Terdapat beberapa asas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara dan
diakui keberlakuannya dalam pengelolaan keuangan negara ke depan sebagai berikut:
b. Retribusi
Pemungutan retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada
masyarakat yang didasarkan pada undang-undang atau peraturan pelaksanaan tertentu
sehubungan dengan jasa atau pelayanan tertentu yang diberikan oleh pemerintah. Berbeda
dengan pajak yang tidak mewajibkan pemerintah untuk memberikan balas jasa secara langsung
kepada pembayarnya, retribusi justru dipungut karena adanya pelayanan langsung dari
pemerintah kepada masyarakat. Dalam hal ini kita dapat melihat adanya hubungan langsung
antara pelayanan yang diberikan pemerintah dengan besarnya pungutan yang dilakukan
pemerintah atau yang harus dibayar oleh masyarakat. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
bahwa pemerintah pusat memungut retribusi, pada umumnya pungutan retribusi dilakukan oleh
pemerintah daerah terhadap pelayanan langsung yang diberikannya kepada masyarakat.
Misalnya, retribusi pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah atau puskesmas, retribusi
pelayanan kebersihan, retribusi parkir, retribusi pasar, dan sebagainya.
c. Bagian Keuntungan dari Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
Penerimaan ini merupakan penerimaan pemerintah yang berasal dari BUMN atau BUMD.
Pemerintah memiliki hak untuk memperoleh bagian keuntungan dari BUMN atau BUMD karena
pemerintah merupakan investor dari BUMN atau BUMD, yakni dalam bentuk penyertaan modal.
Atas penyertaan modal tersebutlah maka sebagian keuntungan yang diperoleh dari BUMN atau
BUMD harus disetorkan kepada pemerintah.
d. Denda dan Sita
Penerimaan ini merupakan penerimaan pemerintah yang berasal dari penegakan hukum (law
enforcement) terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemerintah di
antaranya berhak untuk mengenakan denda kepada masyarakat pada setiap pelanggaran yang
dilakukan oleh masyarakat. Uang hasil denda tersebut kemudian masuk ke kas negara menjadi
penerimaan pemerintah. Misalnya, hasil penerimaan denda bagi pelanggaran lalu lintas (tilang),
denda atas pelanggaran atas ketentuan perpajakan, dan sebagainya. Selain itu, pemerintah juga
berhak untuk menyita barang-barang yang dimasukan ke dalam wilayah negara tanpa izin atau
tanpa dokumen yang sah. Barang sitaan ini sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
kemudian dapat dijual dan uang hasil penjualannya kemudian dimasukan ke kas negara sebagai
penerimaan pemerintah, misalnya hasil penjualan gula sitaan yang diselundupkan dari luar
negeri.
e. Sumbangan Masyarakat
Sumbangan masyarakat ini biasanya untuk jasa-jasa yang didirikan oleh pemerintah, seperti
pembayaran biaya-biaya perizinan (lisensi). Sumbangan masyarakat ini harus dibedakan dengan
retribusi dan perbedaan ini terletak pada balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung yang
terdapat dalam retribusi. Di dalam sumbangan masyarakat, balas jasa tidak selalu langsung
diperoleh. Artinya, kita telah melakukan pembayaran (menyumbang), namun perizinan yang kita
ajukan belum tentu keluar pada saat kita membayar.
f. Percetakan Uang Kertas
Berdasarkan sifat dan fungsinya, maka negara memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh
para individu dalam masyarakat. Negara mempunyai kekuasaan untuk mencetak uang kertas
sendiri yang biasanya dilakukan sebagai jalan terakhir untuk menutup defisit anggaran negara
setelah berbagai cara lain ternyata kurang efektif. Namun percetakan uang harus dilakukan
secara hati-hati karena apabila tidak diperhitungkan secara cermat dapat memicu terjadinya
inflasi. Inflasi mempunyai pengaruh seperti halnya dengan pajak. Oleh karena itu, seringkali
inflasi disebut sebagai pajak yang tidak kentara (invisibletax), karena konsumen dengan jumlah
uang yang sama akan dapat memperoleh barang dan jasa yang semakin sedikit jumlahnya
berhubung dengan turunnya nilai uang.
g. Hasil dari Undian Negara
Dengan undian negara, maka negara akan mendapatkan dana yaitu perbedaan antara jumlah
penerimaan dari lembaran surat undian yang dapat dijual dengan semua pengeluaran-
pengeluarannya termasuk hadiah yang diberikan kepada pemenang dari undian negara tersebut.
