. Kelarutan di dalam lipid memiliki

peranan penting dalam menentukan kecepatan dimana sedatif

hipnotika tertentu memasuki sistem saraf (Katzung, 2002).

Kelarutannya yang besar dalam lemak dapat menjadikan

berkurangnya faktor eliminasi, sehingga menyebabkan durasi kerja

menjadi lama (Vincent J. Collins, 1996).

Pengikatan benzodiazepin pada reseptornya yang hanya berada

di Susunan Saraf Pusat (SSP) akan memacu afinitas reseptor

GABA sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering

terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan

menghambat letupan neuron. Efek klinis berbagai benzodiazepin

tergantung pada afinitas ikatan obat pada kompleks saluran ion,

yaitu kompleks GABA reseptor dan klorida ( Mycek M.J., Harvey

R. A., Champe P.C, 2001).

Sebagian besar golongan benzodiazepin diubah dalam bentuk

inaktif metabolit oleh kerja hati. Dua jalur pemecahannya yaitu

dengan proses oksidasi oleh enzim mikrosomal hati dan

glukoronidase konjugasi (Vincent J. Collins, 1996).

c. Farmakodinamik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Pada hakikatnya, semua senyawa benzodiazepin mempunyai

efek utama, yaitu anxiolitis atau anti anxietas, sedatif-hipnotis, anti

konvulsif, dan daya relaksasi otot (Tjay and Rahardja, 2007).

Setiap efek ini dapat berbeda-beda kekuatannya pada setiap

derivat, hal tersebut memperlihatkan perbedaan yang jelas

mengenai kecepatan resorbsi dan eliminasinya (Tjay and Rahardja,

2007). Di samping itu, distribusi di jaringan juga sangat

berhubungan dengan efek benzodiazepin (Vincent J. Collins,

1996).

4. Diazepam

a. Sifat Umum

Diazepam merupakan derivat benzodiazepin, berupa kristal

yang tidak berwarna dan tidak larut dalam air (Wikipedia, 2011).

Diazepam memiliki struktur kima yang khas dengan adanya cincin

amida (Vincent J. Collins, 1996).

b. Farmakokinetik

Sebagai premedikasi anestesi, diazepam dapat diberikan secara

oral, intramuskular, dan intravena (Gillman, 2001). Obat ini 99 %

terikat pada plasma albumin. Lama pengaruh diazepam disebabkan

karena lamanya waktu eksresi dan lamanya pembentukan

metabolit. Hasil metabolisme diazepam utama adalah desmetil

diazepam (Vincent J. Collins, 1996).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

c. Farmakodinamik

Diazepam akan menghambat Susunan Saraf Pusat (SSP)

dengan efek utamanya adalah sedasi, hipnotik, relaksasi otot, dan

anti konvulsi (Trevor A and Walter L.W, 1995). Pemberian dalam

dosis rendah bersifat sedatif, sedangkan dalam dosis besar bersifat

hipnotik (Mansjoer, 2005). Diazepam mempunyai onset kerja 10

menit. Diazepam bersifat mendepresi sistem kardiovaskuler dan

sistem respirasi (Endang S, 1993).

Setelah pemberian premedikasi diazepam, tekanan sistolik dan

Mean Arterial Pressure (MAP) menurun secara signifikan

(Kitajima et al., 2004).

5. Midazolam

a. Sifat Umum

Midazolam adala golongan imidazobenzodiazepin yang

berbeda dengan benzodiazepin lain, yaitu mempunyai cincin

imidazole. Adanya cincin imidazol ini memberikan keuntungan

karena garam ini mudah larut dalam air dengan pH < 4, stabil

dalam bentuk larutan, dan cepat dimetabolisme (Marisa Tedja,

2000).

Pada pH rendah atom dasar nitrogen dari cincin imidazole

dapat bereaksi dengan asam sehingga membentuk garam dan

menerima ion hidrogen, sehingga menjadi bermuatan dan cincin


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

terbuka. Pada pH fisiologis, molekul kehilangan lagi muatannya

dan cincin menutup serta menjadi lipofilik, sehingga saat

midazolam berada dalam tubuh, midazolam dapat menembus

sawar darah otak, dalam pH fisiologis midazolam berbentuk basa

(Vincent J. Collins, 1996; Marisa Tedja, 2000).

b. Farmakokinetik

Midazolam adalah obat golongan benzodiazepin yang larut

dalam air (Reves, 2000). Midazolam sebagian besar (95 %) terikat

pada protein plasma, hanya sekitar 5 % berada dalam bentuk fraksi

bebas. Bentuk bebas ini lebih tinggi jumlahnya pada pasien dengan

kelainan fungsi ginjal dan pada pasien dengan albumin plasma

yang rendah (Pratila, 1993).

Eliminasi midazolam tergantung pada biotransformasi hepatik

yang mengubahnya menjadi alfa-hidroksimetil midazolam (Reves,

2000 ; Pratila, 1993), suatu metabolit yang hampir tidak

mempunyai aktivitas farmakologis (Holford, 1998).

c. Farmakodinamik

Obat ini mempunyai onset kerja 2-12 menit. Midazolam

bekerja pada sistem saraf pusat. Midazolam tidak menyebabkan

penekanan penekanan jantung dan tidak mengubah tahanan

perifer, sedangkan terhadap pernafasan sedikit dipengaruhi oleh

obat ini (Marisa Tedja, 2000).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Midazolam dapat digunakan pada berbagai keadaan klinis yang

memerlukan berbagai derajat disosiasi, seperti premedikasi,

induksi anestesi, dan pemeliharaan anestesi (Marisa Tedja, 2000).

6. Tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung

yang berkontraksi seperti pompa sehingga darah terus mengalir dalam

pembuluh darah, kekuatan itu menekan dinding pembuluh nadi.

Tekanan ini diperlukan supaya darah tetap dapat mengalir dan

melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri (Siauw, 1994).

Tekanan darah pada dinding arteri dapat terjadi akibat kontraksi otot

jantung. Tergantung pada kekuatan gerak jantung, kelenturan dinding

arteri volume, viskositas darah, dan hambatan pada pembuluh darah

(Dorland, 2006). Tekanan darah merupakan manifestasi dari cardiac

output dan resisteni pembuluh darah sistemik (Santoso, 2003).

Segera setelah teranestesi, tekanan darah akan turun dengan

cepat karena vasodilatasi. Hal ini menimbulkan timbunan darah di

perifer dan mengurangi aliran balik vena sehingga menyebabkan

turunnya curah jantung. Pasien dapat mengalami kerusakan organ

akibat perfusi yang kurang, bahkan dapat terjadi henti jantung karena

kurangnya perfusi koroner (Boulton and Blogg 1994).

Penurunan tekanan darah berhubungan dengan penurunan

curah jantung, resistensi pembuluh sistemik, hambatan mekanisme


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

baroreseptor, depresi kontraktilitas miokard, penurunan aktivitas

simpatik, dan efek inotropik negatif (Clarke, 1995). Efek depresi

miokard dan vasodilatasi terjadi tergantung dosis. Vasodilatasi terjadi

akibat penurunan aktivitas simpatik dan efek langsung mobilisasi Ca

pada interseluler otot polos (Reves, 2000).

7. Frekuensi deyut jantung

Frekuensi denyut jantung adalah jumlah denyut jantung

permenit atau jumlah kontraksi jantung tiap menit dapat dijadikan

sebagai parameter sederhana yang mudah diukur dan cukup informatif

untuk faal kardiovaskuler (Moeloek, 2007).

Saat jantung berdenyut, maka pembuluh nadi pun ikut

berdenyut akibat tekanan darah yang terpompa. Bagian jantung normal

berdenyut dalam rangkaian teratur, yaitu kontraksi atrium (sistole

atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistole ventrikel) dan selama

diastole keempat ruang relaksasi (Fadhlina, 2010).

Pada setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah

baru yang mengisi arteri. Akibat distensibilitas sistem arteri, darah

yang mengalir melalui jaringan hanya terjadi selama sistol jantung,

sehingga tidak ada darah yang mengalir selama diastole (Guyton,

1997).

Frekuensi denyut jantung sebagian besar berada di bawah

pengaturan ekstrinsik sistem saraf otonom; serabut parasimpatis dan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

simpatis mempersarafi nodus SA dan AV, mempengaruhi kecepatan

dan frekuensi hantaran impuls. Stimulasi serabut parasimpatis akan

mengurangi frekuensi denyut jantung, sedangkan stimulasi simpatis

akan mempercepat denyut jantung (Price and Wilson, 2006).