Undian negara ini adalah baik sifatnya karena harga surat undiannya adalah sangat murah,
sehingga bagi masyarakat yang membelinya tidak begitu merasakan rugi kalau tidak
memperoleh kemenangan, tetapi sekedar menyumbang kepada pemerintah, sedangkan yang
menang akan sungguh merasa senang. Tetapi seringkali usaha-usaha mengumpulkan dana
melalui sistem undian ini membawa akibat yang kurang baik terhadap kehidupan rakyat kecil
karena berlomba dalam mencari kemenangan, tanpa melihat kemampuannya serta kurang
perhitungan. Hal ini memang masuk akal karena bila menang, status sosialnya akan meningkat
cepat sekali.
h. Hadiah
Sumber dana jenis ini dapat terjadi seperti pemerintah pusat memberikan hadiah kepada
pemerintah daerah, atau dari swasta kepada pemerintah dan dapat pula terjadi dari pemerintah
suatu negara kepada pemerintah negara lain. Penerimaan negara dari sumber ini sifatnya adalah
sukarela tanpa balas jasa langsung maupun tidak langsung.
2. Pengeluaran Negara
Pada umumnya pengeluaran negara dapat diartikan sebagai uang atau dana yang keluar
dari kas pemerintah untuk membiayai aktivitas pemerintah atau tujuan lain yang menjadi
kewenangan pemerintah. Pengeluaran negara dapat bersifat exhaustive, yaitu pembelian barang-
barang dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula
untuk menghasilkan barang lain lagi. Di samping itu, pengeluaran negara itu dapat bersifat
transfer saja, yaitu pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada
perusahaan-perusahaan sebagai subsidi atau mungkin pula kepada negara-negara lain sebagai
grants (hadiah). Oleh karena pengeluaran negara merupakan cerminan biaya yang harus
dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakannya, maka pengeluaran negara akan
cenderung berbanding lurus terhadap kegiatan pemerintah. Semakin banyak kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, semakin besar pulalah pengeluaran yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk membiayai kegiatan tersebut.
Sehubungan dengan meningkatnya kegiatan pemerintah yang mengakibatkan pula
meningkatnya pengeluaran negara, menurut Suparmoko terdapat beberapa penyebab antara lain:
a. Adanya perang dan pergolakan dalam masyarakat; pengeluaran negara meningkat bila
terjadi perang dan pasca-perang, misalnya untuk tentara yang terlanjur diangkat menjadi
pegawai negeri sipil, dimana sebelumnya menganggur dan tidak menjadi tanggungan
pemerintah. Selain itu, pergolakan dalam masyarakat yang menuntut keadilan,
pemberantasan korupsi, pertentangan antar warga, antar kampong, antar suku, dan antar
agama, keadaan tersebut menuntut peningkatan kegiatan dan pengeluaran pemerintah.
b. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat; dengan meningkatnya tingkat
penghasilan maka kebutuhan akan konsumsi barang maupun jasa akan meningkat baik
secara kuantitas maupun kualitas. Di lain pihak, penyediaan terhadap barang dan jasa ini
banyak yang tidak bisa dilakukan oleh swasta, misalnya penyediaan listrik, air bersih,
pemeliharaan sarana dan prasarana jalan, jembatan, dan sebagainya.
c. Adanya urbanisasi sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi; dengan adanya
urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota, maka pemerintah perlu
melayani dengan menyediakan, misalnya lapangan pekerjaan, perumahan, keamanan,
kesehatan, dan sebagainya.