B. Kerangka Pemikiran

Fentanil + Diazepam Fentanil + Midazolam

Penghambatan Sinap

Sistem Saraf

Perubahan Tekanan Darah


dan Frekuensi denyut
jantung

Pengambilan data dan observasi

Uji t

C. Hipotesis

Terdapat perbedaan hemodinamik yang bermakna antara pemberian

fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam selama premedikasi anestesi

umum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan

dengan cara single blind.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dan observasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr.

Moewardi Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan diamati dalam penelitian ini diambil

dengan :

1. Kriteria inklusi

a. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

b. Usia 18-60 tahun.

c. Berat badan 35-70 kg.

d. Pasien termasuk ASA I-II.

2. Kriteria eksklusi :

a. Tidak ada kontra indikasi pemberian diazepam dan midazolam.

b. Riwayat dengan kelainan jantung dan pembuluh darah.

c. Pasien dengan hipertensi dan hipotensi.

d. Pasien hamil.

commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

3. Kriteria terminasi :

a. Pasien syok setelah dilakukan premedikasi.

b. Pasien apneu setelah dilakukan premedikasi.

c. Pasien muntah setelah dilakukan premedikasi.

D. Teknik Sampling

Sampel yang diambil sebagai probandus adalah yang memenuhi

kriteria inklusi di atas, dalam hal ini sampel dipilih dengan cara non

probability sampling yakni consecutive sampling, dimana setiap orang

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

E. Rancangan penelitian

Sampel Sampel
Fentanil - Diazepam Fentanil - Midazolam

Tekanan Frekuensi
Darah Awal Denyut Jantung
Awal

Pemberian Obat Premedikasi Pemberian Obat Premedikasi


Diazepam (0,05mg/kg BB) – Midazolam (0,05mg/kg BB) –
Fentanil (1µg/kg BB) Fentanil (1µg/kg BB)

3 Menit 3 Menit

commit to user
Tekanan Darah Frekuensi Frekuensi Tekanan Darah
Post Denyut Jantung Denyut Jantung Post
Premedikasi Premedikasi
Post Premedikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Urutan Masuknya Obat Premedikasi :

1. Menit ke 0 : Saat alat terpasang dilihat tekanan darah


dan denyut nadi. (data 1)
2. Menit ke 1 : Pasien diinjeksi midazolam / diazepam intravena dosis

0,05 mg/kg BB.

(Ditunggu selama 1 menit)


3. Menit ke 2 : Pasien diinjeksi fentanil intravena dosis 1µg/kg BB.

(Ditunggu selama 2 menit)


4. Menit ke-4 : Diamati tekanan darah dan denyut nadi.

(data 2)

5. Menit ke-5 dan seterusnya: Dimulai induksi anestesi, intubasi hingga

pasien masuk ke ruang recovery (pemulihan).

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : fentanil, diazepam, dan

midazolam;

skala pengukuran : nominal

2. Variabel terikat : perubahan tekanan darah

dan frekuensi

denyut jantung;

skala pengukuran : rasio

3. Variabel pengganggu :

a. Kelainan metabolisme tubuh

b. Faktor Penyakit commit to user


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

c. Interaksi obat premedikasi dengan obat anestesi yang digunakan

d. Alat monitor tekanan darah

4. Variabel luar

a. Terkendali

1) Umur

2) Berat badan

b. Tidak terkendali

1) Emosi

2) Kecemasan

3) Sensitivitas individu terhadap obat (farmakodinamik dan

farmakokinetik)

G. Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel bebas

Premedikasi dengan menggunakan fentanil, midazolam, dan

diazepam. Pada percobaan digunakan fentanil intravena dengan

dosis 1 µg/kg BB, midazolam intravena dengan dosis 0,05 mg/kg

BB, dan diazepam intravena dengan dosis 0,05 mg/kg BB.

2. Variabel terikat

Perubahan hemodinamik pada penelitian ini adalah terbatas

pada perubahan tekanan darah dan perubahan frekuensi denyut

jantung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Tekanan darah adalah tekanan pada dinding arteri yang

sebanding dengan tekanan aliran darah intra arterial yang berasal

dari tekanan darah di ventrikel kiri.