d. Perkembangan demokrasi; akibat perkembangan demokrasi menyebabkan biaya yang
besar, terutama untuk mengadakan musyawarah-musyawarah, pemungutan suara, rapat-
rapat, dan sebagainya. Pemerintahlah yang harus mengusahakan ini semua, karena
pemerintah yang memiliki kemampuan untuk menjaga kepentingan semua pihak atau
individu dalam masyarakat. Contoh yang jelas ialah biaya untuk pemilihan umum dan
pemilihan kepala daerah (pilkada) dengan sistem pemilihan langsung nama-nama calon
kepala daerah. Hal ini menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan dana yang besar
untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Sebagai perbandingan, biaya pemilihan umum
tahun 2009 mencapai jumlah Rp. 22, 62 triliun, dan biaya pemilihan kepala daerah tahun
2009 mencapai Rp. 18,63 triliun.
e. Pemborosan dan korupsi; seringkali semakin berkembangnya peranan pemerintah itu
justru mengakibatkan adanya ketidakefisienan, pemborosan dan birokrasi sehingga
pengeluaran pemerintah semakin besar. Ditambah lagi bila penegakan hukum tidak baik
di negara tersebut akan menciptakan kesempatan korupsi yang semakin besar.
Dampaknya peranan pemerintah semakin besar. Contoh yang jelas dengan adanya
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), pengeluaran negara baik sejak pemerintahan
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono sampai dengan pemerintahan Presiden Joko
Widodo meningkat tinggi untuk membiaya upaya memberantas korupsi.
Jika dilihat perkembangan kegiatan pemerintahan dari tahun ke tahun, maka pada dasarnya
pengeluaran negara untuk membiayai kegiatan pemerintah terdiri atas 2 (dua) jenis, yakni:46
a. Pengeluaran Rutin adalah pengeluaran untuk membiayai kegiatan sehari-hari pemerintah.
Walaupun secara terperinci pengeluaran dapat dipilah menjadi pengeluaran operasi dan
pengeluaran konsumsi, namun keduanya bersifat mutlak. Lancar atau tidaknya kegiatan
pemerintahan sangat tergantung pada besar kecilnya alokasi anggaran untuk kedua unsur
pengeluaran rutin ini. Pengeluaran rutin dapat dikelompokan ke dalam 5 (lima) unsur
pengeluaran sebagai berikut:
1. Belanja pegawai. Yang dimaksud dengan pegawai adalah pegawai negeri sipil (PNS)
dan TNI serta POLRI termasuk pensiunan. Pengeluaran untuk belanja pegawai ini
terdiri dari:
1) Gaji dan pensiun Pengeluaran untuk gaji maksudnya adalah gaji pokok PNS
dan TNI serta POLRI termasuk pensiunannya.
2) Tunjangan beras Diberikan kepada PNS dan TNI serta POLRI dengan
perhitungan 10 kg untuk setiap pegawai dengan maksimum 3 orang anak.
Tunjangan lainnya adalah berupa tunjangan keluarga, tunjangan jabatan
struktural dan fungsional, tunjangan pejabat negara dan pengeluaran untuk
belanja pegawai lainnya seperti belanja kemahalan, dan sebagainya.
3) Uang makan dan lauk pauk Biaya uang makan dan lauk pauk diberikan kepada:
1) PNS
2) Pelaut dan petugas penjaga lampu menara
3) Pasien rumah sakit pemerintah
4) Penghuni panti asuhan Negara
5) Para narapidana
6) Para tuna yang diasauh oleh pemerintah
4) Lain-lain belanja pegawai dalam negeri dan luar negeri Pengeluaran untuk pos
lain-lain belanja pegawai berupa uang lembur, uang honorium mengajar bagi
guru tidak tetap, beasiswa, tunjangan ikatan dinas, tunjangan belajar, dan uang
peralatan, dan sebagainya.
2. Belanja barang.
Pengeluaran untuk belanja barang menampung pengeluaran untuk keperluan sehari-hari
perkantoran, seperti pembelian alat-alat tulis, barang cetakan, pengiriman surat, biaya rapat,
biaya pengamanan kantor, biaya cetak, biaya bahan-bahan komputer, dan sebagainya.