Tekanan darah yang dimaksud dalam hal ini adalah tekanan

darah rerata dalam arteri melewati siklus komplit denyut jantung

Mean Arterial Pressure (MAP), yang didapat dari hasil

pengukuran :

MAP = 1 sistole + 2 diastole

Dimana perubahan tekanan darah adalah merupakan selisih

MAP sebelum dan setelah premedikasi menggunakan fentanil-

diazepam atau fentanil-midazolam.

Frekuensi denyut jantung adalah jumlah denyut jantung

permenit atau jumlah kontraksi jantung tiap menit. Frekuensi

denyut jantung yang diukur dalam hal ini adalah dari EKG, dimana

perubahan denyut jantung adalah merupakan selisih denyut

jantung sebelum dan setelah premedikasi menggunakan fentanil-

diazepam atau fentanil-midazolam.

Kedua variabel tersebut menggunakan skala rasio.

3. Variabel pengganggu terkendali

Variabel pengganggu terkendali adalah hal-hal yang dapat

mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun dapat

dikendalikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

4. Variabel penggganggu yang tak terkendali

Variabel pengganggu tak terkendali adalah hal-hal yang dapat

mengganggu hasil perhitungan variabel terikat namun tidak dapat

dikendalikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

H. Alat dan Bahan Penelitian

Obat yang digunakan : fentanil, diazepam, dan midazolam

I. Cara Kerja

1. Pencatatan identitas dan data pasien yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan.

2. Pengukuran tekanan darah sebelum premedikasi pada masing-masing

kelompok.

3. Diberikan premedikasi pada kelompok I dengan preparat diazepam dan

kelompok II dengan preparat midazolam, kemudian dilanjutkan

pemberian obat pada kedua kelompok dengan fentanil.

4. Pengukuran tekanan darah setelah premedikasi pada masing-masing

kelompok.

J. Teknik Analisis Data

Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis

komparatif rata-rata dua sampel adalah dengan uji t. Uji t tersebut

dilakukan dengan taraf kepercayaan 95%, α = 0,05 dan p < 0,05.

Penelitian ini dilakukan dengan uji t, dimana : SD1

Keputusan : jika maka Ho ditolak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

Ho : tidak ada perbedaan perubahan tekanan darah dan frekuensi

denyut jantung yang bermakna antara pemberian fentanil-diazepam dan

fentanil-midazolam.

H1 : ada perbedaan perubahan tekanan darah dan frekuensi denyut

jantung yang bermakna antara pemberian fentanil-diazepam dan fentanil-

midazolam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD dr

Moewardi Surakarta selama bulan Agustus 2011 - November 2011, didapatkan

subjek sejumlah 30 pasien yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu 15 pasien

masuk dalam kelompok yang mendapat premedikasi fentanil-diazepam dan 15

pasien masuk dalam kelompok yang mendapat fentanil-midazolam. Semua subjek

penelitian memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, dan tidak ada yang mengalami

drop out.

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Hasil uji statistik karakteristik subjek penelitian dengan Independent

Samples Test terhadap kedua kelompok menurut umur dan berat badan tidak ada

perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel Kelompok Rerata Standar Deviasi p

Umur (tahun) fentanil-diazepam 33,87 11,395 0,871

fentanil-midazolam 33,20 10,949

Berat Badan (kg) fentanil-diazepam 51,33 9,325 0,303

fentanil-midazolam 54,80 8,760

Berdasarkan tekanan darah sitolik, diastolik, Mean Arterial Pressure

(MAP), dan pengukuran frekuensi denyut jantung tidak didapatkan perbedaan

commit to user

24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

bermakna pada uji statistik Independent Samples Test antara kedua kelompok baik

sebelum operasi maupun pasca operasi (p>0,05) (Tabel 2).

Tabel 2. Tekanan Darah Sistolik, Diastolik, dan Frekuensi Denyut

Jantung

Waktu

Kelompok sebelum premedikasi setelah premedikasi

1. Tekanan darah sistolik

Fentanil-diazepam 129,47 ± 18,981 123,73 ± 17,052

Fentanil-midazolam 133,93 ± 13,646 118,80 ± 10,725

Nilai p 0,465 0,351

2. Tekanan darah diastolik

Fentanil-diazepam 77,73 ± 10,354 74,33 ± 8,389

Fentanil-midazolam 79,07 ± 8,705 73,73 ± 8,276

Nilai p 0,706 0,845

3. MAP

Fentanil-diazepam 94,3107 ± 11,37360 90,8000 ± 9,49493

Fentanil-midazolam 96,6900 ± 8,54391 88,7547 ± 8,23262

Nilai p 0,522 0,534

4. Frekuensi Denyut Jantung

Fentanil-diazepam 89,20 ± 14,920 83,93 ± 15,243

Fentanil-midazolam 93,38 ± 16,599 91,27 ± 16,914

Nilai p 0,474 0,223

Nilai adalah rerata ± standar deviasi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

Uji statistik Chi-Square terhadap kedua kelompok menurut status fisik

(ASA) dan jenis kelamin tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05) (Tabel 3).

Tabel 3. Status Fisik dan Jenis Kelamin

Kelompok

Variabel fentanil-diazepam fentanil-midazolam p

n % n %

- ASA I 9 60 % 6 40 % 0,439

ASA II 11 73,33 % 4 26,67 %

- Laki - laki 4 26,67 % 6 40 % 0,439

Perempuan 11 73,33 % 9 60 %

B. Efek Premedikasi Anestesi terhadap Perubahan Hemodinamik

Efek obat fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam sebagai sebagai

premedikasi anestesi terhadap perubahan hemodinamik diukur berdasarkan selisih

Mean Arterial Pressure (MAP) dan selisih frekuensi denyut jantung sebelum

premedikasi dengan setelah premedikasi.

Hasil uji statistik Independent Samples Test terhadap kedua kelompok

menurut perubahan MAP tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05)

yaitu dengan nilai (p = 0,279) (Tabel 6).

Tabel 4. Perubahan MAP

Kelompok Perubahan Tekanan Darah (MAP)

Fentanil-diazepam 4,1111 ± 7,39536

Fentanil-midazolam 7,9353 ± 8,59459


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Nilai p 0,279*

Nilai adalah rerata ± standar deviasi, *p = tidak bermakna

Hasil uji statistik Independent Samples Test terhadap kedua kelompok

menurut perubahan frekuensi denyut jantung tidak didapatkan perbedaan yang

bermakna (p > 0,05) yaitu dengan nilai (p = 0,279) (Tabel 6).

Tabel 5. Perubahan Frekuensi Denyut Jantung

Kelompok Perubahan Frekuensi Denyut Jantung

Fentanil-diazepam 5,27 ± 5,812

Fentanil-midazolam 2,13 ± 7,633

Nilai p 0,216*

Nilai adalah rerata ± standar deviasi, *p = tidak bermakna

Penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan pada kedua kelompok

adanya depresi ventilasi yang mengakibatkan terjadinya hipoventilasi. Dan selama

operasi tidak didapatkan kondisi kejang dan syok pada seluruh pasien.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dapat dilihat penurunan rata-rata tekanan darah yang

diwakilkan oleh Mean Arterial Pressure (MAP) dari masing-masing kelompok

yang mendapatkan perlakuan menggunakan obat premedikasi fentanil-diazepam

dan fentanil-midazolam. Dalam penelitian ini tidak didapatkan perbedaan yang

signifikan pada perubahan hemodinamik yang meliputi perubahan MAP dan

frekuensi denyut jantung. Padahal hipotesis penelitian ini menyatakan terdapat

perbedaan yang signifikan pada kedua preparat tersebut dalam menurunkan

tekanan darah.

Variabel-variabel yang digunakan untuk membuktikan homogenitas

kedua kelompok meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, nilai tekanan sistolik,

tekanan diastolik, dan frekuensi denyut jantung sebelum premedikasi.

Jenis kelamin kedua kelompok ini secara statistik tak berbeda bermakna

dengan p > 0,05. Umur rata-rata pada kedua kelompok ini secara statistik juga

berbeda tak bermakna dengan p > 0,05. Berat badan rata-rata pada kedua

kelompok ini secara statistik juga tidak berbeda bermakna dengan p > 0,05.

Nilai rata-rata kardiovaskular yang meliputi tekanan sistolik, tekanan

diastolik, frekuensi denyut jantung sebelum premedikasi semuanya secara statistik

menunjukkan berbeda tak bermakna dengan p > 0,05.