3. Belanja rutin daerah
Yang dimaksud dengan belanja rutin daerah adalah subsidi daerah otonom. Pada dasarnya
pengeluaran ini merupakan transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Maksud pengeluaran transfer ini adalah dalam rangka perimbangan keuangan antara pusat dan
daerah. Pengeluaran transfer ini berupa belanja pegawai daerah otonom yang terdiri dari gaji
pokok dan tunjangan, termasuk gaji dan tunjangan bagi pegawai negeri pusat yang ditempatkan
di daerah otonom, guru-guru SD Inpres, tenaga medis dan paramedis, juru penerang dan tenaga
penyuluh (kehutanan, pertanian, dan keluarga berencana). Secara umum belanja rutin daerah ini
dibagi atas: (i) belanja pegawai; dan (ii) belanja non-pegawai.
4. Bunga dan Cicilan Utang Sebagai negara peminjam maka pembayaran cicilan utang
terdiri atas cicilan pokok dan bunga pinjaman. Pinjaman pemerintah dapat bersumber dari
pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Jumlah pinjaman luar negeri banyak
dipengaruhi oleh faktor jumlah utang, keseluruhan dan nilai tukar valuta asing, sedangkan
pinjaman dalam negeri digunakan untuk penyelesaian kewajiban pemerintah kepada pihak-pihak
di dalam negeri. Pinjaman tersebut timbul karena faktor-faktor administratif yang mengakibatkan
penyelesaian pembayarannya tidak dapat dilakukan pada periode yang sedang berjalan. Biasanya
pinjaman dalam negeri tersebut antara lain meliputi pembayaran tunggakan atas pemakaian daya
dan jasa seperti tenaga listrik, air minum, dan gas untuk instansi pemerintah. Secara umum
pengeluaran untuk pos bunga dan cicilan utang ini dapat dibedakan menjadi:
(i) utang dalam negeri; dan (2) utang luar negeri.
5. Pengeluaran rutin lainnya.
Untuk menjaga kestabilan harga dan juga perlindungan kepada konsumen maupun
produsen, pemerintah mengeluarkan dana untuk subsidi, seperti subsidi bahan bakar minyak. Di
samping itu, pengeluaran ini juga menampung pengeluaran untuk surat menyurat, biaya listrik,
dan air minum, telepon, dan berbagai keperluan lainnya, yang sifatnya terus menerus.
b. Lembaga keuangan bukan bank sebagai kreditur Negara dapat pula menjual surat
obligasi negara kepada perusahaan asuransi dan sebagainya yang bukan bank. Pembelian
obligasi oleh perusahaan jenis ini dilakukan dengan menggunakan dana yang mengganggur dan
dapat pula dipakai untuk membeli surat-surat saham dan lain sebagainya.
c. Bank-bank umum sebagai kreditur Bank umum karena kemampuannya memberikan
kredit berbeda dengan lembaga keuangan lain, maka perkreditan dari bank umum dapat
menciptakan tenaga beli baru dengan mendasarkan pada deking (reserved atau deking) dana
utang yang dipunyai bank. Bank Sentral (Bank Indonesia) memberikan pedoman bahwa untuk
memberikan kredit, bank umum harus mempunyai deking misalnya setinggi 5%.
d. Bank Sentral (Bank Indonesia) sebagai kreditur Negara dapat menjual obligasi kepada
Bank Sentral. Tindakan ini juga menciptakan tenaga beli seperti halnya bila negara menjual
obligasi kepada bank umum. Bank sentral membuka rekening negara dan seolaholah negara
mempunyai simpanan di Bank Sentral.
Menteri keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama menteri
keuangan untuk mengadakan utang negara yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam anggaran negara. Kuasa yang oleh
pejabat dari menteri keuangan adalah mandat karena tetap mengatasnamakan menteri keuangan
bukan atas nama penerima wewenang. Di samping itu, harus terikat pada persyaratan
sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam anggaran negara agar perbuatan hukum yang
dilakukan berada dalam kategori perbuatan hukum yang sah. Utang negara dapat dipinjamkan
kepada pemerintah daerah, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah takala
dibutuhkan pada saat itu. Bila penggunaanya tidak secara langsung digunakan, utang negara
dimasukan ke rekening kas umum negara. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi suatu perbuatan
melanggar hukum yang menimbulkan kerugian terhadap keuangan negara.