Dengan demikian secara statistik populasi kedua kelompok ini adalah

homogen, sehingga apabila ada perbedaan setelah mendapat perlakuan


commit to user

28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

premedikasi, hal itu disebabkan akibat perlakuan premedikasi, dan bukan karena

perbedaan populasi.

Hasil penelitian terbukti bahwa terjadi penurunan MAP setelah dilakukan

premedikasi, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dione et

al., yang menunjukkan bahwa premedikasi anestetik menggunakan golongan

benzodiazepin mampu menurunkan level norepinefrin yang berpengaruh pada

penurunan MAP. Nakae et al., menyatakan bahwa penurunan tekanan darah

tersebut disebabkan oleh pengaruh langsung dari diazepam dan midazolam dalam

menekan kerja otot-otot jantung pada level seluler. Fadhlina menyatakan bahwa

fentanil dapat menyebabkan vasodilatasi, sehingga ikut memiliki peran terjadinya

penurunan MAP setelah premedikasi.

Dundee et al., (1980) mengatakan bahwa potensi midazolam adalah 2 kali

diazepam dalam dosis berat badan yang sama. Oleh karena itu dari hasil penelitian

didapatkan mean perubahan MAP kelompok premedikasi midazolam dengan

fentanil memiliki nilai yang lebih besar dari kelompok diazepam dengan fentanil.

Coerssen et al., menyatakan mekanisme kerja dari benzodiazepin

terhadap susunan saraf pusat adalah mempengaruhi atau membantu pengaruh

hambatan oleh GABA terhadap transmisi neuronal di daerah limbik, thalamus,

dan hipotalamus serta medula spinalis.

Olkkola and Ahonen juga menjelaskan cara kerja benzodiazepin. Semua

benzodiazepin bekerja melalui penghambatan potensiasi saraf yang diperantarai

oleh Gamma-Aminobutyric Acid (GABA). Secara sederhana dapat dijelaskan

bahwa semua efek benzodiazepin sebagai hasil kerjanya pada reseptor inotropik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

GABA(A) pada sistem saraf pusat. Benzodiazepin tidak mengaktifkan reseptor

GABA(A) secara langsung, namun dalam kerjanya preparat ini memerlukan

GABA.

Efek utama benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, menurunkan

kecemasan, amnesia anterograd, relaksasi otot, dan anti konvulsi. Sebagai

tambahan kerjanya pada sistem saraf pusat, benzodiazepin juga mempunyai efek

menurunkan ventilasi dan tekanan darah, serta meningkatkan denyut jantung

sebagai akibat dari penurunan tekanan vaskuler sistemik.

Pegujian penurunan MAP secara statistik menggunakan uji t dalam

penelitian ini menunjukkan thitung < ttabel yang menunjukkan tidak ada perbedaan

yang signifikan antara penggunaan diazepam dan midazolam, yang keduanya

sama-sama ditambah dengan fentanil. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Lewis et al., yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara penggunaan diazepam dan midazolam tersebut dalam

menurunkan tekanan darah. Menurut Staretz et al., hanya sedikit sekali perbedaan

klinis diazepam dan midazolam dalam bentuk hemodinamik terutama dalam

menurunkan tekanan darah.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil yang tidak sesuai

dengan hipotesis. Pada beberapa pasien memang menunjukkan perbedaan yang

signifikan, namun bila dilakukan perhitungan secara statistik terhadap seluruh

sampel uji, tidak ditemukan angka yang signifikan perbedaan kedua preparat

benzodiazepin ini dalam menurunkan tekanan darah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Dari penelitian yang dilakukan terhadap perubahan frekuensi denyut

jantung masing-masing kelompok diazepam dan midazolam, dilakukan pengujian

statistik mengunakan uji t. Hasilnya menunjukkan thitung < ttabel, artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan antara penggunan diazepam dan midazolam pada

masing-masing kelompok dalam meningkatkan frekuensi denyut jantung.

Dalam penelitian ini, beberapa sampel terjadi peningkatan frekuensi

denyut jantung dan sebagian yang lain terjadi penurunan denyut jantung.

Terjadinya peningkatan frekuensi denyut jantung menurut Agelink et al., di dalam

penelitiannya adalah disebabkan penurunan tonus vagal pusat pada kedua preparat

tersebut. Mereka menyebutkan bahwa benzodiazepin, yang mana dalam penelitian

ini diwakilkan oleh diazepam dan midazolam, dapat mempengaruhi regulasi

otonom neurokardiak pada manusia. Kemungkinan, hal ini terjadi akibat interaksi

preparat benzodiazepin dengan reseptor gamma aminobutyrat acid A (GABA A)

kompleks ion klorida. Pengaruh pada regulasi otonom neurokardiak tersebut

melalui dua jalur. Pertama, preparat benzodiazepin menyebabkan penurunan tonus

vagal pusat, sehingga terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung. Dan yang

kedua, benzodiazepin menurunkan pacemaker jantung secara langsung, sehingga

terjadi penurunan denyut jantung.

Terjadinya penurunan frekuensi denyut jantung selain dipengaruhi oleh

benzodiazepin juga dipengaruhi oleh fentanil. Fadhlina menyatakan penurunan

frekuensi denyut jantung dikarenakan peningkatan tonus vagal secara sentral dan

depresi nodus SA dan AV.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Menurut Raza et al., tidak ada perbedaan secara statistik yang signifikan

dalam hemodinamik antara pasien dengan premedikasi anestesi menggunakan

diazepam dan midazolam. Bahkan Raza mendapatkan bahwa perubahan frekuensi

denyut jantung masing-masing kelompok tidaklah signifikan. Toft and Romer

menyatakan tidak ada perbedaan antara diazepam dan midazolam dalam

meningkatkan denyut jantung selama operasi.

Dalam penelitian ini, digunakan obat yang ditujukan kepada pelayanan

kepada pasien, maka harus diperhatikan mengenai komplikasi obat yang

digunakan. Didapatkan bahwa pada kedua kelompok tidak terdapat hipoventilasi

yang dapat disebabkan penggunaan fentanil dan midazolam. Sementara utuk mual

muntah dari peneliti belum melakukan pengamatan.

Dari hasil penelitian ini tidak didapatkan perbedaan yang tidak bermakna

antara penggunaan fentanil-diazepam dan fentanil-midazolam terhadap perubahan

hemodinamik. Sehingga secara klinis kedua preparat tersebut masih dapat

digunakan dengan efek hemodinamik yang tidak berbeda. Akan tetapi didalam

pemberiannya harus diperhatikan efek sedasi dari midazolam. Rachmatjati (2010)

menyatakan bahwa efek sedasi midazolam yang lebih kuat daripada diazepam ini

memerlukan kehati-hatian dan pengawasan yang lebih cermat dalam penggunaan

midazolam secara klinis. Pada sedasi yang dalam terjadi penurunan kemampuan

mempertahankan fungsi ventilasi, sehingga pada pengawasan yang buruk

memungkinkan terjadi hipoventilasi yang pada akhirnya mengakibatkan henti

jantung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Bianchi et al., menyarankan midazolam sebagai drug of choice apabila

diharapkan efek amnesia anterograd pada pasien setelah operasi. Staret

menyimpulkan dalam penelitian yang dilakukannya bahwa diazepam mempunyai

durasi yang panjang dan pemulihan yang bertahap. Sedangkan midazolam

berguna untuk onset yang cepat dan prosedur tindakan yang singkat, efek

amnesia, dan relatif memberikan pemulihan yang cepat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan perubahan tekanan darah dan frekuensi

denyut jantung yang bermakna antara pemberian fentanil-diazepam dan

fentanil-midazolam sebagai premedikasi anestesi umum.

B. Saran

1. Pada penelitian ini diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak

agar dapat memperlihatkan hasil yang lebih baik

2. Penelitian sebaiknya menggunakan menggunakan jenis penelitian

eksperimental double blind sehingga dapat meminimalkan faktor dari

luar.

3. Penelitian sebaiknya dilakukan di dalam satu ruang operasi

dengan alat monitor yang sama, sehingga akan mengurangi faktor

perancu dari perbedaan alat monitor tekanan darah dan frekuensi

denyut jantung.

4. Diperlukan pencatatan tambahan mengenai ada tidaknya mual

muntah pada pasien.

commit to user

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

commit to user

Anda mungkin juga menyukai